Anda di halaman 1dari 15

ETIKA PROFESI KEGURUAN

Makalah
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika Profesi Keguruan
Dosen pengampu :

Disusun oleh:
Okib Gustamil 2119160062
Teni Setia Mulyani 2119160064
Lala Laura Rahman 2119160065
Ira Haripah 2119160069
2C Biologi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH
2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Etika Profesi Keguruan”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang jenis-jenis keterampilan
mengajar ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Ciamis, Mei 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ..........................................................................................2

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................2

D. Manfaat Penulisan ..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3

A. Pengertian Etika Profesi Keguruan ................................................................3

B. Tujuan dan Fungsi Etika Profesi Keguruan ....................................................4

C. Nilai-Nilai Etika Profesi Keguruan ................................................................5

D. Kode Etik Profesi Keguruan ...........................................................................5

E. Sasaran Etika Profesi Keguruan .....................................................................8

BAB III PENUTUP ..............................................................................................11

A. Kesimpulan ................................................................................................11
B. Saran ...........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, baik pergaulan dalam wilayah daerah,
wilayah negara, bahkan antarnegara diperlukan system yang mengatur bagaimana
seharusnya manusia bergaul. Sistem pergaulan tersebut diperlukan untuk menjaga
kepentingan masing-masing agar kehidupan manusia menjadi aman, tentram,
terlindungi, terjamin sesuai dengan norma yang berlaku, dan tidak bertentangan
dengan hak-hak asasi manusia. Sistem pergaulan yang dibuat dan diterapkan dari
dan untuk kepentingan kelompok sosial tertentu itulah yang disebut dengan etika.
Adanya etika difungsikan untuk memberikan orientasi kritis dan rasional dalam
menghadapi pluralism moral yang ditimbulkan oleh aneka pandangan moral dan
datangnya gelombang modernisasi serta munculnya berbagai macam ideology
sehingga tugas pokoknya ialah mempelajari norma-norma yang berlaku. Guru
sebagai pendidik professional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila
dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau
teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana
sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah memang ada yang patut diteladani
atau tidak. Bagaimana guru meningkatkan pelayanannya, meningkatkan
pengetahuannya, memberikan arahan dan dorongan kepada anak didiknya, dan
bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta cara bergaul baik dengan
siswa, teman-temannya serta anggota masyarakat, sering menjadi perhatian
masyarakat luas.
Walaupun segala perilaku guru selalu diperhatikan masyarakat tetapi yang akan
dibicarakan dalam bagian ini adalah khusus perilaku guru yang berhubungan
dengan profesinya.
Dengan demikian, etika guru dalam proses pembelajaran, guru yang baik itu cara
pandangnya tidak terfokus pada sesuatu yang menarik perhatiannya saja, namun
harus meliputi seluruh kelas, tidak parsial, bersikap tenang, tidak gugup, tidak kaku,
ambil posisi yang baik sehingga dapat dilihat dan didengar oleh peserta didik,
senyuman dapat mengusahakan dan menciptakan situasi belajar yang sehat, suara

