Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ILMU TASAWUF

STUDI KRITIS TERHADAP ALIRAN-ALIRAN TASAWUF

DISUSUN OLEH KELOMPOK VIII

1.ADLI ADLIYANSYAH (2020.01.003)

2.IBNU HAJAR (2020.01.020)

3.KIKI WIDI ASTUTI (2020.01.031)

4.TIKA WIRANTI (2020.01.066)

Dosen Pengampu:M.Muttaqin,M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM AL-QUR'AN AL-ITTIFAQIAH (IAIQI)

INDRALAYA OGAN ILIR SUMATERA SELATAN

TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat serta karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Tasawuf

Saya menyadari sepenuhnya di dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan, oleh
karena itu saya mengharapkan adanya kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.

Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan khususnya bisa
bermanfaat bagi penyusun dan dapat menambah wawasan kita dalam mempelajari ‘akhlak tasawuf.

Indralaya,Oktober 2021

Kelompok VIII

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................4

A.Latar Belakang.......................................................................................................................4

B.Rumusan Masalah..................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................5

A.Prinsip-Prinsip Ajaran Tasawuf...........................................................................................5

B.Kriktik Terhadap Aliran-Aliran Dalam Ajaran Tasawuf..................................................7

C.Kritik Terhadap Sumber Tasawuf.......................................................................................9

D.Kritik Terhadap Tarekat.......................................................................................................9

E.KritikTerhadap Tasawuf Falsafi........................................................................................12

F.Kritik Terhadap Praktik Tasawuf Secara Umum.............................................................13

BAB III PENUTUP..........................................................................................................................15

A.Kesimpulan...................................................................................................................................15

B.Saran..............................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Tasawuf, yang di kalangan Barat dikenal dengan mistisme Islam, merupakan salah satu aspek
(esosteris) Islam, sebagai perwujudan dari ihsan yang berati kesadaran adanya komunikasi dan
dialog lansung seorang hamba dengan Tuhan-Nya. Esensi tasawuf sebenarnya telah ada sejak
masa kehidupan Rosululloh SAW, namun tasawuf sebagai ilmu keislaman merupakan hasil
kebudayaan Islam sebagaimana ilmu-ilmu keislaman lainnyaseperti fiqh dan ilmu tauhid.Oleh
karena itu tasawuf―seperti halnya ilmu-ilmu lainya―tidak terlepas dari kritikan-kritikan dari
berbagai golongan yang menentangnya.

B.RUMUSAN MASALAH

1.Apa saja prinsip-prinsip dalam ajaran Tasawuf?

2.Bagaimana kritik-kritik terhadap aliran-aliran Tasawuf?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A.PRINSIP-PRINSIP AJARAN TASAWUF

Ahli sufi, Profesor Angha dalam The Hidden Angels of Life mengemukakan delapan prinsip
tasawuf untuk penyembuhan dalam hidup. Penyembuhan tidak terjadi begitu saja, hal ini
membutuhkan ketekunan, dedikasi dan disiplin.Delapan prinsip tasawuf adalah kunci maju menuju
tingkat yang lebih baik dan lebih halus. Prinsip-prinsip tersebut yaitu:

1. Zikr (Mengingat)

Ingat pada Tuhan. Orang-orang yang melakukan zikir bertujuan mendekatkan diri pada Tuhan
melalui doa dan melantunkan lafaz zikir.Zikir adalah proses pemurnian hati, pembersihan dan
pelepasan. Sedangkan zikir orang-orang terpilih lebih bertujuan meleburkan saksi (syahid) kepada
yang disaksikan (masyhud), menjadi solusi seseorang untuk yang dicintai.

ْ ‫َط َم ِع ُّن قُلُوبُهُم بِ ِذ ْكرهللا اَال بِ ِذ ْك ِرهللا ت‬


‫َط َم ِع ُّن القُلُوب‬ ْ ‫الذين آمنوا َوت‬

Artinya: "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." (Q.S. Ar-ra'ad:28).

2. Fikr (Meditasi)

Saat pikiran bingung atau bertanya-tanya, pusatkan perhatian ke dalam diri dengan
berkonsesntrasi di satu titik. Meditasi yaitu perjalanan kegiatan mental dari dunia eksternal menuju
esensi diri.

