Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN OMA

Oleh:

NAMA : NI KOMANG PUTRI WIDIASTRINI


NIM : P07120220013
KELAS : 2.A S.TR KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
TAHUN AJARAN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN OTITIS MEDIA AKUT (OMA)

A. KONSEP DASAR OMA


1. Definisi
Otitis Media merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media berdasarkan
gejalanya dibagi menjadi dua antara lain otitis media supuratif dan non supuratif, dari
masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis. Selain itu terdapat juga
otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa atau otitis media sifilitika. Otitis
media yang lain yaitu otitis media adhesive. Otitis Media Akut merupakan
peradangan telinga tengah yang terjadi secara cepat dan singkat (dalam waktu kurang
dari 3 minggu) yang disertai dengan gejala lokal dan sistemik. Otitis Media Akut
(OMA) merupakan inflamasi telinga bagian tengah dan salah satu penyakit dengan
prevalensi paling tinggi pada masa anak-anak, dengan puncak insidensi terjadi pada
usia antara 6 bulan sampai 2 tahun. Hampir 70% anak akan mengalami otitis media
akut (OMA) paling sedikit satu periode otitis media.

2. Penyebab/factor predisposisi

Penyebab otitis media akut antara lain:

1) Factor pertahanan tubuh terganggu, telinga tengah biasanya steril, meskipun


terdapat mikroba dinasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme
pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba
eustachius, enzim penghasil mucus (misalnya muramidase) dan antibody.
2) Obstruksi tuba eustachius merupakan suatu factor penyebab dasar pada otitis
media akut, karena fungsi tuba eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke
telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk kedalam telinga tengah dan
terjadi peradangan. Pada bayi terjadinya otitis media akut dipermudah karena tuba
eustachiusnya pendek, lebar, dan agak horizontal letaknya.
3) Infeksi saluran pernafasan atas terutama disebabkan oleh virus, pada anak makin
sering terserang infeksi saluran pernafasan tas makin besar kemungkinan
terjadinya otitis media akut.
4) Masuknya bakteri patogenik (streptococcus pnemoniae, hemophillus influensa,
Moraxella catarrhalis) ke dalam telinga tengah.
3. Pohon Masalah

ISPA, infeksi bakteri, infeksi virus

Infeksi tuba eustachius

Tuba eustachius bengkak

Invasi kuman menjadi terganggu dan

memproduksi mucus meningkat

tekanan negtif di dalam telinga tengah

retraksi membrane timpani

Merangsang
Pelebaran
pelepasan zat terjadi edema gendang telinga tidak
pembuluh
pyrogen oleh
darah
leukoit bergerak bebas

Impuls disampaikan
ke hipotalamus pada
terbentuknya eksudat purulen disfungsi gendang
bagian
termoregulator
telinga

hancurnya sel epitel superfisial tidak bereksi dengan


Merespon dengan
peningkatan suhu suara lirih/pelan

Hipotermia
Merangsang keluarnya
membrane timpani menonjol pendengaran menurun
hormone serotonin berlebih

Gelisah ke arah liang telinga Gangguan Persepsi

Ansietas Sensori

Sakit saat Nyeri telinga


menelan

Anoreksia
Nyeri Akut

Nutrisi tidak
adekuat

Defisit
Nutrisi

4. Klasifikasi

Otitis media akut:

1) Stadium oklusi tuba eustachius

Tanda adanya oklusi tuba eustachius adalah gambaran retraksi membrane timpani
akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah. Kadang-kadang
membran timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh pucat.
Efusi tidak dapat dideteksi, sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang
disebabkan oleh virus atau alergi.

2) Stadium Hiperemis (Stadium Pre-supurasi)

Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar dimembran


timpani atau seluruh membrane timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret
yang telah terbentuk mungkin masih bersifat aksudat yang serosa sehingga sukar
terlihat.
3) Stadium Supurasi

Membrane timpani menonjol kearah telinga luar akibat edema yang hebat pada
mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial, serta terbentuknya
eksudat purulen di kavum timpani. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit,
nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri ditelinga semakin bertambah berat.

4) Stadium perforasi

Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotic atau virulensi


kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membrane timpani dan nanah keluar
mengalir dari telinga tengah ke telinga luar. Anak yang tadinya gelisah sekarang
menjadi tenang, suhu badan menurun dan anak dapat tertidur dengan nyenyak.

5) Stadium resolusi

Bila membrane timpani tetap utuh, maka keadaan membrane timpani perlahan-
lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekretnya akan
berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman
rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. OMA berubah
menjadi otitis media supuratif subakut (OMSK) bila perforasi menetap dengan
sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul. Disebut OMSK bila lebih
dari 1 ½ atau 2 bulan. Dapat timbul gejala sisa berupa otitis media serosa bila
sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya perforasi.

5. Gejala Klinis

Gejala otitis media akut dapat bervariasi antara lain:

a. Nyeri telinga (otalgia)


b. Keluarnya cairan dari teliga
c. Demam
d. Kehilangan pendengaran
e. Tinnitus
f. Membrane timpani tampak merah dan menonjol
Pada bayi gejala tersebut dapat tidak khas, sehingga gejala yang timbul biasanya
seperti iritabel, diare, muntah, malas minum dan sering menangis dan menarik-narik
telinganya. Pada anak yang lebih besar keluhan biasanya rasa nyeri dan tidak nyaman
pada telinga.

