Oleh:
KELOMPOK 14
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Konsep Managemen Infeksi Nosokomial” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
mata kuliah Manajemen Patient Safety.
Penyusunan makalah ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan motivasi
berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Runiari, dosen mata kuliah Manajemen Patient Safety Politeknik
Kesehatan Denpasar Jurusan Keperawatan;
2. Orang tua penulis selaku fasilitator; dan
3. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu.
Kami menyadari, makalah ini memiliki banyak kekurangan karena
terbatasnya kemampuan kami. Untuk itu, kami mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat konstruktif sehingga kami dapat menyempurnakan makalah ini dan
karya-karya berikutnya. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih.
i
Daftar Isi
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari infeksi nosokomial
2. Untuk mengetahui dan memahami faktor yang dapat memengaruhi proses
infeksi
3. Untuk mengetahui dan memahami proses terjadinya infeksi nosokomial
4. Untuk mengetahui dan memahami kriteria dari infeksi nosokomial
5. Untuk mengetahui dan memahami kewaspadaan standar untuk pencegahan
infeksi nosokomial
6. Untuk mengetahui dan memahami tindakan pencegahan terhadap infeksi
nosokomial
3
BAB II
PEMBAHASAN
5
bedah/kebidaan, peratalan laboratorium, peralatan infus atau transfuse.
b. Vector-borne
Sebagai media prantara penularan adalah vector
(serangga), yang memindakan mikroba pathogen ke pejamu
dengan cara berikut.
1. Cara mekanis
Pada kaki serangga melekat kotoran/sputum (mikroba
patogen), lalu hinggap pada makanan atau minuman, di mana
akan masuk seluruh cerna penjamu.
2. Cara biologis
Sebelum masuk ke tubuh pejamu, mikroba mengalami siklus
perkembangbiakan dalam tubuh vector/serangga,selanjutnya
mikroba di pindahkan kedalam tubuh pejamu melalui gigitan.
c. Food-borne
Makanan dan miniman adalah media perantara yang
cukup evektif untuk menyebarkan mikroba pathogen ke pejamu,
yaitu melalui pintu masuk (port d’entree) saluran cerna.
d. Water-borne
Tersedianya air bersih baik secara kuantitatif maupun
kualitatif- terutama untuk kebutuhan rumah sakit.
b. Tahap inkubasi
Setelah masuk ke tubuh pejamu, mikroba patogen mulai beraksi,
namun tanda dan gejala penyakit belum tampak (subklinis). Saat mulai
masuknya mikroba patogen ke tubuh pejamu hingga saat munculnya
tanda dan gejala penyakit lainnya, ada yang hanya beberapa jam, dan ada
yang bertahun-tahun.
c. Tahap klinis
6
Merupakan tahap terganggunya fungsi organ yang dapat memunculkan
tanda dan gejala (sign and symptoms) penyakit. Dalam
perkembangannya, penyakit akan berjalan secara bertahap. Pada tahap
awal, tanda dan gejala penyakit masih ringan. Penderita masih mampu
melakukan aktivitas sehari-hari dan masih dapat diatasi dengan berobat
jalan. Pada tahap selanjutnya, penyakit tidak dapat diatasi dengan berobat
jalan, karena penyakit bertambah parah, baik secara objektif maupun
subjektif. Pada tahap ini penderita sudah tidak mampu lagi melakukan
aktivitas sehari hari dan jika berobat, umumnya harus memerlukan
perawatan.
Adapun Kriteria infeksi nosokomial antara lain (Depkes RI 2012) sebagai berikut:
a. Waktu mulai dirawat tidak didapatkan tanda-tanda klinik infeksi dan tidak
sedang dalam masa inkubasi infeksi tersebut.
b. Infeksi terjadi sekurang-kurangnya 3 x 24 jam (72 jam) sejak pasien mulai
dirawat.
c. Infeksi terjadi pada pasien dengan masa perawatan yang lebih lama dari
waktu inkubasi infeksi tersebut.
d. Infeksi terjadi pada neonatus yang diperoleh dari ibunya pada saat
persalinan atau selama dirawat di rumah sakit.
e. Bila dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi dan terbukti
infeksi tersebut di dapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang sama
pada waktu yang lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi
7
nosokomial.
1. Kebersihan tangan
Ringkasan teknik:
a. Cuci tangan (40-60 detik): basahi tangan dan gunakan sabun, gosok seluruh
permukaan, bilas kemudian keringkan dengan handuk sekali pakai, sekaligus
untuk mematikan keran.
b. Penggosokan tangan (20-30 detik): gunakan produk dalam jumlah cukup untuk
seluruh bagian tangan, gosok tangan hingga kering.
Ringkasan indikasi:
a. Sebelum dan sesudah kontak langsung dengan pasien dan di antara pasien, baik
menggunakan maupun tidak menggunakan sarung tangan.
b. Segera setelah sarung tangan dilepas.
c. Sebelum memegang peralatan.
d. Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekret, ekskresi, kulit terluka, dan benda-
benda terkontaminasi, walaupun menggunakan sarung tangan.
e. Selama merawat pasien, saat bergerak dari sisi terkontaminasi ke sisi bersih dari
pasien.
f. Setelah kontak dengan benda-benda di samping pasien.
