PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apakah pengertian dari Desinfeksi ?
1.2.2. Apa sajakah jenis-jenis Desinfeksi?
1.2.3. Bagaiamanakah cara Desinfeksi?
1.2.4. Bagaiamanakah cara kerja desinfektan?
1.2.5. Apa sajakah macam desinfeksi itu ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Konsep Desinfeksi
2.1.1. Pengertian Desinfeksi
Desinfeksi adalah proses pembuangan semua organisme patogen pada objek
yang tidak hidup dengan pengecualian pada endospora bakteri(A. Aziz Alimul H.,
2012). Desinfeksi juga dikatakan sebagai suatu tindakan yang dilakukan untuk
membunuh kuman patogen dan apatogen tetapi tidak dengan membunuh spora.
Desinfeksi dilakukan dengan menggunakan bahan desinfektan mellaui dengan
mencuci, mengoles, merendam, dan menjemur dengan tujuan mencegah terjadinya
infeksi, dan mengondisikan alat dalam keadaan siap pakai. Kemampuan desinfeksi
ditentukan oleh waktu sebelum pembersihan objek, kandungan zat organik, tipe
dan tingkat kontaminasi mikroba, konsentrasi dan waktu pemaparan, kealamian
objek, suhu dan derajat keasaman (pH).
Desinfektan dapat diartikan sebagai bahan kima atau pengaruh fisika yang
digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti
bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme
atau kuman penyakit lainnya. Sedangkan antiseptik merupakan bahan kima yang
dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur
dan lain-lain pada jaringan hidup. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk proses
desinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan, dan pakaian.
Adapun tujuan dari diadakannya desinfeksi adalah mencegah terjadinya
infeksi, mencegah makanan menjadi rusak, mencegah kontaminasi
mikroorganisme, dan mencegah kontaminasi terhadap bahan-bahan yang dipakai
dalam melakukan biakan murni.
Prosedur kerja:
a. Masukkan larutan lisol/kreolin 0,5% sebanyak 5 cc ke dalam 1 liter air. Larutan
ini dapat digunakan untuk mencuci tangan.
b. Masukkan larutan lisol/kreolin 2% sebanyak 20 cc atau larutan lisol/kreolin 3%
sebanyak 30 cc ke dalam 1 liter air. Larutan ini dapat digunakan untuk merendam
peralatan medis.
3. Savlon
Alat/bahan:
a. Savlon
b. Gelas ukuran
c. Baskom berisi air secukupnya
Prosedur kerja:
a. Masukkan larutan savlon 0,5% sebanyak 5 cc ke dalam 1 liter air
b. Masukkan larutan savlon 1% sebanyak 10 cc ke dalam 1 liter air.
3. Biguanid
Klorheksidin merupakan contoh biguanid yang digunakan secara luas dalam
bidang kedokteran gigi sebagai antiseptik kontrok plak.
4. Fenol
Larutan jernih tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk
membersihkan alat yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat
organik.Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah.Namun karena
sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, banyak digunakan di rumah sakit
dan laboratorium.
5. Klorsilenol
Merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai
antiseptik, aktivitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya
terbatas sebagai desinfektan (misalnya dettol).
Kriteria desinfektan yang ideal adalah bekerja dengan cepat untuk
menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar; aktivitasnya tidak dipengaruhi
oleh bahan organic, pH, temperature dan kelembaban; tidak toksik pada hewan dan
manusia; tidak bersifat korosif; tidak berwarna dan meninggalkan noda; tidak
berbau; bersifat biodegradable/mudah diurai; larutan stabil; mudah digunakan dan
ekonomis; serta aktivitasnya berspektrum luas.
Desinfeksi Permukaan
Desinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati.
Desinfektan dapat dibedakan menurut kemampuan membunuh beberapa kelompok
mikroorganisme, desinfektan tingkat tinggi dapat emmbunuh virus, seperti virus
influenza dan herpes, tetapi tidak dapat membunuh virus polio, hepatitis B, dan M.
Tbc.
Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari 3 desinfektan seperti
iodophor, derivate fenol, atau sodium hipokrit :
Iodhopor dilarutkan menurut petunjuk pabrik. Zat ni harus dilarutkan baru
setiap hari dengan aquades. Dalam bentuk larutan, desinfektan ini tetap efektif
namun kurang efektif bagi kain atau bahan plsstik.
Derivet Phenol dilarutkan
8 dengan perbandingan 1:32 dan laritan tersebut tetap
stabil untuk waktu 60 hari. Keuntungannya adalah ‘efek tinggal’ dan kurang
menyebabkan perubahan warna pada instrumen atau permukaan keras.
Sodium Hipokrit yang dilarutkan dengan perbandingsn 1:10 hingga 1:100,
harganya murah dansangat efektif. Harus hati-hati untuk beberapa jenis logam
karena bersifat korosif, terutama untuk aluminium. Kekurangannya yaitu
menyebabkan pemutihan pada pakaian dan menyebabkan bau ruangan seperti
kolam renang.
Untuk mengdesinfeksi permukaan, umumnya dapat dipakai salah satu dari ketiga
desinfektan diatas. Tiap desinfektan tersebut memiliki efektifitas ‘tingkat
menengah’ bila permukaan tersebut dibiarkan basah untuk waktu 10 menit.
9
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Desinfeksi adalah proses pembuangan semua mikroorganisme patogen pada
objek yang tidak hidup dengan pengecualian pada endospora bakteri.
2. Berdasarkan jenisnya, desinfeksi dibagi menjadi tiga yaitu desinfeksi tingkat
tinggi, desinfeksi tingkat sedang dan desinfeksi tingkat rendah.
3. Desinfeksi dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu cara desinfeksi dengan
mencuci, cara desinfeksi dengan mengoleskan, cara desinfeksi dengan merendam
dan cara desinfeksi dengan menjemur.
4. Macam-macam desinfektan yaitu alkohol, glutaraldehid, biguanid, fenol, dan
klorsilenol.
5. Cara kerja desinfektan menurut prosesnya yaitu dengan denaturasi protein
mikroorganisme, pengendapan protein dalam protoplasma, oksidasi protein,
mengganggu sistem dan proses enzim, dan modifikasi dinding sel atau membran
sitoplasma
3.2. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan kepada pihak terkait adalah Kepada semua
pihak yang terkait di pelayanan kesehatan baik klinik, puskesmas, rumah sakit dan lain-
lain, agar menerapkan metode desinfeksi sesuai prosedur untuk mencegah terjadinya
penularan infeksi. Karena angka penularan infeksi merupakan salah satu indikator
penerapan patient safety.
10
DAFTAR PUSTAKA
11