Anda di halaman 1dari 2

PANITIA PELAKSANA UAS GASAL TA.

2020/2021
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ JEPARA
Jl. Taman Siswa (Pekeng) No. 09 Tahunan Jepara,
www. ftk.unisnu.ac.id | email : ftk@unisnu.ac.id

Mata Ujian : Ahlusunnah wa al Jamaah Prodi : Akuntansi


Dosen : Ahmad Saefudin, M.Pd.I. Hari/Tanggal : Senin, 1 Februari 2021
Smst/Kelas : 3/AA, AB Waktu : 08.00 – 16.00 WIB

Jenis Ujian : Ujian Tertulis dan Terjadwal Fakultas

Petunjuk Pengerjaan Soal :


 Mahasiswa/wi diperbolehkan membuka catatan, HP, Gadget, dan sejenisnya
 Jawaban bisa diketik komputer dan diunggah ke E-learning dalam bentuk word/ pdf atau ditulis
tangan dan diunggah dalam bentuk foto.

NAMA ARIS MAULANA


NIM 181120002161
KELAS AB

Soal
1. Dalam kitab Risalah Ahl Al-Sunah Wa Al-Jamaah : Fi Hadits Al-Mauta Wa Asyrath Al-Sa’at Wa
Bayan Mafhum Al-Sunah Wa Al-Bid’ah, Syaikh Zaruq sebagaimana dikutip oleh Hadzrat al-Syeikh
KH. Muhammad Hasyim Asy’ari mengartikan bid’ah sebagai adalah memperbaharui perkara dalam
agama yang menyerupai ajaran agama itu sendiri, padahal bukan bagian dari agama. Definisi ini,
oleh kelompok Islam di luar NU, digunakan untuk menuding amaliyah Aswaja an-Nahdliyyah
sebagai bagian dari aktivitas yang menyimpang dari ajaran otentik agama. Bagaimana Anda
menyikapi tudingan tersebut?
JAWAB:
Sebenarnya sebelum kita menyikapi kita harus tau dulu apa itu bi’ah batasan batasan bi’ah dan
menurut pandangan saya bid’ah bukanlah sesuatu hal yang salah. Karena kita hidup di jaman yang
terus berubah tidak mungkin kita mengikuti persis kehidupan pada masa nabi, sebagai contoh
apakah kita harus berpergian memakai unta yang padahal sekarang ada transportasi jenis bid’ah
juga sebenarnya ada banyak. Kita tidak boleh langsung menyimpulkan kalau itu bidah yang sesat,
sebagai orang aswaja kita di ajarkan berfikir tidak condong ke kanan maupun kiri maksudnya,
pahami dulu bid’ah nya baru kita bisa menyimpilkan apakah itu benar apa salah.

2. Salah satu nilai-nilai Aswaja an-Nahdliyyah adalah tasamuh atau bersikap toleran terhadap
kelompok agama lain. Penerjemahan nilai toleransi, oleh Banser NU, dilakukan dengan cara
membantu pihak aparat keamanan dalam penjagaan rumah ibadah (gereja) pada saat perayaan
Natal. Sementara itu, ada sebagian kecil kelompok Islam yang tidak sepakat terhadap aksi Banser
NU tersebut. Bahkan menurut mereka, seorang muslim haram mengucapkan “selamat natal”
kepada penganut Kristen.
a. Menurut Anda, apakah langkah Banser NU sudah tepat? Berikan argumentasinya!
b. Dengan alasan menerapkan nilai tasamuh, bolehkah kita mengucapkan “selamat natal” kepada
saudara-saudara Kristiani? Jelaskan!
JAWAB:
a. Sebenernya untuk langkah banser sudah TEPAT karena kita hidup dalam masyarakat yang
seharusnya saling tolong menolong. Toh gada salahnya kita menolong umat beragama lain,
karena hukum dalam islam kita di perbolehkan membantu umat beragama lain meskipun itu
tidak dapat pahala, dan kasusnya disini banser Cuma membantu mengamankan bukan
mengucapkan selamat pada hari besar mereka.
b. Tidak boleh. Soalnya sudah jelas dalam islam kalau kita tidak boleh menucap itu bahkan
jika hanya sekedar basa basi

3. Islam Nusantara adalah karakteristik keberagamaan yang khas ala Indonesia sebagai hasil dari
proses panjang kontekstualisasi, vernakularisasi, dan indigenisasi Islam universal terhadap budaya
lokal yang telah mapan. Perspektif Islam Nusantara, nilai agama tidak harus dibenturkan dengan
nilai tradisi. Sebagai generasi milenial NU, bagaimana strategi Anda mempromosikan Islam
Nusantara melalui kanal media sosial?
JAWAB:
Bisa dengan kita membuat postingan yang berkaitan dengan islam nusantara ataupun konten misal
jika kita youtuber akan lebih membantu lagi. Apalagi sekarang banyak yang mencari hiburan lewat
sosial media. Bisa kita membuat konten ig, tiktok, atau artikel webset.

