Anda di halaman 1dari 10

PERAN BAHASA INDONESIA DALAM PEMBANGUNAN

ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DI INDONESIA

OLEH :

IDA AYU KETUT ATIKA SARI DEWI

P07120019002

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA

2019/2020

1
Bahasa merupakan budaya dari masyarakat yang berfungsi sebagai alat
komunikasi. Bahasa dan masyarakat adalah dua hal yang saling berpengaruh.
Apabila suatu masyarakat berkembang dengan baik, maka bahasa akan
berkembang dengan baik, Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa suatu bahasa
akan berkembang dengan baik apabila masyarakat pemakainya memberikan
perhatian positif. Sebaliknya, apabila masyarakat mengacuhkan atau melupakan
bahasa, maka bahasa itu akan musnah atau setidaknya bahasa itu sulit
berkembang.

Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, bahasa berfungsi sebagai


wahana untuk menyampaikan imformasi dengan cepat dan sekecil-kecilnya,
sehingga kita dapat menguasai ilmu tersebut. Pada saat ini, Indonesia dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi masih tertinggal jika dibandingkan
dengan di negara-negara maju seperti negara-negara di Eropa dan Amerika.
Karena bahasa Inggris berkembang secara seimbang dengan ilmu
pengetahuannya, maka penggunaan bahasa pengantar pada buku-buku yang
dipakai dalam memperkenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi pun banyak yang
menggunakan bahasa Inggris. Hal ini berbanding terbalik dengan bahasa
Indonesia yang perkembangannya tak seimbang dengan perkembangan budaya
masyarakatnya. Oleh sebab itu, walaupun bahasa Indonesia sudah berperan
sebagai alat persatuan tetapi belum dapat berperan sebagai pengantar ilmu
pengetahuan. Dengan digunakannya bahasa Indonesia sebagai pengantar ilmu
pengetahuan, salah tafsir atau makna ganda sedapat mungkin dihindari karena
kata yang dipakai umumnya lebih bersifat denotatif daripada konotatif, ungkapan
yang dipakai sederhana dan tanpa basa-basi. Di samping itu, kejelasan tuturan
ditandai dengan urutan keterangan yang saling berhubungan dan mudah dipahami
oleh pembaca, yaitu :

1. Ringkas, mengharuskan uraian yang padat tetapi tidak dengan


memendekkan atau menggunakan akronim yang tidak dikenal umum.
2. Lengkap, tidak membiarkan pembaca bertanya-tanya tentang maksud
suatu pernyataan. Sebaliknya, yang sudah nyata atau tidak perlu diulang-

2
ulang atau diberi tekanan khusus. Semua data yang perlu haruslah ada,
sedangkan yang berlebih-lebihan haruslah ditinggalkan.
3. Sederhana, ditandai dengan kosakata yang tidak bermuluk-muluk dan
sintaksis yang tidak berbelit-belit.
4. Keutuhan, yang dapat dilihat dari hubungan yang baik dan logis antara
bagian-bagian karangan, sehingga keseluruhan hubungan yang baik dan
logis tetap tampak. 
5. Keruntutan atau Coherence, yang berarti adanya keterpautan makna di
dalam suatu karya tulis. Keterpautan makna ini dapat dicapai dengan
menyusun kalimat-kalimat logis dan kronologis serta berdasarkan urutan
pentingnya kalimat. Kalimat yang satu dapat diperjelas dengan makna
kalimat yang lain, baik yang mendahului maupun yang mengikutinya.

 Tidak menggunakan Implikatur, suatu hal baru diterangkan sejelas


mngkin tanpa menggunakan implikasi seperti yang banyak terdapat
dalam bahasa lisan sehari-hari.

 Inferensi, yang akan mungkin dibuat oleh pembaca diarahkan oleh


penulis, sehingga memungkinkan adanya interpretasi yang sama bagi
para pembaca.

 Disediakan ringkasan isi agar terdapat kesesuaian antara penulis dan


pembaca.

 Proposisi yang diciptakan disesuaikan dengan tingkat pengetahuan


pembaca.

 Ketelitian, merupakan ciri khas ilmu pengetahuan dan teknologi. Ciri


ini kita temukan pula dalam pengungkapan profesional, artinya
penuturan dengan kata. Ketelitian tidak hanya menyangkut hal yang
besar, tetapi hal yang kecil pun harus diperhatikan. Ketelitian dalam
ilmu pengetahuan dan teknologi menyangkut penggunaan data,
penerapan rumus, penerapan nama orang, nama tempat, dan nama
alat, bahkan ejaan dan tanda baca. Ketelitian dalam pemakaian
lambang dan satuan.