6. Pemeriksaan Diagnostic/Penunjang

Pemeriksaan diagnostic:

Diagnostic otitis media harus selalu dimulai dengan pemeriksaan fisik dan
penggunaan otoskop menumatika. Selain itu, beberapa peosedur berikut dapat
dilakukan untuk memastikan diagnosis yang tepat
a) Pemeriksaan Laboratorium

Evaluasi laboratorium jarang diperlukan. Pemeriksaan laboratorium mungkin


diperlukan untuk menginformasi atau menyingkirkan kemungkinan penyakit
sistemik atau bawaan yang terkait.

b) Studi Pencitraan

Studi pencitraan tidak diindikasikan kecuali ada komplikasi intratemporal atau


intracranial. Ketika dicurigai adanya komplikasi, CTScan dapat mengidentifikasi
mastoiditis, abses epidural, tromboflebitis sinus sigmoid, meningitis, abses otak,
abses subdural, penyakit osikular, dan kolesteatoma. Selain tiu, MRI juga dapat
dilakukan apabila dibuuhkan data mengenai cairan, terutama di bagian telinga
tengah

c) Tympanocentesis

Tympanocentesis dapat digunakan untuk menentukan adanya cairan telingan


tengah, diikuti oleh pemeriksaan kuktur untuk mengidentifikasi pathogen.
Typanocentesis dapat meningkatkan akurasi diagnostic dan mengarahkan
keputusan pengobatan

d) Garpu Tala

Tes garpu tala adalah prosedur penilaian noninvasive yang dilakukan


untuk membedakan gangguan pendengaran sensorineural. Tes ini dapat dilakukan
debagai bagian dari pemeriksaan penilaian fisik dan diikuti oleh audiometri untuk
konfirmasi hasil.

Tes garpu tala mengguankan alat berupa seperangkat garpu tala frekuensi
rendah sampai tinggi 128 Hz – 2048 Hz. Satu perangkat garpu tala memberikan
skala pendengaran dari frekuensi rendah hingga tinggi dan akan memudahkan
survey kepekaan pendengaran.

Cara menggunakan garpu tala yaitu garpu tala dipegang pada tangkainya
dan salah satu tangan garpu tala dipukul pada permukaan yang berpegas, seperti
punggung tangan atau siku. Dua tes garpu tala yang paling sering digunakan
adalah Tes Rinne dan Tes Weber. Tes Rinne mengevaluasi kehilangan
pendengaran dengan membandingkan konduksi udara dengan konduksi tulang.
Pendengaran konduksi udara terjadi melalui udara dekat telinga serta melibatkan
saluran telinga dan gendang telinga. Pendengaran konduksi tulang terjadi melalui
getaran yang diambil oleh system saraf khusu telinga.

Di sisi lain, Tes Weber adalah cara untuk mengevaluasi gangguan


pendengaran konduktif dan sensorineural. Kehilangan pendengaran konduktif
terjadi ketika gelombang suara tidak dapat melewato telinga tengah ke telinga
bagian dalam. Ini bias disebabkan oleh masalah di liang telinga, gendang telinga,
atau telinga tengah, seperti infeksi, penumpukan kotoran telinga, cedera pada
gendang telinga, cairan di telinga tengah, dan kerusakan pada tulang kecil fi
telinga tengah. Sebaliknya, gangguan pendengaran sensorineural terjadi ketika
ada kerusakan pada bagian manapun dari system saraf khusus pada telinga. Ini
termasuk saraf pendengaran, sel-sel rambut di telinga bagian dalam, dan bagian
lain dari koklea. Paparan terus menerus terhadap suara keras dan penuaan adalah
alas an umum untuk jenis pendengaran ini

Jenis Tes Cara Pemeriksaan Interpretasi Hasil


Tes Rinne 1) Bunyikan garpu tala 1) Normal: Rinne
frekuensi 512 Hz positif
2) Letakkan tangkainya 2) Tuli kondusi:
tegak lurus pada planum
mastoid penderita Rinne negative
(posterior dari MAE) 3) Tuli sensori
sampai penderita tak neural: Rinne
mendengar Positif
3) Dengan cepat pindahkan
kedepan MAE penderita
4) Apabila penderita masih
mendengar garpu tala di
depan MAE disebut
Rinne positif. Bila tidak
mendengar disebut Rinne
negatif

Tes Weber 1) Bunyikan garpu tala 1) Normal: Tidak


frekuensi 512 Hz ada lateralisasi
2) Letakkan tangkainya 2) Tuli konduksi:
tegak lurus di garis mendengar lebih
median, biasanya di dahi keras di telinga
(dapat pula pada vertex, yang sakit
dagu atau pada gigi 3) Tuli
inisivus) dengan kedua sensorineural:
kaki pada garis horizontal mendengar lebih
3) Minta pasien keras pada
menunjukkan telinga telinga yang
mana yang tidaj sehat
mendengar atau
mendengar lebih keras
4) Bila pasien mendengar
pada satu telinga disebut
laterisasi ke sisi telinga
5) Bila kedua telinga tak
mendengar atau sama-saa
mendengar berarti tidak
ada laterisasi

Pemeriksaan penunjang:

1) Otoscope untuk melakukan inspeksi pada bagian telinga luar


2) Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membrane timpani
3) Kultur dan uji sensitifitas, dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (aspirasi
jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani).
4) Terlihat bayangan kolesteatom pada foto mastoid
7. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan farmakologi

Penatalaksanaan Otitis Media Akut (OMA) pada prinsipnya memberikan


terapi medikamentosa. Pemberian terapi medikamentosa ini tergantung pada
stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal ditujukan untuk mengobati
infeksi saluran nafas, dengan pemberian antibiotik, dekongestan lokal atau
sistemik, antipiretik.