1
yang terang dan adakan variasi sehingga suara yang simpatik akan selalu menarik
perhatian anak-anak.
Untuk itulah guru harus dapat menjadi contoh (suri teladan) bagi peserta didik
karena pada dasarnya guru adalah representasi dari sekelompok orang pada suatu
komunitas atau masyarakat yang diharapkan dapat menjadi teladan yang dapat
digugu dan ditiru.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan etika profesi keguruan?
2. Apa tujuan dan fungsi etika profesi keguruan?
3. Bagaimana nilai-nilai etika profesi keguruan?
4. Bagaimana kode etik profesi keguruan?
5. Apa saja sasaran etika profesi keguruan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian etika profesi keguruan
2. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi etika profesi keguruan
3. Untuk mengetahui nilai-nilai etika profesi keguruan
4. Untuk mengetahui etika profesi etika profesi keguruan
5. Untuk mengetahui sasaran etika profesi keguruan
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari makalah ini yaitu dapat dijadikan sebagai sumber referensi
serta untuk menambah wawasan pembaca mengenai etika profesi keguruan
sehingga dapat mengetahui tujuan dan fungsi serta berbagai nilai-nilai, kode etik
dan sasaran pada etika profesi keguruan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika Profesi Keguruan
Menurut Karl Barth dalam bukunya “Ethics” yang merupakan seorang Yunani,
etika berasal dari ethos yang merupakan bentuk tunggal yang bisa memiliki banyak
arti baik tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat,
watak, perasaan, sikap dan cara berpikir yang sebanding dengan kata moral dari
kata mos. Secara etimologis, etika adalah ajaran tentang baik buruk, yang diterima
umum tentang sikap, perbuatan, kewajiban dan sebagainya. Sebagai suatu subyek,
etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok
untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau
benar, buruk atau baik. Etika adalah satu kaidah untuk menjaga terjalinnya interaksi
antara manusia yang satu dengan manusia yang lain secara wajar.
Profesi secara estimologi berasal dari bahasa Inggris yaitu profession atau bahasa
latin profecus, yang artinya mengakui, adanya pengakuan, menyatakan mampu,
atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan secara terminologi, profesi
berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya
yang ditekankan pada pekerjaan mental, yaitu adanya persyaratan pengetahuan
teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan pekerjaan
manual (Danin, 2002). Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok, yaitu
pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik.
Sedangkan guru adalah orang dewasa yang bekerja sebagai pendidik dan pengajar
professional bagi peserta didik di sekolah agar peserta didik dapat menjadi sosok
yang berkarakter, berilmu pengetahuan, serta terampil mengaplikasikan ilmu
pengetahuannya. Untuk mempertegas eksistensi guru, sebagaimana tertera pada
UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (pasal 1;ayat 1) disebutkan bahwa:
“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah”.
Berdasarkan ketiga pegertian tersebut, maka etika profesi keguruan dapat diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari tentang perbuatan baik yang harus dilakukan oleh

3
guru dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai pendidik professional. Sebagai
filsafat, memberikan pengetahuan secara mendalam mengenai perbuatan baik yang
harus dilakukan oleh guru ketika menjalin relasi dengan dirinya sendiri, peserta
didik, wali peserta didik, rekan sejawat, dan masyarakat.

B. Tujuan dan Fungsi Etika Profesi Keguruan


Tujuan dari etika profesi keguruan adalah agar mahasiswa memiliki wawasan
profesi keguruan dan berperilaku positif terhadap profesi keguruan serta mampu
menampilkan berbagai perilaku positif sebagai calon guru dan ketika menjadi guru.
Ada 4 fungsi mempelajari etika profesi keguruan sebagai calon guru, antara lain:
1. Untuk memantapkan niat mahasiswa dalam menekuni bidang profesi keguruan.
2. Untuk menumbuhkan jiwa keguruan pada mahasiswa sebagai calon guru.
3. Untuk memberikan deskripsi tentang harapan dan tantangan ketika berprofesi
sebagai guru.
4. Untuk menanamkan nilai-nilai etika profesi keguruan kepada mahasiswa
sebagai calon guru.
Meskipun demikian, bukan berarti etika profesi keguruan tidak dipelajari oleh guru.
Guru harus tetap mempelajarinya dengan tujan agar kemampuannya dalam
menjalin relasi dengan dirinya sendiri, peserta didik, wali peserta didik, rekan
sejawat, dan masyarakat untuk kepentingan pendidikan semakin baik. Mudahnya
etika profesi keguruan tetap dipelajari oleh guru dengan tujuan untuk meng-upgrade
kompetensinya, khususnya kompetensi pribadi dan kompetensi sosialnya. Ada 4
fungsi mempelajari etika profesi keguruan sebagai guru, antara lain:
1. Untuk memandu guru dalam mengetahui apakah selama ini perilakunya ketika
menjalin relasi dengan dirinya sendiri, peserta didik, wali peserta didik, rekan
sejawat, dan masyarakat sudah sesuai dengan teori etika profesi keguruan atau
belum.
2. Untuk mencegah guru melakukan perilaku yang negative ketika menjalin relasi
dengan dirinya sendiri, peserta didik, wali peserta didik, rekan sejawat, dan
masyarakat.
3. Untuk menjaga komitmen guru dalam mewujudkan nilai-nilai etika profesi
keguruan ketika menjalin relasi dengan dirinya sendiri, peserta didik, wali
peserta didik, rekan sejawat, dan masyarakat.

