Anda di halaman 1dari 24

Hadits dan Ilmu Hadits (Bagian 1)

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Studi Qur’an dan Hadits

Yang diampu:

Tadjudin, S.Ag., M.Pd.I

Disusun oleh:

1. Peni Nur Ihsanti (12201193296)


2. Ulin Ni’matul Ummah (12201193107)
3. Wildan Hakim Mubarok (12201193348)
4. Mohamad Nor Khakim (12201193353)

KELAS 1F

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
SEPTEMBER 2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “HADITS DAN ILMU HADITS (BAGIAN 1)” Sholawat serta
salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Atas dukungan
moral dan materi yang diberikan dalam makalah ini maka kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dr.Maftukhin,M.Ag selaku rektor IAIN Tulungagung yang telah


memberikan dukungan dan mengizinkan kami memakai semua
fasilitas untuk menunjang kelancaran proses perkuliahan kami.
2. Tadjudin, S.Ag., M.Pd.I, selaku pengampu mata kuliah STUDI
QUR’AN DAN HADITS yang ikhlas dan tulus membimbing kami.
3. Civitas akademika IAIN Tulungagung yang selalu memberikan
dukungan selama perkuliahan.
4. Teman-teman angkatan 2019 yang telah membantu terselesainya
makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu kritik dan saran sangat
kami butuhkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih pada sebuah pihak yang sudah
berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir.
Semoga Allah SWT selalu meridhai semua usaha kami.

Tulungagung, 18 September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HADITS
B. PENGERTIAN SUNNAH, KHABAR, ATSAR DAN HADITS QUDSY
C. BENTUK-BENTUK HADITS
1. HADITS QAULI
2. HADITS FI’LI
3. HADITS TAQRIRI
4. HADITS HAMMI
5. HADITS AHWALI

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Pada hakekatnya umat Islam di dunia ini sama dengan umat


agama lain. Kesamaan yang dimaksud dalam hal ini adalah
sama-sama memiliki kitab sebagai pedomannya. Jika umat
kristen memiliki kitab Injil sebagai pedomannya, umat Hindu
memiliki kitab Trimurti, dan umat Budha yang memiliki kitab
Weda sebagai pegangan hidupnya maka umat islam memilki
Kitab Al-Qur’an Al-Karim sebagai pedoman hidupnya. Kitab Al-
Qur’an ini adalah mukjizat yang diberikan Allah SWT kepada
Nabi Muhammad SAW yang di dalamnya terkandung nilai-nilai
kebenaran, ketetapan yang mutlak mengenai agama islam.
Namun ada pembahasan yang terdapat dalam Al-qur’an yang
masih bersifat global.Oleh karena itu Munculah Al-Hadits yang
fungsinya menyempurnakan dan menjelaskan kitab-kitab
terdahulu seperti kitab Taurat, Zabur, Injil dan termasuk juga Al-
Qur’an.
Akan tetapi banyak orang tanpa terkecuali para ulama yang
memperdebatkan antara Al-Hadits yang identik dengan As-
Sunnah.Apakah kedua hal itu sama maksudnya? Tetapi hanya
berbeda istilah dan cara orang menafsirkannya? Ataukah antara
As-sunnah dan Al-Hadits, keduanya benar-benar memiliki
maksud dan pengertian yang berbeda?
Oleh karena hal itu kami akan coba memaparkan dan
memberikan penjelasan tentang apa itu yang dimaksud dengan
Al-Hadist, As-Sunnah, Khabar, Atsar dan hal-hal yang berkaitan
dengan As-Sunnah ditinjau dari segi makna maupun secara
strukturnya.
Namun pembahasan mengenai Al-Hadits pada makalah ini
janganlah para pembaca menjadikan makalah ini sebagai acuan
yang mutlak dan pasti akan kebenarannya ini. tentunya kami
mempunyai kekurangan dalam menyajikan pembahasan ini.
Semoga makalah ini bermanfaat. Amien

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian hadits?
2. Bagaimana pengertian sunnah, khabar, atsar, dan hadits
qudsy?
3. Apa saja bentuk-bentuk hadits?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian hadits.
2. Untuk mengetahui pengertian sunnah.
3. Untuk memahami pengertian khabar.
4. Untuk memahami pengertian atsar.
5. Untuk mengetahui pengertian hadits qudsy.
6. Untuk memahami bentuk-bentuk hadits.
BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HADITS

Kata al-hadist ‫ الحديث‬adalah kata mufrad, yang jama’nya


adalah al-ahadits ‫الحااديث‬dan dasarnya adalah tahdits ‫ تحديث‬,
artinya “pembicaraan”. Dari sisi bahasa, kata hadits memiliki
beberapa arti, diantaranya ialah:
1) al-jadid ‫ الجديد‬, artinya: “yang baru”, lawan kata al-qadim
artinya: “yang lama”, dalam arti ini menunjukkan adanya
“waktu dekat dan singkat”.
2) al-thariq artinya: “jalan”, yaitu: ‫(الطريقة المسلوكة‬jalan yang
ditempuh).
3) al-khabar, artinya: “berita”.
4) al-sunnah artinya “perjalanan” yang artinya sama dengan
kata: al-sirah.

Adapun menurut istilah , para ahli berbeda-beda dalam


meberikan definisi sesuai denagan latar belakang disiplin
keilmuan masing-masng, sebagaimana perbedaan antar ahli
ushul dan ahlihadits dalam memberikan definisi al-hadits, yaitu:
a) Ahli Hadits
‫اقوال النبي ا عليه وسلم وأفعاله وأحواله‬
Segala perkataan Nabi saw, perbuatandan hal-ihwalnya.