1) Stadium Oklusi

Pada stadium ini pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba
eustachius, sehingga tekanan negative di telinga tengah hilang. Untuk ini
diberikan obat tetes hidung HCL efedrin 0,5% dalam larutan (<12 tahun) atau
HCL efedrin 1% dalam larutan fisiologis (untuk anak yang berumur diatas 12
tahun dan pada orang dewasa). Disamping itu sumber infeksi harus diobati.
Antibiotika diberikan apabila penyebab infeksi adalah kuman, buka oleh virus
atau alergi.

2) Stadium presupurasi
Pada stadium ini antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika perlu diberikan.
Bila membrane timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan
miringotomi. Antibiotika yang dianjurkan adalah dari golongan penisilin atau
ampisilin. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila
pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin. Pada anak
ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/BB/hari, dibagi dalam 4 dosis,
atau eritromisin 40 mg/BB/hari.

3) Stadium Supurasi/Perforasi

Disamping diberikan antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi,


bila membrane timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala-gejala klinis
lebih cepat hilang dan rupture dapat dihindari. Pada tadium ini bila terjadi
perforasi sering terlihat adanya sekret berupa purulent dan kadang terlihat
keluarnya sekret secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan
adalah obat cuci telinga H2O2 selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat.
Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam
waktu 7-10 hari.

4) Stadium resolusi

Jika terjadi stadium resolusi maka membrane timpani berangsur normal


kembali, sekret tidak ada lagi dan perforasi membrane timpani menutup.
Tetapi bila tidak terjadi resolusi akan tampak sekret mengalir di liang telinga
luar melalui perforasi embran timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena
berlanjutnya edema mukosa telinga tengah. Pada keadaan demikian
antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setelah
pengobatan sekret masih tetap banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis.
Bila OMA berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga tengah lebih dari 3
minggu, maka keadaan ini disebut otitis mediasupuratif subakut. Bila
perforasi menetap dan sekret masih tetap keluar lebih dari satu setengah bulan
atau dua bulan maka keadaan ini disebut otitis media supuratif kronik
(OMSK).
b. Penatalaksanaan Non Farmakologi
 Melakukan kompres dengan air hangat
 Melakukan pengkajian nyeri
 Mengurangi kegaduhan pada lingkungan sekitar pasien
 Memberikan informasi terkait dengan penyakit yang diderita
 Instruksikan kepada keluarga pasien tentang kamunikasi yang efektif
8. Komplikasi

Meskipun kondisi ini jarang menyebabkan komplikasi, tapi jika memang terjadi,
komplikasi bisa sangat berbahaya dan harus mendapatkan pengobatan dengan
antibiotic. OMA dapat menimbulkan komplikasi mulai dari abses subperiosteal
sampai abses otak dan meningitis. Semua jenis komplikasi tersebut biasanya didapat
pada OMSK (otitis media supuratif kronik).

OMSK merupakan infeksi kronik telinga tengah dengan perforasi membrane


timpani dan keluarnya sekret dari telinga tengah secara terus-menerus atau hilang
timbul. OMSK merupakan kelanjutan OMA yang prosesnya sudah berjalan lebih dari
dua bulan.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN OMA


1. Pengkajian Keperawatan
1) Identitas pasien

Meliputi: nama, tempat/tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin, agama,


pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, No. MR

2) Keluhan utama

Sesuai tanda dan gejala dan disertai nyeri.

3) Riwayat penyakit saat ini

Adanya rasa nyeri dibagian telinga disertai kondisi suhu tubuh meningkat.

4) Riwayat penyakit dahulu


Biasanya penyakit otitis media disebabkan oleh infeksi virus maupun infeksi
bakteri. Infeksi tersebut sering kali dipicu oleh batuk pilek atau flu sebelumnya.

5) Riwayat penyakit keluarga

Ada tidaknya dari pihak keluarga yang mengalami hal yang sama pada pasien.

6) Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital.

Tekanan darah, nadi, respirasi pada suhu mengalami peningkatan karena


sebagai tanda infeksi pada saluran telinga.

b. Keadaan umum klien


 Kepala

Lakukan inspeksi, palpasi, perkusi, dengan menggunakan senter ataupun


alat-alat lainnya apakah ada cairan yang keluar dari telinga, bagaimana
warna, bau, dan jumlah. Apakah ada tanda-tanda radang.

 Kaji adanya nyeri pada telinga


 Leher, kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher
 Dada/thorak
 Jantung
 Perut/abdomen
 Genitourinaria
 Ekstremitas
 Sistem integument
 Sistem neurologi
 Data pola kebiasaan sehari-hari
c. Nutrisi

Bagaimana pola makan dan minum klien pada saat sehat dan sakit, apakah ada
perbedaan konsumsi diit nya.

d. Eliminasi
Kaji miksi, dan defekasi klien

e. Aktivitas sehari-hari dan perawatan diri

Biasanya klien dengan gangguan otitis media ini, agak susah untuk
berkomunikasi dengan orang lain karena ada gangguan pada telinganya
sehingga ia kurang mendengar/kurang nyambung tentang apa yang
dibicarakan orang lain.

f. Pemeriksaan diagnostik
2. Diagnosis Keperawatan yang Mungkin Muncul
1) Nyeri akut berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan actual atau fungsional
2) Ansietas berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
3) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi)
4) Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
5) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan pendengaran

