Dosen Pengampu :
Siti Lailatul Qomariyah, M.Ag.
Disusun Oleh :
KELOMPOK 6 TMT 2E
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan masalah ..................................................................... 1
C. Tujuan masalah......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Tafsir......................................................................................... 3
B. Ta’wil ....................................................................................... 11
C. Tarjamah ................................................................................... 15
D. Perbedaan Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah ................................... 20
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 21
B. Saran ......................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al – Qur’an adalah sebuah mukjizat yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai penuntun umat Islam menuju gerbang muslim yang
seutuhnya. Dengan kata lain Al-Qur’an merupakan kitab pedoman bagi umat
Islam diseluruh penjuru Dunia hingga sekarang.
Al-Qur’an berisi firman – firman Allah yang tersusun secara sistematis,
yang diturunkan secara berangsur-angsur selama kurang lebih dua puluh tiga
tahun kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam setiap potongan ayatnya
memiliki ilmu yang sangat berharga tentang berbagai hal yang ada di dunia dan
akhirat. Jika kita dapat mengkaji dan memahami secara utuh, Al-Quran adalah
sebuah kitab yang berisi kumpulan Ilmu yng sangat lengkap, bahkan setiap ayat
yang tertulis merupakan ilmu yang berharga. Namun, Al-Qur’an hanya
memuatnya secara global atau umum, sehingga manusia masih perlu mengkaji
dan memahami lebih dalam lagi apa makna setiap ayat yang terkandung di
dalam Al-Qur’an. Hal inilah yang terkadang memberikan perbedaan penafsiran
persepsi antara muslim satu dengan yang lainnya tergantung pada bagaiman
cara mereka memahaminya.
Atas dasar permasalahan yang demikian ini, penulis berniat menulis
sebuah makalah mengenai bagaimana cara atau metode – metode untuk
memahami Al-Quran dengan baik dan benar sesuai dengan prosedur dari
Tafsir, Ta’wil, dan Tarjamah Al-Qur’an. Sehingga Al – Quran dapat dipahami
secara utuh sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih banyak serta
membuat umat Islam memiliki persamaan persepsi tentang Islam, sehingga
tidak menimbulkan perdebatan antara muslim – muslimah satu dengan yang
lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tafsir?
2. Apa yang dimaksud dengan ta’wil?
1
2
A. Tafsir
1. Pengertian Tafsir
Secara etimologi tafsir didefinisikan sebagai suatu keterangan atau
penjelasan tentang ayat – ayat al-qur’an agar maksudnya lebih mudah
dipahami.
Secara istilah pengertian dari tafsir ini didefinisikan oleh beberapa
ulama dengan rumusan yang berbeda-beda, namun tetap pada benang
merah yang sama. Sehingga dari beberapa pendapat para ulama ahli
mengenai tafsir dan ditarik kesimpulan bahwa tafsir adalah hasil usaha
atau karya, ilmu yang berisi pembahasan mengenai penjelasan maksud –
maksud dari al-Qur’an yang meliputi ayat-ayat dan lafal-lafal yang
terkandung di dalamnya.
Sedangkan di dalam al-Qur’an kata tafsir hanya diungkapkan satu
kali pada Qur’an surat al-Furqon ayat 33, yang artinya adalah sebagai
berikut :“Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa)
sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang
benar dan yang paling baik penjelasannya.” (Q.S. Al-Furqan: 33).
Dari seluruh uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa tafsir
ialah ilmu yang pembahasannya berkaitan dengan firman-firman Allah
yang merupakan petunjuk dan pembeda dari yang baik dan yang buruk.
Ilmu tafsir ini telah dipergunakan sejak zaman Rasulullah dan
mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi hingga saat ini. Sehingga dengan adanya ilmu
tafsir ini dapat membimbing umat islam memahami tentang isi dari Al-
Qur’an.
2. Cara penafsiran
Cara menafsirkan Al-Qur’an ternyata ada banyak cara. Para Ulama
ahli tafsir pun memiliki cara masing-masing dalam menafsirkan Al-
3
4
Qur’an, yang tentunya berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Dari
sekian banyak cara, di kelompokkan menjadi 3 macam garis besar yaitu:
a. Tafsir Bil Al-Ma’tsur
Tafsir bil ma’tsur ialah menafsirkan ayat al-qur’an dengan
menggunakan penjelasan dari ayat al-qur’an lainnya atau riwayat-
riwayat dari sunnah Nabi dan perkataan sahabat maupun tabi’in
besar.1
Riwayat-riwayat dari sahabat dan tabi’in digunakan untuk
menfsirkan al-qur’an kerena mereka dianggap tau akan latar belakang
turunnya sebuah surat atau ayat al-qur’an dan suasana disekitar saat
turunnya al-qur’an.