‫ما أضيف الى النبي صلى ا عليه وسلم قول او فعل او‬
‫تقريرا او صفة‬
Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw, baik berupa
perkataan, perbuatan, ketetapan (taqrir) maupn sifat beliau.1

Dari definisi tersebut dapat dimengerti bahwa hadits meliputi


biografi Nabi saw., sifat-sifat yang melekat padanya, baik
berupa fisik maupun hal-hal yang terkait dengan masalah psikis
dan akhlak keseharian Nabi, baik sebelum maupun sesudah
terutus sebagai Nabi.
b) Ahli Ushul
‫اقوال النبي صلى ا عليه وسلم وافعاله وتقرير اته التى‬
‫تثبت الحكام و تقررها‬
Semua perkataan Nabi saw., perbuatan dan taqrirnya
yang berkaitan dengan hukum-hukum syara’ dan
ketetapannya.

Dari definisi tersebut dapat dimengerti bahwa hadits adalah


segala sesuatu yang bersumber dari Nabi saw, baik ucapan,
perbuatan maupun ketetapan yang berhubungan erat
denganhukum-hukum atau ketetapan-ketapan Allah yang
disyari’atkan kepada manusia. Ini beratai segala sesuatu selain
hal yang telah disebutkan tida masuk dalam pengertian hadits. 2
Oleh sebab itu, hadits adalah sesuatu yang berhubungan
erat dengan misi dan ajaran Allah yang menjadi tugas
Muhammad saw sebagai Rasulullah, berupa ucapan, perbuatan
dan ketetapan. Sedang yang berhubungan dengan kebiasaan-
kebiasaan seperti tata-cara berpakaian, tidur dan sebagainya
merupakan kebiasaan manusia dan sifat kemanusiaan, tidak
dapat dimasukkan ke dalam pengertian hadits.
Dengan demikian, maka ahli hadits memandang bahwa
hadits merupakan sesuatu yang keluar dari manusia sempurna
bernama Muhammad saw, sehingga apapun yang melkat pada
beliau merupakan suri tauladan bagi ummat Islam, sekalipun
berbentuk kebiasaan yang bersifat kemanusiaan.
Akan tetapi ahli Ushul memandang Nabi Muhammad saw.
Adalah manusia pembuat undang-undang (wetgever) disamping
Allah swt, sehingga hal-hal yang berbentuk kebiasaan dan
bersifat kemanusiaan tidak termasuk hadits.
Lain halnya dengan ahli fiqh, hadits dipandang sebagai
suatu perbuatan yang harus dilakukan, tetapi tingkatannya tidak
sampai pada wajib atau fardlu, sebab hadits masuk ke dalam
suatu suatu pekerjaan yang status hukumnyalebih utama
dikerjakan. artinya suatu amalan apabila dikerjakan mendapat
pahala dan apabila ditinggalkan tidak dituntut apa-apa, akan
tetapi apabila ketentuan tersebut dilanggar mendapat dosa.
Dengan demikian, maka hadits memiliki kesamaan arti
dengan kata Sunnah, khabar dan atsar.

1)
Muhammad Ma’shum Zein, Ilmu al-Hadits. hlm. 12
2)
Ibid, hlm. 13

B. PENGERTIAN SUNNAH, KHABAR, ATSAR, DAN HADITS


QUDSY
1. Sunnah
Al-sunnah ‫ السنة‬adalah kata tunggal. Jama’nya adalah al-sunan
‫ السنن‬, artinya: “jalan yang dilalui, terpuji atau tidak”, atau
berarti”perjalanan” sebagaimana firman Allah dan sabda Rasul-
Nya:
a) al-Qur’an:
‫سنة من قد ارسلنا قبللك من رسلنا ول تجد لسنتنا تحويل‬
(Kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan
terhadap rasul-rasuk Kami yang Kami utus sebelum kamu dan
tidak akan kamu temukan perubahan bagi ketetapan Kami
tersebut.(Al-Isra: 77)

....‫و يستغفروا ربهم ال ان تأتيهم سنة الولين‬


Dan memohon ampunan kepada Tuhannya kecuali (keinginan
menanti) datangnya hukum (Allah yang telah berlaku pada)
umat-umat terdahulu. (Al-Kahfi: 56)
b) al-Hadits, yaitu:
Hadits riwayat Bukhari dan Muslim
‫من سن سنة حسنة فله اجرها واجر من عمل بها الى يوم‬
‫القيامة و من سن سنة سيأة فعليه وزرها و وزر من عمل بها‬
‫متفق عليه‬.‫الى يوم القيامة‬
Siapa saja yang melakukan suatu perbuatan yang baik, maka
baginya mendapatkan pahala atas perbuatan itu dan pahal
orang-orang yang mengerjakannya sampai pada hari kiamat.
Siapa yang mengerjakan perbuatan jahat, maka baginya
mendapatkan dosa atas perbuatannya dan ikut juga
menanggung dosa orang-orang yang mengikutinya sampai
pada hari kiamat.

Para ahli berbeda-beda dalam memberikan definisi Sunnah


menurut istilah. Hal ini lebih disebabkan perbedaan latar
belakang, persepsi dan sudut pandang mereka terhadap diri
rasulullah saw., yaitu:

a) Ahli hadits :
‫ما أثر عن النبي صلى ا عليه وسلم من قول او فعل او تقرير‬
‫ سواء كان قبل البعثة او‬,‫او صفة خلقية او خلقية او سيرة‬
‫بعدها‬
“Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi saw, baik berupa
perkataan, perbuatan, ketetapan (taqrir), perangai, budi pekerti,
maupun perjalanan hidup, baik sebelum diangkat sabagai Rasul
maupun sesudahnya”.

