Anda di halaman 1dari 25

KONSEP ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

IDEALISME, REALISME DAN MATERIALISME


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan

Disusun Oleh :
Ruri Restia Anwar 22070905022
Zoimatul Fitria 22070905023

TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Pemberi. Puji Syukur hadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat,
rezeki, serta Inayah-Nya kami semua diberikan kesehatan dan kemudahan
untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Aliran Filsafat
Pendidikan Idealisme, Realisme Dan Materialisme” dalam Mata Kuliah
Filsafat Pendidikan dengan tepat waktu.
Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan
makalah ini, maka kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu Dosen
selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Filsafat Pendidikan yang telah
memberikan tugas ini, sehingga kami dapat menambah wawasan dan
pengetahuan melalui tugas yang telah Bapak/Ibu berikan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna dan masih
banyak kekurangan ataupun kesalahan dalam penulisan. Oleh karena itu,
kami menerima saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan untuk
penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami ucapakan terima kasih dan mohon maaf bila makalah
ini masih jauh dari kata sempurna dan kami berharap semoga makalah
Konsep Aliran Filsafat Pendidikan Idealisme, Realisme Dan
Materialisme ini bisa diambil manfaatnya dan bisa memberikan inspirasi
bagi pembaca.

Surabaya, 12 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................... i


Daftar Isi ...............................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan Masalah..................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Aliran Filsafat Pendidikan Idealisme
1. Pengertian Aliran Filsafat Idealisme .............................................. 3
2. Tokoh Aliran Filsafat Idealisme ..................................................... 3
3. Macam-macam Aliran Filsafat Idealisme....................................... 6
4. Konsep Aliran Filsafat Idealisme ................................................... 7
5. Implementasi Aliran Filsafat Idealisme Terhadap Pendidikan ...... 8
B. Aliran Filsafat Pendidikan Realisme
1. Pengertian Aliran Filsafat Realisme ............................................. 10
2. Tokoh Aliran Filsafat Realisme .................................................... 11
3. Macam-macam Aliran Filsafat Realisme ..................................... 12
4. Konsep Aliran Filsafat Realisme .................................................. 13
5. Implementasi Aliran Filsafat Realisme dalam Pendidikan .......... 14
C. Aliran Filsafat Pendidikan Materialisme
1. Pengertian Aliran Filsafat Materialisme ....................................... 15
2. Tokoh Aliran Filsafat Materialisme.............................................. 16
3. Macam-macam Aliran Filsafat Materialisme ............................... 17
4. Konsep Aliran Filsafat Materialisme ............................................ 18
5. Implementasi Aliran Filsafat Materialisme dalam Pendidikan .... 19
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 20
B. Saran.................................................................................................... 21
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat atau falsafat, berasal dari bahasa Yunani. Kalimat ini berasal dari
kata Philosophia yang berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari kata philos yang
berarti cinta, senang, suka, dan kata ideali berarti pengetahuan, hikmah, dan
kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat adalah cinta kepada ilmu pengetahuan
atau kebenaran, suka kepada hikmah dan kebijaksanaan.
Filsafat pendidikan merupakan hasil pemikiran dan perenungan
secara mendalam sampai ke akar-akarnya mengenal pendidikan. Para filsuf
melalui karya filsafat pendidikannya, berusaha menggali ide-ide baru tentang
pendidikan, yang menurut pendapatnya lebih tepat ditinjau dari kewajaran
keberadaan peserta didik dan pendidik maupun ditinjau dari latar geografis,
sosiologis, dan budaya suatu bangsa.
Tujuan kita mempelajari studi filsafat ini agar dapat mengetahui dunia
filsafat minimal mengetahui cara memecahkan berbagai problematika
kehidupan yang dihadapinya, termasuk problematika dalam bidang
Pendidikan. Oleh karena itu dihubungkan dengan problematika pendidikan
secara luas, maka dapat disimpulkan bahwa filsafat merupakan kerangka acuan
bidang filsafat pendidikan, guna mewujudkan cita-cita pendidikan yang
diharapkan suatu masyarakat atau bangsa.
Berbagai aliran filsafat pendidikan tersebut di atas, memberi dampak
terciptanya konsep-konsep atau teori-teori pendidikan yang beragam. Masing-
masing konsep akan mendukung masing-masing filsafat pendidikan itu. Dalam
memangun teori-teori pendidikan, filsafat pendidikan juga mengingatkan agar
teori-teori itu diwujudkan di atas kebenaran berdasarkan kaidah-kaidah
keilmuan. Dengan kata lain, teori-teori pendidikan harus disusun berdasarkan
hasil-hasil penelitian ilmiah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari aliran filsafat idealisme?
2. Siapa Tokoh aliran filsafat idealisme?
3. Bagaimana macam-macam aliran filsafat idealisme?

1
4. Bagaimana Konsep aliran filsafat idealisme?
5. Bagaimana implimentasi aliran filsafat idealisme dalam pendidikan?
6. Apa pengertian dari aliran filsafat realisme?
7. Siapa Tokoh aliran filsafat realisme?
8. Bagaimana macam-macam aliran filsafat realisme?
9. Bagaimana Konsep aliran filsafat realisme?
10. Bagaimana implimentasi aliran filsafat realisme dalam pendidikan?
11. Apa pengertian dari aliran filsafat materialisme?
12. Siapa Tokoh aliran filsafat materialisme?
13. Bagaimana macam-macam aliran filsafat materialisme?
14. Bagaimana Konsep aliran filsafat materialisme?
15. Bagaimana implimentasi aliran filsafat materialisme dalam pendidikan?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian dari aliran filsafat idealisme.


