Oleh:
2. Penyebab/factor predisposisi
Merangsang
Pelebaran
pelepasan zat terjadi edema gendang telinga tidak
pembuluh
pyrogen oleh
darah
leukoit bergerak bebas
Impuls disampaikan
ke hipotalamus pada
terbentuknya eksudat purulen disfungsi gendang
bagian
termoregulator
telinga
Hipotermia
Merangsang keluarnya
membrane timpani menonjol pendengaran menurun
hormone serotonin berlebih
Ansietas Sensori
Anoreksia
Nyeri Akut
Nutrisi tidak
adekuat
Defisit
Nutrisi
4. Klasifikasi
Tanda adanya oklusi tuba eustachius adalah gambaran retraksi membrane timpani
akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah. Kadang-kadang
membran timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh pucat.
Efusi tidak dapat dideteksi, sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang
disebabkan oleh virus atau alergi.
Membrane timpani menonjol kearah telinga luar akibat edema yang hebat pada
mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial, serta terbentuknya
eksudat purulen di kavum timpani. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit,
nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri ditelinga semakin bertambah berat.
4) Stadium perforasi
5) Stadium resolusi
Bila membrane timpani tetap utuh, maka keadaan membrane timpani perlahan-
lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekretnya akan
berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman
rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. OMA berubah
menjadi otitis media supuratif subakut (OMSK) bila perforasi menetap dengan
sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul. Disebut OMSK bila lebih
dari 1 ½ atau 2 bulan. Dapat timbul gejala sisa berupa otitis media serosa bila
sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya perforasi.
5. Gejala Klinis
6. Pemeriksaan Diagnostic/Penunjang
Pemeriksaan diagnostic:
Diagnostic otitis media harus selalu dimulai dengan pemeriksaan fisik dan
penggunaan otoskop menumatika. Selain itu, beberapa peosedur berikut dapat
dilakukan untuk memastikan diagnosis yang tepat
a) Pemeriksaan Laboratorium
b) Studi Pencitraan
c) Tympanocentesis
d) Garpu Tala
Tes garpu tala mengguankan alat berupa seperangkat garpu tala frekuensi
rendah sampai tinggi 128 Hz – 2048 Hz. Satu perangkat garpu tala memberikan
skala pendengaran dari frekuensi rendah hingga tinggi dan akan memudahkan
survey kepekaan pendengaran.
Cara menggunakan garpu tala yaitu garpu tala dipegang pada tangkainya
dan salah satu tangan garpu tala dipukul pada permukaan yang berpegas, seperti
punggung tangan atau siku. Dua tes garpu tala yang paling sering digunakan
adalah Tes Rinne dan Tes Weber. Tes Rinne mengevaluasi kehilangan
pendengaran dengan membandingkan konduksi udara dengan konduksi tulang.
Pendengaran konduksi udara terjadi melalui udara dekat telinga serta melibatkan
saluran telinga dan gendang telinga. Pendengaran konduksi tulang terjadi melalui
getaran yang diambil oleh system saraf khusu telinga.
Pemeriksaan penunjang:
1) Stadium Oklusi
Pada stadium ini pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba
eustachius, sehingga tekanan negative di telinga tengah hilang. Untuk ini
diberikan obat tetes hidung HCL efedrin 0,5% dalam larutan (<12 tahun) atau
HCL efedrin 1% dalam larutan fisiologis (untuk anak yang berumur diatas 12
tahun dan pada orang dewasa). Disamping itu sumber infeksi harus diobati.
Antibiotika diberikan apabila penyebab infeksi adalah kuman, buka oleh virus
atau alergi.
2) Stadium presupurasi
Pada stadium ini antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika perlu diberikan.
Bila membrane timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan
miringotomi. Antibiotika yang dianjurkan adalah dari golongan penisilin atau
ampisilin. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila
pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin. Pada anak
ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/BB/hari, dibagi dalam 4 dosis,
atau eritromisin 40 mg/BB/hari.
3) Stadium Supurasi/Perforasi
4) Stadium resolusi
Meskipun kondisi ini jarang menyebabkan komplikasi, tapi jika memang terjadi,
komplikasi bisa sangat berbahaya dan harus mendapatkan pengobatan dengan
antibiotic. OMA dapat menimbulkan komplikasi mulai dari abses subperiosteal
sampai abses otak dan meningitis. Semua jenis komplikasi tersebut biasanya didapat
pada OMSK (otitis media supuratif kronik).
2) Keluhan utama
Adanya rasa nyeri dibagian telinga disertai kondisi suhu tubuh meningkat.
Ada tidaknya dari pihak keluarga yang mengalami hal yang sama pada pasien.
6) Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital.
Bagaimana pola makan dan minum klien pada saat sehat dan sakit, apakah ada
perbedaan konsumsi diit nya.
d. Eliminasi
Kaji miksi, dan defekasi klien
Biasanya klien dengan gangguan otitis media ini, agak susah untuk
berkomunikasi dengan orang lain karena ada gangguan pada telinganya
sehingga ia kurang mendengar/kurang nyambung tentang apa yang
dibicarakan orang lain.
f. Pemeriksaan diagnostik
2. Diagnosis Keperawatan yang Mungkin Muncul
1) Nyeri akut berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan actual atau fungsional
2) Ansietas berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
3) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi)
4) Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
5) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan pendengaran
Daftar Pustaka
Misza, Fahmi. 2020. Askep OMA new. https://id.scribd.com/document/488873777/Askep-
OMA-new. Diakses 15 maret 2022
Rahman. 2019. LAPORAN PENDAHULUAN OTITIS MEDIA AKUT.