Dari definisi tersebut, dapat diambil kepahaman bahwa para


ahli hadits membawa masuk semua bentuk kebiasaan Nabi saw
(baik yang melahirkan hokum syara’ maupun tidak) kedalam
pengertian Sunnah dan memliki makna sama denga pengertian
hadits.3
Hal tersebut dapat dilihat dari cakupan tradisi Nabi saw yang
biasa dilakukan sebelum beliau terurus sabagai utusan,
sehingga yang terkandung di dalam kata Sunnah dapat
dijadikan sebagai dalil huku syara’, meliputi semua bentuk
perkataan, perbuatan, penetapan dan kebiasaan beliau saw,
akibatnya kandungan arti Sunnah lebih luas dari pada hadits,
sebab Sunnah melihatnya pada keberadaan beliau saw.
Sebagai uswatun hasanah, sehingga segala yang melekat pada
diri beliau secara utuh harus diterima tanpa membedakan
apakah yang diberitakan itu berhubungan dengan hokum syara’
maupun tidak.

Oleh karena itu, untuk menghindari kesehatan dalam


melaksanakan syari’ah, hendaklah berpegang teguh pada al-
qur’an dan Sunnah. Sebagaimana firman Allah dan sabda rasul-
Nya:

‫لقد كان لكم فى رسول ا أسوة حاسنة لمن كان يرجو ا‬


‫واليوم الخارة وذكر ا كثيرا‬
Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah saw itu suri
tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.

3)
Muhammad Ma’shum Zein, Ilmu al-Hadits. hlm. 16
‫ رواه‬,‫تركت فيكم شيأين لن تضلوا بعدهما كتاب ا وسنتى‬
‫الحاكم‬
Aku tinggalkan kepada kamu sekalian dua pusaka. Kamu tidak
akan sesat setelah (berpegang) pada keduanya, yaitu
Kitabullah al-Qur’an dan sunnahku. Hadits riwayat Hakim

b) Ahli Ushul
‫كل ما صدر عن النبي صلى ا عليه وسلم غير القرآن الكريم من قول‬
‫أو فعل او تقرير مما يصلح ان يكون دليل لحكم شرعي‬
Segala sesuatu yang bersumber dai Nabi saw. selain al-qur’an al-
karim, baik berupa perkataan, perbuatan maupun ketetapan
(taqrir)-nya yang memang layak untuk dijadikan sebagai dalil bagi
hukum syara’.

Dari definisi tersebut,Sunnah diartikan sebagai sesuatu yang


disandarkan kepada Nabi saw, tetapi hanya yang berhubungan dengan
hukum syara, baik yang berupa perkataan,perbuatan maupun
ketetapannya.sedang sifat-sifat yang melekat pada beiau, yaitu perilaku
perbuatan dan perjalanan hidup beliau serta semua yang bersumber dari
beliau,yang tidak berhubungan dengan hukum syara,serta terjadinya
sebelum beliau diangkat sebagai Rosul tidak masuk dalam kategori
pengertian Sunnah.4

Dengan demikian, maka yang masuk ke dalam kategori pengertian


Sunnah hanya terbatas pada segala sesuatu yang bersumber dari Nabi
Saw saja.sedang yang bersumber pada sahabat dan tabi,in tidak
termasuk Sunnah . Hal ini berdasarkan pada kenyataan bahwa Nabi saw
adalah pembawa dan pengatur undang-undang yang memiliki misi
kewajiban untuk menjelaskan undang-undang (dustur al-hayati ) kepada
manusia,sehingga yang tidak mengandung misi tidak termasuk Sunnah
dan tidak bisa juga dijadikan sebagai sumber hukum yang mengikat. Oleh
sebab itu,sesuatu ketentuan yang telah di tetapkan oleh nabi saw harus
diikuti, baik berupa larangan maupun perintah, karena keduanya sebagai
satu kesatuan yang tidak tidak dapat dipisah-pisahkan.

4)
Muhammad Ma’shum Zein, Ilmu al-Hadits. hlm. 18

Sebagai firman Allah:

‫وما آتاكم الرسول فخذوه ومانهاكم عنه فأنتهوا واتقوا ا‬


Dan apa saja yang telah diberikan rasulullah saw kepada kamu,
maka terimalah dia dana pa-apa yang dilarangnya, maka
tinggalkanlah dan bertaqwalah kepada Allah.

‫وأنزلنا اليك الذكر لتبين للناس ما نزل اليهم ولعلهم يتفكرون‬


Dan kami turunkan al-Qur`an kepada kamu agar kamu
menerangkan kepada umat manusia apa-apa yang telah
diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkannya .

c) Ahli Fiqih:

‫ماثبت عن النبي صلى ا عليه وسلم من غير افتراض ول‬


‫ وتقابل الواجب وغيره من الحكام الخمسة‬,‫وجوب‬
“semua ketetapan yang berasal dari Nabi saw selain yang
difardlukan,

diwajibkan dan termasuk kelompok hukum (taklif) yang lima.