2. Untuk mengetahui tokoh aliran filsafat idealisme.
3. Untuk mengetahui macam-macam aliran filsafat idealisme.
4. Untuk mengetahui Konsep aliran filsafat idealisme.
5. Untuk mengetahui implimentasi aliran filsafat idealisme dalam Pendidikan.
6. Untuk mengetahui pengertian dari aliran filsafat realisme.
7. Untuk mengetahui tokoh aliran filsafat realisme.
8. Untuk mengetahui macam-macam aliran filsafat realisme.
9. Untuk mengetahui Konsep aliran filsafat realisme.
10. Untuk mengetahui implimentasi aliran filsafat realisme dalam Pendidikan.
11. Untuk mengetahui pengertian dari aliran filsafat materialisme.
12. Untuk mengetahui tokoh aliran filsafat materialisme.
13. Untuk mengetahui macam-macam aliran filsafat materialisme.
14. Untuk mengetahui Konsep aliran filsafat materialisme.
15. Untuk mengetahui implimentasi aliran filsafat materialisme dalam Pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aliran Filsafat Pendidikan Idealisme


1. Pengertian Aliran Filsafat Idealisme
Idealisme berasal dari kata idea yang berarti sesuatu yang hadir dalam jiwa
dan isme yang berarti paham/ pemikiran. Sehingga, idealisme adalah doktrin yang
mengajarkan bahwa hakekat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam
kebergantungannya pada jiwa (mind) dan spirit (roh). Keyakinan ini ada pada
Plato. Pada filsafat modern, pandangan ini mula-mula kelihatan pada George
Berkeley (1685-1753) yang menyatakan bahwa hakekat objek-objek fisik adalah
idea-idea.
Idealisme mempunyai nama lain yaitu serba cita yang merupakan salah satu
aliran filsafat tradisional yang paling tua.dan merupakan aliran ilmu filsafat yang
mengagungkan jiwa. Menurut Plato, cita adalah gambaran asli yang semata-mata
bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan
dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita
melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta
menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap atau tidak
mengalami perubahan serta penggeseran, yang mengalami gerak tidak
dikategorikan idea. Alasan yang terpenting dari aliran ini ialah manusia
menganggap roh atau sukma itu lebih berharga, lebih tinggi nilainya dari materi
bagi kehidupan manusia. Roh itu dianggap sebagai hakikat yang sebenarnya,
sehingga materi hanyalah badannya, bayangan atau penjelmaannya saja.
2. Tokoh Aliran Filsafat Idealisme
a) Plato (427-347 SM)
Plato adalah pengikut Socrates yang taat di antara para pengikutnya yang
mempunyai pengaruh besar. Selain dikenal sebagai ahli pikir, Plato juga
dikenal sebagai seorang sastrawan yang terkenal. Tulisannya sangat banyak,
sehingga keterangan tentang dirinya dapat di perolehnya secara cukup.
Ia lahir di Athena ,dengan nama asli Aristocles. Ia belajar filsafat dari
Socrates, Pythagoras, Heracleitos dan Elia. Akan tetapi, ajarannya yang paling
besar pengaruhnya adalah dari nama Ariston dan ibunya bernama Periktione.

3
Sebagai orang yang di lahirkan dalam lingkungan keluarga bangsawan, ia
mendapatkan pendidikan yang baik dari seorang bangsawan bernama
Pyrilampes .Sejak anak-anak ia telah mengenal Socrates dan kemudian
menjadi gurunya selama 8 tahun.
Sebagai seorang filsuf, Plato mencoba menyelesaikan permasalahn lama:
mana yang benar yang berubah-ubah (Heracleitos) atau yang tetap
(Parmenides). Mana yang benar antara pengetahuan yang lewat indera dengan
pengetahuan yang lewat akal. Pengetahuan yang diperoleh lewat indera disebut
pengetahuan indera atau pengetahuan pengalaman. Sedangkan pengetahuan
yang diperoleh lewat akal disebut pengetahuan akal. Pengetahuan indera atau
pengetahuan pengalaman bersifat tidak tetap atua berubah-ubah, sedangkan
pengetahuan akal bersifat tetap atau tidak berubah-ubah.
Sebagai contoh, di dalam pengalaman hidup sehari-hari, kita mengenal
banyak jenis manusia ada yang lelaki dan ada yang perempuan. Kelelakian dan
keperempuanannyapun berbeda-beda. Tetapi, dunia akal budi (idea) hanya
mengenal satu manusia saja yang bersifat tetap dan tidak berubah. Dunia
pengalaman disebut sebagai dunia “semu” atau dunia bayang-bayang.
Sedangkan dunia idea (akal budi) disebutnya sebagai “dunia asli”. Jadi,
manusia yang kita saksikan melalui pengalaman ini, yang jumlah dan jenisnya
beraneka ragam, merupakan bayang-bayang dari manusia yang hanya ada satu
di dunia idea itu. Sedangkan, pertanyaan mengenai mengapa manusia yang
beraneka ragam itu ada, hal itu disebabkan karena perbedaan tentang caranya
menjadi bayang-bayang itu.

b) J.G. Fichte (1762-1814 M)


Menurut Fichte, dasar realitas; kemauan inilah thing-in it self-nya
manusia. Penampakkan menurut pendapatnya adalah sesuatu yang di tanam
roh absolut sebagai penampakkan kemauannya. Roh absolut adalah sesuatu
yang bearda di belakang kita. Itu adalah Tuhan pada Spinoza. Bagi seorang
idealis, hukum moral ialah setiap tindakan harus berupa langkah menuju
kesempurnaan spiritual, itu hanya dapat dicapai dalam masyarakat yang
anggota-anggotanya adalah pribadi yang bebas merealisasi dari mereka dalam
kerja untuk masyarakat. Pada tingkat yang lebih tinggi kelemahan dan harapan
manusia muncul pada kasih Tuhan.

4
c) G. W. F. Hegel (1770-1831)
Pusat filsafat Hegel ialah konsep Geist (roh; spirit) suatu istilah yang
diilhami oleh agamanya. Istialh ini agak sulit dipahami. Roh dalam pandangan
Hegel adalah sesuatu yang real, kongkret, kekuatan yang objektif, menjelma
dalam berbagai bentuk sebagai “World of Spirit (Dunia roh) yang
menempatkan ke dalam objek-objek khusus. Di dalam kesadaran diri, roh itu
merupakan esensi manusia dan juga esensi sejarah manusia.

d) Pascal (1623-1662)
Blaise Pascal lahir di Clermont-Ferrand Perancis 19 Juni 1623 meninggal
di Paris 19 Agustus 1662. Ayahnya bernama Etienne Pascal yang menjabat
sebagai kepala pengadilan di Clermont ketika Blaise Pascal lahir. Minat
utamanya ialah filsafat dan agama, sedangkan hobinya yang lain adalah
matematika dan geometri proyektif. Bersama dengan Pierre de Fermat
menemukan teori tentang probabilitas. Pada awalnya minat riset dari Pascal
lebih banyak pada bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan, di mana dia telah
berhasil menciptakan mesin penghitung yang dikenal pertama kali. Mesin itu
hanya dapat menghitung.

