Anda di halaman 1dari 15

MODEL PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

ADDIE DAN 4D (FOUR D)


MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Pengembangan Bahan Ajar PAI
Yang diampu:

“Ikfi Khoulita, M.Pd.I.”

Disusun oleh :
Kelompok 5
1. Dwi Putri Firdaus (12201193102)
2. Mohamad Nor Khakhim (12201193353)
3. M. Sirajuddin (12201193356)

KELAS 2F
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
MARET 2020

i
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Model
Pengembangan Bahan Ajar ADDIE dan 4D (Four D)”. Sholawat serta salam semoga
tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabatnya. Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam
penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah
memberikan dukungan dan mengizinkan kami memakai semua fasilitas untuk
menunjang kelancaran proses perkuliahan kami.
2. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan yang telah bekerja keras mengurus dan mengatur fakultas kami.
3. Ikfi Khoulita, M.Pd.I. selaku Dosen pengampu mata kuliah Pengembangan
Bahan Ajar PAI yang ikhlas dan tulus membimbing kami.
4. Civitas akademika IAIN Tulungagung yang selalu memberikan dukungan
selama perkuliahan.
5. Teman-teman angkatan 2019 yang telah membantu terselesaikannya makalah
ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu kritik dan saran sangat kami
butuhkan untuk memperbaiki, menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih pada seluruh pihak yang sudah
berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir.
Semoga Allah SWT selalu meridhai semua usaha kami.

Tulungagung, 22 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..................................................................................i
PRAKATA ...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................2
C. Tujuan Pembahasan.......................................................................2
D. Batasan Masalah............................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pengembangan Bahan Ajar..............................3
B. Model Pengembangan Bahan Ajar ADDIE...................................4
C. Model Pengembangan Bahan Ajar 4D (Four D)...........................6
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................11
B. Saran.............................................................................................11
DAFTAR RUJUKAN.................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengajar merupakan tugas utama seorang pendidik (guru, dosen, tutor,
instruktur, widyaiswara). Pendidik yang kreatif akan selalu menciptakan ide-ide
dalam merancang sistem pembelajaran baru yang mampu membuat peserta didik
dapat mencapai tujuan belajarnya dengan penuh rasa puas. Untuk memperoleh
sistem pembelajaran baru tersebut diperlukan metode penelitian dan
pengembangan sistem pembelajaran. Metode pengembangan sistem pembelajaran
tidak jauh berbeda dengan metode pengembangan produk lainnya. Prosedur
pengembangan lebih singkat karena produk yang dihasilkan tidak terlalu beresiko
dan dampak sistem terbatas pada peserta didik yang menjadi sasaran.1
Dalam mengembangkan bahan pembelajaran perlu diperhatikan model-
model pengembangan guna memastikan kualitasnya, penggunaan model
pengembangan bahan pembelajaran yang pengembangan pengajaran secara
sistematik dan sesuai dengan teori akan menjamin kualitas isi bahan
pembelajaran. Dari beberapa model tersebut tentu memiliki karakteristik masing-
masing yang perlu lebih dalam lagi dipahami. Maka dari itu pemilihan bahan ajar
perlu diperhatikan dalam kesesuaian dengan standar isi dan lebih-lebih pemilihan
bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik siswa. Oleh karena itu, pada makalah
ini akan membahas mengenai model-model pengembangan bahan ajar yang
dianggap penting diketahui untuk mengembangkan bahan ajar.
Dalam makalah ini dipaparkan dua model penelitian dan pengembangan
sistem pembelajaran yaitu model 4D dan model ADDIE. Model 4D merupakan
singkatan dari Define, Design, Development and Dissemination yang
dikembangkan oleh Dick and Carry (1996).

1
Endang mulyatiningsih, Pengembangan Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Alfabeta,
2011), hal. 1

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian model pengembangan bahan ajar ?
2. Bagaimana pengembangan bahan ajar model ADDIE ?
3. Bagaimana pengembangan bahan ajar model 4D (Four D) ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian model pengembangan bahan ajar
2. Untuk mengetahui pengembangan bahan ajar model ADDIE
3. Untuk mengetahui pengembangan bahan ajar model 4D (Four D)
D. Batasan Masalah

Agar pembahasan masalah ini sesuai dengan pembahasan, dan


menghindari pembahasan menjadi terlalu luas, maka dari itu penyusun
membatasinya. Adapun batasan makalah ini telah tersebutkan dalam
pembahasan, yakni: Model Pengembangan Bahan Ajar Addie dan 4D (Four
D).