3. Rencana Asuhan Keperawatan

N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


O Keperawatan (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
(D.0077) keperawatan selama … x 24 (l.08238)
berhubungan jam diharapkan tingkat nyeri Observasi
dengan adanya menurun dengan kriteria hasil 1. Identifikasi lokasi,
kerusakan jaringan : karakteristik,
actual atau 1. Keluhan nyeri durasi, frekuensi,
fungsional menurun kualitas, intensitas
2. Meringis menurun nyeri
3. Gelisah menurun 2. Identifikasi skala
4. Kesulitan tidur nyeri
menurun 3. Identifikasi
respons nyeri non
verbal identifikasi
factor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
4. Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
5. Identifikasi
pengaruh budaya
terhadap respon
nyeri
6. Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
7. Monitor
keberhasilan terapi
komplementer
yang sudah
diberikan
8. Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
musik,
biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat
dan tidur
4. Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
2 Ansietas (D.0080) Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas
berhubungan keperawatan selama … x 24 (l.09314)
dengan kurang jam diharapkan Tingkat Observasi
terpaparnya ansietas menurun dengan 1. Identifikasi saat
informasi kriteria hasil : tingkat ansietas
1. Verbalisasi khawatir berubah (mis.
akibat kondisi yang Kondisi, waktu,
dihadapi menurun stressor)
2. Perilaku gelisah 2. Identifikasi
menurun kemampuan
3. Perilaku tegang mengambil
menurun keputusan
4. Anoreksia menurun 3. Monitor tanda-
5. Frekuensi pernafasan tanda ansietas
membaik (verbal dan
6. Frekuensi nadi nonverbal)
membaik Terapeutik
7. Tekanan darah 1. Ciptakan suasana
membaik terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
2. Temani pasien
untuk mengurangi
kecemasan, jika
memungkinkan
3. Pahami situasi
yang membuat
ansietas
4. Dengarkan dengan
penuh perhatian
5. Gunakan
pendekatan yang
tenang dan
meyakinkan
6. Tempatkan barang
pribadi yeng
memberikan
kenyamanan
7. Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang
memicu
kecemasan
8. Diskusikan
perencanaan
realistis tentang
peristiwa yang
akan dating
Edukasi
1. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami
2. Informasikan
secara factual
mengenai
diagnosis,
pengobatan, dan
prognosis
3. Anjurkan keluarga
untuk tetap
Bersama pasien,
jika perlu
4. Anjurkan
melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
5. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
6. Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
7. Latih penggunaan
mekanisme
pertahanan diri
yang tepat
8. Latih teknik
relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian obat
antiansietas, jika
perlu
3 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia
(D.0130) keperawatan selama … x 24 (l.15506)
berhubungan jam diharapkan Observasi
dengan proses Termoregulasi membaik 1. Identifikasi
penyakit (infeksi) dengan kriteria hasil : penyebab
1. Menggigil menurun hipertermia (mis.
2. Suhu tubuh membaik Dehidrasi, terpapar
3. Suhu kulit membaik lingkungan panas,
penggunaan
incubator)
2. Monitor suhu
tubuh
3. Monitor kadar
elektrolit
4. Monitor haluaran
urine
5. Monitor
komplikasi akibat
hipertermia
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan
yang dingin
2. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika
mengalami
hyperhidrosis (keringat
berlebih)
6. Lakukan pendinginan
eksternal (mis. Selimut
hipotermia atau
kompres dingin pada
dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
7. Hindari pemberian
antipiretik dan aspirin
8. Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
4 Deficit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
(D.0019) keperawatan selama … x 24 (l.03119)
berhubungan jam diharapkan Status nutrisi Observasi
dengan membaik dengan kriteria 1. Identifikasi status
ketidakmampuan hasil: nutrisi
menelan makanan 1. Porsi makanan yang 2. Identifikasi alergi
dihabiskan meningkat dan intoleransi
2. Kekuatan otot makanan
menelan meningkat 3. Identifikasi
3. Frekuensi makan makanan yang
membaik disukai
4. Identifikasi
kebutuhan kalori
dan jenis nutrient
5. Identifikasi
perlunya
penggunaan selang
nasogastric
6. Monitor asupan
makanan
7. Monitor berat
badan
8. Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
1. Lakukan oral
hygiene sebelum
makan, jika perlu
2. Fasilitasi
menentukan
pedoman diet (mis.
Piramida
makanan)
3. Sajikan makanan
secara menarik
dan suhu yang
sesuai
4. Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
5. Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
6. Berikan suplemen
makanan, jika
perlu
7. Hentikan
pemberian makan
melalui selang
nasogastric jika
asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi
duduk, jika
mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian mediasi
sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetic), jika
perlu
2. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu

5 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Minimalisasi


persepsi sensori keperawatan selama … x 24 Rangsangan (l.08241)
(D.0085) jam diharapkan fungsi sensori Observasi
berhubungan membaik dengan kriteria 1. Periksa status
dengan gangguan hasil: mental, status
pendengaran 1. Ketajaman sensori, dan tingkat
pendengaran kenyamanan (mis.
meningkat Nyeri, kelelahan)
Terapeutik
1. Diskusikan tingkat
toleransi terhadap
beban sensori (mis.
Bising, terlalu
terang)
2. Batasi stimulus
lingkungan (mis.
Cahay, suara,
aktivitas)
3. Jadwalkan
aktivitas harian dan
waktu istirahat
4. Kombinasikan
prosedur/tindakan
dalam satu waktu,
sesuai kebutuhan
Edukasi
1. Ajarkan cara
meminimalisasi
stimulus (mis.
Mengatur
pencahayaan
ruangan,
mengurangi
kebisingan,
membatasi
kunjungan)
Kolaborasi
1. Kolaborasi dalam
meminimalkan
prosedur/tindakan
2. Kolaborasi
pemberian obat
yang
mempengaruhi
persepsi stimulus

