Anda di halaman 1dari 8

Nama : Agil Amalia Putri

Npm : 41154030190033

HAKEKAT NILAI DAN MORAL SERTA SOSIALISASINYA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

A. Pengertian Nilai
Nilai dalam Sosiologi adalah perasaan-perasaan mengenai apa yang diinginkan atau tidak
diinginkan, yang dapat mempengaruhi prilaku dari orang yang mengharapkan nilai tersebut.
Pengertian Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda
untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang
atau kelompok. Jadi nilai itu pada hakikatnya adalah sifat dan kualitas yang melekat pada suatu
obyeknya. Dengan demikian, maka nilai itu adalah suatu kenyataan yang tersembunyi dibalik
kenyataan-kenyataan lainnya. Menilai berarti menimbang, suatu kegiatan manusia untuk
menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain kemudian untuk selanjutnya diambil
keputusan.
Nilai bersumber pada budi yang berfungsi mendorong dan mengarahkan (motivator)
sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai suatu sistem merupakan salah satu wujud kebudayaan
di samping sistem sosial dan karya.
B. Pengelompokkan Nilai Menurut Para Ahli
Nilai sebagai suatu sistem merupakan salah satu wujud kebudayaan di samping sistem
sosial dan karya. Nilai berperan sebagai pedoman yang menentukan kehidupan setiap manusia.
Nilai manusia berada dalam hati nurani, kata hati dan pikiran sebagai suatu keyakinan dan
kepercayaan yang bersumber pada berbagai sistem nilai.
Alport mengidentifikasikan 6 nilai-nilaiyang terdapat dalam kehidupan masyarakat,
yaitu: nilai teori, nilai ekonomi, nilai estetika, nilai sosial,nilai politik dan nilai religi. Hierarki
nilai sangat tergantung pada titik tolak dan sudut pandang individu –masyarakat terhadap sesuatu
obyek. Misalnya kalangan materialis memandang bahwa nilai tertinggi adalah nilai material.
Max Scheler menyatakan bahwa nilai-nilai yang ada tidak sama tingginya dan luhurnya.
Menurutnya nilai-nilai dapat dikelompokan dalam empat tingkatan yaitu :
1. Nilai kenikmatan adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan indra yang memunculkan rasa
senang, menderita atau tidak enak,
2. Nilai kehidupan yaitu nilai-nilai penting bagi kehidupan yakni : jasmani, kesehatan serta
kesejahteraan umum,
3. Nilai kejiwaan adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan kebenaran, keindahan dan
pengetahuan murni,
4. Nilai kerohanian yaitu tingkatan ini terdapatlah modalitas nilai dari yang suci.

Sementara itu, Notonagoro membedakan menjadi tiga, yaitu :