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pengembangan Bahan Ajar


Pengembangan atau sering disebut juga penelitian pengembangan,
dilakukan untuk menjembatani antara penelitian dan praktik pendidikan.
Pengembangan dalam teknologi pendidikan memiliki kawasan yang cukup
luas, diantaranya riset-teori, desain, produksi, evaluasi-seleksi, logistik, dan
pemanfaatan. Pengembangan selanjutnya dispesifikasikan dalam sebuah
manifestasi fisik dari teknologi seperti media cetak, audiovisual, komputer
dan terpadu.
Model pengembangan diartikan sebagai proses desain konseptual
dalam upaya peningkatan fungsi dari model yang telah ada sebelumnya,
melalui penambahan komponen pembelajaran yang dianggap dapat
meningkatkan kualitas pencapaian tujuan (Sugiarta, 2007:11).2 Pengembangan
model dapat diartikan sebagai upaya memperluas untuk membawa suatu
keadaan atau situasi secara berjenjang kepada situasi yang lebih sempurna
atau lebih lengkap maupun keadaan yang lebih baik.
Pengembangan bahan ajar disini artinya diarahkan  pada suatu
program yang telah atau sedang dilaksanakan menjadi program yang lebih
baik. Hal ini seiring dengan pendapat yang dikemukakan oleh Adimiharja dan
Hikmat, 2001:12 (dalam Sugiarta A.N, 2007:24) bahwa “pengembangan
meliputi kegiatan mengaktifkan sumber, memperluas kesempatan, mengakui
keberhasilan, dan mengintergrasikan kemajuan”.3 Pengembangan model baru
disusun berdasarkan pengalaman pelaksanaan program yang baru

2
Sugiarta, Pengembangan Model Pengelolaan Program Pembelajaran  Kolaboratif Untuk 
Kemandirian  Anak  Jalanan  Di  Rumah Singgah . (Bandung: PPS UPI, 2007) hal.
3
Ibid., hal.

3
dilaksanakan, kebutuhan individu atau kelompok, dan disesuaiakan dengan
perkembangan dan perubahan lingkungan belajar warga belajar.
B. Model Pengembangan Bahan Ajar ADDIE
ADDIE merupakan singkatan dari Analysis, Design, Development or
Production, Implementation or Delivery and Evaluations. Menurut langkah-
langkah pengembangan produk, model penelitian dan pengembangan ini lebih
rasional dan lebih lengkap daripada model 4D. Model ini memiliki kesamaan
dengan model pengembangan sistem basisdata yang telah diuraikan
sebelumnya. Inti kegiatan pada setiap tahap pengembangan juga hampir sama.
Oleh sebab itu, model ini dapat digunakan untuk berbagai macam bentuk
pengembangan produk seperti model, strategi pembelajaran, metode
pembelajaran, media dan bahan ajar.4
Model pengembangan yang digunakan dalam pengembangan bahan
ajar ini adalah ADDIE Model yang merupakan salah satu model desain
pembelajaran sistematik. Pemilihan model ini didasari atas pertimbangan
bahwa model ini dikembangkan secara sistematis dan berpijak pada landasan
teoretis desain pembelajaran. Model ini disusun secara terprogram dengan
urutan-urutan kegiatan yang sistematis dalam upaya pemecahan masalah
belajar yang berkaitan dengan sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan
dan karakteristik pembelajaran. Model ini terdiri atas lima langkah, yaitu: (1)
analisis (analyze), (2) perancangan (design), (3) pengembangan
(development), (4) implementasi (implementation), dan (5) evaluasi
(evaluation).5 Berikut ini diberikan contoh kegiatan pada setiap tahap
pengembangan model atau metode pembelajaran, yaitu:

4
Rahmad Arofah Hari Cahyadi, “Halaqa Islamic Education Journal”Pengembangan Bahan
Ajar Berbasis ADDIE Model, vol, 3 no. 1 (2019), hal. 36
5
I Made Tegeh dan I Made Kirna,”Jurnal IKA” Pengembangan Bahan Ajar Metode
Penelitian Pendidikan Dengan Addie Model, vol 11 , no. 1 (2013), hal. 16