4
C. Nilai-Nilai Etika Profesi Keguruan
Nilai-nilai etilka merupakan berbagai hal penting yang berguna bagi kebaikan
seseorang dan kebaikan sekelompok orang sehingga mereka dapat menjadi manusia
yang sesuai dengan hakikatnya. Dengan demikian, nilai-nilai etika profesi keguruan
adalah berbagai hal penting yang berguna bagi kebaikan guru, peserta didik, wali
peserta didik, rekan sejawat, dan masayarakat. Ada 3 nilai etika profesi keguruan
yang harus dijewantahkan oleh guru melalui perilaku positifnya, antara lain:
1. Tanggung jawab
Ketika seseorang telah memilih berprofesi sebagai seorang guru, maka secara
otomatis ia telah memikul tanggung jawab sebagai guru. Guru memiliki tanggung
jawab utama sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, penilai,
dan pengevaluasi peserta didiknya.
2. Kewajiban
Tanggung jawab yang dipikul oleh guru menjadikannya memiliki berbagai
kewajiban seperti yang terdapat pada kode etik guru Indonesia (KEGI) . Dengan
kata lain, kewajiban merupakan sesuatu yang dilakukan karena adanya tanggung
jawab. Kewajiban dilakukan karena tuntutan hati nurani atau karena panggilan jiwa,
bukan karena pertimbangan pikiran. Itulah sebabnya ada statement yang berbunyi :
“Bekerja sebagai guru adalah panggilan jiwa”. Kemudian, ketika guru melalaikan
kewajibannya, maka ia akan dikenakan sanksi.
3. Hak
Sebaliknya, ketika guru melaksanakan kewajibannya dengan sebaik mungkin
sesuai dengan kemampuannya, maka ia akan mendapatkan haknya. Jadi guru dapat
menuntut haknya manakala dengan tanggung jawab ia telah melaksanakan
kewajibannya dengan baik. Sungguh akan menjadi sesuatu yang menjijikan jika
guru lebih mengutamakan haknya daripada tugas dan tanggung jawabnya.
Merupakan hal yang sangat tidak manusiawi pula ketika pemerintah maupun pihak
yayasan mengabaikan hak-hak guru disaat guru telah melaksanakan berbagai
kewajiban sebagai konsekuensi logis dari kepemilikan tanggung jawabnya.

D. Kode Etik Profesi Keguruan


Setiap profesi sudah dapat dipastikan mempunyai kode etiknya masing-masing
termasuk guru yang ada di dunia pendidikan. Dengan membuat kode etik, profesi

