Anda di halaman 1dari 5

Kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia

Kedudukan dan fungsi bahasa indonesia sudah dibekukan. Pembakuan itu terjadi sejak
dilaksanakannya Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah di Jakarta tahun
1975. Berdasarkan hasil seminar itu disebutkan maka Bahasa Indonesia berkedudukan
sebagai bahasa nasional secara resmi dimulai tahun 1928, yaitu sejak Sumpah Pemuda. Sejak
itulah bahasa Indonesia diakui sebagai bahasa nasional oleh seluruh bangsa Indonesia.

Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia mempunyai empat fungsi,
yaitu:

1. Sebagai lambang kebulatan semangat kebangsaan Indonesia;

2. Sebagai lambang identitas nasional;

3. Sebagai alat penyatuan berbagai masyarakat yang berbeda-beda


latar belakang kabahasaan, kebudayaan, kesukuan, ke dalam satu masyarakat nasional, dan;

4. Sebagai alat perhubungan antarsuku antardaerah, dan antar budaya.

Selain sebagai bahasa nasional bahasa indonesia juga sebagai bahasa negara. Dalam
kedudukannya sebagai bahasa negara secara resmi dimulai tahun 1945. Bahasa Indonesia
sebagai bahasa negara artinya bahasa indonesia harus digunakan oleh seluruh masyarakat
Indonesia dalam situasi formal yang berhubungan dengan masalah kenegaraan.Sebagai
bahasa negara, bahasa Indonesia juga mempunyai empat fungsi, yaitu:

1. Sebagai bahasa resmi pemerintahan;

2. Sebagai bahasa pengantar di dunia pendidikan;

3. Sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan;

4. Sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Keempat fungsi itu harus dilaksanakan, sebab minimal empat fungsi itulah memang sebagai
ciri penanda bahwa suatu bahasa dapat dikatakan berkedudukan sebagai bahasa negara.

Fungsi Bahasa Indonesia dalam Pembangunan Bangsa

Pernyataan sikap "bertanah air satu, tanah air Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia,
dan menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia" dalam Kongres Pemuda 28 Oktober
1928 merupakan perwujudan politik bangsa Indonesia yang menempatkan bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia telah menyatukan berbagai
lapisan masyarakat ke dalam satu-kesatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia mencapai
puncak perjuangan politik sejalan dengan perjuangan politik bangsa Indonesia dalam
mencapai kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Hal ini dibuktikan dengan
dijadikannya bahasa Indonesia sebagai bahasa negara (pada pasal 36 UUD 1945, dan juga
hasil amandemen UUD, Agustus 2002).
Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara telah menempatkan bahasa
Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks). Ipteks berkembang
terus sejalan dengan perkembangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dan bangsa
Indonesia. Perkembangan ipteks yang didukung oleh perkembangan teknologi komunikasi
dan informasi (seperti internet, e-mail, e-business, e-commerce, TV-edukasi, dan lain-lain)
melaju dengan pesat terutama memasuki abad ke-21 sekarang.

Bahasa Indonesia hingga kini menjadi perisai pemersatu yang belum pernah dijadikan
sumber permasalahan oleh masyarakat pemakainya yang berasal dari berbagai ragam suku
dan daerah. Hal ini dapat terjadi, karena bahasa Indonesia dapat menempatkan dirinya
sebagai sarana komunikasi efektif, berdampingan dan bersama-sama dengan bahasa daerah
yang ada di Nusantara dalam mengembangkan dan melancarkan berbagai aspek kehidupan
dan kebudayaan, termasuk pengembangan bahasa-bahasa daerah. Dengan demikian bahasa
Indoensia dan juga bahasa daerah memiliki peran penting di dalam memajukan pembangunan
masyarakat di dalam berbagai aspek kehidupan.

Peran bahasa Indoensia dan bahasa daerah semakin penting di dalam era otonomi daerah.
Penyelenggaraan otonomi daerah yang dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran
serta masyarakat, akan mendorong dan menumbuhkan prakarsa dan kreativitas daerah. Hal
ini tercermin dari kewenangan-kewenangan yang telah diserahkan ke daerah dalam wujud
otonomi yang luas, nyata, dan tanggung jawab. Dengan prinsip tersebut diharapkan dapat
mengakselarasi pencapaian tujuan yang telah direncanakan dalam pembangunan masyarakat.