Definisi ini menunjukkan bahwa obyek pembahasan para ahli fiqih


islam hanya terbatas pada pribadi dan perilaku beliau saw sebagai
landasan hukum syara` untuk diterapkan kepada manusia pada
umumnya, baik yang wajib , haram, makruh, mubah maupun
Sunnat.Karenanya,jika dikatakan perkara ini Sunnah, maka yang di
kehendaki adalah pekerjaan itu memiliki nilai hukum yang dibebankan
oleh Allah kepada setiap orang yang sudah dewasa, berakal sehat dengan
tuntutan ‘tidak wajib’ (menurut syafi`I) atau ‘tidak fardlu ‘ atau ‘tidak wajib’
(menurut Hanafi) .Dari pemikiran Sunnah seperti itulah, muncul persoalan
baru:

- Bagaimana jika melakukan suatu perbuatan yang tidak


pernah dilakukan oleh Rasulullah saw sehingga menjadi
lawan dari peganglah sunnahnya ..?
Padahal beliau bersabda:

... ‫فعليكم بسنتى وسنة الخلفاء المهديين الراشدين‬


‫تمسكوا بها وعضوا عليها بالنواجذ واياكم ومحدثات‬
‫ رواه ابو‬.‫المور فان كل محدثة بدعة وكل بدعة ضللة‬
‫داوود‬
…maka berpeganglah kamu kepada sunnahku dan
Sunnah khalifah-khalifah yang telah mendapat petunjuk.
Peganglah dia kuat- kuat dan berhati-hatilah kamu dari
perkara- perkara baru, sebab setiap yang baru (bid,ah)
itu sesat.
2. al-Khabar

al-khabar ( ‫) الخبر‬, dalam bahasa artinya ‘warta’ atau ‘berita’


maksudnya: “suatu yang diberikan dan dipindahkan dari seorang kepada
orang lain ( ‫”) ما يتحدث به و ينتقل‬, sehingga memiliki makna yang sama
dengan kata”hidditsah ( ‫”) حاديثة‬. Dan dari arti kata inilah, kata “al-khabar (
‫ ”) الخبر‬yang di ambil dari kata dasar “al-ikhbar ( ‫ ) الخابار‬ini berasal
“sehingga makna yang timbul jika dihubungkan dengan istilah “haddasana
bihaditsin ( ‫“ ) حادثنا بحديث‬adalah makna “ah-barna bihaditsin ( ‫أخبرنا‬
‫ ) بحديث‬artinya: “dia mengkhabarkan suatu berita kepada kami”).
Sebagaimana firman Allah dan sabda Nabi saw. sebagai berikut:

‫فليأتوا بحديث مثله ان كنتم صادقين‬


Maka hendaklah mereka mendatangkan berita yang sepertinya jika kamu
sekalian orang-orang yang benar.

‫يوشك احدكم ان يقول هذا كتاب ا ماوجدنا فيه من حلل استحللناه وما‬
‫وجدنا فيه من حرام حرمنا ال من بلغه عنى حديثا فكذب به فقد كذب به‬
‫ ا ورسوله والذى حدث‬,‫ثلث‬
Hampir-hampir salah seorang berkata ini kitabullah, apa yang halal di
dalamnya, kami halalkan, apa yang haram di dalamnya kami haramkan.
Ketahuilah apa saja sampai kepadanya suatu berita dari kami, lalu dia
mendustakan, berarti ia telah mendustakan tiga hal, yaitu mendustakan
Allah dan rasul-Nya dan orang yang telah menyampaikan berita
(habar/hadits) tersebut.

Sedang menurut pengertian istilah, para ahli berbeda-beda dalam


memberikan definisi sesuai dengan latar belakang dan disiplin keilmuan
masing-masing, diantarnya:

a- Sebagian ulama mengatakan bahwa khabar ialah sesuatu


yang datangnya selain dari Nabi saw., sedang yang dari
Nabi saw. disebut hadits.

b- Ulama lain mengatakan bahwa hadits lebih luas dari pada


khabar, sebab setiap hadits dikatakan khabar dan tidak
dikatakan bahwa setiap khabar adalah hadits.
c- Ahli hadits memberikan definisi sama antara hadits dengan
khabar, yaitu “segala sesuatu yang datang dari Nabi saw.,
sahabat dan tabi’in, baik perkataan, perbuatan maupun
ketetapannya”.

Dari definisi ini, al-tarmasi berpendapat bahwa istilah hadits marfu’,


mauquf, dan maqthu’ merupakan klasifikasi hadits dilihat dari sumber
beritanya, sehingga dapat dibedakan antara hadits yang bersumber dari
nabi dan yang hanya dari sahabat dan tabi’in. sekalipun demikian
pengklasifikasian ini dapat juga dilihat dari sisi lain, seperti dari sisi
kualitasnya, yaitu hadits shahih, hadits hasan, dan hadits dha’if. Dari sisi
jumlah periwayatannya, ada hadits mutawatir dan hadits ahadi. 5

3. Al-Atsar

Al-atsar dalam bahasa artinya “sisa ( ‫”)بقية الشيئ‬, sedang menurut


pengertian istilah, para ahli berbeda-beda sesuai dengan latar belakang
disiplin ilmu mereka masing-masing, diantaranya ialah:

a) Jumhur ulama berpendapat bahwa atsar sama dengan khabar,


yaitu sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw., sahabat dan
tabi’in.
b) Menurut ulama lain, seperti ulama Khurasan atsar untuk hadits-
mauquf dan khabar untuk hadits-marfu’.
c) Ahli hadits lain mengatakan tidak sama, yaitu khabar berasal dari
nabi, sedang atsar sesuatu yang disandarkan hanya kepada
sahabat dan tabi’in, baik perbuatan maupun perkataan. 6

4)
Muhammad Ma’shum Zein, Ilmu al-Hadits. hlm. 21
5)
Ibid, Muhammad Ma’shum Zein, Ilmu al-Hadits. hlm. 22

Dari definisi tersebut, al-Qasimi berpendapat bahwa atsar, ialah:

‫ما روي عن الصحابة و يجوز اطلقه على كلم النبي ايضا‬


Segala sesuatu yang diriwayatkan dari sahabat dan boleh juga
disandarkan kepada Nabi saw.

