Anda di halaman 1dari 15

PENGERTIAN HADIS, SANAD, MATAN DAN MUKHARRIJ

Diajukan untuk dipresentasikan Pada Mata Kuliah “Ulumul Hadis”Prodi Ekonomi


Syariah 5 Semester 4

Oleh:

Kelompok I

Muh. Fahrul Syaugy As

602022021128

Syahdatul Awalia

602022021129

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat
hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “
Unsur-Unsur Hadist”. Sholawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada baginda
Nabi Muhammad SAW. Semoga kita mendapat syafaatnya. Makalah ini diajukan guna
memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Hadist.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Kami berharap makalah
yang sederhana ini dapat menjadi tambahan bagi pembaca yang ingin mempelajari
lebih jauh tentang Hadist.

Makalah ini masih kurang dari kata sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini.

Watampone 17 September 2023

Kelompok I

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1


B. Rumusan Maslah .......................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2

A. Pengertian Hadis .......................................................................................... 2


B. Pengertian Hadis Sanad ............................................................................... 4
C. Pengertian Hadis Matan ............................................................................... 6
D. Pengertian Rawi/mukkharrij ........................................................................ 8

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 9

A. Kesimpulan .................................................................................................. 9
B. Saran .......................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hadis Nabi telah ada sejak awal perkembangan Islam adalah sebuah
kenyataan yang tidak dapat diragukan lagi. Hadis Nabi merupakan sumber
ajaran Islam, di samping Al-qur’an. “Hadis atau disebut juga dengan Sunnah,
adalah segala sesuatu yang bersumber atau didasarkan kepada Nabi SAW., baik
berupa perketaan, perbuatan, atau taqrir-nya. Hadis sebagai sumber ajaran
Islam setelah Al-qur’an, sejarah perjalanan hadis tidak terpisahkan dari sejarah
perjalanan Islam itu sendiri. Akan tetepi, dalam beberapa hal terdapat ciri-ciri
tertentu yang spesifik, sehingga dalam mempelajarinya diperlukan pendekatan
khusus”.

Hadis Sanad, Matan dan Rawi merupakan 3 unsur pokok hadist yang harus
ada pada setiap hadist, antara ke tiganya memiliki kaitan yang sangat erat dan
tidak dapat dipisahkan. Suatu berita dari Rasulullah SAW. Matan tanpa
ditemukan rangkaian atau susunan sanadnya, yang demikian tidak dapat disebut
dengan hadist. Sebaliknya suatu susunan sanad , meskipun bersambung sampai

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan hadis?
2. Apa yang di maksud dengan hadis sanad?
3. Apa yang di maksud dengan Mukkharrij?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian hadis
2. Untuk mengetahui pengertian hadis sanad
3. Untuk mengetahui pengertian Mukkharrij

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadis

Kata Hadis secara etimologis berarti komunikasi, cerita, percakapan, baik


dalam konteks agama atau duniawi, atau dalam konteks sejarah atau peristiwa dan
kejadian aktual. Penggunaanya dalam bentuk kata sifat atau adjektiva, mengandung
arti al-jadid, yaitu: yang baharu, lawan dari al-qadim, yang lama. Dengan demikian,
pemakaian kata Hadis disini seolah-olah dimaksudnya untuk membedakannya
dengan Al-Qur’an yang bersifat qadim.1

Ahli hadis dan ahli ushul berbeda pendapat dalam memberikan pengertian
dalam memberikan hadis. Ada yang mendefinisikan hadis dengan “ segala
perkataan Nabi SAW,. Perbuatan, dan hal ihwalnya”. Ulama hadis menerangkan
bahwa yang termasuk “hal ihwal” ialah segala pemberitaan tentang Nabi SAW,
seperti yang berkaitan dengan himmah, karakteristik, sejarah kelahiran, dan
kebiasaan-kebiasaannya. Ahli hadis yang lain menyatakan bahwa hadis merupakan
segara sesuatu yang bersumber dari Nabi SAW. Selain Al- yang berupa perkataan,
perbuatan, dan taqrir-nya, yang berkaitan dengan hukum syara’. Yang dimaksud
dengan hukum syara’ adalah mengenai tingkah laku manusia yang berkaitan
dengan perintah, larangan, dan pilihan-pilihan yang termuat dalam hukum taklifi.

Menurut Ibn As-Subki sebagaimana dikemukakan oleh Suyuki Ismail,


hadis adalah sabda dan perbuatan Nabi Muhammad SAW.2 Adapun menurut Ibn
As-Subki, taqrir tercakup dalam af’al atau perkataan Nabi. Oleh karena itu, tidak
perlu dinyatakan pada definisinya. Pada umumnya, ulama hadis memberi

1
Sori Monang Rangkuti dan Ernawati Br. Ginting, Hadis Civilitation, (Medan: Manhaji,
2018), hal. 1.
2
Mustofa Hasan, Ilmu Hadis, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hal. 16

2
perbuatan (fi’ly), ketetapan (qaula), dan ketetapan (taqiri). Dengan pengertian
tersebut ulama hadis menyamakan hadis dengan sunnah.