1. Nilai material yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia,
2. Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan suatu
aktivitas atau kegiatan,
3. Nilai kerohanian yaitu segala sesuatu yang bersifat rohani manusia yang dibedakan dalam
empat tingkatan sebagai berikut :
a) nilai kebenaran yaitu nilai yang bersumber pada rasio, budi, akal atau cipta
manusia.
b) nilai keindahan/estetis yaitu nilai yang bersumber pada perasaan manusia.
c) nilai kebaikan atau nilai moral yaitu nilai yang bersumber pada unsur kehendak
manusia.
d) nilai religius yaitu nilai kerokhanian tertinggi dan bersifat mutlak.
C. Pengertian Moral
Moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim dengan kesusilaan, tabiat atau
kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku
dan perbuatan manusia. Seorang pribadi yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dan
norma yang berlaku dalam masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral.
Jika sebaliknya yang terjadi maka pribadi itu dianggap tidak bermoral. Moral dalam
perwujudannya dapat berupa peraturan dan atau prinsip-prinsip yang benar, baik terpuji dan
mulia. Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan norma yang mengikat
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Pengertian Norma adalah perwujudan martabat
manusia sebagai makhluk budaya, sosial, moral dan religi. Norma merupakan suatu kesadaran
dan sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi. Oleh karena itu, norma dalam
perwujudannya dapat berupa norma agama.
D. Norma Sosial
Wujud nyata dari hubungan antara nilai dan moral tercerminkan pada norma
sosial.Norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu
kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Norma akan berkembang seiring dengan
kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya, sering juga disebut dengan peraturan sosial.
Norma menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi
sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu kelompok
agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk tersebut dimasyarakatnya.
Norma tidak boleh dilanggar. Siapa pun yang melanggar norma atau tidak bertingkah
laku sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam norma itu, akan memperoleh hukuman.
Misalnya, bagi siswa yang terlambat dihukum tidak boleh masuk kelas, bagi siswa yang
mencontek pada saat ulangan tidak boleh meneruskan ulangan.
Norma merupakan hasil buatan manusia sebagai makhluk sosial. Pada awalnya, aturan ini
dibentuk secara tidak sengaja. Lama-kelamaan norma-norma itu disusun atau dibentuk secara
sadar. Norma dalam masyarakat berisis tata tertib, aturan, dan petunjuk standar perilaku yang
pantas atau wajar.
1. Tingkatan Norma Sosial
Berdasarkan tingkatannya, norma di dalam masyarakat dibedakan menjadi empat:
a) Cara (usage).
Cara adalah sebuah bentuk perbuatan tertentu yang dilakukan individu
dalam masyarakat tetapi tidak dilakukan secara terus-menerus.
Contoh: cara makan yang wajar dan baik apabila tidak mengeluarkan suara
seperti hewan.
b) Kebiasaan (Folkways)
Kebiasaan merupakan suatu bentuk perbuatan berulang-ulang dengan
bentuk yang sama yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan-tujuan
jelas dan dianggap baik dan benar. Contoh: Memberi hadiah kepada orang-orang
yang berprestasi dalam suatu kegiatan atau kedudukan, memakai baju yang bagus
pada waktu pesta.
c) Tata kelakuan (Mores)
Tata kelakuan adalah sekumpulan perbuatan yang mencerminkan sifat-
sifat hidup dari sekelompok manusia yang dilakukan secara sadar guna
melaksanakan pengawasan oleh sekelompok masyarakat terhadap anggota-
anggotanya. Dalam tata kelakuan terdapat unsur memaksa atau melarang suatu
perbuatan. Fungsi mores adalah sebagai alat agar para anggota masyarakat
menyesuaikan perbuatan-perbuatannya dengan tata kelakuan tersebut. Contoh:
Melarang pembunuhan, pemerkosaan, atau menikahi saudara kandung.
d) Adat istiadat (Custom)