Daftar Pustaka
Misza, Fahmi. 2020. Askep OMA new. https://id.scribd.com/document/488873777/Askep-
OMA-new. Diakses 15 maret 2022
Rahman. 2019. LAPORAN PENDAHULUAN OTITIS MEDIA AKUT.
https://www.academia.edu/36189248/LAPORAN_PENDAHULUAN_OTITIS_MEDI
A_AKUT. Diakses 12 maret 2022
Ramadhani, Aulia. 2017. Askep Oma Paling Baru Fix.
https://id.scribd.com/document/360528761/Askep-Oma-Paling-Baru-Fix. Diakses 12
maret 2022
‌wafilatul. 2021. LP & ASKEP OMA KLP 4. https://id.scribd.com/document/510628120/LP-
ASKEP-OMA-KLP-4. Diakses 12 maret 2022

Waluyo U, Iii B, Dan H, Hasil P. http://repository2.unw.ac.id/1178/8/D3_080117A025_BAB


%20III%20-%20Febri%20Chaca.pdf diakses 13 maret 2022

‌Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indoneisa:Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.M

DENGAN OTITIS MEDIA AKUT


DI RUANG WIJAYA KUSUMA II RSUD KABUPATEN KARANGASEM

TANGGAL 14 -15 MARET 2022

A. Pengkajian Keperawatan

I. Identitas Pasien

Nama : An.M Tanggal Masuk RS: 14 maret 2022

Tempat/Tanggal Lahir: Karangasem, 15-01-2016 Sumber Informasi : ayah pasien

Umur : 6 tahun Agama : hindu

Jenis Kelamin : perempuan Status Perkawinan : belum menikah

Pendidikan : TK Suku : Bali

Pekerjaan :- Lama Bekerja : -

Alamat : Jl. I Gusti Ngurah Tenganan, Desa Pesedahan, manggis, Karangasem

Keluhan Utama

Pada saat dilakukan pengkajian ayah pasien mengatakan telinga anaknya sakit atau nyeri
seperti ditusuk-tusuk. Keluar cairan bening dari telinga, dan pendengaran telinganya
berkurang.

Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien datang ke RSUD Karangasem pada tanggal 14 maret 2022 dengan keluhan
utama telinga sakit atau nyeri. Pasien juga mual dan malas makan, serta demam.
Sudah 2 minggu menggaruk-garuk telinganya dan keluar cairan kuning dari
telinganya.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu


Ayah pasien mengatakan anaknya suka bermain air dan sudah diberi obat tetes telinga
dari apotik.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ayah pasien mengatakan tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit yang
sama.

1) Keluarga terdekat yang dapat dihubungi: ayah pasien

Pekerjaan : guru

Pendidikan : S1

Alamat : jl.i gusti ngurah tenganan, desa pesedahan, manggis, Karangasem

2) Alergi : Pasien mengatakan tidak memiliki alergi


3) Kebiasaan : pasien mengatakan tidak memiliki kebiasaan
merokok/kopi/obat/alkohol/lain-lain
4) Obat-obatan : tidak ada
5) Pola nutrisi :

Frekuensi/porsi makan : 3x sehari

Berat Badan :20 kg Tinggi Badan:115 cm

Jenis makanan : nasi ditambah lauk pauk, sayur dan kadang kadang juga
mengkonsumsi buah dan makanan tambahan seperti snack.

Makanan yang disukai : mie

Makanan tidak disukai : tidak ada

Makanan pantangan : tidak ada

Nafsu makan :

[ ] baik

[√ ] sedang,alasan : mual/muntah/sariawan/dll

[ ]kurang,alasan : mual/muntah/sariawan/dll
Perubahan BB 3bulan terakhir :

[ ] bertambah...........................kg

[√ ] tetap

[ ] berkurang...........................kg

6) Pola eliminasi :
a. Buang air besar

Frekuensi: 1x sehari Waktu:pagi/siang/sore/malam

Warna : kecoklatan Konsistensi :lunak

PenggunaanPencahar : tidak ada

b. Buang air kecil

Frekuensi : 5-6x sehari Warna : kuning Bau : normal

7) Pola tidur dan istirahat:

Waktu tidur(jam) : pukul 22.00 WITA

Lama tidur/hari : Saat sehat pasien mengatakan tidur 7 sampai 8 jam pada malam
hari dan tidur siang 1-2 jam. Saat sakit Pasien mengatakan tidak
dapat tidur nyenyak seperti sebelumnya dikarenakan nyeri pada
telinganya.

Kebiasaan pengantar tidur : mendengarkan dongeng

Kebiasaan saat tidur : tidak ada

Kesulitan dalam hal tidur : [ √] menjelang tidur

[ ] sering/mudahterbangun

[ ] merasa tidak puas setelah bangun tidur

8) Pola aktivitas dan latihan:


a. Kegiatan dalam pekerjaan :belum bekerja

b. Olahraga : renang

c. Kegiatan diwaktu luang : menonton TV

d. Kesulitan/keluhan dalam hal ini : [ ] pergerakan tubuh [ ] bersolek

[ ] mandi,berhajat [ ] mudah merasa kelelahan

[ ] mengenakan pakaian [ ] sesak nafas setelah


mengadakan aktivitas

9) Pola kerja: pasien belum bekerja


II. Riwayat Keluarga Genogram :

Kakek nenek kakek nenek

Ayah Ibu

Kakak Saya Adik

III. Riwayat Lingkungan

Kebersihan Lingkungan : Bersih

Bahaya : tidak ada

Polusi : tidak ada

IV. Aspek Psikososial


1. Pola pikir dan persepsi
a. Alat bantu yang digunakan: [ ] kacamata [ ]alat bantu pendengaran
b. Kesulitan yang dialami:
[ ] sering pusing