4. Hadits Qudsi
Hadits qudsi adalah sabda Rasulullah yang disandarkan pada
Allah, hadits qudsi juga dapat disebut dengan hadits ilahi, yaitu penisbatan
pada Dzat Yang Maha Tinggi.

Contoh:

‫ أنا عند ظن‬,‫هلل يقول ا عز وجل‬:‫ قال رسو ا‬,‫عن أبى هريرة قا ل‬
,‫ ان ذكرنى فى نفسه ذكرته فى نفسى‬,‫عبدى بى وأنا معه حين يذكرنى‬
‫وان ذكرنى فى مل ذكرته فى مل خير منهم‬.
Dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda, Allah telah
berfirman, “aku berhubungan dengan hamba-Ku sesuai dengan
prasangkanya kepada-Ku. Aku selalu bersamanya ketika dia mengingat-
Ku. Jika dia mengingat-Ku dalam dirinya sendiri maka Aku mengingatnya
dalam diri-Ku. Jika dia mengingat-Ku dalam suatu majlis, maka Aku
mengingatnya dalam suatu majlis (para malaikat) yang lebih dari mereka”
(HR. Bukhari dan Muslim)6

C. BENTUK-BENTUK HADITS

1. Hadits Qauli

Hadits qauli ialah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw.,
berupa perkataan atau ucapan yang memuat berbagai maksud syara’,
peristiwa dan keadaan yang berkaitan dengan keyakinan, syari’ah, akhlaq
maupun yang lainnya. Dengan kata lain perkataan yang pernah beliau
ucapkan dalam berbagai bidang, misalnya bidang hukum (syari’ah),
akidah, akhlaq, pendidikan dan lain sebagainya masuk dalam kategori
pengertian hadits qauli.
6)
Muhammad Ma’shum Zein, Ilmu al-Hadits. hlm. 23

Contoh:

a. Perkataan Nabi saw. yang mengandunghukum syari’ah, yaitu


‫انما العمال بالنيات وانما الكل امرئ مانوى‬
Sesungguhnya perbuatan itu tergantung dengan niat dan bagi tiap-
tiap orang menurut apa niatnya.
Hokum yang terkandung didalam hadits ini adalah “kewajiban niat
dalam segala amal perbuatan untuk mendapatkan pengakuan sah
dari syara’”.
‫الطهور ماؤه الحل ميتته‬
Air laut itu suci dan dapat dipakai untuk bersuci serta halal
bangkainya.

b. Perkataan Nabi saw. yang mengandung “akhlaq”, yaitu:


‫هلل النصاف من نفسه وبذل‬:‫ثلث من جمعهن فقد جمع اليمان‬
‫السلم للعالم والنفاق من الفتقار رواه البخارى‬
(perhatikan) tiga hal: siapa saja yang sanggup menghimpunnya,
niscaya ia sudah dapat menghimpun iman secara sempurna, yaitu:
pertama: jujur terhadap diri sendiri kedua: mengucapkan salam
perdamaian kepada seluruh dunia dan ketiga: mendermakan apa-
apa yang menjadi kebutuhan umum. Hadits riwayat Bukhari

Hadits ini mengandung anjuran terhadap seseorang untuk


berakhlak mulia, berkesadaran tinggi, cinta perdamaian dan
dermawan. Begitu juga hadits:

‫نضر ا امرأ سمع منا حديثا فحفظه حتى يبلغه غيره فانه رب‬
‫ ثلث‬.‫حامل فقه ليس بفقيه ورب حامل فقه الى من هو أفقه منه‬
‫حصال ليغل عليهن قلب مسلم أبدا اخلصا العمل ل ومناصحة‬
‫ رواه‬.‫ولة المر ولزوم الجماعة فان دعوتهم تحيط من وراءهم‬
‫احمد‬
“semoga Allah memberikan suatu kebaikan kepada orang yang
telah mendengar perkataanku, lalu menghafalnya dan
menyampaikannya kepada orang lain, sebab banyak orang
berbicara tentang fiqh tapi ia bukan ahlinya. Ada tiga sifat yang
karenanya tidak akan muncul rasa dengki dalam diri seorang
muslim, yaitu ikhlas beramal semata-mata hanya kepada Allah,
menasihati, taat, dan patuh kepada pihak penguasa dan setia
terhadap jama’ah. Karena sesungguhnya do’a mereka akan
memberikan motivasi (dan menjaganya) dari belakang ”.
Hadits riwayat Ahmad.
c. Sabda Nabi saw. yang mendidik manusia supaya rela
meninggalkan pekerjaan yang tidak berdayaguna demi
pembentukan pribadi muslim secara sempurna, yaitu:
‫من حسن اسلم المرى تركه ماليعنيه رواه الترمذى‬
Diantara kebaikan seorang muslim adalah meninggalkan apa-apa
yang tidak bermanfaat.