Adat istiadat adalah kumpulan tata kelakuan yang paling tinggi
kedudukannya karena bersifat kekal dan terintegrasi sangat kuat terhadap
masyarakat yang memilikinya. Koentjaraningrat menyebut adat istiadat sebagai
kebudayaan abstrak atau sistem nilai. Pelanggaran terhadap adat istiadat akan
menerima sanksi yang keras baik langsung maupun tidak langsung. Misalnya
orang yang melanggar hukum adat akan dibuang dan diasingkan ke daerah lain.
E. Macam-Macam Norma Sosial
Norma sosial di masyarakat dibedakan menurut aspek-aspek tertentu tetapi saling
berhubungan antara satu aspek dengan aspek yang lainnya. Pembagian itu adalah sebagai berikut:
a) Norma agama
Norma agama berasal dari Tuhan, pelanggarannya disebut dosa
Norma agama adalah peraturan sosial yang sifatnya mutlak sebagaimana penafsirannya
dan tidak dapat ditawar-tawar atau diubah ukurannya karena berasal dari Tuhan.
Biasanya norma agama tersebut berasal dari ajaran agama dan kepercayaan-kepercayaan
lainnya (religi). Pelanggaran terhadap norma ini dinamakan dosa.
Contoh: Melakukan sembahyang kepada Tuhan, tidak berbohong, tidak boleh mencuri,
dan lain sebagainya.
b) Norma kesusilaan
Norma kesusilaan adalah peraturan sosial yang berasal dari hati nurani yang
menghasilkan akhlak, sehingga seseorang dapat membedakan apa yang dianggap baik
dan apa pula yang dianggap buruk.
Pelanggaran terhadap norma ini berakibat sanksi pengucilan secara fisik(dipenjara,
diusir) ataupun batin (dijauhi).Contoh: melecehkan wanita atau laki-laki didepan orang.
c) Norma kesopanan
Norma kesopanan adalah peraturan sosial yang mengarah pada hal-hal yang
berkenaan dengan bagaimana seseorang harus bertingkah laku yang wajar dalam
kehidupan bermasyarakat. Pelanggaran terhadap norma ini akan mendapatkan celaan,
kritik, dan lain-lain tergantung pada tingkat pelanggaran. Contoh: Tidak meludah di
sembarang tempat, memberi atau menerima sesuatu dengan tangan kanan, kencing di
sembarang tempat
d) Norma kebiasaan
Norma kebiasaan adalah sekumpulan peraturan sosial yang berisi petunjuk atau
peraturan yang dibuat secara sadar atau tidak tentang perilaku yang diulang-ulang
sehingga perilaku tersebut menjadi kebiasaan individu. Pelanggaran terhadap norma ini
berakibat celaan, kritik, sampai pengucilan secara batin. Contoh: Membawa oleh-oleh
apabila pulang dari suatu tempat, bersalaman ketika bertemu.
e) Kode etik
Kode etik adalah tatanan etika yang disepakati oleh suatu kelompok masyarakat
tertentu. Contoh: kode etik jurnalistik, kode etik perwira, kode etik kedokteran. Kode etik
umumnya termasuk dalam norma sosial, namun bila ada kode etik yang memiliki sangsi
yang agak berat, maka masuk dalam kategori norma hukum.
F. Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah interaksi social melalui proses belajar dan adaptasi, agar dapat
berperan dalam kehidupan bermasyarakat. Ada tiga aktivitas utama dalam sosialisasi. Yaitu,
belajar, adaptasi dan pengalaman mental.
Secara sederhana sosialisasi adalah sebagai sebuah proses seumur hidup yang berkenaan
dengan cara individu mempelajari hidup, norma, dan nilai sosial yang terdapat dalam
kelompoknya agar dapat berkembang menjadi pribadi yang dapat diterima oleh kelompoknya.
Adapun definisi sosialisasi menurut para ahli antara lain:
1. Charlotte Buhler
SosialisasSosialisasi adalah proses-proses manusia mempelajari tata cara
kehidupan dalam masyarakat uni adalah proses yang membantuk individu-individu
belajar dan menyesuaikan diri, tentang cara hidup dan berpikir kelompoknya agar dia
dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
2. Peter Berger
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seorang anak belajar menjadi seorang
anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
3. Bruce J. Cohen
tuk memperoleh kepribadian dan membangun kapasitasnya agar berfungsi
dengan baik sebagai individu maupun sebagai anggota.
G. Tahapan Sosialisasi
Tahapan sosialisasi menurut George Herbert Mead dapat dibedakan melalui tahap-tahap:

