Anda di halaman 1dari 11

PENGERTIAN DAN PRINSIP PARADIGMA ILMU ISLAM TERAPAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Ilmu Islam Terapan
Dosen Pengampu : Inayatul Khafidhoh, M.Pd

Disusun oleh:
1. Nico Khoirun Ni’am (1810310121)
2. Moh. Anif Riyanto (1810310138)
3. Umi Fathiyatur Rohmaniyah (1810310144)
4. Dewi Fajriyatunniya (1810310156)

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam merupakan agama yang dibawa oleh Rasulullah SAW.
Dalam hal ini islam masa kini dengan masa saat rasulullah sebelum wafat
berbeda, perbedaannya terdapat dalam produk pemikiran yang oleh para
ilmuwan disebut warisan Intelektual Islam. Warisan intelektual islam ini
menunjukkan pada semua produk pemikiran ulama dan berbagai cabang
pengetahuan tentang islam dan pelaksanaanya di semua bidang kehidupan
manusia. Jika diukur dari potensi pencapaian kualitas tujuan risalah islam
masa rasulullah, warisan intelektual islam ini sudah mengalami kesulitan
untuk menjelaskan, menjawab, dan menyelesaikan masalah islam masa
kini. Kesulitan ini di mungkinkan oleh sifat dasar pokok bahasan dan
metodenya yang perlu dikaji ulang. Jalan keluarnya adalah dengan
merumuskan paradigma baru.
Persoalannya saat ini adalah bagaimana umat manusia, dan
khususnya umat islam masa kini memperoleh ilmu ini. Artinya,
memerlukan rumusan tentang rangkaian kegiatan, terminal, dan rute
perjalanan yang harus di lewati, agar sampai pada pemerolehan ilmu.
Mereka memerlukan metode yang dipergunakan ilmuwan untuk mengolah
fakta, data, dan penafsirannya dengan asas dan aturan tertentu. Karena
pokok bahasannya adalah prosedur, maka metode harus tegas dibedakan
metodologinya. Jika term pertama hanya mengarahkan bahasannya pada
prosedur, maka bahasan tentang pijakan dasar pemilihan prosedur adalah
lingkup tugas metodologi.
Selain itu, keterbatasan ilmu islam untuk menjawab dan
menyelesaikan masalah umat, sehingga tidak dengan maksimal berhasil
mencapai tujuan risalah seperti pada masa rasulullah, ditunjukkan oleh
beberapa indikator. Petunjuk pertama adalah kondisi social, keagamaan
mereka. Kesadaran akan perlunya upaya untuk memperbaiki kondisi ini

1
memang sudah tumbuh dalam masyarakat umat Islam. Berbagai
pemikiran, gerakan dan kelompok organisasi telah berkembang dibeberapa
kawasan, namun hasil yang tercapai belum maksimal.
Jika terdapat perbedaan prestasi keberagaman antara islam masa
Rasulallah dengan Islam masa kini, adapun faktor penyebabnya dapat
ditemukan dalam dua unsur. Unsur pertama adalah materi ajaran yang
disampaikan kepada umat, dan unsur yang kedua adalah ilmu tentang cara
untuk melaksanakannya dalam kehidupan praktis. Metode pelaksanaan
yang dilakukan oleh Rosulallah merupakan wahyu dari Tuhan, atas dasar
pernyataan bahwa semua yang disampaikan Rasulallah sebagai wahyu-
nya. Oleh Karena itu letak permasalahanya harus dicari dalam produk
pikiran manusia, baik tentang isi wahyu ataupun tentang cara untuk
melaksanakanya. Jika alur argumentasi yang dilalui, maka proses
penyimpulannya akan sampai pada karakter ilmu islam, sebagai produk
pikiran untuk memahami ajaran, dan cara melaksanakannya, serta sifat
dari masalah yang dihadapi oleh islam masa kini, sebagai faktor
penghambat yang membatasi keberhasilan. Oleh karena itu, untuk
mengamalkan karakter ilmu, cara yang paling mudah adalah menemukan
paradigma yang mendasarinya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka munculah
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Pengertian Paradigma dan Ilmu Islam Terapan ?
2. Bagaimana Penejelasan Mengenai Paradigma Ahkami, Falsafi, dan
Wijdani ?
3. Bagaimana Prinsip dalam Paradigma Ilmu Islam Terapan ?