5
guru sendiri akan menetapkan hitam atas putih niatnya untuk mewujudkan nilai-
nilai moral yang dianggap hakiki.
Etika profesi lazimnya dirumuskan atas kesepakatan para anggota profesi itu
dengan mengacu pada sumber-sumber dasar nilai dan moral. Kode etik akan
menjadi rujukan untuk mewujudkan perilaku etika dalam melakukan tugas-tugas
pekerjaan.
Kode Etik Guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan
norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik, sistematik dalam suatu
sistem yang utuh dan bulat. Fungsi Kode Etik Guru Indonesia adalah sebagai
landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam
menunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar
sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Dengan demikian, maka
Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk pembentukan
sikap profesional para anggota profesi keguruan.
Sebagaimana halnya dengan profesi lainnya, Kode Etik Guru Indonesia ditetapkan
dalam suatu kongres yang dihadiri oleh seluruh utusan Cabang dan Pengurus
Daerah PGRI dari seluruh penjuru tanah air, pertama dalam Kongres ke XIII di
Jakarta tahun 1973, dan kemudian disempurnakan dalam Kongres PGRI ke XVI
tahun 1989 juga di Jakarta. Adapun teks Kode Etik Guru Indonesia yang telah
disempurnakan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia yang
seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
Ini mengandung pengertian bahwa perhatian utama seorang guru adalah peserta
didik. Perhatiannya itu semata-mata dicurahkan untuk membimbing peserta didik,
yaitu mengembangkan potensinya secara optimal dengan mengupayakan
terciptanya pembelajaran yang edukatif. Melalui proses inilah diharapkan peserta
didik menjelma sebagai manusia seutuhnya yang berjiwa Pancasila. Manusia utuh
yang dimaksud adalah manusia yang seimbang antara kebutuhan jasmani dan
kebutuhan rohaninya, bukan hanya sehat secara fisik, namun juga secara psikis.
Manusia yang berjiwa Pancasila artinya manusia yang dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara selalu mengindahkan dan mengaplikasikan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila.

6
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
Kode Etik Guru ini mengandung makna bahwa guru hanya sanggup menjalankan
tugas profesi yang sesuai dengan kemampuannya. Ia tidak menunjukkan sifat
arogansi profesional. Manakala menghadapi masalah yang ia sendiri tidak mampu
mengatasinya, ia mengaku dengan jujur bahwa masalah itu di luar kemampuannya,
sambil terus berupaya meningkatkan kemampuan yang dimilikinya.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan.
Ini menunjukkan pentingnya seorang guru mendapatkan informasi tentang peserta
didik selengkap mungkin. Informasi tentang kemampuannya, minat, bakat,
motivasi, kawan-kawannya dan informasi yang kira-kira berpengaruh pada
perkembangan peserta didik dan mempermudah guru dalam membimbing dan
membina peserta didik tersebut.
4. Guru harus dapat menciptakan suasana yang dapat diterima peserta didik untuk
berhasilnya proses belajar mengajar.
Kode Etik Guru keempat mengisyaratkan pentingnya guru menciptakan suasana
sekolah yang aman, nyaman dan membuat peserta didik betah belajar. Yang perlu
dibangun antara lain iklim komunikasi yang demokratis, hangat dan penuh rasa
kekeluargaan, tetapi menjauhkan diri dari kolusi dan nepotisme.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
sekitar supaya terjalin hubungan dan kerjasama yang baik dalam pendidikan.
Kode Etik Guru ini mengangkat pentingnya peran serta orang tua siswa dan
masyarakat sekitarnya untuk andil dalam proses pendidikan di sekolah/ madrasah.
Peran serta mereka akan terwujud jika terjalin hubungan baik antara guru dengan
peserta didik, dan ini harus diupayaan sekuat tenaga oleh seorang guru.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan
mutu dan martabat profesinya.
Kode Etik Guru ini harus selalu meningkatkan dan mengembangkan mutu serta
martabat profesinya dan ini dapat dilakukan secara pribadi ataupun kelompok.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan dan
kesetiakawanan sosial.