1. Tahap persiapan (preparatory stage)


Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan saat seorang anak mempersiapkan
diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang
diri. Pada tahap ini juga, anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak
sempurna.
2. Tahap meniru (play stage)
Tahap ini ditandai dengan makin sempurnanya seorang anak menirukan peran-
peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran
tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dsb. Dengan kata lain
kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain jika mulai terbentuk pada
tahap ini.
Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan orang-orang yang jumlahnya
banyak telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang
dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri yakni asal anak menyerap nilai
dan norma. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti
(significant other).
3. Tahap siap bertindak (game stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulah berkurang dan digantikan oleh peran
secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya
menempatkan diri pada posisi orang lain juga meningkat sehingga memungkinkan
adanya kemampuan bermain secara bersama-sama.
Anak mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan
bekerjasama dengan teman-temannya. Pada tahap ini, lawan berinteraksi makin banyak
dan mulai berhubungan dengan taman-temannya yang sebaya di luar rumah. Bersama
dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar
keluarganya.
4. Tahap penerimaan norma kolektif (generalized stage)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Anak sudah dapat menempatkan
dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, anak dapat bertenggang
rasa tidak hanya dengna orang-orang yang berinteraksi dengannya tetapi juga dengan
masyarakat secara luas.
Manusia secara dewasa menyadari peraturan, kemampuan, bekerjasama bahkan
dengan orang lain yang tidak dikenalnya menjadi mantap. Manusia dengan
perkembandan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti
sepenuhnya.
H. Media Sosialisasi
a) Media sosialisasi keluarga
Dalam keadaan normal, lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak
adalah orangtua, saudara-saudara, serta mungkin kerabat dekat yang tinggal serumah.
Melalui lingkungan, anak mengenal dunia sekitarnya, dan pola pergaulan sehari-hari.
Kebijakan orangtua yang menunjang proses sosialisasi anak-anaknya antara lain:
 Mengusahakan agar anak-anaknya selalu berdekatan dengan orangtuanya.
 Memberikan pengawasan dan pengendalian yang wajar, sehingga jiwa anak tidak
merasa tertekan.
 Mendorong anak agar dapat membedakan yang benar dan yang salah, yang baik
dan buruk, yang pantas dan tidak pantas.
 Memperlakukan anak dengan baik. Untuk itu, orangtua harus dapat berperan
dengan baik.
 Menasehati anak-anak jika melakukan kesalah atau kekeliruan.

Dalam lingkungan keluarga dikenal dua macam pola sosialisasi, yaitu:

