Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ILMU HADITS
“TERMINOLOGI HADITS”

Disusun Oleh:

Nama : A. Jaury Al Qadri

NIM : 60200119076

Kelas :C

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
ALAUDDIN MAKASSAR
2020
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT, Rabb pemilik langit dan bumi dan
Muhammad SAW sebagai Rasul-nya, kami berlindung dari segala keburukan
perbuatan kami yang menyimpang, dan kami memohon selalu bimbingan-Nya.
Shalawat dan salam selalu tercurah atas Nabi yang mulia, manusia pilihan, contoh
yang paling terbaik bagi manusia yaitu baginda Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas kuliah Ilmu Hadits oleh Ibu
Besse Ruhaya,S.Pd.I.,M.Pd.I. Untuk itu kami telah berusaha sebaik mungkin
dalam penyusunannya, mulai dari pengumpulan sumber, pencarian informasi
sampai pada tahap penyusunan telah kami lakukan sebaik mungkin, walaupun
demikian kami selaku penyusun menyadari masih terdapat kekurangan dalam
makalah ini. Oleh sebab itu kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan kekurangan yang
tentunya ada pada makalah kami.
Demikianlah, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penyusun dan
pembaca.

Makassar, 28 Juni 2020

A. Jaury Al Qadri

ii
DAFTAR ISI
JUDUL......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan..........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. Pengertian Hadits, Sunnah, Khabar dan Atsar.................................................2
B. Struktur Hadits, Sanad, Matan dan Mukhrij.....................................................4
BAB III PENUTUP. ................................................................................................6
A. Kesimpulan. .………………………………………………………………….6
B. Saran. ................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA. .............................................................................................7

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hadits adalah sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an yang merupakan
penjelas dari ayat-ayat Al-Qur’an yang bermakna umum. Sehingga kami
menjelaskan pengertian pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar secara
istilah menurut Muhadditsun, Ushuliyyun, dan Fuqaha, sehingga kita dapat
memahami Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar secara mendalam dan tidak terpaku
pada satu pengertian sehingga kita tidak cepat menyalahkan perbedaan. Hadits
mempunyai beberapa struktur yaitu Sanad, Matan, dan Mukhrij yang masing
masing mempunyai peran penting dari keadaan suatu hadits tersebut.

B. Rumusan Masalah
Untuk memperjelas apa yang ingin dibahas oleh penulis, maka penulis
merumuskan beberapa permasalahan, yaitu sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan Hadits, Sunnah, Khabar dan Atsar?
2. Bagaimana struktur Hadits, Sanad, Matan dan Mukhrij?

C. Tujuan Pembahasan
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi dan
pemahaman tentang Hadits, Sunnah, Khabar dan Atsar

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadits, Sunnah, Khabar dan Atsar


1. Hadits
Kata hadits (Arab : hadits) secara etimologis berarti "komunikasi, cerita,
percakapan, baik dalam konteks agama atau duniawi, atau dalam konteks
sejarah atau peristiwa dan kejadian aktual." Penggunaannya dalam bentuk kata
sifat atau adjektiva, mengandung arti al-jadid, yaitu: yang baru, lawan dari al-
qadim, yang lama. Dengan demikian, pemakaian kata hadits disini seolah-olah
dimaksudkan untuk membedakannya dengan Al-Qur'an yang bersifat qadim.1
Secara terminologi, para ahli memberikan definisi yang berbeda-beda
sesuai dengan latar belakang ilmu dan tujuan masing-masing. Pengertian ulama
ushul berbeda dengan yang dimaksud oleh ulama hadits dan fiqih. Hal itu akan
tampak apabila ditelusuri kajian-kajian yang mereka lakukan berkenaan engan
hadits Nabi.

2. Sunnah
Sunnah secara etimologis berarti jalan yang lurus dan berkesinambungan,
yang baik atau yang buruk.2
Sunnah menurut istilah, di kalangan ulama terdapat perbedaan pendapat.
Hal ini disebablan karena perbedaan latar belakang, persepsi, dan sudut
pandang masing-masing terhadap diri Rasulullah SAW. Secara garis besar
mereka berkelompok menjadi 3 golongan: muhadditsun/ahli hadits,
ushuliyyun/ahli ushul, dan fuqaha/ahli fiqih.
Pengertian sunnah menurut ahli hadits adalah, “segala yang bersumber
dari Nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan,taqrir, perangai, budi pekerti,
perjalanan hidup, baik sebelum diangkat menjadi rasul maupun sesudahnya”.
Ulama ushul fiqh memberikan definisi sunnah adalah, “segala yang
dinukilkan dari Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan,
1
DR. Nawir Yuslem, MA, Ulumul Hadis, (Jakarta: Mutiara sumber widya, 2001), hal. 44.
2
Ibid., hal. 38.