2
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian paradigma dan ilmu islam terapan.
2. Untuk mengetahui prinsip dalam paradigm ilmu islam terapan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Paradigma dan Ilmu Islam Terapan


 Pengertian Paradigma
Paradigma pertama kali dikenalkan oleh Thomas S. Kuhn
merupakan terminology kunci dalam model perkembangan ilmu-ilmu
pengetahuan, sayangnya Thomas S. Kuhn ini tidak merumuskan
dengan jelas tentang apa yang dimaksud paradigma itu. menurut
Robert Friedrichs paradigm adalah suatu pandangan mendasar dari
suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan (subject
matter) yang mestinya dipelajari1.
Adapun dari maksud atau pemahaman mengenai paradigm
diatas dapat di jelaskan bahwa Paradigma adalah suatu citra
fundamental dari pokok permasalahan dari suatu ilmu. Pola pemikiran
menggariskan apa yang seharusnya dipelajari, pernyataan pernyataan
apa yang seharusnya dikemukakan, bagaimana seharusnya suatu
pertanyaan dikemukakan, dan kaidah-kaidah apa yang seharusnya
diikuti dalam menafsirkan jawaban yang diperoleh2.
 Pengertian Ilmu Islam Terapan
Ilmu Islam Terapan yaitu menggagas paradigma amali dalam
agama islam. Paradigm amali adalah paradigm yang menitik beratkan
bidikanya pada dimensi praktis dalam kehidupan konkret pelakunya.
Yang terpenting dalam model berpikir amali adalah bagaimana
melakukan dan memuwujudkannya pada kehidupan praktis.
Dari pengertian paradigma dan ilmu islam terapan diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa, paradigma ilmu islam terapan merupakan cara
masing-masing orang memandang dunia, dan memandang persoalan,
1
Muslim A. Kadir, Ilmu Islam Terapan (Menggagas Paradigma Amali dalam Agama
Islam), (Yogyakarta : Pustaka Pelajar dan Stain Kudus, 2003), hlm. 42.
2
Muzaqi Sugito dan Luluk Muasomah, ”Paradigma Sistem Pendidikan Islam di
Indonesia”, Jurnal Studi Islam dan Sosial, Vol. 12 No.2, September 2018, hlm. 27.

4
sesuai dengan Alur berfikir seseorang, alur berfikir seseorang terbentuk
karena pengalaman dan pilihan-pilihan dan disesuaikan berdasarkan
sumber hukum seperti Al- Qur’an dan Hadits. Suatu kebijakan memang
harus dianalisis dikarenakan, Pertama, karena biasanya ada beberapa
faktor kebijakan yang menjadi lemah. Kedua, karena masyarakat
mempunyai fungsi kontrol. Ketiga, faktor pandangan hidup. Keempat,
faktor tradisi. Al-Qur’an sebagai paradigma pengembangan ilmu
pengetahuan yaitu: sumber ilmu, aqidah, akhlak, sosial, ekonomi, politik,
science, ibadah, sejarah dan hukum-hukum. Al-Qur’an sebagai paradigma
yaitu dengan cara menjadikan Al-Qur’an sebagai paradigma keilmuan
Islam sekaligus sebagai ideologi.