4
a. Analisis
Pada tahap ini, kegiatan utama adalah menganalisis perlunya
pengembangan model/metode pembelajaran baru dan menganalisis kelayakan
dan syarat-syarat pengembangan model/metode pembelajaran baru.
Pengembangan metode pembelajaran baru diawali oleh adanya masalah dalam
model/metode pembelajaran yang sudah diterapkan. Masalah dapat terjadi
karena model/metode pembelajaran yang ada sekarang sudah tidak relevan
dengan kebutuhan sasaran, lingkungan belajar, teknologi, karakteristik peserta
didik, dsb.
b. Design
Dalam perancangan model/metode pembelajaran, tahap desain
memiliki kemiripan dengan merancang kegiatan belajar mengajar. Kegiatan
ini merupakan proses sistematik yang dimulai dari menetapkan tujuan belajar,
merancang skenario atau kegiatan belajar mengajar, merancang perangkat
pembelajaran, merancang materi pembelajaran dan alat evaluasi hasil belajar.
Rancangan model/metode pembelajaran ini masih bersifat konseptual dan
akan mendasari proses pengembangan berikutnya.
c. Development
Development dalam model ADDIE berisi kegiatan realisasi rancangan
produk. Dalam tahap desain, telah disusun kerangka konseptual penerapan
model/metode pembelajaran baru. Dalam tahap pengembangan, kerangka
yang masih konseptual tersebut direalisasikan menjadi produk yang siap
diimplementasikan. Sebagai contoh, apabila pada tahap design telah dirancang
penggunaan model/metode baru yang masih konseptual, maka pada tahap
pengembangan disiapkan atau dibuat perangkat pembelajaran dengan
model/metode baru tersebut seperti RPP, media dan materi pelajaran.
d. Implementation
Pada tahap ini diimplementasikan rancangan dan metode yang telah
dikembangkan pada situasi yang nyata yaitu di kelas. Selama implementasi,

5
rancangan model/metode yang telah dikembangkan diterapkan pada kondisi
yang sebenarnya. Materi disampaikan sesuai dengan model/metode baru yang
dikembangkan. Setelah penerapan metode kemudian dilakukan evaluasi awal
untuk memberi umpan balik pada penerapan model/metode berikutnya
e. Evaluation

Evaluasi dilakukan dalam dua bentuk yaitu evaluasi formatif dan


sumatif. Evaluation formatif dilaksanakan pada setiap akhir tatap muka
(mingguan) sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah kegiatan berakhir
secara keseluruhan (semester). Evaluasi sumatif mengukur kompetensi akhir
dari mata pelajaran atau tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Hasil
evaluasi digunakan untuk memberi umpan balik kepada pihak pengguna
model/metode. Revisi dibuat sesuai dengan hasil evaluasi atau kebutuhan
yang belum dapat dipenuhi oleh model/metode baru tersebut.

C. Model Pengembangan Bahan Ajar 4D (Four D)


Desain Model 4D yang dikemukakan oleh Thiagarajan, Semmel dan
Semmel (1974) yang digunakan untuk alur pengembangan perangkat
pembelajaran (instructional development), pada dasarnya dimaksudkan untuk
pelatihan guru (training teacher) untuk anak-anak berkebutuhan khusus
(exceptional children), dan penekanannya pada pengembangan bahan ajar
(material development). Anak-anak berkebutuhan khusus tersebut adalah
anak- anak cacat (handicapped children). Menurut Triyanto, model
pengembangan 4D dapat diadaptasikan menjadi 4P, yaitu Pendefinisian,
Perancangan, Pengembangan, dan Penyebaran. Secara garis besar keempat
tahap tersebut sebagai berikut.6 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap
tahap pengembangan dapat dijelaskan sebagai berikut:

6
Wulan sari, dkk. “Jurnal EduFisika” Pengembangan Modul Elektronik Berbasis 4D Pageflip
Professional pada Materi Konsep Dasar, vol, 02. No. 01 (2017), hal. 40