2
maupun taqrirnya yang ada sangkut pautnya dengan hukum”. Menurut T. M.
Hasbi Ash Shiddieqy, makna inilah yang diberikan kepada perkataan sunnah
dalam sabda Nabi, sebagai berikut:
“Sungguh telah saya tinggalkan untukmu dua hal, tidak sekali-kali kamu
sesat selama kamu berpegang kepadanya, yakni kitabullah dan sunnah Rasul-
Nya.” (H. R. Malik).
Ulama hadits membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan
Nabi Muhammad SAW baik yang ada hubungannya dengan ketetapan hukum
syariat Islam maupun tidak. Sedangkan ulama ushul fiqh, memandang Nabi
Muhammad SAW sebagai masyarri’, artinya pembuat UU selain Allah. Firman
Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Asyr ayat 7 yang berbunyi, “Apa yang dibawa
oleh Rasul, maka ambillah atau kerjakanlah. Dan apa yang dilarang oleh Rasul,
jauhilah”.
Ulama fiqh memandang sunnah ialah perbuatan yang dilakukan dalam
agama, tetapi tingkatannya tidak sampai wajib atau fardlu, atau dengan kata
lain, sunnah adalah suatu amalan yang diberi pahala apabila dikerjakan, dan
tidak dituntut apabila ditinggalkan.

3. Khabar
Khabar menurut bahasa serupa dengan makna hadits, yakni segala berita
yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Untuk itu, dilihat dari
sudut pendekatan ini (sudut pendekatan bahasa), kata khabar sama artinya
dengan hadits.
Menurut istilah, antara satu ulama degan ulama lainnya berbeda
pendapat. Menurut Ibn Ajar Al-Asqalani, yang dikutip As-Suyuthi, bahwa
istilah hadits sama artinya dengan khabar, keduanya dapat dipakai untuk
sesuatu marfu’, mauquf’, dan maqthu’.

4. Atsar
Atsar menurut pendekatan bahasa berarti bekasan sesuatu, atau sesuatu,
dan berarti nukilan (yang dinukilkan). Sesuatu do’a umpamanya yang
dinukilkan dari Nabi dinamai do’a matsur.

3
Secara istilah, terjadi perbedaan pendapat di antara ulama. Jumhur ahli
hadits mengatakan bahwa atsar sama dengan khabar, yaitu sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi SAW, sahabat, dan tabi’in. Sedangkan menurut
ulama khurasan, bahwa atsar untuk yang mauquf’ dan khabar untuk yang
marfu’.

B. Struktur Hadits, Sanad, Matan dan Mukhrij


1. Sanad
Kata “sanad” menurut bahasa adalah “sandaran”, atau sesuatu yang kita
jadikan sandaran. Dikatakan demikian, karena hadits bersandar kepadanya.
Menurut istilah, terdapat perbedaan rumusan pengertian.
Al-Badru bin Jama’ah dan Al-Thiby mengatakan bahwa sanad adalah,
“Berita tentang jalan matan.” Yang lain mengatakan, “Silsilah orang-orang
(yang meriwayatkan hadits), yang menyampaikannya kepada matan hadits.”
Ada juga yang menyebutkan, “Silsilah para perawi yang menukilkan hadits
dari sumbernya yang pertama.”
Yang berkaitan dengan istilah sanad, terdapat kata-kata seperti, Al-Isnad,
Al-Musnid, dan Al-Musnad. Kata-kata ini secara terminologi mempunyai arti
yang cukup luas, sebagaimana yang dikembangkan oleh para ulama.
Kata Al-Isnad berarti menyandarkan, mengasalkan (mengembalikan ke
asal) dan mengangkat. Yang dimaksudkan disini, ialah menyandarkan hadits
kepada orang yang mengatakannya (raf’uhadits ila qa’ilih atau ’azwu hadits
ilaqa’ilih). Menurut At-Thiby, sebenarnya kata Al-Isnad dan Al-Sanad
digunakan oleh para ahli hadits dengan pengertian yang sama.
Kata Al-Musnad mempunyai beberapa arti. Bisa berarti hadits yang
disandarkan atau diisnadkan oleh seesorang: bisa berarti dengan nama suatu
kitab yang menghimpun hadits-hadits dengan sistem penyusunan berdasarkan
mana-namaa para sahabat para perawi hadits, seperti Kitab Musnad Ahmad;
bisa juga berarti nama bagi hadits yang marfu’ dan muttashil.