B. Paradigma Ahkami, Falsafi dan wijdani


Paradigma Ahkamy ternyata menjadi ciri perkembangan
intelektual selama ini. Jika dalam studi tentang al-Quran dan sunnah serta
fiqh, pokok bahsannya adalah khithab atau wahyu allah. Jika diukur dari
arah arus pengertian dalam bahasan keilmuannya, maka dalam paradigma
Ahkami, baik ilmu alquran , sunnah ataupun fiqh, sumber arus pengertian
harus selalu berasal dari wahyu Allah SWT. Atau ajaran agama islam.
Selain itu, akal manusia memang meiliki kegiatan, namun perannya
mencoba mendudukkan dirinya sebagai perumus kandungan wahyu, dan
tidak memiliki posisi bebas untuk menjadi sumber. Wahyu atau agama
didudukkan menjadi “subyek”.
Dalam paradigma falsafi, sumber arus pengertian dalam
bahasannya adalah pemahaman atau keberagaman orang beriman. Artinya
materi pengertian dalam bahasan keilmuannya diperoleh dari keberagaman
orang beriman sebagai wujud pelaksanaan agama . disini akal manusia
juga berperan, namun berbeda dengan paradiqma ahkami. Ia berpeluang
untuk memberikan materi pengertian kepada ilmu bersangkutan. Dalam
posisi ini keberagaman adalah “subyek” ilmu dalam intelektualitas islam.

5
Dalam ilmu ini, pokok bahasan bukan hanya norma seperti dalam
paradigma ahkami, namun sudah bergeser ke pelaksanaan ajaran. Akan
tetapi, berbeda dengan paradiqma falsafi, pokok bahsan yang mewarnai
bahasannya bukan pola pemikiran atau pemahaman orang beriman
tentang keberagaman, melainkan pelaksaannya.
Paradigma wijdani merupakan materi pengalaman keagamaan
yang menjadi bidang kegiatan tasawuf lazim. Unsur ini dapat ditegaskan
adalah lingkup pelaksanaan ajaran yang terbatas pada pengalaman
tasawuf, seperti dapat diperhatikan dalam rumusan tujuan yang hendak
dicapai3.

C. Prinsip dalam Paradigma Ilmu Islam Terapan


Prinsip berasal dari kata principle yang bermakna asal, dasar,
prinsip sebagai dasar pandangan dan keyakinan, pendirian seperti
berpendirian, mempunyai dasar atau prinsip yang kuat. Adapun dasar
dapat diartikan asas, pokok atau pangkal (sesuatu pendapat aturan dan
sebagainya). Dengan demikian prinsip dasar Islam bermakna pandangan
yang mendasar terhadap sesuatu yang menjadi sumber pokok sehingga
menjadi konsep, nilai dan asas agama Islam.
Sumber nilai dalam Islam adalah al-Quran dan sunnah Rasul.
Karena banyaknya nilai yang terdapat dalam sumber tersebut, maka dipilih
dan diangkat beberapa di antaranya yang dipandang fundamental dan
dapat merangkum berbagai nilai yang lain, yaitu tauhid, kemanusiaan,
kesatuan umat manusia, keseimbangan, rahmatan lil’alamin.
Adapun prinsip paradigma yaitu:
1. Tawasuth (mengambil jalan tengah), yaitu pemahaman dan
pengamalan agama yang tidak ifrad (berlebih-lebihan dalam
beragama) dan tafrid (mengurangi ajaran agama)