Berdasarkan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, kewenangan Daerah


Kabupaten dan Daerah Kota mencakup semua kewenangan pemerintahan, kecuali
kewenangan bidang politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter dan
fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain yang bersifat lintas kabupaten/kota.
Kewenangan kabupaten/kota meliputi bidang pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan
kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal,
lingkungan hidup, pertanahan, koperasi dan tenaga kerja. Pengembangan Bahasa, termasuk
sastra berhubungan dengan kewenangan pemerintahan di Bidang Pendidikan dan
Kebudayaan, baik yang dimiliki pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota.

Kewenangan pemerintah pusat berupa penyediaan standar, pedoman, fasilitas dan bimbingan
dalam rangka pengembangan bahasa dan sastra. Sedangkan kewenangan untuk
penyelenggaraan kajian sejarah dan nilai tradisionil serta pengembangan bahasa dan budaya
daerah merupakan bagian dari kewenangan provinsi. Oleh karena bahasa dan sastra daerah
pada dasarnya berkembang dari masyarakat di desadesa, kampung-kampung serta kelompok
masyarakat tradisional yang secara kewilayahan berada dalam wilayah kabupaten/kota, maka
mulai di kabupaten/kota dilakukan kegiatan operasional pengembangan bahasa dan sastra
daerah.

Di tingkat nasional sudah ada Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional sebagai
lembaga yang mendapat mandat dari pemerintah untuk melakukan perencanaan bahasa. Pada
tingkat provinsi dan kabupaten/kota dibentuk lembaga perpanjangan penyelenggaraan Pusat
Bahasa berupa balai atau kantor bahasa yang berfungsi untuk membina dan mengembangkan
bahasa dan sastra.

Peranan Bahasa Indonesia Dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, bahasa berfungsi sebagai wahana untuk
menyampaikan informasi dengan cepat dan sekecil kecilnya, sehingga kita dapat menguasai
informasi tersebut. Penggunaan bahasa pengantar pada buku-buku yang dipakai dalam
memperkenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi pun, banyak yang menggunakan bahasa
Inggris. Hal ini berbanding terbalik dengan bahasa Indonesia yang perkembangannya tak
seimbang dengan perkembangan budaya masyarakatnya. Oleh sebab itu, walaupun bahasa
Indonesia sudah berperan sebagai alat persatuan tetapi belum dapat berperan sebagai
pengantar ilmu pengetahuan.

Selain bahasa termasuk dalam struktur budaya, ternyata bahasa memiliki kedudukan, fungsi
dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai
sarana berfikir, juga sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Tanpa peran bahasa, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat
berkembang. Implikasinya, dalam pengembangan daya nalar menjadikan bahasa sebagai
prasarana berfikir secara modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam menggunakan bahasa,
kita akan cermat pula dalam berfikir karena bahasa merupakan cermin dari daya nalar
(pikiran).

Hal lainnya kita dapat menemukan dalam pengungkapan profesional, artinya penuturan
dengan kata. Ketelitian tidak hanya menyangkut hal yang besar, tetapi hal yang kecil pun
harus diperhatikan. Ketelitian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi menyangkut
penggunaan data, penerapan rumus, penerapan nama orang, nama tempat, dan nama alat,
bahkan ejaan dan tanda baca. Ketelitian dalam pemakaian lambang dan satuan. Ketelitian
merupakan ciri khas ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dengan digunakannya bahasa Indonesia sebagai pengantar ilmu pengetahuan, salah tafsir
atau makna ganda sedapat mungkin dihindari karena kata yang dipakai umumnya lebih
bersifat denotatif daripada konotatif, ungkapan yang dipakai sederhana dan tanpa basa basi.
Di samping itu, kejelasan tuturan ditandai dengan urutan keterangan yang saling berhubungan
dan mudah dipahami oleh pembaca, yaitu :

Ringkas, mengharuskan uraian yang padat tetapi tidak dengan memendekkan atau
menggunakan akronim yang tidak dikenal umum. Lengkap, tidak membiarkan pembaca
bertanya-tanya tentang maksud suatu pernyataan. Sebaliknya, yang sudah nyata atau tidak
perlu diulang-ulang atau diberi tekanan khusus. Semua data yang perlu haruslah ada,
sedangkan yang berlebih-lebihan haruslah ditinggalkan.