e) Immanuel Kant (1724-1804)


Immanuel Kant umumnya di anggap sebagai yang terbesar di antara para
filsuf modern. Kant hidup di daerah Konigsberg, Prusia Timur.di luar itu, dia
memiliki kehidupan akademis yang tidak berlangsung lama, meski dia juga
mengalami masa-masa perang tujuh tahun (yang masa itu rusia menduduki
Prusia Timur), revolusi Prancis, dan awal dari karier kekuasaan Napoleon.
Inspirasi filsafat datang dari berbagai sumber, seperti Rousseau,
Newton, Hutcheson, Shaftesbury, dan Baumgarten. Yang sangat
mempengaruhi pemikiran Kant adalah Gottfried Wilhelm Leibniz, Christian
Wolff, dan David Hume. Setelah membaca karya Hume, Kant tidak lagi
menerima prinsip-prinsip rasionalisme dan tidak percaya lagi pada aksioma-
aksioma antologi. Kant mengatakan bahwa Hume adalah tujuan utama
filsafatnya. Kant menyebut filsafatnya sebagai filsafat transcendental yang
membedakan antara akal (Verstand) dengan rasio atau budi (Vernunft).

5
3. Macam-macam Aliran Filsafat Idealisme
a) Idealisme subjektif.
Idealism jenis ini kadang-kadang dinamakan mentalisme atau
fenomenalisme. Seorang idealis sujektif akan mengatakan bahwa akal dan
persepsi-persepsinya atau ide-idenya merupakan segala yang ada, tetapi hanya
ada dalam akal yang mempersepsikannya. Idealisme ini diawali oleh Berkeley
yang lebih suka menamai filsafatnya dengan nama immaterialisme. .Menurut
Hegel, arti, makna, atau nous bukanlah sesuatu yang dimiliki tiap-tiap manusia,
melainkan manusia menjadi alat nous yang meliputi seluruh alam semesta.
Perbuatan seseorang bukan berdasarkan kecakapannya sebagai individu,
melainkan merupakan perbuatan nous yang mempergunakannya sebagai alat.
Filosof yang meniti karir berfilsafatnya dimulai dari seminar, yaitu suatu
pendidikan tinggi keagamaan. Dalam karya-karya pertamanya, Hegel berusaha
untuk mendampingkan filsafat dengan kristianitas.
b) Idealisme objektif.
Filsuf idealis yang pertama kali dikenal adalah Plato. Ia membagi dunia
dalam dua bagian. Pertama, dunia persepsi, dunia penglihatan, suara dan
benda-benda individual. Dunia yang konkret ini adalah temporal dan rusak dan
bukan dunia sesungguhnya, melainkan sebagai bayangan atau penampakan
saja. Kedua, terdapat alam di atas alam benda, yaitu alam konsep, idea,
universal atau esensi yang abadi.
c) Idealisme rasionalistis.
Menurut idealisme rasional, hakikat manusia adalah kesanggupan untuk
berpikir. Aristoteles (380-322 SM) menggolongkan jiwa vegatatif, animal, dan
human ke dalam jiwa manusia. Jiwa manusia menunjukkan cirri-ciri yang khas.
Kesanggupan manusia untuk berpikir disebut nous (budi). Idealisme ini
menganggap roh itu ialah akal dan akal di sini maksudnya pikiran.
d) Idealisme etis
Menurut idealism etis, hakikat manusia adalah kemauannya. Manusia
primer dipandang sebagai mahkhluk social. Kant (1724-1804) pernah
mengatakan bahwa segala sesuatu di alam semesta ini dapat diperalat,kecuali
manusia sebagai makhluk berbudi merupakan tujuan terhadap dirinya sendiri.
Dengan perkataan lain, manusia bukan diperalat, melainkan memperalat.
Menurut Kant, hukum kesusilaan tidak datang dari luar diri manusia, tetapi
6
datang dari budinya sendiri.
e) Idealisme Estetis
Memandang perasaan sebagai hakikat manusia.menurut Goethe (1749-
1832), kenyatan merupakan karya kesenian, demikian pula kehidupan manusia.
Berdasarkan pembawaannya yang wajar, manusia harus menjadi keperibadian
yang selaras dengan seluruh kosmos.
f) Idealisme Religius
Idealisme religious memandang kepercayaan sebagai hakikat manusia.
Memurut Plato (427-347 SM), manusia dengan erosnya, senantiasa menuju
pada idea-idea bersifat rohani. Sebenarnya, kehidupan di dunia adalah maya.
Kehidupan yang sejati hanya ditemukan di dalam idea, yaitu Tuhan merupan
idea tertinggi. Agustinus (354-430) memandang Tuhan sebagai ruh yang
menciptakan idea-idea itu.

4. Konsep Aliran Filsafat Idealisme

a) Metafisika-idealisme.

Secara absolut kenyataan yang sebenarnya adalah spiritual dan rohaniah,


sedangkan secara kritis yaitu adanya kenyataan yang bersifat fisik dan
rohaniah, tetapi kenyataan rohaniah yang lebih dapat berperan;
b) Humanologi-idealisme.
Jiwa dikarunai kemampuan berpikir yang dapat menyebabkan adanya
kemampuan memilih;
c) Epistemologi-idealisme.
Pengetahuan yang benar diperoleh melalui intuisi dan pengingatan
kembali melalui berpikir. Kebenaran hanya mungkin dapat dicapai oleh
beberapa orang yang mempunyai akal pikiran yang cemerlang; sebagian besar
manusia hanya sampai pada tingkat berpendapat; dan
d) Aksiologi-idealisme.
Kehidupan manusia diatur oleh kewajiban-kewajiban moral yang
diturunkan dari pendapat tentang kenyataan atau metafisika.

7
5. Implementasi Aliran Filsafat Idealisme Terhadap Pendidikan
a) Tujuan Pendidikan
Menurut para filsuf idealisme, pendidikan bertujuan untuk membantu
perkembangan pikiran dan diri pribadi (self) siswa. Mengingat bakat manusia
berbeda-beda maka pendidikan yang diberikan kepada setiap orang harus
sesuai dengan bakatnya masing-masing.
Sejak idealisme sebagai paham filsafat pendidikan menjadi keyakinan
bahwa realitas adalah pribadi, maka mulai saat itu dipahami tentang perlunya
pengajaran secara individual. Pola pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme
berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau
materi pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme.
Maka, tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan
untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara keduanya.

Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak


didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki
kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan
berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu
individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan
idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia.
Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang
kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya, namun
hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan
kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi.
Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan
individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan
yang berkaitan dengan Tuhan.
b) Peran Guru

Para filsuf idealisme mempunyai harapan yang tinggi dari para guru.
Keunggulan harus ada pada guru, baik secara moral maupun intelektual. Tidak
ada satu unsur pun yang lebih penting di dalam sistem sekolah selain guru.
Guru hendaknya “bekerjasama dengan alam dalam proses menggabungkan
manusia, bertanggung jawab menciptakan lingkungan pendidikan bagi para
siswa.

8
Para murid yang menikmati pendidikan di masa aliran idealisme sedang
gencar-gencarnya diajarkan, memperoleh pendidikan dengan mendapatkan
pendekatan (approach) secara khusus. Sebab, pendekatan dipandang sebagai
cara yang sangat penting. Giovanni Gentile pernah mengemukakan, “Para guru
tidak boleh berhenti hanya di tengah pengkelasan murid, atau tidak mengawasi
satu persatu muridnya atau tingkah lakunya. Seorang guru mesti masuk ke
dalam pemikiran terdalam dari anak didik, sehingga kalau perlu ia berkumpul
hidup bersama para anak didik. Guru jangan hanya membaca beberapa kali
spontanitas anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil yang tidak banyak
bermakna.

Model pemikiran filsafat idealisme yang menganggap anak didik


merupakan makhluk spiritual dan guru yang juga menganut paham idealism
menjadikan sistem pengajaran di kelas biasanya berkeyakinan bahwa spiritual
merupakan suatu kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya,
tanpa adanya spiritual.

Guru dalam sistem pengajaran yang menganut aliran idealisme berfungsi


sebagai: 1) Guru adalah personifikasi dari kenyataan si anak didik; 2) Guru
harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa; 3) Guru
haruslah menguasai teknik mengajar secara baik dan lain-lainnya.

c) Peran Siswa

Siswa berperan bebas mengembangkan kepribadian dan bakat-bakatnya”.


(Edward J.Power,1982). Bagi aliran idealisme, anak didik merupakan seorang
pribadi tersendiri, sebagai makhluk spiritual. Mereka yang menganut paham
idealisme senantiasa memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan
merupakan ekspresi dari keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman
pribadinya sebagai makhluk spiritual.
d) Metode Pendidikan
Tidak cukup mengajar siswa tentang bagaimana berfikir, sangat penting
bahwa apa yang siswa pikirkan menjadi kenyataan dalam perbuatan. Metode
mangajar hendaknya mendorong siswa untuk memperluas cakrawala,
mendorong berfikir reflektif, mendorong pilihan-pilihan morak pribadi,
memberikan keterampilan-keterampilan berfikir logis, memberikan
kesempatan menggunakan pengetahuan untuk masalah-masalah moral dan
9
sosia, miningkatkan minat terhadap isi mata pelajaran, dan mendorong siswa
untuk menerima nilai-nilai peradaban manusia.
e) Kurikulum Pendidikan

Kurikulum pendidikan idealisme berisikan pendidikan liberal dan


pendidikan vokasional/praktis. Pendidikan liberal dimaksudkan untuk
pengembangan kemampuan-kemampuan rasional dan moral. Pendidikan
vokasional dimaksudkan untuk pengembangan kemampuan suatu
kehidupan/pekerjaan.

Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus


lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak
daripada pengajaran yang textbook. Agar supaya pengetahuan dan
pengalamannya senantiasa aktual.

Dengan demikian jelaslah pula bahwa peranan pendidikan yang paling


utama bagi manusia adalah membebaskan dan memperbaharui. Pembebasan
dan pembaharuan itu akan membentuk manusia utuh, yakni manusia yang
berhasil menggapai segala keutamaan dan moralitas jiwa mengantarkannya ke
idea yang tinggi yaitu kebajikan, kebaikan, dan keadilan.

B. Aliran Filsafat Pendidikan Realisme


1. Pengertian Aliran Filsafat Realisme
Seorang filsuf asal Yunani Aristoteles (384-322 SM) yang merupakan murid
Plato mengembangkan aliran realisme yang menekankan pada pengetahuan dan
nilai. Ilmuwan membawa paham realisme pada abad 21, ilmuwan realisme
beranggapan bahwa realitas yang ada tidak bergantung pada apa yang kita ketahui
dan metode ilmiah adalah cara yang terbaik untuk mendapatkan deskripsi yang
akurat dari apa itu dunia dan bagaimana kerjanya. Untuk menjelaskan dan untuk
menggunakan penemuan ilmiah, kita harus menyusun suatu teori. Untuk
meningkatkan penelitian ilmiah, kita dapat meninjau kembali dan menyaring
teori-teori kita sehingga lebih akurat terhadap realitas.
Realisme merupakan suatu aliran dalam ilmu pengetahuan. Aliran realisme
mempersoalkan obyek pengetahuan manusia. Aliran realisme memandang bahwa
obyek pengetahuan manusia terletak di luar diri manusia. Contohnya bagaimana
kursi itu ada karena ada yang membuatnya, begitu juga dengan adanya alam yang