6
1. Tahap Pendefinisian (Define)
Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat
pembelajaran. Tahap ini meliputi tiga langkah pokok yaitu:
a. Analisis Ujung Depan (Front-end Analysis)
Analisis ujung depan bertujuan untuk memunculkan dan menetapkan
masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran sel elektrolisis sehinggga
dibutuhkan pengembangan bahan pembelajaran. Dalam melakukan analisis
ini, perlu mempertimbangkan beberapa hal sebagai alternatif pengembangan
perangkat pembelajaran, teori belajar, tantangan dan tuntutan masa depan.
Analisis ujung depan diawali dari pengetahuan, ketrampilan, dan sikap awal
yang dimiliki siswa untuk mencapai tujuan yang tercantum dalam kurikulum.
Tahap ini juga mengidentifikasi adanya kesenjangan antara tujuan menurut
kurikulum yang berlaku dengan fakta yang terjadi di lapangan baik yang
menyangkut model, pendekatan, metode, teknik, maupun strategi yang
digunakan guru untuk mencapai pembelajaran.
b. Analisis Karakteristik (Learner Analysis)
Analisis karakterisitik siswa sangat penting dilakukan pada awal
perencanaan. Analisis ini dilakukan dengan memerhatikan ciri, kemampuan
dan pengalaman siswa baik secara individu maupun sebagai kelompok.
Karekteristik siswa merupakan hal yang penting dikarenakan karakter siswa
relevan untuk perancangan dan pengembangan bahan ajar (Thiagarajan).
Analisis siswa meliputi karakteristik antara lain kemampuan akademik, usia
dan tingkat kedewasaan, motivasi terhadap pelajaran, pengalaman,
keterampilan psikomotor, kemampuan bekerja sama, dan keterampilan sosial
(Syifa Fathya, 2014).
c. Analisis Tugas
Analisis tugas adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi suatu
pengajaran. Lebih lanjut analisis tugas sejalan dengan analisis tujuan
pembelajaran dilakukan untuk menentukan model pembelajaran untuk

7
mencapai tujuan. Jadi analisis tugas atau tujuan tidak lain dari analisis isi
pelajaran, analisis konsep, analisis pemrosesan informasi, dan analisis
prosedural yang digunakan untuk memudahkan pemahaman atau penguasaan
tentang tugas-tugas belajar dan tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam
bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kegiatan siswa
(LKS).7 Berikut penjelasan dari setiap analisis:
1) Analisis Struktur isi
Analisis struktur isi ini dilakukan dengan mencermati kurikulum yang
sesuai, mulai dari bahan kajian, pokok bahasan, subpokok bahasan, serta garis
besar perincian isi pokok bahasan.
2) Analisis Konsep
Analisis konsep dilakukan dengan mengidentifikasi konsepkonsep
utama yang akan diajarkan dan menyusunnya secara sistematis sesuai
penyajiannya dan merinci konsep-konsep yang relevan. Hasil analisis ini
berupa peta konsep.
3) Analisis Prosedural
Analisis prosedural adalah analisis tugas yang dilakukan dengan
mengidentifikasi tahap-tahap penyelesaian tugas sesuai dengan bahan kajian.
Dalam hal ini dikaitkan dengan tahap-tahap pemecahan masalah
menggunakan problem solving oleh Bransford dan Stein. Hasil
analisis ini akan diperoleh peta kebutuhan dan analisis prosedural.
4) Analisis Pemrosesan Informasi
Analisis pemrosesan informasi dilakukan untuk mengelompokkan
tugas-tugas yang dilaksanakan siswa selama pembelajaran dengan
mempertimbangkan waktu. Hasil analisis ini adalah cakupan konsep/tugas
yang akan diajarkan dalam satu rencana pembelajaran.

7
Rina Dwi Setyowati, dkk. Pengembangan Bahan Ajar Dengan Scientific Approach melalui
Mobile Learning System Mata Kuliah Aljabar, (Semarang: Universitas PGRI, 2011), hal. 53