7
Kode Etik Guru ini intinya menjalin kerja sama yang mutualisme dengan rekan
seprofesi. Rasa senasib dan sepenanggungan, biasanya mengikat para guru untuk
bersatu dalam menyatukan visi dan misinya.
8. Guru bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu dari organisasi PGRI
sebagai sarana perjuangan dan pengabdiannya.
Kode Etik Guru ini yaitu “ Guru bersama-sama memelihara dan meningkatkan
mutu organisasi PGRI sebagai sarana dalam perjuangan dan pengabdiannya.” Jika
memang benar bahwa PGRI merupakan sarana dan wadah yang menampung
aspirasi guru, sarana perjuangan dan pengabdian guru, maka taktik monopoli
seprofesi guru oleh pengurus PGRI harus segera disudahi. Karena cara seperti itu
hanya akan membuat guru semakin tidak berdaya, dan membuat citra masyarakat
semakin negatif terhadap profesi ini. Justru sebaliknya, PGRI harus menjadi satu
kekuatan profesi guru dalam menggapai harapannya. Organisasi ini seharusnya
mampu menjembatani dan mengayomi aspirasi para guru, dan bahkan jika
memungkinkan, PGRI harus mampu mengangkat harkat dan martabat guru yang
semakin hari semakin cenderung terpuruk adanya.
9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.
Kode etik ini didasari oleh dua asumsi, pertama karena guru sebagai aparatur negara
(sepanjang mereka itu PNS), kedua karena guru orang yang ahli dalam bidang
pendidikan. Oleh karena itu sudah sewajarnya guru melaksanakan semua
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan, selagi sesuai dengan
kemampuan guru itu dan tidak melecehkan harkat dan martabat guru itu sendiri.

E. Sasaran Etika Profesi Keguruan


Sebagai tenaga profesional, guru dituntut untuk selalu mengembangkan diri sejalan
dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Untuk itu dalam
melaksanakan tugasnya guru harus memiliki etika. Ada beberapa sasaran yang
harus di miliki oleh guru dalam etika profesi keguruan, yaitu:
1. Etika terhadap Perundang-undangan
Pada butir sembilan Kode Etik Guru Indonesia disebutkan bahwa “Guru
melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan”
(PGRI,1973). Kebijaksanaan pendidikan di Indonesia dipegang oleh pemerintah,
dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Dalam rangka

8
pembangunan di bidang pendidikan di Indonesia, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan mengeluarkan ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang
merupakan kebijaksanaan yang akan dilaksanakan oleh aparatnya, yang meliputi
antara lain : pembangunan gedung, pemerataan kesempatan belajar melalui
kewajiban belajar, peningkatan mutu pendidikan. Karena itu guru mutlak perlu
mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan
sehingga dapat melaksanakan ketentuan-ketentuan yang merupakan kebijaksanaan
tersebut. Untuk menjaga agar guru Indonesia tetap melaksanakan ketentuan-
ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.
2. Etika Terhadap Organisasi Profesi
Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI
sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. Dasar ini menunjukkan kepada kita
betapa pentingnya peran organisasi profesi sebagai wadah dan sarana pengabdian.
Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan, dan meningkatkan mutu
dan martabat profesinya. Dasar ini sangat tegas mewajibkan kepada seluruh
anggota profesi guru untuk selalu meningkatkan mutu dan martabat profesi guru itu
sendiri.
3. Etika Terhadap Teman Sejawat
Dalam ayat 7 Kode Etik Guru disebutkan bahwa Guru memelihara hubungan
seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial” Ini berarti bahwa :
a. Guru hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru dan
lingkungan kerjanya
b. Guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan dan
kesetiakawanan sosial di dalam dan di luar lingkungan kerjanya.
Dalam hal ini Kode Etik Guru menunjukkan kepada kita betapa pentingnya
hubungan yang harmonis perlu diciptakan dengan mewujudkan perasaan
bersaudara yang mendalam antara sesama anggota profesi.
4. Etika Terhadap Anak Didik
Dalam Kode Etik Guru Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa guru berbakti
membimbing peserta didik untuk membentuk manusia seutuhnya yang berjiwa
pancasila. Dalam membimbing anak didiknya, Ki Hajar Dewantara mengemukakan