QS. Al-An'am Ayat 50

‫ير افال‬jj‫تو أل عمي والبص‬jj‫ل يس‬jjَ‫لْ ه‬jjُ‫و ٰحي إلَ ّي ق‬jj‫إن أتَّّبع ما ي‬
ْ ‫قُلْ ال اَقُو ُل لَ ُكم ِع ْن ِدي َخ َزا أنُ هللا وال اَ ْعلَ ُم ال َغيْبُ وال اقول لَ ُكم إنّي ملَك‬
ࣖ‫تتف َّكرُون‬

50. Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada
padaku, dan aku tidak mengetahui yang gaib dan aku tidak (pula) mengatakan

5
kepadamu bahwa aku malaikat. Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku.”
Katakanlah, “Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Apakah kamu tidak
memikirkan(nya)?”

3. Sahr (Bangkit)

Membangkitkan jiwa dan tubuh sebagai proses mengembangkan kesadaran maata dan telinga.
Selain itu juga sebagai proses mendengarkan hati, dan proses meraih akses menuju potensi diri
yang tersembunyi.Bila seseorang bangkit maka bentul-betul menyadari misinya dalam hidup ini dan
takdir serta kemampuan memberikan kontribusi pada proses evolusi.

Surah At Tin (QS. 95), ayat 4:

‫سن تَ ْقويم‬ ٓ َ‫لَقَد خَ لَ ْقنا اإلنسان‬


ِ ْ‫في ح‬

Artinya:" Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya".

4. Ju'i (Merasa Lapar)

Merasakan lapar hati dan pikiran untuk bertahan mencari dan mendapatkan suatu kebenaran.
Proses ini melibatkan hasrat dan keinginan yang mendalam untuk tetap tabah dan sabar mencari jati
diri.

5. Shumt (Menikmati Keheningan)

Berhenti berpikir dan mengatakan hal yang tidak perlu. Kedua ini merupakan proses
menenangkan lidah dan otak serta mengalihkan dari godaan eksternal menuju Tuhan.

6. Shawm (Puasa)

Tidak hanya tubuh yang berpuasa melainkan pikiran juga. Proses ini termasuk puasa fisik,
bermanfaat untuk melepaskan diri dari hasrat dan keinginan otak serta pandangan atau persepsi
indera eskternal.Pembersihan dan regenerasi pada semua tingkat yang dihasilkan dari proses ini.

،‫ات‬j‫الم الخفي‬j‫كر ع‬j‫ وش‬،‫ات‬j‫ير الطاع‬j‫ وتوف‬،‫دقات‬j‫ير الص‬j‫ وتكث‬،‫هوات‬j‫ر الش‬j‫ وكس‬،‫ات‬j‫ير الخطيئ‬j‫ وتكف‬،‫ رفع الدرجات‬:‫للصوم فوائد‬
‫واالنزجار عن خواطر المعاصي والمخالفات‬

Artinya, “Puasa memiliki beberapa faidah: meningkatkan kualitas (iman), menghapus kesalahan,
mengendalikan syahwat, memperbanyak sedekah, menyempurnakan ketaatan,

meningkatkan rasa syukur, dan mencegah diri dari perbuatan maksiat.”


6
7. Khalwat (Bersunyi Sendiri)

Berdoa dalam kesunyian, baik secara eksternal maupun internal dan melepaskan diri. Bersunyi
sendiri tetap bisa juga dekat dengan orang lain atau di tengah orang banyak.