[ ] menurunnya sensitifitas terhadap panas dingin

[√ ] membaca/menulis

2. Persepsi diri

Hal yang dipikirkan saat ini : pasien memikirkan kondisi telinganya

Harapan setelah menjalani perawatan : pasien berharap ingin segera sembuh dari
sakitnya

Perubahan yang dirasa setelah sakit : pasien menjadi jarang berenang dan
bermain air

3. Suasana hati : gelisah


4. Hubungan/komunikasi : baik
a. Bicara

[√] jelas Bahasa utama : bahasa Indonesia

[ ] relevan Bahasa daerah : bahasa bali

[ ] mampu mengekspresikan

[√] mampu mengerti orang lain

b. Tempat tinggal

[ ] sendiri

[√] Bersama orang lain,yaitu orang tua

c. Kehidupan keluarga

- adat istiadat yang dianut : adat istiadat bali

- pembuatan keputusan dalam keluarga : ayah

- pola komunikasi : baik

- keuangan : [ √] memadai [ ] kurang


d. Kesulitan dalam keluarga

Tidak ada

5. Kebiasaan seksual
a. Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi sebagai berikut: tidak ada

[ ] fertilitas [ ] menstruasi [ ] libido [ ] kehamilan [ ] ereksi [ ] alat kontrasepsi

b. Pemahaman terhadap fungsi seksual: pasien belum mengerti

6. Pertahanan koping
a. Pengambilan keputusan

[ ] sendiri

[√ ] dibantu orang lain;sebutkan ayah

b. Yang disukai tentang diri sendiri :


c. Yang ingin dirubah dari kehidupan : tidak ada
d. Yang dilakukan jika sedang stress :

[ ] pemecahan masalah [ ] cari pertolongan

[√ ] makan [ ] makan obat

[√ ] tidur [ ] lain-lain(misalnya marah,diam dll)


sebutkan ................. ..................................................................................................
.

7. Sistem nilai–kepercayaan
a. Siapa atau apa yang menjadi sumber kekuatan : tuhan dan orang tua
b. ApakahTuhan,Agama,Kepercayaan penting untuk anda : [√ ] ya [ ] tidak
c. Kegiatan Agama atau Kepercayaan yang dilakukan (macam dan frekuensi)
Sebutkan : sembahyang 3x sehari
d. Kegiatan Agama atau Kepercayaan yang ingin dilakukan selama dirumah sakit,
Sebutkan : berdoa dari tempat tidur
V. Pengkajian Fisik
A. Vital Sign

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Suhu : 39oC

Nadi : 90x/menit

Pernafasan : 20x/menit

B. Kesadaran : keadaan umum lemah


C. Keadaan umum:

 Sakit/nyeri :1.ringan 2.sedang 3.berat

Skala nyeri : 5 Nyeri di daerah : telinga

 Status gizi :1.gemuk 2.normal 3.kurus

BB :20 kg TB: 115 cm

 Sikap :1.tenang 2.gelisah 3.menahan nyeri

 Personal hygiene :1.Bersih 2.kotor 3.lain-lain…….

 Orientasiwaktu/tempat/orang:1.Baik 2.terganggu……

D. Pemeriksaan Fisik Head To Toe


1. Kepala

 Bentuk : 1.mesochepale 2.mikrochepale 3.hidrochepale 4.lain-lain……………

 Lesi/luka :1.hematom 2.perdarahan 3.lukasobek 4.lain-lain………….

2. Rambut

 Warna :hitam  Kelainan :rontok/dll………….

3. Mata

 Penglihatan :1.normal 2.kacamata/lensa 3.lain-lain…….


 Sklera :1.ikterik 2.tidak ikterik

 Konjungtiva :1.anemis 2.tidak anemis

 Pupil :1.isokor 2.anisokor 3.midriasis 4.katarak

 Kelainan :kebutaan kanak/kiri……….

 Data tambahan: tidak ada

4. Hidung

 Penghidu :1.normal 2.ada gangguan………

 Sekret/darah/polip :tidak ada

 Tarikan caping hidung :1.ya 2.Tidak

5. Telinga

 Pendengaran : 1.normal 2.kerusakan

3.tuli kanan/kiri 4.Tinnitus

5.alat bantu dengar 6.lainnya

 Skret/cairan/darah: 1.ada/tidak 2.bau: tidak ada 3.warna kuning

6. Mulut Dan Gigi

 Bibir :1.lembab 2.kering 3.cianosis 4.pecah-pacah

 Mulut dan tenggorokan:1.normal 2.lesi 3.stomatitis

 Gigi:1.penuh/normal 2.ompong 3.lain-lain…....

7. Leher

 Pembesaran tyroid :1.ya 2.tidak

 Lesi :1.tidak 2.ya,disebelah…….

 Nadikarotis :1.teraba 2.tidak


 Pembesaran limfoid :1.ya 2.Tidak

8. Thorax

 Jantung :1.nadi 90x/menit, 2.kekuatan:kuat/lemah

3.irama:teratur/tidak 4.lain-lain…………….

 Paru :1.frekwensi nafas :teratur/tidak

2.kwalitas :normal/dalam/dangkal

3.suara nafas :vesikuler/ronchi/wheezing

4.batuk :ya/tidak

5.sumbatan jalan nafas:sputum/lendir/darah/ludah

 Retraks idada :1.ada 2.tidak ada

9. Abdomen

 Peristaltik usus :1.ada;20x/menit 2.tidakada 3.hiperperistaltik 4. lain-lain…

 Kembung :1.ya 2.tidak

 Nyeri tekan :1.tidak 2.ya dikuadran……../

 Ascites : 1.ada 2.tidakada

10. Genetalia

 Pimosis:.tidak

 Alat Bantu :.tidak

 Kelainan :1.tidak

11. Kulit

 Turgor :1.elastis 2.kering 3.lain-lain

 Laserasi:1.luka 2.memar 3.lain-lain didaerah…………..