9
tiga kalimat padat yang terkenal yaitu ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun
karso, dan Tut wuri handayani.
Dari kalimat tersebut, etika guru terhadap peserta didik tercermin. Kalimat-kalimat
tersebut mempunyai makna :
a. Guru hendaknya memberi contoh yang baik untuk anak didiknya
b. Guru harus dapat mempengaruhi dan mengendalikan anak didiknya.
Perilaku dan pribadi guru akan menjadi instrumen ampuh untuk mengubah
prilaku peserta didik.
c. Hendaknya guru menghargai potensi yang ada dalam keberagaman siswa
5. Etika Guru Profesional Terhadap Tempat Kerja
Sudah diketahui bersama bahwa suasana yang baik di tempat kerja akan
meningkatkan produktivitas. Dalam UU No. 20/2003 pasal 1 bahwa pemerintah
berkewajiban menyiapkan lingkungan dan fasilitas sekolah yang memadai secara
merata dan bermutudi seluruh jenjang pendidikan. Jika ini terpenuhi, guru yang
profesional harus mampu memanfaatkan fasilitas yang ada dalam rangka
terwujudnya manusia seutuhnya sesuai dengan Visi Pendidikan Nasional.
6. Etika Terhadap Pemimpin
Sebagai salah seorang anggota organisasi, baik organisasi guru maupun organisasi
yang lebih besar (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) guru akan selalu
berada dalam bimbingan dan pengawasan pihak atasan. Oleh sebab itu, dapat kita
simpulkan bahwa sikap seorang guru terhadap pemimpin harus positif, dalam
pengertian harus bekerja sama dalam menyukseskan program yang telah disepakati,
baik di sekolah maupun di luar sekolah.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika profesi keguruan adalah ilmu yang mempelajari tentang perbuatan baik yang
harus dilakukan oleh guru dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai pendidik
professional. Tujuan dari etika profesi keguruan adalah agar mahasiswa memiliki
wawasan profesi keguruan dan berperilaku positif terhadap profesi keguruan serta
mampu menampilkan berbagai perilaku positif sebagai calon guru dan ketika
menjadi guru. Ada dua macam fungsi etika profesi keguruan yaitu fungsi untuk
calon guru dan fungsi untuk guru itu sendiri. Ada 3 nilai etika profesi keguruan
yang harus dijewantahkan oleh guru melalui perilaku positifnya yaitu, tanggung
jawab, kewajiban dan hak. Dalam kode etik profesi keguruan ada 9 teks kode etik
guru indonesia yang telah disempurnakan dan sasarannya meliputi etika terhadap
perundang-undangan, etika terhadap organisasi profesi, etika terhadap teman
sejawat, etika terhadap anak didik, etika guru profesional terhadap tempat kerja dan
etika terhadap pemimpin.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami etika profesi
keguruan dan mampu menerapkannya secara real dalam profesi keguruan. Dan bisa
menjadikan etika profesi keguruan sebagai pedoman berperilaku yang baik yang
mencerminkan seorang Guru.

11
DAFTAR PUSTAKA

Drajat, Manpan dan M. Ridwan Effendi. 2017. Etika Profesi Guru. Bandung:
Alfabeta.

http://www.hobiheboh.com/2015/12/kode-etik-profesi-keguruan.html?m=1. Di
akses pada tanggal 1 Juni 2018 pukul 08.50

https://sugiatibuahati.wordpress.com/2015/01/29/etika-dalam-profesi-guru-3/. Di
akses pada tanggal 30 Mei 2018 pukul 22:47

https://reycal78.wordpress.com/2017/05/23/etika-profesi-keguruan/. Di akses pada


tanggal 30 Mei 2018 pukul 21:47

http://wiwinciamis.blogspot.com/2015/11/etika-profesi-keguruan-tarbiyah-pai-
v.html?m=1. Di akses pada tanggal 30 Mei 2018 pukul 21:50

12

Anda mungkin juga menyukai