10
berarti ada yang membuat. Tetapi kaum realis tidak mempercayai adanya ruh
karena yang ada hanyalah jiwa. Kaum realis berpendapat bahwa tidak ada
kehidupan sesudah kematian.
Realisme berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu real, atau yang nyata,
dapat diartikan juga yang ada secara fakta, tidak dibayangkan atau diperkirakan.
Adapun kata fakta dalam bahasa Indonesia berarti hal (keadaan, peristiwa) yang
merupakan kenyataan; sesuatu yg benar-benar ada atau terjadi. Realisme juga
berasal dari kata Latin realis yang berarti nyata. Dalam bidang metafisika,
realisme berarti konsep-konsep umum yang disusun oleh budi manusia yang
sungguh juga terdapat dalam kenyataan, lepas dari pikiran manusia.
Aliran Realisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa realitas
sebagai dualitas. Aliran realisme memandang dunia ini mempunyai hakikat
realitas terdiri dari dunia fisik dan dunia rohani. Hal ini berbeda dengan filsafat
aliran idealisme yang bersifat monistis yang memandang hakikat dunia pada dunia
spiritual semata. Hal ini berbeda dari aliran materialisme yang memandang
hakikat kenyataan adalah kenyatan yang bersifat fisik semata. Menurut aliran
realisme, pengetahuan adalah gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa yang
ada dalam alam nyata (dari fakta atau hakikat).
2. Tokoh Aliran Filsafat Realisme
a) Aristoteles
Menurut Aristoteles, segala sesuatu tidak terletak pada keadaan bendanya,
melainkan pada pengertian keberadaannya, yakni pada suatu ide. Akan tetapi,
ide itu tidak terlepas sama sekali dari keadaan yang nyata. Selain itu juga,
Aristoteles beranggapan bahwa ide dan pandangan manusia merupakan sumber
segala yang ada.
Dia juga mengatakan bahwa realitas yang objektif tidak saja tertangkap
dengan perngertian, tetapi juga bertepatan dengan dasar-dasar metafisika dan
logika yang tertinggi. Dasar itu ada tiga yaitu; Pertama, semua yang benar harus
sesuai dengan adanya sendiri dan tidak mungkin ada kebenaran kalau di
dalamnya ada pertentangan. Kedua, dari dua pertanyaan tentang sesuatu, jika
yang satu membenarkan dan yang lain menyalahkan, hanya satu yang benar.
Ini disebut dengan hukum penyangkalan atau kontradikta. Inilah menurut
Aristoteles yang terpenting dari segala prinsip. Ketiga, antara dua pernyataan
yang bertentangan mengiyakan dan meniadakan, tidak mungkin ada
11
pernyataan yang ketiga. Dasar ini disebut hukum penyingkiran yang ketiga.
b) Francis Bacon
Bacon menyatakan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan
yang sejati. Akan tetapi pengetahuan harus dicapai dengan induksi karena dia
menganggap bahwa kita telah lama dipengaruhi oleh metode yang deduktif.
Dia mengatakan bahwa ilmu yang benar adalah ilmu yang telah terakumulasi
antara pikiran dan kenyataan yang diperkuat oleh sentuhan indra-indra yang
ada pada manusia.
c) John Locke
Bagi John Locke, manusia harus dianggap sebagai lembaran kertas putih
dan seluruh isinya berasal dari pengalaman lahiriah dan batiniah. Ada dua hal
dalam filsafat pengetahuan Locke yang mempunyai Implikasi bagi
perkembangan kebudayaan modern. Yang pertama adalah anggapan bahwa
seluruh pengetahuan kita berasal dari pengalaman. Kedua, bahwa apa yang kita
ketahui melalui pengalaman itu bukanlah objek atau benda yang mau kita
ketahui itu sendiri, melainkan hanya kesan-kesan yang didapat oleh panca indra
kita. Manusia seakan-akan sibuk dengan kesan-kesannya masing-masing.
Dengan demikian paham realitas objektif yang kita alami bersama menjadi
semakin tipis dan kurus.
3. Macam-macam Aliran Filsafat Realisme
Aliran realisme dibagi menjadi dua yaitu realisme rasional dan realisme alam
(Musdiani, 2011). Aliran realisme rasional yang berasal dari Aristoteles dibagai
menjadi dua yaitu :
1. Realisme klasik
Realisme klasik berasal dari pandangan Aristoteles. Menganggap bahwa
segala sesuatu yang ada berdasarkan hal yang nyata. Aristoteles menganggap
bahwa setiap benda ada tanpa adanya roh.
2. Realisme religius
Realisme ini berasal dari pandangan Thomas Aquina, yaitu filsafat agama
Kristen yang lebih dikenal dengan aliran Thomisme. Aliran ini menganggap
bahwa jiwa itu penting walaupun tidak nyata seperti badan. Sehingga aliran
ini mempercayai bahwa jiwa dan badan diciptakan oleh Tuhan Yang Maha
Esa. Pengetahuan didapat dari wahyu, berpikir dan pengalaman. Aturan-

12
aturan keharmonisan alam semesta ini merupakan ciptaan Tuhan yang harus
dipelajari.
Aliran realisme alam atau realisme ilmiah mengembangkan ilmu
pengetahuan alam. Aliran realisme ini bersifat skeptis dan eksperimental.
Aliran ini menganggap bahwa alam semesta itu nyata dan yang
mempelajarinya adalah ilmu pengetahuan bukan ilmu filsafat. Tugas ilmu
pengetahuan adalah menyelidiki semua isi alam sedangkan tugas ilmu filsafat
adalah mengkoordinasi konsep-konsep dan penemuan-penemuan dari ilmu
pengetahuan yang bermacam-macam. Menurut aliran ini alam bersifat tetap.
Meskipun ada perubahan di alam namun perubahan tersebut sesuai dengan
hukum-hukum alam yang sudah berlaku sehingga alam semesta terus
berlangsung dengan teratur.

4. Konsep Aliran Filsafat Realisme

a) Metafisika-realisme. Kenyataan yang sebenarnya hanyalah kenyataan fisik


(materialisme). Kenyataan material dan imaterial (dualisme), dan kenyataan
yang terbentuk dari berbagai kenyataan (pluralisme),
b) Humanologi-realisme. Hakekat manusia terletak pada apa yang dapat
dikerjakan. Jiwa merupakan sebuah organisme kompleks yang mempunyai
kemampuan berpikir,
c) Epistemologi-realisme. Kenyataan hadir dengan sendirinya tidak tergantung
pada pengetahuan dan gagasan manusia, dan kenyataan dapat diketahui oleh
pikiran. Pengetahuan dapat diperoleh melalui penginderaan. Kebenaran
pengetahuan dapat dibuktikan dengan memeriksa kesesuaiannya dengan fakta,
d) Aksiologi-realisme. Tingkah laku manusia diatur oleh hukum-hukum alam
yang diperoleh melalui ilmu, dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh
kebiasaan-kebiasaan atau adat-istiadat yang telah teruji dalam kehidupan.
e) Ontologi-realisme. Menurut Smith , bagi kaum realis, realitas berhubungan
dengan apa yang disebut filsuf sebagai ‘alam’ atau pola invarian dalam realitas
yang memberikan berbagai macam contoh yang tidak terbatas dari berbagai
macam hal. Seperti menjelaskan berbagai macam partikel menggunakan satu
atau beberapa bentuk sumum, membuat ilmu menjadi mungkin.