،ُ‫ا ِدل‬jj‫ا ُم ْال َع‬jj‫ اَِإْل َم‬:ُ‫ َّل ِإاَّل ِظلُّه‬j‫وْ َم اَل ِظ‬jjَ‫ ْب َعةٌ يُ ِظ ُّلهُ ُم هللاُ فِ ْي ِظلِّ ِه ي‬j‫ َس‬: ‫ا َل‬jjَ‫لَّ َم ق‬j‫ ِه َو َس‬j‫لَّى هللاُ َعلَ ْي‬j‫ص‬
َ ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ َع ِن النَّبِ ِّي‬ ِ ‫ع َْن َأبِ ْي هُ َري َْرةَ َر‬
ُ ‫رَأةٌ َذ‬j
‫ات‬ َ ‫هُ ا ْم‬j‫ ٌل َد َع ْت‬jُ‫ َو َرج‬، ‫ ِه‬jْ‫ا َعلَي‬jَ‫ ِه َوتَفَ َّرق‬jْ‫ َو َر ُجاَل ِن ت ََحابَّا فِي هللاِ اِجْ تَ َم َعا َعلَي‬، ‫ق فِي ْالـ َم َسا ِج ِد‬ ٌ َّ‫ َو َر ُج ٌل قَ ْلبُهُ ُم َعل‬، ِ‫َو َشابٌّ نَ َشَأ بِ ِعبَا َد ِة هللا‬
‫ا‬jً‫ر هللاَ خَ الِي‬j ُ jِ‫ا تُ ْنف‬j‫ َمالُهُ َم‬j‫ا َحتَّى اَل تَ ْعلَ َم ِش‬jَ‫ َدقَ ٍة فََأ ْخفَاه‬j‫ص‬
َ ‫ ٌل َذ َك‬jُ‫ َو َرج‬، ُ‫ه‬jُ‫ق يَ ِم ْين‬ َ َ‫ َو َر ُج ٌل ت‬، َ‫ ِإنِّ ْي َأخَافُ هللا‬: ‫ فَقَا َل‬، ‫ب َو َج َما ٍل‬
َ ‫ص َّد‬
َ ِ‫ق ب‬ ِ ‫َم ْن‬
ٍ ‫ص‬
ْ ‫اض‬
ُ‫ت َع ْينَاه‬ َ َ‫فَف‬

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari
dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (1) Imam yang adil, (2) seorang pemuda yang
tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh, (3) seorang yang hatinya bergantung ke masjid, (4)
dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah
karena-Nya, (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai
kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allâh.’ Dan (6) seseorang
yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak
tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta (7) seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam
keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.”

8. Khidmat ( Melayani)

Menyatu dengan kebenaran Tuhan. Seseorang menemukan jalan jiwa untuk pelayanan dan
pertumbuhan diri.

B.KRITIK TERHADAP ALIRAN-ALIRAN DALAM AJARAN TASAWUF

Tasawuf, yang di kalangan Barat di kenal dengan mistisme Islam, merupakan salah satu aspek
khusus Islam, sebagai perwujudan dari Ihsan yang berarti kesadaran adanya komunikasi dan dialog
langsung seorang hamba kepada tuhan-Nya. Esensi tasawuf sebenarnya sudah ada sejak masa
kehidupan Rasulullah SAW, namun tasawuf sebagai ilmu keislaman lainnya seperti fiqh dan ilmu
tauhid. Oleh karena itu tasawuf seperti halnya ilmu-

ilmu lainnya,tidak terlepas dari kritikan-kritikan dari berbagai golongan yang menentangnya.1

1
.M.Sholikhin , Anwar Rosihon,Ilmu Tasawuf (Bandung: 2011), 228.

7
Menurut Sayyid Nur bin Sayyid Ali, kritik terhadap tasawuf berlatar belakang insiden jelek yang
terjadi pada permulaan abad ke-4 H. ketika aliran-aliran kebatinan, syi’ah, Qaramithah, dan kafir
zindik memanfaatkan tarekat-tarekat sufisme. Mereka menyebabkan Islam berada pada kondisi
yang sangat berbahaya, tetapi sesungguhnya tidak ada kelengahan bagi orang sufi. Kejadian itu
ialah Ibnu Saba’, orang berdarah Yahudi memanfaatkan cinta Ahl Al-Bait sebagai tipu daya. Dia
menebarkan benih fitnah dan peran sipil yang menyebabkan wafatnya Khalifah Utsman bin Affan
r.a. dan gugurnya sekitar 10.000 orang sahabat dan tabi’in sebagai syahid. Apakah pada peristiwa
tersebut ada kelainan Ahl Al-Bait dan kecintaan terhadap Ali r.a? Jawabannya tentu tidak.
Demikian pula, paham tasawuf tidak boleh dicemari dengannya. Tasawuf tidak ada kaitannya
dengan fitnah tersebut.2

Di sepanjang sejarah Islam memang terdapat kritikan tajam terhadap guru-guru dan organisasi-
organisasi sufi. Salah satu contoh yang termasyhur adalah mistikus abad pertengahan, Al-Hallaj (w.
922), yang dihukum mati karena menyatakan persatuan mistisnya dengan Tuhan dengan cara
ekstrim. Para penafsir Islam yang literitas dan legalis menentang praktik-praktik tarekat sufi karena
dianggap menyediakan sarana bagi praktik-praktik dan keyakinan-keyakinan non-Islam. Pada abad
ke-18, oposisi terkuat terhadap tarekat dating dari gerakan Wahhabiyah yang sedang berkembang.
Pada era modern, para pembaru modern mengkritik keras tarekat karena mendorong dan
memperkuat takhayul rakyat, dan kaum modernis Islam berupaya mengurangi pengaruh syekh-
syekh sufi dalam masyarakat mereka.