2. Sarung tangan
a. Gunakan bila akan menyentuh darah, cairan tubuh, sekret, ekskresi, membran
mukosa, kulit yang tidak utuh.
b. Ganti setiap kali selesai satu tindakan ke tindakan berikutnya pada pasien yang
sama setelah kontak dengan bahan-bahan yang berpotensi infeksius.
c. Lepaskan setelah penggunaan, sebelum menyentuh benda dan permukaan yang
tidak terkontaminasi, dan sebelum pindah ke pasien lain. Lakukan tindakan
membersihkan tangan segera setelah melepaskan sarung tangan.
3. Pelindung wajah (mata, hidung, dan mulut)
Gunakan a) masker bedah dan pelindung mata (pelindung mata, kaca mata
pelindung) atau b) pelindung wajah untuk melindungi membran mukosa mata,
hidung, dan mulut selama tindakan yang umumnya dapat menyebabkan
terjadinya percikan darah, cairan tubuh, sekret, dan ekskresi.
4. Gaun Pelindung
8
a. Gunakan untuk memproteksi kulit dan mencegah kotornya pakaian selama
tindakan yang umumnya bisa menimbulkan percikan darah, cairan tubuh, sekret,
dan ekskresi.
b. Lepaskan gaun pelindung yang kotor sesegera mungkin dan bersihkan tangan.
5.Pencegahan luka tusukan jarum dan benda tajam lainnya2 Hati-hati bila:
a. Memegang jarum, pisau, dan alat-alat tajam lainnya.
b. Bersihkan alat-alat yang telah digunakan.
c. Buang jarum dan alat-alat tajam lainya yang telah digunakan.
6. Kebersihan pernapasan dan etika batuk
Seseorang dengan gejala gangguan napas harus menerapkan langkah-langkah
pengendalian sumber:
a. Tutup hidung dan mulut saat batuk/bersin dengan tisu dan masker, serta
membersihkan tangan setelah kontak dengan sekret saluran napas. Fasilitas
pelayanan kesehatan harus:
b. Menempatkan pasien dengan gejala gangguan pernapasan akut setidaknya 1
meter dari pasien lain saat berada di ruang umum jika memungkinkan.
c. Letakkan tanda peringatan untuk melakukan kebersihan pernapasan dan etika
batuk pada pintu masuk fasilitas pelayanan kesehatan.
d. Pertimbangkan untuk meletakkan perlengkapan/ fasilitas kebersihan tangan di
tempat umum dan area evaluasi pasien dengan gangguan pernapasan.
7. Kebersihan Lingkungan
Gunakan prosedur yang memadai untuk kebersihan rutin dan disinfeksi
permukaan lingkungan dan benda lain yang sering disentuh.
8. Linen
Penanganan, transportasi, dan pemrosesan linen yang telah dipakai dengan cara:
a. Cegah pajanan pada kulit dan membran mukosa serta kontaminasi pada pakaian.
b. Cegah penyebaran patogen ke pasien lain dan lingkungan.
9. Pembuangan Limbah
a. Pastikan pengelolaan limbah yang aman.
b. Perlakukan limbah yang terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekret, dan ekskresi
sebagai limbah infeksius, berdasarkan peraturan setempat.
c. Jaringan manusia dan limbah laboratorium yang secara langsung berhubungan
dengan pemrosesan spesimen harus juga diperlakukan sebagai limbah infeksius.
d. Buang alat sekali pakai dengan benar.
9
10. Peralatan perawatan pasien
a. Peralatan yang ternoda oleh darah, cairan tubuh, sekret, dan ekskresi harus
diperlakukan sedemikian rupa sehingga pajanan pada kulit dan membran mukosa,
kontaminasi pakaian, dan penyebaran patogen ke pasien lain atau lingkungan
dapat dicegah.
b. Bersihkan, disinfeksi, dan proses kembali perlengkapan yang digunakan ulang
dengan benar sebelum digunakan pada pasien lain.
2.6 Tindakan Pencegahan Terhadap Infeksi Nosokomial
12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Infeksi nosokomial disebut juga Hospital Acquired Infection (HAI)
adalah infeksi yang didapatkan dan berkembang selama pasien dirawat di rumah
sakit (WHO, 2013). Sumber lain mendefinisikan infeksi nosokomial merupakan
infeksi yang terjadi di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan setelah
dirawat 3x24 jam. Sebelum dirawat, pasien tidak memiliki gejala tersebut dan
tidak dalam masa inkubasi. (Depkes RI, 2012).
Infeksi nosokomial disebabkan oleh beberapa faktor infeksi
(Hidayat,2006) antara lain sumber penyakit,kuman penyebab,cara
memebebaskan sumber dari penyebab,cara penularan,cara masuknya
kuman,daya tahan tubuh.Darmadi(2008) menyebutkan juga beberapa faktor
penyebab infeksi antara lain; faktor intriksi(diri klien), faktor keperawatan dan
faktor bakteri pathogen.
Proses terjadinya infeksi nosokomial terjadi karena transmisi langsung
dan tidak langsung. Sedangkan tahapan terjadinya infeksi yaitu tahap rentan,
tahap inkubasi, tahap klinis dan tahap akhir penyakit.
Cara mencegahnya yaitu mencuci tangan, penggunaan alat pelindung
diri, praktik keselamatan kerja, perawatan pasien, dan penggunaan antiseptic
serta dekontaminasi.
3.2 SARAN
Untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial tersebut,diharapkan klien
dan keluarga serta pemberi perawatan tetap mematuhi standar pelayanan di
Rumah sakit ataupun tempat pelayanan kesehatan lainnya,sehingga infeksi
nosokomial ini dapat diminimalisir kejadiannya.
13
Daftar Pustaka
14