 Warna kulit :1.normal(sawo matang) 2.pucat 3.cianosis 4. ikterik 5.lain-
lain………

12. Ekstrimitas

 Kekuatan otot : ekstremitas atas dan bawah baik

 ROM :1.penuh 2.terbatas

 Hemiplegi/parese:1.tidak 2.ya,kanan/kiri

 Akral :1.hangat 2.dingin

 Capillaryrefilltime :1.<3detik 2.>3detik

 Edema :1.tidak ada 2.ada didaerah………….

 Lain-lain :………………..

VI. Pemeriksaan Penunjang

Tes Audiometri : AC menurun

X ray : Terhadap kondisi patologi

Tes berbisik

Tes garpu tala

B. Diagnosis Keperawatan
1) Analisa Data

No Data Analisis Masalah


1 DS: Infeksi bakteri Nyeri Akut
- Pasien mengatakan
nyeri pada bagian Infeksi tuba eustachius
telinga seperti
ditusuk-tusuk Invasi kuman menjadi

- Ayah pasien terganggu dan memproduksi

mengatakan mucus meningkat


anaknya suka
menggaruk-garuk Tekanan negative di dalam
telinga dan suka telinga tengah
bermain air
P: Nyeri disebabkan Retraksi membrane timpani

proses infeksi/
peradangan pada teliga Terjadi edema

pasien
Terbentuknya eksudat purulent
Q: seperti ditusuk-
tusuk
Hancurnya sel epitel superfisial
R: Nyeri pada telinga
dan agar terganggu
Membrane timpani menonjol
dalam pendengaran
kea rah liang telinga
S: skala 5
T: setiap saat dan
Nyeri telinga
pasien menangis

DO:
- Pasien tampak
meringis
- TD : 120/80
mmHg
- Suhu : 39oC
- Nadi :
90x/menit
- RR : 20x/menit
2 DS: Infeksi bakteri Hipertermia
- Pasien
mengatakan Infeksi tuba eustachius
bahwa
badannya Invasi kuman menjadi

demam selama terganggu dan memproduksi

3 hari mucus meningkat

- Pasien
mengatakan Tekanan negative di dalam

nafsu makan telinga tengah

menurun
Retraksi membrane timpani

Merangsang pelepasan zat


DO:
pyrogen oleh leukosit
- Pasien tampak
lemah dan pucat
impuls disampaikan ke
- Pasien tampak
hipotalamus pada bagian
tiduran di
termoregulator
kamar
- S: 39OC
merespon dengan peningkatan
suhu

demam

Hipertermia
2) Rumusan Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi pada telinga
kanan) dibuktikan dengan Pasien mengatakan nyeri pada bagian telinga seperti
ditusuk-tusuk, Pasien tampak meringis, P: Nyeri disebabkan proses infeksi/
peradangan pada teliga pasien, Q: seperti ditusuk-tusuk, R: Nyeri pada telinga dan
agar terganggu dalam pendengaran, S: skala 5, T: setiap saat dan pasien menangis
2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi dibuktikan dengan Pasien
mengatakan bahwa badannya demam selama 3 hari, nafsu makan menurun, Pasien
tampak lemah dan pucat, S: 39OC

C. Perencanaan Keperawatan

No. Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Dx Hasil
1 Setelah dilakukan Manajemen nyeri Manajemen nyeri
tindakan keperawatan (l.08238) (l.08238)
selama 2 x 24 jam Observasi Observasi
diharapkan tingkat 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui
nyeri menurun karakteristik, durasi, lokasi dan
dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas, karakteristik nyeri
1. Keluhan nyeri intensitas nyeri 2. Untuk mrngrtahui
menurun 2. Identifikasi skala skala nyeri pasien
2. Meringis nyeri Terapeutik
menurun 1. Untuk mengurangi
3. Kesulitan tidur Terapeutik rasa nyeri pasien
menurun 1. Berikan teknik 2. Untuk memfasilitasi
4. Nafsu makan nonfarmakologis istirahat dan tidur
membaik untuk mengurangi pasien
5. Pola tidur rasa nyeri (mis. Edukasi
membaik TENS, hypnosis, 1. Untuk memberitahu
akupresur, terapi penyebab, periode,
musik, biofeedback, dan pemicu nyeri
terapi pijat, 2. Untuk memberitahu
aromaterapi, teknik strategi meredakan
imajinasi nyeri
terbimbing, kompres 3. Untuk mengajarkan
hangat/dingin, terapi teknik
bermain) nonfarmakologi
2. Fasilitasi istirahat Kolaborasi
dan tidur 1. Untuk memberikan
Edukasi analgetik
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2 Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia Manajemen Hipertermia


tindakan keperawatan (l.15506) (l.15506)
selama 2 x 24 jam Observasi Observasi
diharapkan 1. Identifikasi 1. Mengetahui
Termoregulasi penyebab penyebab hipotermia
membaik dengan hipertermia (mis. pasien
kriteria hasil : Dehidrasi, terpapar 2. Untuk memantau
1. Menggigil lingkungan panas, perubahan suhu
menurun penggunaan Terapeutik
2. Pucat menurun incubator) 1. Menyeimbangkan
3. Suhu tubuh 2. Monitor suhu tubuh kebutuhan cairan
membaik Terapeutik pasien
1. Berikan cairan oral 2. Menurunkan suhu
2. Lakukan pendinginan dengan teknik
eksternal (mis. Selimut nonfarmakologis
hipotermia atau kompres Edukasi
dingin pada dahi, leher, 1. Meminimalisir
dada, abdomen, aksila) jumlah kegiatan
Edukasi pasien
1. Anjurkan tirah baring Kolaborasi
Kolaborasi 1. Membantu
1. Kolaborasi menurunkan suhu
pemberian cairan dengan farmakologi
dan elektrolit
intravena, jika perlu