2. Hadits Fi’liy

Hadits fi’li adalah segala perbuatan yang sampai kepada kita yang
disandarkan kepada Nabi saw, seperti tata cara berwudhu, pelaksaan
sholat dan pelaksanaan kewajiban haji dan lainnya. Dengan kata lain
hadits fi’li ialah semua perbuatan nabi saw yang menjadi penjelas praktis
terhadap peraturan-peraturan syari’ah yang belum jelas cara
pelaksanaannya.

Contoh:

1) Tata cara pelaksanaan kewajiban shalat, yaitu:


‫ رواه البخارى‬.‫صلوا كما رأيتمونى أصلى‬
“…shalatlah kamu sebagaimana kamu sekalian melihat aku
melakukan shalat. Hadits riwayat bukhari.”
2) Tata cara menghadap kiblat dalam shalat sunnah di atas kendaraan
yang sedang berjalan, yaitu:
‫كان النبى صلى ا عليه وسلم يصلى على راحلته حيث‬
‫ رواه الترمذى‬.‫ماتوجهت به فاذا اراد الفريضة نزل فاستقبل القبلة‬
Nabi saw. shalat di atas kendaraannya kemana saja kendaraan itu
menghadap. Apabila beliau hendak melakukan shalat fardlu, beliau
turun lalu mengahadap kiblat. Hadits riwayat Turmudzi.

Sekalipun demekian, adanya pengecualian sebagian dari


perbuatan Nabi saw. tidaklah mengurangi ketentuan tentang keseluruhan
perbuatan beliau menjadi nash syara’ yang harus diikuti dan diteladani
semua umat Islam. Hal ini disebabkan mungkin ada dalil yang
menunjukkan bahwa perbuatan beliau hanya bersifat spesifik bagi beliau
saja, bukan pada yang lain, antara lain hal-hal sebagai berikut:
a. Tindakan beliau atas dasar dispensasi dari Allah, seperti:
1) Kebolehan Nabi saw. menikahi wanita lebih dari 4 orang.
2) Kebolehan Nabi saw. menikahi wanita tanpa memberikan
maskawin.
Hal ini berdasarkan pada firman Allah sebagai berikut:

‫وامرأة مؤمنة ان وهبت نفسها للنبي ان ينكحها خالصة لك من‬


‫هللدون لمؤمنينز الحزاب‬:
Dan kami halalkan seorang wanita mukminah menyerahkan
dirinya kepada Nabi saw. (untuk dinikahi tanpa maskawin). Bila
Nabi menghendaki menikahinya, sebagai suatu kelonggaran
untuk engkau (saja) bukan untuk kaum beriman umumnya.
b. Sebagian tindakan pribadi Nabi saw. sebagai seorang manusia
biasa, misalnya makan, minum, berpakaian, dan lain sebagainya.
Maksudnya, jika ternyata tindakan beliau tersebut memberikan
suatu petunjuk tentang tata cara makan, minum, berpakaian dan
lain sebagainya, maka mayoritas ulama fiqh dan hadits
menyatakan “mubah”, sebagaimana hadits riwayat Abi Ishaq
sebagai berikut:
‫ رواه‬.‫كان النبي صلى ا عليه وسلم يلبس قميصا فوق الكعبين‬
‫الحاكم‬
Nabi Muhammad saw. selalu mengenakan jubbah (jubah) sampai
di atas mata kaki. Hadits riwayat hakim
c. Tindakan Nabi saw. yang berhubungan dengan persoalan
keduniaan yang berdasarkan kebijakan public semata, misalnya
masalah perdagangan, pertanian, dan hal-hal yang mengatur
strategi perang dan lain sebagainya.7

3. Hadits Taqriri

Taqriri(‫ )ﺗﻘﺮﻳﺮ‬adalah mashdar (kata benda jadian) dari kata kerja


“qarrara(‫ )قرر‬yang dalam bahasa berarti “penetapan” atau “pengakuan”
atau “persetujuan”. Sedangkan menurut istilah berarti “perbuatan sahabat
yang kemudian di akui dan di benarkan atau tidak di koreksi oleh nabi
SAW. Maksudnya ialah segala ketetapan Nabi SAW , terhadap apa-apa
yang datang dari sahabat dan beliau membiarkan perbuatan mereka
tersebut setelah syarat-syaratnya terpenuhi, baik mengenai pelakunya
maupun perbuatanya.8

Contoh:

a) status orang sholat bertayamum, di mana di tengah sholat, ada air


lalu hal ini di laporkan kepada Nabi SAW, kemudian di jawab
dengan mengatakan

‫رواه‬- ‫ت السسرنتة توتقاَتل نللِ خرتلتك اتيجرر تمررتﺗيﻳنن‬ ‫تقاَتل الرننبسي لنلرنذيِ تليم تﻳعَعيد أت ت‬
‫صيب ت‬
‫أتعَبو تداعَود‬-1
Nabi berkata kepada yang tidak mau mengulang sholat “sudah benar
engkau”, kemudian menjawab kepada yang mau mengulangilagi
sholatnya:” kamu mendapatkan dua pahala”

b) Hadits tentang Mu’adz bin jabal ketika di utus nabi ke yaman

c) hadits tentang perbuatan sahabat Kholid bin Walid mempersilahkan


Nabi bersama para undangan untuk menikmati jamuan makanan
yang terbuat dari daging binatang biawak, lalu nabi SAW menjawab