13
5. Implementasi Aliran Filsafat Realisme dalam Pendidikan

Aliran filsafat realisme berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu adalah


gambaran yang baik dan tepat dari kebenaran. Konsep filsafat menurut aliran
realisme adalah: (1) Metafisika-realisme; Kenyataan yang sebenarnya
hanyalah kenyataan fisik (materialisme); kenyataan material dan imaterial
(dualisme), dan kenyataan yang terbentuk dari berbagai kenyataan (pluralisme);
(2) Humanologi-realisme; Hakekat manusia terletak pada apa yang dapat
dikerjakan. Jiwa merupakan sebuah organisme kompleks yang mempunyai
kemampuan berpikir; (3) Epistemologi-realisme; Kenyataan hadir dengan
sendirinya tidak tergantung pada pengetahuan dan gagasan manusia, dan
kenyataan dapat diketahui oleh pikiran. Pengetahuan dapat diperoleh melalui
penginderaan. Kebenaran pengetahuan dapat dibuktikan dengan memeriksa
kesesuaiannya dengan fakta; (4) Aksiologi-realisme; Tingkah laku manusia diatur
oleh hukum-hukum alam yang diperoleh melalui ilmu, dan pada taraf yang lebih
rendah diatur oleh kebiasaan-kebiasaan atau adat-istiadat yang telah teruji dalam
kehidupan.

Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan harus universal, seragam,


dimulai sejak pendidikan yang paling rendah, dan merupakan suatu kewajiban.
Pada tingkat pendidikan yang paling rendah, anak akan menerima jenis
pendidikan yang sama. Pembawaan dan sifat manusia sama pada semua orang.
Oleh karena itulah, metode, isi, dan proses pendidikan harus seragam. Namun,
manusia tetap berbeda dalam derajatnya, di mana ia dapat mencapainya. Oleh
karena itu, pada tingkatan pendidikan yang paling tinggi tidak boleh hanya ada
satu jenis pendidikan, melainkan harus beraneka ragam jenis pendidikan. Inisiatif
dalam pendidikan terletak pada pendidik bukan pada peserta didik. Materi atau
bahan pelajaran yang baik adalah bahan pelajaran yang memberi kepuasan pada
minat dan kebutuhan pada peserta didik. Namun, yang paling penting bagi
pendidik adalah bagaimana memilih bahan pelajaran yang benar, bukan
memberikan kepuasan terhadap minat dan kebutuhan pada peserta didik. Memberi
kepuasan terhadap minat dan kebutuhan siswa hanyalah merupakan alat dalam
mencapai tujuan pendidikan, atau merupakan strategi mengajar yang bermanfaat.

14
Implementasi filsafat realisme dalam pendidikan ada 5, yaitu :
1. Tujuan Pendidikan
Aristoteles berpendapat bahwa pendidikan bertujuan membantu
manusia mencapai kebahagiaan dengan mengembangkan potensi diri
seoptimal mungkin agar manusia menjadi unggul. Rasionalitas manusia
adalah kekuatan tertinggi manusia yang harus dikembangkan melalui
belajar berbagai macam ilmu pengetahuan. Manusia harus pula
memberanikan diri untuk mengenal diri, melatih potensi dan
mengintegrasikan berbagai peran dan tuntutan kehidupan sesuai dengan
tatanan rasional berjenjang.
2. Kurikulum
Kurikulum dikembangkan secara komprehensif mencakup semua
pengetahuan yang sains, sosial, maupun muatan nilai-nilai. Isi kurikulum
lebih efektif diorganisasikan dalam bentuk mata pelajaran karena memiliki
kecenderungan berorientasi pada peserta didik (subject centeed).
3. Peranan siswa
Peran peserta didik adalah menguasai pengetahuan yang handal dapat
dipercaya. Dalam hal disiplin, peraturan yang baik adalah esensial dalam
belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil
yang baik.
4. Peranan Guru
Peranan pendidik adalah menguasai pengetahuan, terampil dalam
teknik mengajar dan dengan keras menuntut prestasi peserta didik.
5. Metode
Belajar tergantung pada pengalaman baik langsung atau tidak
langsung. Metodenya harus logis dan psikologis. Metode pontiditioning
(Stimulua-Respon) adalah metode pokok yang digunakan.

C. Aliran Filsafat Pendidikan Materialisme


1. Pengertian Aliran Filsafat Materialisme
Berasal dari bahas inggris materialisem, yang berarti ajaran yang menekankan
faktor-faktor atas inspiritual dalam metafisika teori nilai, fisiologo, epistemologi
atau penjelasn historis. Materialisme merupakan satu aliran filsafat yang
pandangannya bertitik tolak dari materi. Materialisme memandang bahwa materi
15
itu adalah primer, sedangkan ide ditempatkan sebagai sek
Materialisme adalah paham filsafat yang meyakini bahwa esensi kenyataan,
termasuk esensi manusia bersifat material atau fisik, hal yang dapat dikatakan
benar-benar ada adalah materi. Ciri utamanya adalah menempati ruang dan waktu,
memiliki keluasan (res extensa), dan bersifat objektif, sehingga bias diukur,
dikuantifikasi (dihitung), dan diobservasi. Alam sipiritual atau jiwa tidak
menempati ruang dan tidak bias disebut sebagai esensi kenyataan, sehingga
ditolak keberadaannya.
undernya. Sebab materi itu timbul atau ada lebih dulu, kemudian baru ide.
Materialisme adalah teori yang mengatakan bahwa atom materi bergerak dan
berkembang sebagai pembentuk awal dari alam, akal dan kesadaran merupakan
proses materi fisik. Materialisme tidak mengakui entitas-entitas non material
seperti roh, hantu, setan, malaikat dan bahkan Tuhan. Materialisme juga tidak
mengakui dzat adikodrati dengan begitu materialisme adalah pandangan hidup
yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di alam
kebenaran semata-mata dengan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi
alam indra.
Pada abad pertengahan materialisme tidak begitu populer dikalangan
masyarakat karena sifat materialisme yang bertentangan dengan agama, pada
waktu itu kekuasaan tertinggi dalam negara diatur oleh agamawan dan gereja,
baru pada abad ke-19 yakni abad Renaisans (pencerahan) paham materialisme
dipakai sebagai dasar ilmu pengetahuan yang kongkrit karena segala sesuatu
dapat dibuktikan dan tereksperimen.