Oposisi kaum modernis semacam itu dapat dilihat dalam tindaka-tindakan kaum pembaru di
seluruh dunia Islam. Dimana pun gerakan modernis Salafiyah — yang muncul melalui pikiran dan
tindakan kaum ulama pada akhir abad ke-19, semisal Muhammad Abduh (w. 1905) di Mesir—
mempunyai pengaruh, di situ terdapat oposisi yang kuat terhadap praktik-praktik pemujaan rakyat
serta pengaruh tarekat-tarekat sufi. Hal ini dapat di lihat dari

kegiatan dan ajaran ‘Abdullah ibn Idris As-Sanusi (w. 1931) di Maroko, Perhimpunan Ulama
Aljazair yang dibentuk pada 1930-an, Muhammadiyah di Indonesia di sepanjang abad ke-20,
gerakan Jadidiyah di wilayah Kekaisaran Rusia lama, serta di wilayah banyak lain. Selain itu,
progam-progam reformasi yang lebih jelas terbaratkan berupaya menghapus pengaruh tarekat,
sebagaimana dengan amat bait diilustrasikan dalam reformasi Musthafa Kemal Ataturk selama
1920-an dan 1930-an di republic baru Turki.

2
.Sayyid Nur, Tasawuf Syar’i; kritik atas Kritik (Jakarta:: 2003),hal. 33.

8
C.KRITIK TERHADAP SUMBER TASAWUF

Para penentang tasawuf menganggap bahwa tasawuf bukan ajaran yang berasal dari Rosululloh
dan bukan pula ilmu warisan dari para sahabat.Mereka menganggap bahwa ajaran tasawuf
merupakan ajaran sesat dan menyesatkan yang diambil dan diwarisi dari kerahiban Nashrani,
Brahma Hindu, ibadah Yahudi, dan zuhud Budha.Disamping itu, ada juga yang berpendapat bahwa
tasawuf merupakan konspirasi yang tersusun rapi untuk menghancurkan Islam. Diantara tujuan
terpenting konspirasi tersebut adalah:

1) menjauhkan kaum muslim dari Islam yang hakiki dan ajarannya suci murni dengan kedok Islam.

2) memasarkan akidah-akidah Yahudi, Kristen, sekte-sekte di India, dan sekte-sekte di Persia


seperti agama Budha, agama Hindu, Zoroaster, Al-Manawiyah, Platonisme.Ibrahim bin Hilal
mencoba memetakan pengaruh unsur lain, terutama filsafat Yunani, terhadap tasawuf aliran falsafi.
Ia menegaskan bahwa sumber dan kata tasawuf, baik dari mazhab terdahulu maupun belakangan,
berasal dari luar dan bukan dari Islam.3

D.KRITIK TERHADAP TAREKAT

. Firman Allah SWT :

‫أن لَ ِوا ْستَقَا ُموا على الطّريقَ ِة ال ْسقَي ٰنهُ ْم ّمٓا ًء َغ َدقَا‬
ْ ‫َو‬

" Dan bahwasanya jikalau mereka tetap bejalan lurus di atas jalan itu benar-benar Kami akan
memberi minum mereka dengan air yang segar.( QS Al-Jin: 16 )

kata “ Thariqah “ pada ayat di atas artinya : jalan Kebenaran dan Keadilan.

Inilah artinya kata “ Thariqah “ dan Musytaqnya yang ada dalam Al Qur’an. Tidak satu pun kata-
kata itu yang menunjukkan metode ibadah dalam tasawuf. Memang ada Thariqah yang artinya
golongan-golongan di kalangan kaum Muslimin, tetapi maksudnya ialah golongan yang berbeda
pendapat dalam menafsirkan Al Qur’an dan Hadits, bukan golongan yang membuat-buat tarekat
tertentu yang dihasilkan oleh renungan guru.

3
.Ibrahim Hilal, At-Tashawwuf Al-Islami bain Ad-Din wa Al-Falsafah, Dar An-Nahdhah Al-‘Arabiyah (Kairo:1979) hal. 32.