https://www.academia.edu/36189248/LAPORAN_PENDAHULUAN_OTITIS_MEDI
A_AKUT. Diakses 12 maret 2022
Ramadhani, Aulia. 2017. Askep Oma Paling Baru Fix.
https://id.scribd.com/document/360528761/Askep-Oma-Paling-Baru-Fix. Diakses 12
maret 2022
wafilatul. 2021. LP & ASKEP OMA KLP 4. https://id.scribd.com/document/510628120/LP-
ASKEP-OMA-KLP-4. Diakses 12 maret 2022
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indoneisa:Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
A. Pengkajian Keperawatan
I. Identitas Pasien
Keluhan Utama
Pada saat dilakukan pengkajian ayah pasien mengatakan telinga anaknya sakit atau nyeri
seperti ditusuk-tusuk. Keluar cairan bening dari telinga, dan pendengaran telinganya
berkurang.
Riwayat Kesehatan
Pasien datang ke RSUD Karangasem pada tanggal 14 maret 2022 dengan keluhan
utama telinga sakit atau nyeri. Pasien juga mual dan malas makan, serta demam.
Sudah 2 minggu menggaruk-garuk telinganya dan keluar cairan kuning dari
telinganya.
Ayah pasien mengatakan tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit yang
sama.
Pekerjaan : guru
Pendidikan : S1
Jenis makanan : nasi ditambah lauk pauk, sayur dan kadang kadang juga
mengkonsumsi buah dan makanan tambahan seperti snack.
Nafsu makan :
[ ] baik
[√ ] sedang,alasan : mual/muntah/sariawan/dll
[ ]kurang,alasan : mual/muntah/sariawan/dll
Perubahan BB 3bulan terakhir :
[ ] bertambah...........................kg
[√ ] tetap
[ ] berkurang...........................kg
6) Pola eliminasi :
a. Buang air besar
Lama tidur/hari : Saat sehat pasien mengatakan tidur 7 sampai 8 jam pada malam
hari dan tidur siang 1-2 jam. Saat sakit Pasien mengatakan tidak
dapat tidur nyenyak seperti sebelumnya dikarenakan nyeri pada
telinganya.
[ ] sering/mudahterbangun
b. Olahraga : renang
Ayah Ibu
[√ ] membaca/menulis
2. Persepsi diri
Harapan setelah menjalani perawatan : pasien berharap ingin segera sembuh dari
sakitnya
Perubahan yang dirasa setelah sakit : pasien menjadi jarang berenang dan
bermain air
[ ] mampu mengekspresikan
b. Tempat tinggal
[ ] sendiri
c. Kehidupan keluarga
Tidak ada
5. Kebiasaan seksual
a. Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi sebagai berikut: tidak ada
6. Pertahanan koping
a. Pengambilan keputusan
[ ] sendiri
7. Sistem nilai–kepercayaan
a. Siapa atau apa yang menjadi sumber kekuatan : tuhan dan orang tua
b. ApakahTuhan,Agama,Kepercayaan penting untuk anda : [√ ] ya [ ] tidak
c. Kegiatan Agama atau Kepercayaan yang dilakukan (macam dan frekuensi)
Sebutkan : sembahyang 3x sehari
d. Kegiatan Agama atau Kepercayaan yang ingin dilakukan selama dirumah sakit,
Sebutkan : berdoa dari tempat tidur
V. Pengkajian Fisik
A. Vital Sign
Suhu : 39oC
Nadi : 90x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Orientasiwaktu/tempat/orang:1.Baik 2.terganggu……
2. Rambut
3. Mata
4. Hidung
5. Telinga
7. Leher
8. Thorax
3.irama:teratur/tidak 4.lain-lain…………….
2.kwalitas :normal/dalam/dangkal
4.batuk :ya/tidak
9. Abdomen
10. Genetalia
Pimosis:.tidak
Kelainan :1.tidak
11. Kulit
12. Ekstrimitas
Hemiplegi/parese:1.tidak 2.ya,kanan/kiri
Lain-lain :………………..
Tes berbisik
B. Diagnosis Keperawatan
1) Analisa Data
proses infeksi/
peradangan pada teliga Terjadi edema
pasien
Terbentuknya eksudat purulent
Q: seperti ditusuk-
tusuk
Hancurnya sel epitel superfisial
R: Nyeri pada telinga
dan agar terganggu
Membrane timpani menonjol
dalam pendengaran
kea rah liang telinga
S: skala 5
T: setiap saat dan
Nyeri telinga
pasien menangis
DO:
- Pasien tampak
meringis
- TD : 120/80
mmHg
- Suhu : 39oC
- Nadi :
90x/menit
- RR : 20x/menit
2 DS: Infeksi bakteri Hipertermia
- Pasien
mengatakan Infeksi tuba eustachius
bahwa
badannya Invasi kuman menjadi
- Pasien
mengatakan Tekanan negative di dalam
menurun
Retraksi membrane timpani
demam
Hipertermia
2) Rumusan Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi pada telinga
kanan) dibuktikan dengan Pasien mengatakan nyeri pada bagian telinga seperti
ditusuk-tusuk, Pasien tampak meringis, P: Nyeri disebabkan proses infeksi/
peradangan pada teliga pasien, Q: seperti ditusuk-tusuk, R: Nyeri pada telinga dan
agar terganggu dalam pendengaran, S: skala 5, T: setiap saat dan pasien menangis
2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi dibuktikan dengan Pasien
mengatakan bahwa badannya demam selama 3 hari, nafsu makan menurun, Pasien
tampak lemah dan pucat, S: 39OC
C. Perencanaan Keperawatan
D. Pelaksanaan
E. Evaluasi