3
Apabila seluruh ciri-ciri di atas dipergunakan dalam suatu karangan ilmiah,
ditambah dengan adanya metode penelitian yang cocok dengan materi yang
diteliti, maka karangan itu akan tampak canggih bagi pembaca. Oleh karena itu,
penulis tidak perlu takut apabila Bahasa yang dipergunakan tidak indah, tidak
muluk-muluk, dan tidak selalu menggunakan istilah baru yang merupakan
padanan kata dari bahasa asing.

Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Iptek


Derasnya arus globalisasi di dalam kehidupan kita akan berdampak pula
pada perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung
pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di
dalam era globalisasi itu, bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan di
dalam dunia persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun
komunikasi. Konsep- konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) secara tidak langsung
memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk
budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia,
yang dalam itu, sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana
pendukung pertumbuhan dan perkembangan iptek itu (Sunaryo,1993,1995).

Menurut Sunaryo, tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) iptek


tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam
struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi dan peran ganda, yaitu
sebagai akar dan produk budaya sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan
sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi(iptek). Tanpa peranan bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan
teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan
daya nalar, menjadikan bahasa sebagai prasarana berfikir modern. Oleh karena itu,
jika cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir
karena bahasa merupakan cermin dari daya nalar (pikiran).

4
Bahasa Indonesia sebagai Sarana Pembangunan IPTEK
Ditinjau dari segi usia, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang masih
muda. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional baru pada tahun 1928 yang
ditandai dengan lahirnya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. sejak
itu pula nama Indonesia dipakai sebagai nama tersebut, yang sebelumnya dikenal
dengan bahasa Melayu. Setelah Indonesia merdeka, bahasa Indonesia itu dijadikan
bahasa negara, seperti dapat dibaca pada Undang-Undang Dasar 1945, pasal 36.
ini berarti bahwa, sebagai bahasa negara bahasa Indonesia baru lahir pada tahun
1945, bersamaan dengan disahkannya Undang-Undang Dasar 1945. Suatu
kenyataan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi di negara kita ini, sedang
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kepesatan perkembangannya, perlu
diimbangi oleh bahasa yang mampu mewadahinya serta yang mampu meneruskan
ilmu pengetahuan dan teknologi ini, baik secara horisontal (kepada generasi yang
sama), maupun secara vertikal (kepada generasi yang akan datang).

Untuk itu, pada pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk bahan
pembahasan seyogyanya ditulis dengan gaya karya ilmiah, atau ilmiah populer.
Penyajian karya ilmiah populer tidak memerlukan skemata atau pengetahuan yang
rumit tentang segala sesuatu yang dibahas. Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat
disajikan dengan bahasa yang jelas, dengan mempergunakan istilah yang lazim
digunakan dalam masyarakat umum. Nadanya informatif, diselingin banyak
humor agar menarik bagi pembaca. Orang awam biasanya tidak tertarik kepada
istilah yang terlalu khusus dan terdengar aneh. Mareka ingin sesuatu yang biasa-
biasa saja, yang sudah ada di dalam masyarakat. Apabila di dalam masyarakat ada
istilah yang dapat dipergunakan untuk merujuk pada suatu konsep tentang
pengetahuan dan teknologi, maka hendaklah istilah itu dipakai. Apabila tidak ada
istilah yang sesuai dengan konsep itu, maka hendaklah mengambil istilah yang
sudah ada, yang maknanya hampir sama atau mendekati istilah yang dimaksud.

5
Penggunaan istilah baru sebagai pengganti istilah asing, memang
seyogyanya mendapatkan perhatian khusus dari para penulis karangan ilmiah.
Namun pengembangan penggunaan selanjutnya sangat bergantung kepada
keberanian istilah baru itu dalam masyarakat. Kata

canggih misalnya, kini sudah memasyarakat dengan baik. Salah satu alasannya
mungkin karena kata sophisticated yang semula dipergunakan sebelum kata
”canggih” dilakukan, belum begitu banyak dipergunakan oleh penulis ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Kata-kata politik, sukses, dan stop, misalnya sudah merupakan kata serapan
yang sangat mapan. Namun kata baru yang berasal dari kata-kata tersebut tidak
semuanya mendapat penerimaan yang sama di kalangan masyarakat. Kata
menyetop sudah lazim digunakan secara umum, demikian juga kata
memolitikkan. Namun kata menyukseskan masih bersaing dengan kata
mensukseskan tanpa ada tanda-tanda yang mana yang akan tersingkir, seperti
hanya dengan kata mempolitikkan.

Begitu pula dengan kecendrungan sementara orang untuk menggunakan


istilah-istilah yang kurang cocok untuk karangan ilmiah, seperti penggunaan
akhiran -an, untuk kata apa, dan cepat juga dapat dihilangkan.