Sederhana, ditandai dengan kosakata yang tidak bermuluk-muluk dan sintaksis yang tidak
berbelit-belit. Keutuhan, yang dapat dilihat dari hubungan yang baik dan logis antara bagian-
bagian karangan, sehingga keseluruhan hubungan yang baik dan logis tetap tampak.
Keruntutan, yang berarti adanya keterpautan makna di dalam suatu karya tulis. Keterpautan
makna ini dapat dicapai dengan menyusun kalimat-kalimat logis dan kronologis serta
berdasarkan urutan pentingnya kalimat. Kalimat yang satu dapat diperjelas dengan makna
kalimat yang lain, baik yang mendahului maupun yang mengikutinya.

Tidak menggunakan Implikatur, suatu hal baru diterangkan sejelas mngkin tanpa
menggunakan implikasi seperti yang banyak terdapat dalam bahasa lisan sehari-
hari.Inferensi, yang akan mungkin dibuat oleh pembaca diarahkan oleh penulis, sehingga
memungkinkan adanya interpretasi yang sama bagi para pembaca. Disediakan ringkasan isi
agar terdapat kesesuaian antara penulis dan pembaca. Proposisi yang diciptakan disesuaikan
dengan tingkat pengetahuan pembaca. Konsep dan istilah baru dalam pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), secara tidak langsung memperkaya
khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan
berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Termasuk bahasa Indonesia, yang sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir
dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
tersebut.

Peranan Bahasa Indonesia Dalam Seni

Seni dan bahasa memainkan peranan yang besar dan signifikan dalam perkembangan satu
sama lain. Bahkan kedua-dua bidang itu saling mempengaruhi dan menyumbang terhadap
perkembangan satu sama lain. Atas dasar itu, tidak terlalu berlebihan jika mengatakan bahwa
kemunduran salah satu bidang tersebut akan berpengaruh pada bidang yang lain. Kendati
begitu, terdapat kecenderungan bagi masyarakat secara umumnya untuk mengaitkan
hubungan antara seni dan bahasa. Tanggapan tersebut biarpun benar, sebenarnya kurang
tepat. Secara umum, seni sebagai hasil pantulan adab, adat dan budaya mengguakan bahasa
sebagai wadah menyampaikan gagasan, teknik serta falsafah seni. Namun begitu, sebagai
sebuah bidang yang bersifat figurative dan abstrak, seniman memerlukan sebuah wahana
yang bersifat non-figuratif untuk mendukung hasil karya mereka. Bahasa menyumbang
terhadap perkembangan seni melalui keupayaannya untuk melaksanakan tugas utama yang
diperlukan seni, yakni sebagai pendukung konsep dan makna terhadap gambaran abstrak
seni. Bahasa memainkan peranan utama dalam seni sebagai penghujah konsep dan makna.
Dalam hal ini, peranan bahasa sangat penting, dalam memberikan pengertian dan pemahaman
yang mendalam terhadap suatu karya seni.

beberapa fungsi bahasa dalam kesenian masyarakat adalah:

1. Fungsi pemersatu, yaitu menghubungkan semua penutur berbagai bahasa

1. Pemberi kekhasan (unik) yaitu untuk membedakan bahasa yang satu dengan bahasa
yang lain

2. Pembawa wibawa yaitu penutur yang mahir berbahasa dengan baik dan benar
memperoleh wibawa di mata orang lain
3. Sebagai kerangka acuan yaitu bahasa memiliki norma dan kaidah yang dijadikan tolak
ukur bagi benar atau tidaknya bahasa seseorang

DAFTAR PUSTAKA

Mudhofar, M. 2010 Kapita Selekta Bahasa dan Sastra Indonesia. Surabaya:


Pustaka Gama.
Halim, Amran. 1979. Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa.
Kridalaksana, Harimurti. 1976. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende: Nusa
Indah.
Sugono, Dendy. 1999. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara.
Sumowijoyo, G. Susilo. 2001. Pos Jaga Bahasa Indonesia. Surabaya: Unipress
Unesa.

Anda mungkin juga menyukai