 Sosialisasi represif
Ciri-ciri sosialisasi represif antara lain:
 Menghukum perilaku yang keliru
 Hukuman dan imbalan materil
 Kepatuhan anak kepada orangtua
 Komunikasi sebagai perintah
 Komunikasi non verbal
 Sosialisasi partisipasif
Ciri-ciri sosialisasi partisipasif antara lain:
 Pemberian imbalan dan sanksi
 Hukuman dan imbalan simbolis
 Otonomi anak
 Komunikasi sebagai interaksi
 Komunikasi verbal
b) Media sosialisasi teman sepermainan
Peranan positif dari kelompok persahabatan bagi perkembangan kepribadian
anak, yaitu:
 Remaja merasa aman dan dianggap penting dalam kelompok persahabatan.
 Remaja dapat tumbuh dengan baik dalam kelompok persahabatan.
 Remaja mendapat tempat yang baik bagi penyaluran rasa kecewa, takut,
khawatir, tertekan, gembira yang mungkin tidak di dapatkan di rumah.
c) Media sosialisasi sekolah
Fungsi sekolah dalam proses sosialisasi adalah memberikan pengetahuan dan
keterampilan yang di perlukan siswa serta membentuk kepribadian siswa agar sesuai
dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
d) Media sosialisasi lingkungan kerja
Lingkungan kerja juga mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan
kepribadian seseorang. Di lingkungan kerja, seseorang akan berinteraksi dengan teman
sekerja, pimpinan dan relasi bisnis. Dalam proses interaksi akan terjadi proses saling
mempengaruhi. Pengaruh-pengaruh itu akan menjadi bagian dari dirinya.
e) Media massa sebagai media sosialisasi
Media massa merupakan alat sosialisasi yang penting karena dapat membantu
memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang norma-norma dan nilai-nilai yang
ada dalam masyarakat.
Jenis-Jenis Sosialisasi,ada 2 yaitu :
1) Sosialisasi primer
Pengertian sosialisasi primer menurut Peter L Berger dan
Luckmann adalah sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil
dengan belajar menjadi anggota keluarga (masyarakat). Sosialisasi
primer berlangsung saat berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk
ke sekolah.
2) Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder adalah proses sosialisasi lanjutan setelah
sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok
tertentu dalam masyarakat.
I. Sosialisasi Nilai-Nilai Moral
Kontradiksi dan disintegrasi antara pendidikan nilai moral di ruang sekolah (kadang nilai ini tidak
pernah ditanamkan!) dan keadaan dalam masyarakat muncul karena beberapa alasan.
Pertama, penanaman nilai moral dalam dunia pendidikan formal umumnya masih berupa
seperangkat teori mentah, terlepas dari realitas hidup masyarakat. Kurang digali akar terjadinya
diskoneksitas antara penanaman nilai moral dan praksis hidup moral dalam masyarakat.
Kedua, sebagai lembaga formal yang menyiapkan peserta didik untuk bertindak dan
mentransformasi diri sesuai nilai-nilai moral, ternyata sekolah belum memiliki jaringan kerja
sama yang erat dengan keluarga asal peserta didik, lembaga pemerintah, nonpemerintah, dan
seluruh masyarakat.
Ketiga, adanya kesenjangan pandangan hidup antara mereka yang menjunjung tinggi dan
melecehkan pesan moral dalam hidup sosial sehari-hari. Masih tumbuh subur kelompok sosial
yang menghalalkan dan merestui segala cara dan jalan mencapai sasaran yang digariskan.Setelah
tampil sebagai sistem pendidikan terbaik se-Inggris tahun 2002, Burnmouth kembali
menggarisbawahi pentingnya jaringan kerja sama antarunsur dunia pendidikan formal,
nonformal, dan informal.
Program dalam dunia pendidikan formal akan "berhasil" jika didukung unsur-unsur sosial
dalam masyarakat. Tanpa kerja sama dan dukungan antaranasir sosial terkait, sosialisasi nilai-
nilai moral sering mendapat kendala. Lembaga apa pun di masyarakat, entah milik pemerintah
atau nonpemerintah, perlu mendukung perwujudan nilai-nilai moral yang disemai melalui dunia
pendidikan formal. Perilaku yang korup, tak bertanggung jawab, dan manipulatif dengan
sendirinya mengkhianati kaidah moral yang ingin diperkenalkan dunia pendidikan formal.
Nilai-nilai moral yang perlu disosialisasikan dan diterapkan di masyarakat kita
dewasa ini umumnya mencakup:
 Kebebasan dan otoritas
Kebebasan memiliki makna majemuk dalam proses pendidikan
formal, nonformal, dan informal. Selama hayat dikandung badan, tak
seorang pun memiliki kebebasan mutlak. Manusia perlu berani untuk
hidup dan tampil berbeda dari yang lain tanpa melupakan prinsip hidup
dalam kebersamaan. Kebebasan manusia pada hakikatnya bukan
kebebasan liar, tetapi kebebasan terkontrol.
Kebebasan tanpa tanggung jawab mengundang pemegang roda
pemerintahan dalam republik ini untuk menyelewengkan kuasa mereka
demi kepentingan terselubung mereka. Kekuasaan yang seharusnya
diterapkan adalah kekuasaan nutritif yang menyejahterakan hidup rakyat
banyak;
 Kedisiplinan
Merupakan salah satu masalah akbar dalam proses membangun
negara ini. Kedisiplinan rendah! Sampah bertebaran, para pemegang
kuasa menunjukkan posisi mereka dengan menggunakan "jam karet",
aturan lalu lintas tak pernah sungguh-sungguh ditaati, tidak sedikit
polantas hanya duduk-duduk di bawah pondok di sudut dan mengintai
pelanggar lalu lintas; kedisiplinan mengatur lalu lintas memprihatinkan;
banyak oknum disiplin dalam tindak kejahatan, seperti korupsi;
kedisiplinan dalam penegakan hukum positif terasa lemah sehingga
kerusuhan sosial sering terulang di beberapa tempat.
 Nurani yang benar, baik, jujur, dan tak sesat
Berperan penting dalam proses sosialisasi nilai moral dalam
negara kita. Hati nurani perlu mendapat pembinaan terus-menerus
supaya tak sesat, buta, dan bahkan mati. Para pemegang roda
pemerintahan negara kita, para pendidik, peserta didik, dan seluruh
anasir masyarakat seharusnya memiliki hati nurani yang terbina baik dan
bukan hati nurani "liar" dan sesat. Keadaan sosial negara kita kini adalah
cermin hati nurani anak-anak bangsa. Penggelapan dan permainan uang
oleh pegawai-pegawai pajak, "pembobolan" uang di bank menunjukkan
nurani manusia yang kian korup

Anda mungkin juga menyukai