3
Muslim A. Kadir, Op.Cit, hlm. 14-24.

6
2. Tawazun (berkesimbangan), yaitu pemahaman dan pengmalan
agama secara seimbang yang meliputi semua aspek kehidupan,
baik duniawi maupun ukhrawi, tegas dalam menyatakan prinsip
yang dapat membedakan antara inhiraf (penyimpangan) dan
ikhtilaf (perbedaan)
3. I’tidal (lurus dan tegas), yaitu menempatkan sesuatu pada
tempatnya, melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban dan
tanggung jawab secara proposional bersikpa tegas dan berpegang
teguh pada prinsip,
4. Tasamuh (toleransi), yaitu mengakui dan menghormati perbedaan
baik dalam aspek kegamaan dan berbagai aspek kehidupan lainnya
dan oleh karena itu wasatiyat menuntut sikap fair dan berada diatas
semua kelompok atau golongan.
5. Musawah (egaliter), yaitu tidak bersikap diskriminatif pada yang
lain desebabkan perbedaan keyakinan, status sosial ekonomi,
tradisi asal-usul seseorang dan atau gender.
6. Syura (musyawarah), yaitu menyelesaikan persoalan dengan jalan
musyawarah untuk mencapai mufakat dengan prinsip
menempatkan kemaslahatan diatas segalanya.
7. Islah (reformasi), yaitu mengutamakan prinsip reformatif untuk
mencapai kedaan lebih baik yang mengakomodasi perubahan dan
kemajuan zaman dengan berpijak pada kemaslahatan umum
(maslahah amah) dengan tetap berpegang pada prinsip Al-
Muhafazah Ala Al Qodimi Al Salih Wa Al Akhdzu Bi Al Jaddid
Al Aslah.
8. Aulawiyah (mendahulukan yang prioritas), yaitu kemampuan
mengidentifikasi hal ihwal yang lebih penting harus diutamakan
untuk di implementasikan dibandingkan dengan yang kepentingan
lebih rendah.
9. Tatawwur Wa Ibtikar (dimais dan inovatis), yaitu selalu terbuka
melakukan perubahan sesuai dengan perkembangan zaman serta

7
menciptakan hal baru untuk kemaslahatan dan kemajuan umat
manusia.
10. Tahadhdhur (berkeadaban), yaitu menjungjung tinggi akhlakul
karimah, karakter, identitas, dan integritas sebagai khair ummah
dalam keidupan kemanusiaan dan peradaban.
11. Wathaniah wa muwathanah, yaitu penerimaan eksistansi negara-
bangsa (nation state) dimanapun berada dengan mengedeepankan
orientasi kewarganegaraan.
12. Qudwatiyah, yaitu melakukan kepeloporan dalam prakarsa
prakarsa kebaiakn demi kemaslahatan hidup manusia (common
good and well-being) dan dengan demikian umat islam yang
mengamalkan wasatiyat memberikan kesaksian atau syahadah4.

4
Kantor Utusan Khusus Presiden RI Untuk Dialog dan Kerja Sama Antar Agama dan
Peradaban, Wasatiyat Islam: Konsepsi dan Impelementasi (Usulan Indonesia Pada Konsultasi
Tingkat Tinggi Tokoh Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia Mengenai Wasatiyat islam),
Bogor, 2018, hlm. 11-12.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian paradigma dan ilmu islam terapan yaitu, paradigma
adalah suatu citra fundamental dari pokok permasalahan dari suatu ilmu.
Sedangkan ilmu Islam Terapan yaitu menggagas paradigma amali
(paradigma yang menitik beratkan bidikanya pada dimensi praktis dalam
kehidupan konkret pelakunya) dalam agama islam. Paradigma merupakan
cara masing-masing orang memandang dunia, dan memandang persoalan.
Prinsip-prinsip dalam paradigma ilmu islam terapan yaitu: (1)
Tawasuth (mengambil jalan tengah), (2) Tawazun (berkesimbangan), (3)
I’tidal (lurus dan tegas), (4) Tasamuh (toleransi), (5) Musawah (egaliter),
(6) Syura (musyawarah), (7) Islah (reformasi), (8) Aulawiyah
(mendahulukan yang prioritas), yaitu kemampuan mengidentifikasi hal
ihwal yang lebih penting harus diutamakan untuk di implementasikan
dibandingkan dengan yang kepentingan lebih rendah. (9) Tatawwur Wa
Ibtikar (dimais dan inovatis), (10) Tahadhdhur (berkeadaban), (11)
Wathaniah wa muwathanah, dan (12) Qudwatiyah.

B. Saran
Kita sebagai umat islam harus selalu menuntut ilmu pengetahuan
yang berguna bagi diri sendiei maupun orang lain dan mengaplikasikan
ilmu yang telah di peroleh untuk kepentingan dan kemaslahatan umat
manusia, serta menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pedoman
dan pegangan hidup karena keduanya merupakan sumber dari segala
sumber yang paling utama.

9
DAFTAR PUSTAKA

10

Anda mungkin juga menyukai