Contoh tafsir bil ma’tsur:
1) Dengan menggunakan ayat al-qur’an lainnya
Dalam surat Al-Baqoroh ayat 187, yang lafalnya berarti:
Benang putih dan benang hitam.
Maksud dari ayat tersebut kemudian dijelaskan oleh lafal
berikutnya yaitu:
ض ِمنَ ْال َخي ِْط ْاْلَس َْو ِد ِمنَ ْالفَج ِْر ُ َو ُكلُ ْو َاوا ْش َرب ُْوا َحتَّى يَتَبَيَّنَ لَ ُك ُم ْال َخ ْي
ُ َط ْاْلَ ْبي
Artinya: Makanlah dan minumlah kamu sekalian sehingga jelas
terlihat olehmu benang putih dan benang hitam yaitu fajar.
2) Dengan hadits Rasul
Saat turunya ayat alqur’an:
َّ أ َ ِق ْي ُمواال
َّ ُ صلَوة ََواَت
َ واالزكَوة
Artinya: Laksanakanlah sholat dan tunaikanlah zakat.
Umat muslim bingung dan tidak tahu bahaimana cara
sholat dan bagaimana zakat, lalu Nabi memberi contoh
bagaimana cara menjalankan ibadah sholat dan zakat secara
terperinci melalui amaliyah Nabi sehari-hari dan juga dengan
salah satu sabda Nabi yang berbunyi:
1
Muslich Maruzi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tafsir, (Jakarta: Pustaka Amani, 1987),
Hal. 89.
5
2
Muslich Maruzi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tafsir, (Jakarta: Pustaka Amani, 1987),
Hal. 89-90.
6
4) Kitab tafsir Baqie Ibn Makhlaj. Menurut Ibnu Hazmin, kitab ini
lebih lengkap dari kitab Ibnu Jarir, namun sayangnya tidak
berkembang sampai ke generasi berikutnya.
b. Tafsir Bi Al-Rayi
Tafsir Bi Al-Rayi adalah menafsirkan ayat al-qur’an dengan
ijtihad. Maksudnya, jika hasil dari ijtihad tersebut sesuai dan
bersandar pada sesuatu yang memang wajib menjadi sandaran, maka
tafsir tersebut terpuji. Tetapi jika sebaliknya, maka tafsir tersebut
tercela. Yang dimaksud sesuatu yang wajib menjadi sandaran adalah
naqli dari Rasulullah, perkataan sahabat, pengambilan berdasar
bahasa dan ijtihad dari makna Kalam.3
Contoh tafsir Bi Al-Rayi salah satunya pada tafsir Al Manar
yang menjelaskan tentang lafal “Yuthiquunahu” dimana ketika orang-
orang tidak mampu mengerjakan puasa romadlon cukup bagi mereka
membayar fidyah sebagai ganti, termasuk salah satu di dalamnya
adalah para pekerja tambang batu bara.4
Namun, para Ulama berbeda pendapat tentang tafsir ini, ada
yang memperbolehkan dan ada yang tidak memperbolehkan. Alasan
utama Ulama yang memperbolehkan adalah firman Allah surat Shad
ayat 29, yang berbunyi:
⬧ ⧫ ⧫
◆ ⧫⧫
⧫⧫◆◆ ⧫◆
⧫ ❑
Artinya: ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepada engkau,
yang penuh keberkatan, supaya mereka memahami ayat-ayatnya dan
3
Muslich Maruzi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tafsir, (Jakarta: Pustaka Amani, 1987),
Hal. 92.
4
Ibid,.
8
c. Tafsir Bi Al-Isyari
Tafsir Bi Al-Isyari adalah menta’wilkan al-qur’an tida
berdasarkan pada teksnya, karena adanya isyarat tersembunyi yang
Nampak bagi orang yang ahli suluk (menempuh ajaran agama) dan
tasawuf dan mungkin juga menghimpun antara yang tersirat dan
tersurat.5
Terhadap tafsir ini, para ulama berbeda pendapat, sebagian ada
yang memperbolehkan dan sebagian ada yang tidak memperbolehkan.