2. Tokoh Aliran Filsafat Materialisme


a) Demokritos (460-360 SM)
Merupakan pelopor pandangan materialisme klasik, yang disebut juga
“atomisme”. Demokritos besrta para pengikutnya beranggapan bahwa segala
sesuatu terdiri dari bagian-bagian kecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi (yang
disebut atom). Atom-atom merupakan bagian dari yang begitu kecil sehingga
mata kita tidak dapat melihatnya. Atom-atom itu bergerak, sehingga dengan
demikian membentuk realitas pada pancaindera kita.
b) Julien de Lamettrie (1709-1751)
Mengemukakan pemikirannya bahwa binatang dan manusia tidak ada

16
bedanya,karena semuanya dianggap sebagai mesin. Buktinya,bahan (badan)
tanpa jiwa mungkin hidup (bergerak),sedangkan jiwa tanpa bahan (badan)
tidak mungkin ada. Jantung katak yang dikeluarkan dari tubuh katak masih
berdenyut (hidup) walau beberapa saat saja.
c) Ludwig Feuerbach (1804-1972)
Ludwig Fuerbach mencanangkan suatu metafisika,suatu etika yang
humanistis,dan suatu epistemology yang menjunjung tinggi pengenalan
inderawi. Oleh karena itu,ia ingin mengganti idealisme Hegel (guru Feurbach)
dengan materialisme.
d) Karl Marx (1818-1883)
Nama lengkap Karl Heinrich Marx,dilahirkan di Trier,Prusia,Jerman.
Sewaktu menjadi mahasiswa ia terpengaruh oleh ajaran Hegel dan dapat
mencapai gelar dokter dalam bidang filsafat. Pemikiran Karl mark disebut pula
dialektik materialisme dan historis materialisme. Di dalam berpikir,Karl Marx
menggunakan dialektika dari Hegel,oleh sebab itu disebut dialektika
materialisme. Demikian pula disebut historis materialisme karena berdasarkan
kepada perkembangan masyarakat atau sejarah atas materinya.

3. Macam-macam Aliran Filsafat Materialisme

a. Filsafat Materialisme Dialektika


Materialisme dialektika adalah materialisme yang memandang segala
sesuatu selalu berkembang sesuai dengan hukum-hukum dialektika: hukum
saling hubungan dan perkembangan gejala-gejala yang berlaku secara objektif
di dalam dunia semesta. Pikiran-pikiran materialisme dialektika inipun dapat
kita jumpai dalam kehidupan misalnya, “bumi berputar terus, ada siang ada
malam”, “habis gelap timbullah terang”, “patah tumbuh hilang berganti” dsb.
Semua pikiran ini menunjukkan bahwa dunia dan kehidupan kita senantiasa
berkembang. Jika di urutkan, maka ciri-ciri materialisme dialektis/dialektika
mempunyai asas-asas, yaitu : a) Asas gerak; b) Asas saling berhubungan; c)
Asas perubahan dari kuantitaif menjadi kualitatif; d) Asas kontradiksi intern.
b. Filsafat Materialisme Mekanik
Menurut materialism mekanik, akal dan aktivitas-aktivitasnya merupakan
bentuk-bentuk behavior (pelaku makhluk hidup). Karena itu,psikologi menjadi
suatu penyelidikan tentang brhavior,dan akibatnya,otak dan kesadaran

17
dijelaskan sebagai tindakan-tindakan otot,urat syaraf dan kelenjar-kelenjar.
Materialisme mekanik mempunyai daya tarik yang sangat besar oleh karena
kesederhanaannya.
c. Materialisme Ekstrim
Materialisme ekstrim memandang bahwa manusia adalah terdiri dari
materi belaka. Materialisme Extrim merupakan semua perubahan dan
perkembangan di dunia ini sama sekali gerak mesin, mesin dunia dan alam ini.
Manusia tidak mempunyai kedudukan istimewa sebagai benda alam. Menurut
Feurbach, hanya mengakui realitas alam manusia pun tak lain dari benda alam.
Pengetahuannya ialah pengalamannya, arah tujuannya ialah cenderung alam.
Adapun cenderung alam itu amat utama.
d. Materialisme Metafisik
Materialisme Metafisik adalah paham yang mengajarkan bahwa materi itu
selalu dalam keadaan diam, tetap atau statis selamanya. Seandainya materi itu
berubah maka perubahan tersebut terjadi karena faktor luar atau kekuatan dari
luar. Gerak materi itu disebut gerak ekstern atau gerak luar selanjutnya materi
itu dalam keadaan terpisah-pisah atau tidak mempunyai hubungan antara satu
dengan yang lainnya. Tokoh aliran filsafat ini adalah Feurbach.
e. Materialisme Vitalistis
Dalam pandangan yang vitalistis ini diterima adanya prinsip hidup. Yang
hidup itu lain sekali dari yang tidak hidup. Walaupun memiliki prinsip hidup,
namun tidak berbeda dengan binatang pada intinya, maka pandangan yang
demikian itu disebut materialisme.
f. Materialisme Modern
Materialisme modern mengatakan bahwa alam (universe) itu merupakan
kesatuan material yang tak terbatas, alam selalu ada dan akan tetap ada.
4. Konsep Aliran Filsafat Materialisme

Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan


rohani, bukan spiritual, atau supranatural. Filsafat materialisme memandang
bahwa materi lebih dahulu ada sedangkan ide atau pikiran timbul setelah melihat
materi. Dengan kata lain materialisme mengakui bahwa materi menentukan ide,
bukan ide menentukan materi. Contoh: karena meja atau kursi secara objektif ada,
maka orang berpikir tentang meja dan kursi. Bisakah seseorang memikirkan meja

18
atau kursi sebelum benda yang berbentuk meja dan kursi belum atau tidak ada.

a) Ciri-ciri filsafat materialisme


1) Segala yang ada (wujud) berasal dari satu sumber yaitu materi
2) Tidak meyakini adanya alam ghaib
3) Menjadikan panca-indera sebagai satu-satunya alat mencapai ilmu
4) Memposisikan ilmu sebagai pengganti agama dalam peletakkan hukum
5) Menjadikan kecondongan dan tabiat manusia sebagai akhlaq