9
Kalaulah benar bahwa yang dimaksud dengan Thariqah di dalam ayat-ayat itu ialah penjelasan dari
Al Qur’an dan As Sunnah yang secara langsung dituntunkan dan dipraktekkan oleh seorang guru
kepada muridnya, seperti bagaimana cara shalat Rasul, Puasa, Zakat, dan yang lainnya. Tarekat ini
merupaka sebagian dari As Sunnah Fi’liyah. Dan memang tarekat ( Sunnah Fi’liyah ) yang seperti
inilah yang disuruh dalam mengajarkan agama.

Di antara bentuk penyimpangan yang dialamatkan kepada tasawuf adalah menonjolkan kehidupan
rohani dan mengabaikan kehidupan duniawi sehingga mengabaikan usaha (kerja). Di samping itu,
ada bentuk penyimpangan yang lain seperti mengabaikan syariat dan perdukunan.4

Akibat penyimpangan-penyimpangan tersebut, timbullah kritik pedas terhadapnya.Kalangan


pembaharu seperti Jamaluddin AL-Afgani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Rida memandang
tarekat sebagai salah satu faktor penyebab kemunduran umat Islam.

Syaikhul Islam Ibn Taimiyah berkata,“…Kamu akan dapati mayoritas orang-orang ahli tasawuf
menobatkan seseorang sebagai ‘wali’ hanya orang tersebut mampu menyingkap tabir dalam suatu
masalah, atau orang tersebut melakukan sesuatu yang diluar kemampuan manusia, seperti
menunjukan kepada seseorang kemudian orang itu mati, terbang diudara menuju mekah atau tempat
lainnya, terkadang berjalan diatas air, mengisi teko dari udara dengan air sampai penuh, ketika ada
orang yang meminta pertolongan kepadanya dari tempat yang jauh atau setelah dia mati, maka
orang itu melihatnya dating dan menunaikan kebutuhannya, memberi tahu tempat barang-barang
yang dicuri, memberikan hal-hal yang

gaib (tidak tampak), atau orang yang sakit dan yang semisalnya. Padahal, kemampuan hal-hal ini
sama sekali tidaklahmenunjukan bahwa pelakunya adalah wali Allah ‘Azza wa Jalla. Bahkan,
orang-orang yang beriman dan bertakwa sepakat dan sependapat mengatakan bahwa jika ada orang
yang mampu terbang di udara atau berjalan di atas air, kita tidak boleh terperdaya dengan
penampilan tersebut sampai kita melihat apakah perbuatannya sesuai dengan sunnah Rosulullah
SAW? Apakah orang tersebut selalu taat terhadap perintah beliau dan menjauhi
larangannya?...karena hal-hal yang di luar kemampuan manusia ini bisa dilakukan oleh banyak
orang kafir, musyrik, ahli kitab dan orang munafik, dan bisa dilakukan oleh para pelaku bid’ah
dengan bantuan setan atau jin, sama sekali tidak boleh dianggap bahwa setiap orang yang mampu
melakukan hal-hal di atas adalah wali Allah.”5
4
.Harun Nasution, “Tasawuf”, dalam Budhy Munawar Rahman, (Ed.), Konstekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah, Yayasan Wakaf
Paramadina, Jakarta, hal. 187; Karel A. Steenbrink, Beberapa Aspek tentang Islam di Indonesia Abad Ke-19 (Jakarta: 1948)hal. 187.

5
.Ibn Taimiyah, Majmu’ Al-Fatawa, Jilid 11,Dar Al-Wafa’, Kaherah, 2002, hal. 215.

10
Sementara itu, Syekh Nawawi Banten menyampaikan kritiknya sebagai berikut:

“Adapun orang-orang yang mengambil tarekat, jikalau perkataan dan perbuatan mereka itu mufakat
pada syara’ Nabi Muhammad sebagaimana ahli-ahli tarekat yang benar, maka maqbul,dan jika tiada
begitu, maka tentulah seperti yang telah banyak terjadi di dalam anak-anak murid Syekh Ismail
Minangkabau.Maka bahwasanya mereka itu bercela akan dzikir Allah dengan (…) dan mereka itu
bercela-cela akan orang yang tiada masuk dalam tarekat. Mereka itu hingga, bahwasanya akan
mengikut bersembahyang padanya dan bercampur makan padanya dan mereka itu benci padanya
istimewa pada bahwasanya Syekh Ismail itu hanyalah mengambil ia akan tarekat itu: asalnya
karena mau jual agama dengan dunia adanya.6