D. Pelaksanaan

No.Dx Tgl/Jam Implementasi Respon Paraf


1 Senin, 14 Mengidentifikasi lokasi, DS: Ttd
maret 2022 karakteristik, durasi, P: Nyeri disebabkan
09.00 wita frekuensi, kualitas dan proses infeksi/
intensitas nyeri peradangan pada teliga
pasien
Q: seperti ditusuk-tusuk
R: Nyeri pada telinga dan
agar terganggu dalam
pendengaran
S: skala 5
T: Pasien mengatakan
nyeri sudah 3 hari
DO: pasien tampak
09.35 wita Mengidentifikasi skala Ttd
meringis
nyeri
DS: Pasien mengatakan
skala nyeri 5 dari 10
DO: pasien tampak
09.50 wita Memberikan kompres meringis
dingin dibelakang untuk Ttd

mengurangi nyeri DS: pasien mengatakan


mau dikompres
10.30 wita Memfasilitasi istirahat dan DO: pasien tampak rileks
Ttd
tidur
DS: pasien mengatakan
14.00 wita
Menjelaskan penyebab, mau beristirahat
DO: pasien tampak tidur Ttd
periode, dan pemicu nyeri
DS: pasien dan keluarga
mengatakan mau
diberikan penjelasan
DO: pasien tampak
14.15 wita
Menjelaskan strategi mendengarkan dengan
Ttd
meredakan nyeri seksama
DS: Pasien mengatakan
14.40 wita mau diberikan penjelasan Ttd
Mengajarkan teknik
DO: pasien tampak
relaksasi napas dalam
mengerti
DS: pasien mengatakan
mau mengikuti instruksi
perawat
DO: pasien tampak
mempraktikan instruksi
16.00 wita Ttd
perawat
Mengkolaborasikan
DS: pasien mengatakan
pemberian analgetik
merasa nyaman
DO: pasien tampak tenang
2 Senin, 14 Mengidentifikasi penyebab S: - Ttd
maret 2022 hipertermia O: pasien demam karena
16.10 wit infeksi pada telinga
a

Memonitor suhu tubuh S: ayah pasien Ttd


16.30 Wit mengatakan badan pasien
a panas
O: S: 39OC
N: 90x/menit
RR: 20x/menit
Memberikan cairan oral: Ttd
S: ayah pasien
- Air putih
mengatakan pasien sudah
16.40 wita - Paracetamol syrup
meminum obat
3x7,5ml cth
O: pasien meminum 1
gelas air putih dan
Paracetamol syrup 3x7,5ml
cth
Ttd
Melakukan pendinginan
eksternal (kompres dingin) S: pasien mengatakan
17.00 wita mau di kompres
O: pasien tampak
kooperatif
S: ibu pasien mengatakan Ttd
Menganjurkan tirah baring mengerti dan akan
membatasi aktivitas anak
17.30 wita O: ibu pasien tampak
kooperatif
S: - Ttd
Mengkolaborasikan
O: terpasang infus asering
pemberian cairan dan
10 tpm
18.00 wita elektrolit intravena infus
asering 10 tpm
1 Selasa, 15 Mengidentifikasi skala S: pasien mengatakan Ttd
maret 2022 nyeri nyeri sudah berkurang
08.00 wita P: Nyeri disebabkan
proses infeksi/
peradangan pada
teliga pasien
Q: nyeri seperti
ditusuk-tusuk
berkurang
R: nyeri pada bagian
telinga
S: skala 2 dari 0-10
T: pasien mengatakan
nyeri hilang timbul
08.30 wita Mengkolaborasikan O: pasien tampak tenang Ttd
pemberian analgetik S: pasien mengatakan
bersedia minum obat
O: Sirup paracetamol 7,5
ml
- Tidak ada tanda-
Memonitor suhu tubuh
2 tanda alergi obat
09.00 wita pasien Ttd
S: ibu pasien mengatakan
bersedia jika anaknya dicek
suhunya
Memberikan cairan oral: O: S: 36,2o C
09.30 wita - Air putih S: ibu pasien mengatakan Ttd
- Susu anaknya sudah meminum
1 gelas susu
Menganjurkan tirah baring O: pasien minum susu
09.45 wita Ttd
S: ibu pasien mengatakan
akan mengikuti anjuran
O: ibu pasien sangat
kooperatif

E. Evaluasi

No.Dx Tgl/jam Evaluasi Paraf


1 Selasa, 15 S: Pasien mengatakan nyerinya sudah berkurang Ttd
maret 2022 dengan skala 2 dari 0-10
11.00 wita O: - Pasien mulai bisa mendengar
- Pasien sudah tidak meringis
A: tujuan tercapai, masalah teratasi
P: pertahankan kondisi pasien
2 11.00 wita Ttd
S: ayah pasien mengatakan anaknya sudah tidak
demam lagi
O: - pasien sudah tidak pucat
- Suhu tubuh membaik
- S: 36,2OC
A: tujuan tercapai, masalah teratasi
P: pertahankan kondisi pasien

Denpasar, 15 Maret 2022


Nama Pembimbing/CT Nama Mahasiswa

V.M. Endang S.P. Rahayu, SKp.M.Pd. Ni Komang Putri Widiastrini

NIP. 195812191985032005 NIM. P07120220013

Anda mungkin juga menyukai