5. Implementasi Aliran Filsafat Materialisme dalam Pendidikan

Menurut Power (1982), Implementasi aliran filsafat pendidikan materialisme,


sebagai berikut:

1. Temanya yaitu manusia yang baik dan efisien dihasilkan dengan proses
pendidikan terkontrol secara ilmiah dan seksama.
2. Tujuan pendidikan merupakan perubahan perilaku, mempersiapkan manusia
sesuai dengan kapasitasnya, untuk tanggung jawab hidup sosial dan pribadi
yang kompleks.
3. Isi kurikulum pendidikan yang mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya
(handal), dan diorganisasi, selalu berhubungan dengan sasaran perilaku.
4. Metode, semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi (SR conditioning),
operant condisioning, reinforcement, pelajaran berprogram dan kompetisi.
5. Kedudukan siswa tidak ada kebebasan, perilaku ditentukan oleh kekuatan dari
luar, pelajaran sudah dirancang, siswa dipersiapkan untuk hidup, mereka
dituntut untuk belajar.
6. Guru memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan,
guru dapat mengukur kualitas dan karakter hasil belajar siswa.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam uraian pembahasan makalah diatas dapat disimpulkan
bahwa Idealisme disebut orang serba-cita subyektif (idealisme subyektif)
atau subyektivisme. Ajaran idealisme menandaskan bahwa untuk
mendapatkan pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan kenyataan
adalah mustahil. Demikian pula dapat dilukiskan sedikit pikiran-pikiran
dasar yang terdapat pada para idealis Jerman. Fichte menentukan Subyek
Absolut sebagai “Aku Absolut”, Schelling (sekurang-kurangnya dalam
salah satu periode perkembangannya) sebagai “identitas Absolut”, dan
Hegel sebagai “Roh Absolut” atau “ide”. Dalam sistem Fichte terutama
moralitas yang menjadi pusat pemikirannya, sedangkan dalam sistem
Schelling mistik, dan dalam sistem Hegel rasio.
Aliran Realisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa dunia
materi di luar kesadaran ada sebagai suatu yang nyata dan penting untuk
kita kenal dengan mempergunakan intelegensi. Segala yang di amati oleh
panca indera kita adalah suatu kebenaran. Pengaruh aliran realisme dalam
pendidikan, kemampuan dasar dalam proses kependidikan yang di alami
lebih ditentukan perkembangannya oleh pendidikan atau lingkungan
sekitar, karena empiris ( pengalaman) pada hakikatnya yang membentuk
manusia.
Materialisme adalah salah satu paham filsafat yang banyak dianut oleh
para filosof, seperti Demokritus, Thales, Anaximanoros dan Horaklitos.
Paham ini menganggap bahwa materi berada di atas segala-galanya. Ketika
paham ini pertama muncul, paham tersebut tidak mendapat banyak
perhatian karena banyak ahli filsafat yang menganggap bahwa paham ini
aneh dan mustahil. Namun pada sekitar abad 19 paham materialisme ini
tumbuh subur di Barat karena sudah banyak para filosof yang menganut
paham tersebut.

20
B. Saran
Saran yang bisa diberikan penulis adalah sebagai manusia dalam
melakukan segala sesuatu sebaiknya mempertimbangkannya dulu. Yaitu
melalui pemikiran (rasio atau akal), agar hasil yang akan didapatkan itu
lebih baik dan memuaskan. Hasilnya akan berbeda jika dalam menentukan
sesuatu tanpa melalui pertimbangan dan pemikiran, tentu kurang
memuaskan.
Sebagai calon seorang guru, hendaknya pendidik bertanggungjawab
dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui kerja sama dengan
alam. Pendidik memenuhi akal peserta didik dengan hakikat dan
pengetahuan yang tepat. Dengan kata lain guru harus menyiapkan situasi
dan kondisi yang kondusif untuk pembelajaran, serta lingkungan yang ideal
bagi perkembangan mereka, kemudian membimbing mereka dengan ide-
ide yang dipelajarinya hingga sampai ke tingkat yang setinggi-tingginya.
Seorang pendidik harus mempunyai bekal filsafat dan memperkaya
dengan teori-teori pembelajaran. Pendidikan dalam realisme kerap
indentikkan sebagai upaya pelaksanaan psikologi behavioristik kedalam
ruang pengajaran dan tekanan-tekanan hidup yang terarah dalam
pengaturan-pengaturan serta keteraturan yang bersifat mekanistik.
Sehingga diperlukan Paradigma baru pendidikan yang menarik dan
memanfaatkan potensi siswa berdasarkan pengalaman adalah pembelajaran
kontruktivisme.

21
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Asmoro. 2010. ”Filsafat Umum”. Jakarta: Rajawali Pers.


Abdul Rozak, Isep dan Zainal Arifin. 2002. Filsafat Umum. Bandung: Gema Media
Pusakatama.
Abidin, Zainal. 2001. Filsafat Manusia. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ali, Muhammad. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern. Jakarta:
Pustaka Amani.
Bertrand, Russel.2004. Sejarah Filsafat Barat, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal.
920.
Imam Bernadib. 2002. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta : Adicita Karya Nusa
Mudyahardjo, R., 2001. Filsafat Ilmu Pendidikan: Suatu Pengantar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
http://ilmuawan9saja.wordpress.com/2012/12/12/idealisme-plato, (di akses pada
tanggal 04 Oktober 2022 pukul 21.00 WIB)
http://konsultasi-hukum-online.com/2013/06/idealism, (di akses pada tanggal 04
Oktober 2022 pukul 21.00 WIB)
http://id.wikipedia.org/wiki/Blaise_Pascal, (di akses pada tanggal 04 Oktober 2022
pukul 21.00 WIB)
http://teachingofhistory.blogspot.com/2012/06/filsafat-realisme-dalam-
pendidikan.html, (di akses pada tanggal 04 Oktober 2022 pukul 21.00 WIB)
http://kopite-geografi.blogspot.com/2013/05/pengaruh-aliran-realisme-
dalam.html, (di akses pada tanggal 04 Oktober 2022 pukul 21.00 WIB)
http://guruagamakristen.blogspot.com/2013/05/realisme.html, (di akses pada
tanggal 04 Oktober 2022 pukul 21.00 WIB)

22

Anda mungkin juga menyukai