Sisi lain dari tarekat yang menjadi sorotan adalah bahwa tarekat umumnya hanya berorientasi
akhirat, tidak mementingkan dunia. Tarekat menganjurkan banyak beribadah dan jangan mengikuti
dunia ini karena “Dunia ini adalah bangkai, yang mengejar dunia adalah anjing.”Ajaran ini
“tampaknya” menyelewengkan umat Islam dari jalan yang harus ditempuhnya. Demikian juga, sifat
tawakal, menuggu apa saja yang datang, qadha dan qadar yang sejalan dengan paham Asy’ariyah.
Para pembaharu dalam dunia Islam melaihat bahwa tarekat bukan hanya mencermarkan paham
tauhid, tapi juga membawa kemunduran bagi umat Islam. Bahkan, Schimmelmenyatakan bahwa
tarekat-tarekat sufi yang muncul dari kebutuhan merohanikan Islam akhirnya menjadi unsure yang
menyebabkan kemandegan orang-orang Islam.7

E.KRITIK TERHADAP TASAWUF FALSAFI

Tasawuf falsafi diwakili para sufi yang memadukan tasawuf dengan filsafat. Para sufi juga filosof
ini mendapat banyak kecaman dari para fuqaha, yang justru semakin keras akibat penyataan-
pernyataan mereka yang panteistis. Diantara fuqoha yang paling keras kecamannya terhadap
golongan sufi yang juga filosof ialah Ibn Taimiyah.

Dari mulut sebagian sufi lahir beberapa syathahat, yaitu ungkapan dan isyarat-isyarat yang mereka
sampaikan saat berada dalam keadaan mabuk ketuhanan dan lenyapnya kesadaran, yang makna-
maknanya tidak jelas bagi orang yang belum mencapai kondisi Rohani (ahwal) seperti mereka.
Ungkapan-ungkapan itu barangkali keluar dari batas-batas etika syara’, tidak pantas di hadapan
6
.Karel A. Steenbrink, Beberapa Aspek tentang Islam di Indonesia Abad Ke-19 ( Jakarta:1948),hal.184-185

7
Annemarie Schimel, Dimensi Mistik dalam Islam., terj. Supardi Djoko Damono dkk., dari Mystical Dimension of Islam (1975),
(Jakarta: 1986),hal. 243.

11
tuhan yang maha suci atau dari ungkapan-ungkapan itu, mrembes paham ateisme. Sikap kita
terhadap syatohat-syatohat mereka itu tidak berbeda dengan ulama’ salaf yang soleh, dalam kaitan
ini ibnu qoyim berkata, “ketahuilah bahwa dalam bahasa kaum sufi itu ada banyak metafora yang
tidak di miliki oleh bahasa kaum yang lainya. Ada pengungkapan hal umum, tetapi yang di maksud
adalah hal yang khusus. Atau pengungkapan satu kata, namun yang dimaksud adalah indikasinya,
bukan makna sebenarnya. Karna itu mereka berkata, “kami adalah para pemilik syarat, bukan
pemilik ungkapan. Isyarat adalah bagi kami, sedangkan pengungkapan bagi selain kami. Mereka.
“mereka (para sufi) terkadang mengungkapkan satu frase yang di ungkapkan ulang oleh orang
ateisme. Dengan frase itu, para sufi menghendaki suatu makna bukan suatu kerusakan.

Oleh karena itu, frase itu menjadi sebab timbulnya fitnah diantara dua kelompok. Satu kelompok
bersandar kepada wilfrase, lalu menilai orang yang mengungkapan frase itu ahli bit’ah dan
menyesatkan. Sementara kelompok yang stu lagi memandang maksud-maksud dan tujuan dari
orang-orang sufi, lalu membenarkan ungkapan dan isarat-isarat mereka itu. Maka orang yang
mencari kebenaran akan menerimanya dari orang ahli kebenaran, dan menolak dari yang bukan ahli
kebenaran.8