Dalam bahasan Indonesia, untuk bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,


telah tumbuh peristilahan, ungkapan dan semantik. Menciptakan istilah
mengharuskan penghayatan ilmu yang bersangkutan dan pemahaman bahasa yang
secukupnya. Di sini kita temukan perpaduan antara cara cipta dan cita rasa. Ada
banyak istilah yang kita ciptakan hanya dengan membubuhkan awalan dan
akhiran. Kata larut misalnya, dapat kita turunkan menjadi melarut, larutan,
pelarut, pelarutan, dan kelarutan. Kita pun dapat menggali dari khasanah bahasa
Indonesia. Sebagai contoh, kita sudah lama tidak mempunyai istilah untuk
padanan kata steady flow, tetapi kita sekarang dapat mengindonesiakannya
menjadi aliran lunak. Penggunaan dari bahasa Inggris to sense kini banyak yang
dihubungkan dengan teknologi mutakhir, yaitu cara merekam permukaan bumi

6
dari setelit. Untuk itu, kini kita gunakan mengindera dan selain itu dapat pula kita
turunkan seperangkat kata, seperti pengeinderaan, penginderaan jauh, teknik
pengeinderaan dan pengindera.

Bentuk lain, penuturan bahasan Indonesia sebagai bahasa IPTEK, yang


merupakan padanan dari bahasa asing, misalnya kata engineering dapat
dipadankan dengan kata rekayasa. Dari kata rekayasa dapat diciptakan kata
perekayasaan, merekayasa, teknik merekayasa, rekayasa genetika, dan
sebagainya.

Belakangan ini ada anggapan dari kebanyakan orang, bahwa bahasa


Indonesia tidak dapat diringkas. berdasarkan penelitian dan pengamatan yang
dilakukan oleh Purwo Hadijojo, yang difokuskan pada perbandingan judul karya
ilmiah dalam bahasa Inggris Ground Water for

Irrigation dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan dengan jumlah kata yang
relatif sama, yaitu air tanah untuk irigasi, ada juga judul karya ilmiah dari bahasa
Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang lebih pendek, yaitu
The Economic Value of Ground Water dalam bahasa Indonesia Nilai Ekonomi
Air Tanah. Namun demikian, ada juga yang diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia yang lebih panjang Modern well Design dalam bahasa Indonesia
Perencanaan sumur Bor Masa Kini.

Di dalam era globalisasi itu, bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut
berperan di dalam dunia persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi,
maupun komunikasi. Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) secara tidak langsung
memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk
budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia,
yang dalam itu, sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana
pendukung pertumbuhan dan perkembangan iptek itu.

7
Tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) iptek tidak dapat tumbuh
dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata
memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk
budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung
pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran
bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang.
Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa sebagai
prasarana berfikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam menggunakan
bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena bahasa merupakan cermin
dari daya nalar (pikiran).

Peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana keilmuan perlu terus


dilakukan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Seirama dengan ini, peningkatan mutu pengajaran bahasa Indonesia di sekolah
perlu terus dilakukan.

Namun, seiring dengan bertambahnya usia, bahasa Indonesia justru


dihadang banyak masalah. Pertanyaan bernada pesimis justru bermunculan.
Mampukah bahasa Indonesia menjadi bahasa budaya dan bahasa Iptek yang
berwibawa dan punya prestise tersendiri di tengah-tengah dahsyatnya arus
globalisasi? Mampukah bahasa Indonesia bersikap luwes dan terbuka dalam
mengikuti derap peradaban yang terus gencar menawarkan perubahan dan
dinamika? Masih setia

dan banggakah para penuturnya dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai


bahasa komunikasi yang efektif di tengah-tengah perubahan dan dinamika itu?

Akan tetapi, beberapa kaidah yang telah dikodifikasi dengan susah-payah


tampaknya belum banyak mendapatkan perhatian masyarakat luas. Akibatnya bisa
ditebak, pemakaian bahasa Indonesia bermutu rendah: kalimatnya rancu dan
kacau, kosakatanya payah, dan secara semantik sulit dipahami maknanya. Anjuran

8
untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar seolah-olah hanya
bersifat sloganistis, tanpa tindakan nyata dari penuturnya (Sawali Tuhusetya,
2007).

Melihat persoalan di atas, tidak ada kata lain, kecuali menegaskan kembali
pentingnya pemakaian bahasa Indonesia dengan kaidah yang baik dan benar. Hal
ini –disamping dapat dimulai dari diri sendiri- juga perlu didukung oleh
pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah.

Pembelajaran bahasa Indonesia tidak lepas dari belajar membaca, menulis,


menyimak, berbicara, dan kemampuan bersastra. Aktivitas membaca merupakan
awal dari setiap pembelajaran bahasa. Dengan membaca, mahasiswa dilatih
mengingat, memahami isi bacaan, meneliti kata-kata istilah dan memaknainya.
Selain itu, mahasiswa juga akan menemukan informasi yang belum diketahuinya

Anda mungkin juga menyukai