1
4. Pesantren merupakan tradisi agung (great tradition) di Indonesia yang mengajarkan khazanah
pemikiran ulama abad pertengahan di dalam kitab kuning. Oleh Gus Dur, pesantren dianggap
sebagai sub-kultur karena memiliki budaya yang sangat khas jika dibandingkan dengan budaya
mainstream yang berlaku di masyarakat. Misalnya, dalam proses mengaji, santri lebih
mengharapkan “barokah” kiai, daripada sekadar menghilangkan kebodohan. Orientasi ngaji bukan
untuk mendapatkan nilai atau lembaran ijazah semata, melainkan ridla kiai. Dalam rangka
menyikapi laju zaman yang terus bergerak dinamis, pesantren juga telah bertransformasi diri
menjadi institusi modern tanpa meninggalkan tradisinya. Menurut Anda, bagaimana strategi yang
harus dilakukan oleh pesantren agar tetap kompetitif dan mampu bersaing dengan lembaga
pendidikan Islam lain seperti madrasah dan perguruan tinggi?
JAWAB:
Sebisa mungkin pesantren mengikuti perkembangan jaman seperti di tambahnya pendidikan yang
berguna seperti TIK supaya para santri tidak gaptek nantinya dan pendidikan formal lainya
meskipun dalam porsi yang sedikit

5. Fenomena Revolusi Industri 4.0 meniscayakan kita untuk adaptif terhadap perkembangan arus
teknologi informasi yang kian pesat. Pada satu sisi, maraknya informasi yang berseliweran di media
sosial memudahkan kita untuk mendapatkan konten yang diinginkan. Pada sisi yang lain, media
sosial juga kerap dijadikan alat untuk menebarkan ujaran kebencian, hoaks, dan ideologi radikal.
Sebagai kader muda NU, berikan tips praktis agar kita tidak terhindar dari paparan virus
radikalisme di dunia maya!
JAWAB:
Yang utama adalah jangan mudah terpancing dan langsung percaya apa yang terpapar di layar kita
sebisa mungkin jika kita memang penasaran setidaknya kita harus mentelaah berita itu dengan
cara mencari sumber lain atau informasi di tempat lain untuk perbandingan dan bukti kebenaranya.

6. Salah satu sikap kemasyarakatan NU ialah at-tawassuth atau sikap tengah-tengah, sedang-
sedang, tidak ekstrim kiri (terlalu liberal) ataupun ekstrim kanan (terlalu tekstualis). Dalam bidang
politik kebangsaan, penerapan nilai at-tawassuth diwujudkan dengan bentuk penerimaan terhadap
NKRI, Pancasila, UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika sebagai nilai-nilai luhur bangsa. Ormas-
ormas Islam yang berhaluan moderat (wasathiyyah) seperti NU dan Muhammadiyah mempunyai
mandat besar untuk menjaga nilai-nilai tersebut. Hanya saja, terdapat pula gerakan ormas Islam
lain, seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Front Pembela Islam (FPI) yang berbeda dengan NU
dalam mengimplementasikan karakter wasathiyyah. Bahkan, secara hukum dua ormas ini telah
“dibubarkan” oleh Pemerintah.
a. Setujukah Anda terhadap kebijakan Pemerintah RI yang “membubarkan” ormas-ormas
tersebut? Jelaskan argumentasi Anda perspektif nilai-nilai at-tawassuth!
b. Bagaimana seharusnya kita menyikapi eks-anggota HTI dan FPI?
JAWAB:
a. Setuju!. Kalau memang sudah menyimpang buat apa di pertahankan. Memang hanya
ormasnya yang di bubarkan dan angotanya masih bisa buat ormas baru tapi setidaknya
sudah ada pencegahan yang di lakukan pemerintah untuk memperingati ormas ormas lain
agar tidak melenceng adalam ajaranya
b. Bersikap netral tidak perlu kita menyalahkan apalagi mendiskriminasi para angotanya.

Wassalamualaikum wr.wb

Anda mungkin juga menyukai