8
5) Perumusan Tujuan Pembelajaran
Penyusunan tujuan pembelajaran (TP) atau Indikator Pencapaian Hasil
Belajar (IPHB) didasarkan pada kompetensi dasar dan indikator yang
tercantum dalam kurikulum. Berdasarkan kompetensi dasar tersebut dapat
disusun suatu tujuan pembelajaran.
2. Perancangan (Design)
Tujuan tahap ini adalah untuk menyiapkan prototipe perangkat
pembelajaran (Thiagarajan, 1974). Tahap ini dapat dimulai setelah penetapan
tujuan dan bahan pembelajaran pada tahap define. Tahap ini terdiri dari 3
langkah, yaitu: (1) penyusunan instrumen, dengan berdasarkan hasil
perumusan tujuan pembelajaran; (2) pemilihan media yang sesuai; (3)
pemilihan format (Trianto, 2004).
3. Pengembangan (Development)
Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran
yang dirancang pada tahap design, Tahap ini meliputi dua langkah
pengembangan yaitu:
a. Validasi ahli (Expert Appraisal)
Validasi ahli merupakan teknik untuk memperoleh saran untuk
pengembangan bahan ajar. Beberapa ahli dapat diminta untuk mengevaluasi
bahan ajar dari sudut pandang teknis. Berdasarkan hasil validasi dan saran
dari ahli, bahan ajar dibuat kembali (revisi) agar bahan ajar lebih layak,
efektif, dapat digunakan, dan berkualitas tinggi.
b. Uji coba (Development Testing)
Uji coba pengembangan melibatkan uji coba bahan ajar dengan
pengguna yang sesungguhnya (peserta didik) untuk selanjutnya kembali
dilakukan revisi. Berdasarkan respon, reaksi, dan komentar dari pengguna
(peserta didik), bahan ajar kembali di revisi.

9
4. Penyebaran (Disseminate)
Bahan ajar mencapai tahap produksi akhir ketika uji coba
pengembangan menghasilkan hasil yang konsisten dan telah divalidasi atau
mendapat persetujuan oleh ahli dengan komentar positif. Tahap ini merupakan
tahap penggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada
skala yang lebih luas dan mengimplementasikan perangkat ke dalam kegiatan
pembelajaran.

10
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengembangan bahan ajar sebagai model pengembangan merupakan dasar
untuk mengembangkan produk yang akan dihasilkan. Model
pengembangan dapat berupa model prosedural, model konseptual dan
model teoritik. Model prosedural adalah model yang bersifat diskriptif,
menunjukkan langkah-langkah yang harus diiukuti untuk menghasilkan
produk.
2. Model pengembangan bahan ajar ADDIE terdiri atas lima langkah, yaitu:
(1) analisis (analyze), (2) perancangan (design), (3) pengembangan
(development), (4) implementasi (implementation), dan (5) evaluasi
(evaluation).
3. Model pengembangan bahan ajar 4-D merupakan model pengembangan
perangkat pembelajaran yang terdiri dari 4 tahap pengembangan, yaitu
define, design, develop, dan disseminate
B. Saran
1. Kepada praktisi pendidik, sebaiknya mampu memberikan contoh
pembuatan makalah yang baik dan benar.
2. Kepada peserta didik, seharusnya mampu memahami, mengetahui, serta
memberi contoh materi tentang bahan ajar.
3. Kepada calon pendidik, seharusnya mampu mempelajari dan memprediksi
perkembangan bahan ajar dimasa yang akan datang.
4. Kepada pendidik, seharusnya mampu menjelaskan tentang bahan ajar
sehingga dapat mendatangkan kefahaman peserta didik terhadap materi
tersebut.

11
DAFTAR PUTAKA

Cahyadi Rahmad Arofah Hari. 2019. “Pengembangan Bahan Ajar Berbasis


ADDIE Model”, Halaqa Islamic Education Journal. vol, 3 no. 1

Mulyatiningsih, Endang. 2011. Pengembangan Model Pembelajaran.


Yogyakarta: Alfabeta
Sari, Wulan, dkk. 2017. “Pengembangan Modul Elektronik Berbasis 4D
Pageflip Professional pada Materi Konsep Dasar”, Jurnal
EduFisika. Vol, 2. no. 1
Setyowati Rina Dwi, dkk. 2011. Pengembangan Bahan Ajar Dengan
Scientific Approach melalui Mobile Learning System. Semarang:
Universitas PGRI
Sugiarta, Awandi Nopyan. 2007. Pengembangan Model Pengelolaan
Program Pembelajaran Kolaboratif untuk  Kemandirian  Anak 
Jalanan  di Rumah Singgah. Bandung: PPS UPI 

Tegeh, I Made dan I Made Kirna. 2013. “Pengembangan Bahan Ajar Metode
Penelitian Pendidikan Dengan Addie Model”, Jurnal IKA. Vol, 11
no. 1

12

Anda mungkin juga menyukai