2. Matan

4
Kata “matan” atau “al-matn” menurut bahasa berarti mairtafa’la min al-
ardhi (tanah yang meninggi). Sedang menurut istilah adalah “Suatu kalimat
tempat berakhirnya sanad.”, “Lafadz-lafadz hadits yang di dalamnya
mengandung makna-makna tertentu.”
Ada juga reaksi yang lebih simple lagi, yang menyebutkan bahwa matan
adalah ujung sanad (gayah as-sanad). Dari semua pengertian diatas,
menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan matan, ialah materi atau lafadz
hadits itu sendiri.

3. Mukhrij
Kata “rawi” atau “al-rawi” berarti orang yang meriwayatkan atau
memberikan hadits. Sebenarnya antara sanad dan rawi itu merupakan dua
istilah yang tidak dapat dipisahkan. Sanad-sanad hadits pada tiap-tiap
tabaqahnya, juga disebut rawi, jika yang dimaksud dengan rawi adalah orang
yang meriwayatkan dan memindahkan hadits. Akan tetapi yang membedakan
antara rawi dan sanad, adalah terletak pada pembukuan atau pentadwinan
hadits. Orang yang menerima hadits dan kemudian menghimpunnya dalam
suatu kitab tadwin disebut dengan perawi. Dengan demikian, maka perawi
dapat disebut mudawwin / orang yang membukukan dan menghimpun hadits.
Dalam kitab kumpulan hadits-hadits Nabi sering disebutkan istilah-istilah
khusus untuk meringkas jumlah rawi yang berbeda dalam meriwayatkan
sebuah hadits. Hadits itu diriwayatkan oleh 7 (tujuh) orang rawi, yaitu:
a) Imam Ahmad
b) Imam Bukhary
c) Imam Muslim
d) Abu Dawud
e) At Turmudzy
f) An Nasaiy
g) Ibnu Majah
BAB III
PENUTUP

5
A. Kesimpulan
Hadits merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur’an. Definisi
hadits yang paling komprehensif adalah segala sesuatu yang dinisbahkan kepada
Nabi Saw., baik ucapan, perbuatan, ketetapan, sifat diri atau sifat pribadi; atau
yang dinisbahkan kepada sahabat atau tabi’in.
Sunnah adalah segala yang bersumber dari Nabi Muhammad saw., baik
berupa perkataan, perbuatan, taqrir, perangai, budi pekerti, perjalanan hidup, baik
sebelum diangkat menjadi rasul maupun sesudahnya.
Khabar berarti berita yang disampaikan kepada seseorang. Adapaun atsar
menurut pendekatan bahasa sama pula artinya dengan khabar, hadits, dan sunnah.
Secara struktur, hadits terdiri atas tiga komponen, yakni sanad atau isnad
(rantai penutur), matan (redaksi hadits), dan mukharrij (rawi). Sanad ialah rantai
penutur / isi dari hadits. Mukhrij atau mukharrij adalah orang yang berperan
dalam pengumpulan hadits.

B. Saran
Setelah kita mempelajari pengertian dan struktur hadits. Semoga dapat
menambah wawasan dalam ilmu keagamaan, khususnya ilmu hadits.
Mohon maaf atas segala kekurangan dalam pembuatan makalah ini, kritik
dan saran sangat dibutuhkan dalam pembuatan makalah selanjutnya agar lebih
baik dan benar.

6
DAFTAR PUSTAKA

Badri, K. (2004). Otensitas Hadis, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset


Bandung.
Khon A. M. (2010). Ulumul Hadis, Jakarta: Amzah.
Yuslem, N. (2001). Ulumul Hadis. Jakarta: Mutiara sumber widya.

Anda mungkin juga menyukai