......َ‫جففعَد ننففيي اتتعففاَ تفففعَه تقففاَ ت تل تخففاَ لنففعَد تفففا‬


‫ض تقؤَنميئ تفاَ ت ن‬‫توتلنكين تليم تﻳعَكين نباَ ت ير ن‬,‫ل‬ ‫ت‬
َ‫صتل ا لفف تعتليﻳففنه توتسففتليم تﻳين ع‬
‫ظففعَر نالتففتي عَمتنتفففتق تعتليﻳففنه‬ ‫ا ت‬ ‫يجتﺗتزيزعَﺗعَه تفاَ تتكاَيعَﺗعَه توترعَس يو ن‬
Tidak (maaf) berhubung binatang ini tidak terdapat di kampong kaumku,
aku jijik padanya. Kata kholid:”segerah aku memotongnya dan
memakanyan, sedang rosululloh SAW melihat kepada ku. Hadits riwayat
bukhori muslim.

d) pelaksanaan perintah dan larangan nabi SAW sesuai dengan


penafsiran masing-masing sahabat, misalnya hadis sebagai
berikut:

ِ‫رواه البخاَ ري‬.‫لﻳصلﻳن احد العصر ال في نبي قر ﻳظة‬


Jangan ada seorang pun yang melaksanakan sholat ashar kecuali di bani
quroidlah. Hadis riwayat bukhori

17)
Muhammad Ma’shum Zein, Ilmu al-Hadits. hlm. 25
8)
Ibid, hlm. 26
Hadits ini di tanggapi para sahabat berbeda-beda, diantaranya:

- Sebagian sahabat berpendapat bahwa “larangan” itu harus


berdasarkan pada hakikat dari arti larangan itu sendiri, sehingga
berakibat pada pelaksanaan sholat ashar tidak tepat pada
waktunya, bahkan pelaksanaannya mundur sampai waktu sholat
magrib
- Sebagian lagi berpendapat bahwa “larangan” tersebut mengandung
pengertian untuh segerah sampai ketempat bani bani quroidloh dan
dalam peperangan itu tidak boleh santai, sehingga sholat ashar
harus dilaksanakn tepat pada waktunya

Dari kedua sikap sahabat tersebut, Nabi SAW membiarkannya,


tanpa ada yang mempermasahkan. Dengan demikian yang perlu
diingat adalah bahwa yang termasuk hadits taqriri adalah jika terpenuhi
syarat-syaratnya sebagai beriku:

1) Perbuatan seorang sahabt itu di lakukan dihadapan nabi dan


nabi tidak melarangnya, seperti sahabat berkata:

- “aku bebuar demikian…” atau

- “sahabat berbuat begitu di hadapan beliau saw...”

2) Perkataan atau perbuatan yang dilakukan seorang sahabat


itu tidak mendapatkan sanggahan saat beliau masih hidup.

3) Perkataan atau tindakan yang dilakukan sahabat itu


disandarkan kepada beliau saw.

4) Orang yang melakukan harus orang yang taat kepada


agama islam

4. Hadits Hammi

Hadits hammi ialak segala hadits Nabi SAW, berupa keinginan atau
hasrat yang belum terealisasikan, seperti keinginan untuk berpuasa pada
tanggal 09 ‘Asyura’, sebagaimana dalam hadits:

‫م‬ ‫سل ل م‬
‫م ي موو م‬ ‫ه ع مل مي وهه وم م‬
‫صللى الل ل ه‬ ‫ل الل لهه م‬‫سو ه‬ ‫م مر ه‬ ‫صا م‬ ‫ن م‬ ‫حي م‬ ‫ه‬
‫م‬
‫م‬ ‫ إ هن ل ه‬، ‫ل الل لهه‬
‫ه ي موو م‬ ‫سو م‬‫ ميا مر ه‬: ‫ مقاهلوا‬، ‫مهه‬ ‫صميا ه‬‫ممر ب ه ه‬ ‫شومرامء ومأ م‬ ‫عا ه‬
‫م‬
‫صللى الل ل ه‬
‫ه‬ ‫ل الل لهه م‬ ‫سو ه‬ ‫ل مر ه‬ ‫قا م‬ ‫ فم م‬، ‫صامرى‬ ‫ه ال وي مههود ه موالن ل م‬ ‫ت هعمظ ظ ه‬
‫م ه‬
‫شامء الل ل ه‬
،‫ه‬ ‫ن م‬ ‫قب ه ه‬
‫ل إه و‬ ‫م ال و ه‬
‫م و‬ ‫ن ال ومعا ه‬
‫كا م‬ ‫سل ل م‬
‫ ” فمإ همذا م‬: ‫م‬ ‫ع مل مي وهه وم م‬
‫سع م‬‫م اللتا ه‬‫ممنا ال وي موو م‬
‫ص و‬
‫ه‬
“ketika Nabi SAW berpuasa pada hari ‘Asyura’ dan memerintahkan para
sahabat untuk berpuasa, mereka berkata: ya Nabi hari ini adalah hari
yang di agungkan oleh orang-orang yahudi dan nasrani, lalu nabi
bersabda: tuhan yang akan dating insya Allah aku akan berpuasa pada
hari yang kesembilan”. Hadits riwayat muslim 9

9)
Muhammad Ma’shum Zein, Ilmu al-Hadits. hlm. 28

5. Hadits Ahwaliy

Hadits ahwali ialah Hadits nabi yang berupa seluk beluk Nabi yang
menyangkut keadaan fisik, sifat-sifat dan keperibadiannya.