Al Zarkasyi menyatakan bahwa perkataan golongan sufi bukanlah
tafsir, namun pengertian dan perasaan yang mereka peroleh ketika
membaca al-qur’an seperti perkataan sebagian ahli tasawuf dalam
surat At Taubah “ ”اَلَّ ِذيْنَ يَلُ ْونَ ُك ْمadalah dirinya sendiri, karena orang yang
paling dekat kepada kita adalah diri sendiri. Menurut As Sayuthi, tafsir
kelompok ini dapat diterima dengan syarat:
1) Tidak mengingkari pengertian susunan al-qur’an yang secara
tekstual.
2) Tidak mengaku bahwa itulah satu-satunya maksud al-qur’an.
3) Ta’wil itu tidak terlalu jauh.
4) Tidak bertentangan dengan syar’i atau aqli.
5) Terdapat syahid syar’i yang menguatkan.
5
Muslich Maruzi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tafsir, (Jakarta: Pustaka Amani, 1987),
Hal. 96.
10
B. Ta’wil
1. Pengertian Ta’wil
Ta’wil dalam Bahasa Arab berarti menerangkan, menjelaskan.
Kata ta’wil diambil dari kata awwala-yu’awwilu-ta’wilan.
Adapun menurut arti ta’wil menurut istilah adalah:
6
Muhammad Baqir Hakim, Ulumul Quran, (Jakarta: Al-Huda, 2006), Hal. 337.
12
7
QS. Ali Imran [3]:7.
8
QS. An-Nisa’ [4]:59.
13
9
QS. Al-A’raf [7]:52-53.
10
QS. Yunus [10]:39.
11
QS. Yusuf [12]:6.
12
QS. Al-Isra [17]:35.
14
13
QS. Al-Kahfi [18]:78.
15
C. Tarjamah
1. Pengertian Tarjamah
Tarjamah secara etimologis berarti memindahkan lafal dari suatu
bahasa ke bahasa lain. Dalam hal ini, memindahkan lafal ayat – ayat Al –
Quran yang berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. 14 Secara
terminologi, tarjamah dapat didefinisikan dengan, mengungkapkan makna
sebuah perkataan dari bahasa asal ke bahasa lain dengan tetap
memerhatikan semua makna dan maksud yang terkandung dalam bahasa
asalnya.
Tarjamah berasal dari bahasa Arab, tarjamah atau turjumah, yang
berarti:
a. Menyampaikan perkataan kepada orang yang belum mengetahuinya.
b. Menjelaskan perkataan dengan bahasa aslinya.
c. Menjelaskan perkataan dengan bahasa lain.
d. Mengalihkan bahasa satu kepada bahasa lain.
Tetapi secara kebiasaan tarjamah biasa dipahami dengan makna
yang keempat yakni mengalihkan bahasa satu ke bahasa lain.15
2. Bentuk Tarjamah
Pada dasarnya tarjamah memiliki dua bentuk yang berbeda:
a. Tarjamah harfiyah (Lafdhiyah)
Tarjamah harfiyah adalah mengubah pembicaraan atau
perkataan atau kalimat dari satu bahasa ke bahasa yang lain secara
14
Acep Hermawan, Ulumul Quran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Hal. 114.
15
Anshori, Ulumul Quran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), Hal. 167.
16
16
Anshori, Ulumul Quran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), Hal. 172.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk memahami Al-Qur’an, maka dapat dilakukan dengan tiga cara
yaitu:
1. Menafsirkan
2. Menta’wilkan
3. Mentarjamahkan
Dalam menafsirkan Al-Qur’an, ada tiga macam yaitu:
1. Tafsir Bi Al-Ma’tsur
2. Tafsir Bi Al-Rayi
3. Tafsir Bi Al-Isyari
Dalam menerjemahkan Al-Qur’an ada tiga corak yaitu:
1. Terjemah Maknawiyah Tafsiriyah
2. Terjemah Harfiyyah Bi Al-Mitsli
3. Terjemah Harfiyyah Bi Dzuni Al-Mitsli
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca khususnya dan pihak
yang terkait dengan pendidikan umumnya bisa mudah dalam memahami Al-
Qur’an baik dengan metode tafsir, ta’wil maupun tarjamah.
14
DAFTAR PUSTAKA
15