F.KRITIK TERHADAP PRAKTIK TASAWUF SECARA UMUM

Pembaharuan tasawuf Al-Ghazali, yaitu upayanya menehan gerakan yang wakatnya melebih-
lebihkan itu tidak berhasil, walaupun pengaruhnya luar biasa.Gerakan mistisme menjadi sulit
dikendalikan dan tidak dominan lagi.Umat mengalami kemunduran yang selama dua abad terakhir
ini mereka berupaya keras mengatasi kemunduran ini. Ahli-ahli tetap mendisiplinkan manusia
untuk mematuhi Tuhan dan menjalankan syariat, memperdalam komitmennya terhadap Islam dan
menyucikan serta mengangkat jiwanya pada jalan kebenaran, tasawuf menjadi penyakit yang
menyebabkan atau bahkan memperburuk gejala-gejala berikut:

1.Kasyf (pencerahan genostik) menggantikan pengetahuan. Di bawah tasawuf, dunia


muslimmeninggalkan komitmennya untuk mencari pengetahuan ilmiah yang rasional, dengan
upaya mendapatkan visi pengalaman mistis. Kaum muslim mengabaikan pertimbangan dan
pembuktian secara kritis dari berbagai alternatif terhadap pernyataan esoterik, amalan, dan
otoritarian dari syekh (pemimpin) sufi. Bila sikap pikiran terhadap realitas berubah dan cenderung
subjektif-esoteris mengambil alih, semua ilmu pengetahuan akan tersingkir. Bila manusia percaya
kebenaran dapat diperoleh pengetahuan kritis, rasional, dan empiris akan padam. Pada waktunya,
matematika, tercampur aduk dengan numerologi, astronomi, dengan astrologi, kimia dengan
alkemi, dan pada umumnya, rekayasa alam dengan sihir.
8
.M.Sholihin,Op.cit.,hal.233

12
2.Karamah (mukjizat kecil), yang diajarkan tasawuf hanya mungkin dalam keadaan pernyatuan atau
komuni dengan Tuhan. Karamah yang dibenarkan tasawuf sebagai anugerah yang dilimpahkan
Tuhan kepada orang yang sangat saleh, merusak perhatian muslim terhadap hubungan sebab-akibat
alamiah dan mengajarkannya untuk mencapai hasil melalui metode konduksi spiritualistic. Menurut
pemikiran, hubungan alamiah sebab dengan akibat, sarana dengan tujuan, dihancurkan dan
digantikan oleh hubungan denganguru sufi yang mampu menampakan karamah untuknya.

3.Taabbud, kerelaan untuk meninggalkan aktivitas sosial dan ekonomi untuk melakukan ibadah
spiritulistik sepenuhnya, dan komitmen untuk mencurahkan segenap energi untuk berdzikir menjadi
tujuan utama. Sebenarnaya, Islam memerintakan pelaksanaan lima rukun Islam, tetapi Islam
memerintahkan juga pelaksanaan khilafah dan amanat Tuhan.

4.Tawakal, kepasrahan total pada faktor spiritual untuk menghasilkan hasil-hasil empiris,
menggantikan keyakinan muslim terhadap kemujaraban yang pasti dari hokum Tuhan dalam alam
dan dari keharusan mutlak campur tangan manusia kedalam rangkaian (nexus) sebab-akibat alam,
jika tujuan yang diproyeksikannya akan direalisasikan.

5.Qismat, penyetujuan secara sembunyi-sembunyi dan pasif terhadap hasil tindakan kekuatan di
alam yang berubah-ubah mengantikan taklif, atau kewajiban manusia untuk merajut, memotong,
dan membentuk ulang ruang-waktu untuk merealisasikan pola Ilahiyah di dalamnya. Bukannya
Amanah, atau asumsi manusia terhadap maksud Ilahiyah untuk ruang-waktu sebagai alasan
keberadaan pribadinya sendiri, tasawuf justru mengajarkan jalan pintas melalui dzikir dan
memperbesar harapan untuk memanipulasi kekuatan adialam, yang membuka pintu bagi sihir,
azimat, dan klenik.

6.Fana’ dan Adam, bukan realitas, efemeralitas dan ketidakpentingan dunia, mengantikan
keseriusan muslim menyangkut eksistensi. Ini menutupi kesadaran muslim akan status kosmisnya
sebagai satu-satunya jembatan untuk merealisasikan kehendak Tuhan sebagai nilai moral dalam
ruang dan waktu. Taswuf mengajarkan bahwa hidup didunia tak lain hanyalah perjalanan singkat
menuju alam baka. Bertentangan dengan prinsip Islam bahwa realisasi akhir dari kemutlakan dalam
ruang-waktu bukan satu-satunya kemungkinan pasti, melainkan tugas mulia manusia,tasawuf justru
bahwa dunia bukanlah teater seperti itu, bahwa realisasi alam baka. Seperti kata Al-Ghazali,
realisasi ini menepatkan dunia di luar akal dan pikiran waras.