Contoh

a- Hadits tentang bentuk sifat Nabi SAW, sebgai berikut:

‫عن أنس رضي ا عنه قاَل ماَ مسست حرﻳرا ول دﻳباَجاَ ألﻳن من‬
‫كف النبي صلى ا علﻳه وسلم ول شممت رﻳحاَ قط أو عرفاَ قط‬
‫ صحﻳح‬-- ‫أطﻳب من رﻳح أو عرف النبي صلى ا علﻳه وسلم‬
ِ‫البخاَري‬
“Anas berkata bahwa aku tidak perna memegang sutra murni dan sutra
berwarna (yang halus) sehalus telapak tangan Rosul SAW dan juga
belum pernah mencium wewangian seharum Rosul SAW. Hadits riwayat
Bukhori
‫س نويجهها نوأنيحنسننهل نخيلهقا لنيي ن‬
‫س‬ ‫ال نعلنيياه نونسلانم أنيحنسنن الانا ا‬‫صالى ا‬ ‫اا ن‬ ‫نكانن نرلسولل ا‬
‫صي‬ ‫ابالطااويال ايلنبائاان نونل ابايلقن ا‬

Rosululloh SAW adalah manusia yang sebaik-baik rupa dan tubuh, bentuk
fisiknya tidak tinggi dan tidak pendek Hadits riwayat Bukhori.10

a- Hadits tentang tahun kelahiran Nabi SAW sebagai mana yang


dikatakan Qais bin Mahrama ra, katanya:

‫ل‬
‫عل لي ي ه‬
‫ه‬ ‫صللىَّ ُالل ل ه‬
‫ه ُ ل‬ ‫ل ُالل ل ه‬
‫ه ُ ل‬ ‫سوُ ه‬‫ولر ه‬ ‫ت ُألناَ ُ ل‬‫ول هدي ه‬
‫ه‬
‫ل‬ ‫م ُال ي ه‬
‫في ه‬ ‫عاَ ل‬
‫م ُ ل‬ ‫سل ل ل‬
‫و ل‬ ‫ل‬
“…..Aku dan Rosululloh SAW dilahirkan pada tahun gajah” Hadits riwayat
Turmudziy
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Definisi Al-Hadits
Dalam kamus besar bahasa Arab [al-‘ashri], Kata Al-Hadits
berasal dari bahasa Arab “al-hadist” yang berarti baru,
berita. Ditinjau dari segi bahasa, kata ini memiliki banyak arti,
dintaranya:
a. Al-jadid (yang baru), lawan dari al-Qadim (yang lama)
b. dekat (Qarib), tidak lama lagi terjadi, lawan dari jauh (ba’id)
c. warta berita (khabar), sesuatu yang dipercayakan dan dipindahkan
dari sesorang kepada orang lain.
Disamping itu, ada beberapa kata yang bersinonim (muradif)
dengan kata hadits seperti: sunnah, khabar, dan atsar.
2. Definisi As-Sunnah
Menurut bahasa sunnah berarti
B. ‫الطرﻳﻘة محمودة كاَنت اومذمونة‬
“Jalan yang terpuji atau tercela”.

3. Khabar
Secara etimologis khabar berasal dari kata :khabar, yang
berarti ‘berita’.Adapun secara terminologis, para ulama Hadits tidak
sepakat dalam menyikapi lafadz tersebut.sebagaimana mereka
berpendapat adalah sinonim dari kata hadits dan sebagian lagi
tidak demikian. Karena Khabar adalah berita, baik berita dari Nabi
SAW, maupun dari sahabat atau berita dari tabi’in.
4. Atsar
Atsar dari segi bahasa artinya bekas sesuatu atau sisa. Sesuatu
dan berarti pula nukilan (yang dinukilkan). Karena doa yang
dinukilkan / berasal dari Nabi SAW. Dinamakan doa maksur.
A. Kriteria al-hadits
Adapun kriteria hadits dibagi menjadi tiga yaitu: sanat, matan, rawi.
B. Kedudukan dan fungsi al- hadits
Hadits Nabi SAW. Merupakan penafsiran Al-Qur’an dalam praktek
atau penerapan ajaran Islam secara faktual dan ideal. Demikian ini
mengingat bahwa pribadi Rasulullah merupakan perwujudan dari Al-
Qur’an yang ditafsirkan untuk manusia, serta ajaran Islam yang
dijabarkan dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun kedudukan hadits terhadap Al-Qur’an, sedikitnya mempunya
tiga fungsi pokok yaitu:
1. Memperkuat dan menetapkan hukum-hukum yang telah
ditentukan oleh Al-Qur’an (sebagai bayan taqrir).
2. Memberikan penafsiran terhadap ayat-ayat yang masih bersifat
mujmal dan bersifat mutlak (bayan tafsir).
3. Menetapkan hukum aturan-aturan yang tidak didapati( diterangkan
di dalam Al-Qur’an), misalnya dalam masalah perkawinan (nikah).

C. Saran

Dalam makalah ini tentunya ada banyak sekali koreksi dari


para pembaca, karena kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
sempurna. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca yang dengan itu semua kami
harapkan makalah ini akan menjadi lebih baik lagi.
Daftar Pustaka

Al-Amidiy, Saifuddin Ali bin Muhammad, Al-Ihkam fi Ushul Al-


Ahkam, Juz I (Mesir, Mathbaah Dar Al-Maarif, 1329 H)
Al-Bukhori, Shohih Al-Bukhori, Juz I,II,III, dan IV, (Surabaya,
Matbaah Ahmad bin Nabhan wa Auladihi)
Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, Juz V, (Suriya, Matbaah Dar
Al-Hadits, 1974)

Anda mungkin juga menyukai