7.Taat, kepatuhan mutlak dan total kepada syekh dari salah satu tarekat sufi menggantikan tauhid,
pengakuan bahwa tak ada Tuhan, kecuali Allah. Pencapaian pengalaman mistis meniadakan syariat

13
atau pelaksanaan kewajiban sehari-hari dan kewajiban seumur hidup. Ini, bersama metafisika
panteistik tasawuf, mengaburkan semua gagasan etika Islam.

Gejala-gejala ini merusak kesehatan masyarakat muslim selama paruh masa seribu tahun, sejak
jatuhnya Baghdad ke tangan kaum Tatar pada 655/1257 sampai munculnya Wahhabiyah, gerakan
pembaharuan antisufi pertama, pada 1159/1747. Di bawah pesona sufi, orang Muslim menjadi
apolitis, asocial, amiliter, anetika, dan tidak produktif. Mereka tidak peduli umat (persaudaraan
dunia di bawah hukum moral), menjadi individualis, dan menjadi egois yang tujuan utamanya
adalah keselamatan diri, terserap dalam keagungan Tuhan.Dia tak bergeming dengan kesengsaraan,
kemiskinan, dan keberataan masyarakat sendiri, serta nasib umat dalam sejarah.9

BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Dari uraian diatas bahwa tasawuf merupakan kebudayaan Islam, namun dengan perubahan zaman
tasawuf banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan. Ini merupakan aspek gejala sosial yang
berbahaya bagi para muslim didunia.

prinsip-prinsip dasar ajaran tasawuf yang menyimpan dari petunjuk al-qur’an

a. membatasi ibadah hanya pada aspek mahabbah saja.

b. menjadikan bisikan jiwa, perasaan dan ajaran terdahulu sebagai pedoman.

c. berpegang teguh pada zikir dan wirid yang ditentukan oleh guru thariqatnya mereka.

d. menamai dzikir yang pada umumnya dengan istilah-istilah khusus.

beberapa kritik terhadap aliran-aliran tasawuf ada berbagai macam kritik terhadap aliran-aliran
tasawuf, salah satunya yaitu; Kritik Terhadap Sumber Tasawuf ialah berisi para penentang tasawuf
menganggap bahwa tasawuf bukan ajaran yang berasal dari Rosululloh.

B.SARAN
9
.Isma’il R. Al-Faruqi dan Lois Lamya Al-Faruqi, Atlas Budaya Islam, terj. Ilyas Hasan (Bandung:2000),hal. 334-336.

14
Demikianlah yang dapat saya tulis, semoga dengan adanya makalah ini bisa bermanfaat bagi kita
semua dan kita bisa memahami tulisan dimakalah ini. Kritik dan saran pembaca sangat kami
harapkan agar makalah yag kami buat bisa baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Hilal,Ibrahim.1979.At-Tasawuf Islami.Kairo : Dar An-Nahdhah Al-Arabiyah

Nasution,Harun.1948.Tasawuf,dalam Budhy Munawwar Rahman,(ed.),Ko arek tua ku sasi Doktrin


Islam dalam Sejarah.Jakarta:Yayasan Wakaf Paramadina.

Nur,Sayyid.2003.Tasawuf Syar'i;Kritik Atas Kritik.Jakarta:PT.Hikmah.

R,Ismail.2000.Atlas Budaya Islam..Terjemahan oleh Ilyas Hasan.Bandung:Mizan.

Rosihon,Anwar dkk.2011.Ilmu Tasawuf.Bandung:CV Pustaka Setia.

Schimel,Annnemarie.1986.Dimensi Mistik dalam Islam.Terjemahan oleh Supardi Djoko Damono


dkk.Jakarta:Pustaka Firdaus.

Steenbrink,Karel.A.1948.Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia..Jakarta:Bulan Bintang.

Taimiyah,IBN.2002.Majmu'Al-Fatawa jilid 11.Kaherah:Dar Al-Fatawa.

15
16

Anda mungkin juga menyukai