Dengan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa makna


hadis adalah sebagai berikut.

1. Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi berupa perkataan, perbuatan, taqrir,
dan sifatnya.

2. Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan,


perbuatan, taqrir, maupun sifatnya.

Dari kedua pengertian tersebut, ada persamaan dan perbedaan para ahli
hadis dalam mendefinisikan hadis. Persamaannya dalam mendefinisikan hadis
“dengan segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik perkataan
maupun perbuatan.” pengertian bahwa yang dimaksud dengan hadis adalah segala
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhamamd SAW, baik berupa perkataan
(qauly),

Contoh Hadis:

“ Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim” – Shahih: Ibnu Majah no. 224

Para ulama juga membedakan antara hadits, sunnah, khabar dan atsar
sebagai berikut:

a. Hadits dan sunnah: hadits terbatas pada perkataan, perbuatan, takrir yang
bersumber pada Nabi SAW, sedangkan sunnah segala yang bersumber dari
Nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan, takrir, tabiat, budi pekerti atau
perjalanan hidupnya, baik sebelum di angkat menjadi rasul maupun
sesudahnya.

3
b. Hadits dan khabar: sebagian ulama hadits berpendapat bahwa khabar
sebagai suatu yang berasal atau disandarkan kepada selain nabi SAW.,
hadits sebagai sesuatu yang berasal atau disandarkan pada Nabi SAW.

c. Hadits dan atsar: jumhur ulama berpendapat bahwa atsar sama artinya
dengan khabar dan hadits. Ada juga ulama yang berpendapat bahwa atsar
sama dengan khabar, yaitu sesuatu yang disandarkan pada Nabi SAW,
sahabat dan tabi’in.

B. Pengertian Sanad

Ulama Hadis menyatakan bahwa sebuah hadis terdiri dari dua unsur, yaitu
sanad dan matan. Suatu hadis yang tidak mengandung salah satu dari dua unsur itu
tidak dapat dikatakan Hadis. Secara bahasa sanad berasal dari kata sanada yasnudu
sunudan, yang berarti sesuatu yang menonjol dari tanah, atau tanah yang wadi atau,
sandaran yang kita bersandar padanya, sesuatu yang dapat dipegangi, kaki bukut
atau gunung.

Menurut Ibn Al-Jama’ah, sanad secara bahasa adalah tanah yang muncul
naik dan meninggi di kaki bukit. Jamaknya adalah asanid atau sanadat. Jika
dikatakan bahwa si Anu adalah sanad atau mu’tamad, maka maksudnya ia menjadi
sandaran, pegangan atau pedoman. Dengan kata lain, sanad secara bahasa berarti
pedoman atau sandaran, atau sesuatu yang tinggi karena sanad menjadi pedoman,
pegangan, dan sandaran dalam periwayatan hadis dan meninggikan atau
mengangkat hadis menuju sumbernya, yaitu nabi Muhammad SAW.3

Secara istilah, sanad adalah jalan menuju matan, yaitu mata rantai periwayat
dari mukharrij sampai shahib matan yaitu Rasulullah SAW.

Dapat dikatakan bahwa sanad adalah jalan untuk menuju kepada materi
hadis. Jalan tersebut berisi rangkaian para periwayat dari zaman ke zaman yang

3
H Idri, Hadis dan Orientalis, (Depok: Kencana, 2017), hal 110

4
meriwayatkan matan Hadis dari Rasulullah yang selanjutnya jalan ini menjadi
sandaran para ahli hadis dalam meneliti keautentikan suatu Hadis. Dengan adanya
mata periwayat tersebut, suatu Hadis dapat diteliti apakah sanadnya bersambung
atau terputus, periwatnya terpercaya(tsiqoh) atau tidak, terdapat cacat, kejanggalan
atau tidak, sehingga diketahui dengan jelas status keautentikan hadis berdasar
keberadaan sanadnya. Dengan demikian, menurut istilah hadits, sanad ialah jalan
yang menyampaikan kita kepada matan hadis. Apabila seorang periwayat hadis
mengatakan.

“dikabarkan kepadaku oleh Malik yang menerimanya dari Nafi’ yang


menerimanya dari ‘Abd Allah ibn ‘Umar bahwa Rasulullah bersabda”

maka perkataan periwayat itu dinamakan sanad.

a. Macam-macam sanad

Secara garis besar, para ulama hadis membagi sanad menjadi dua, yaitu
sanad ali dan sanad nazil.

1) Sanad ‘ali adalah sanad yang jumlah periwayatnya sedikit dan bersambung.”.
Disebut sanad ‘ali karena sedikitnya kuantitas periwayat dalam sanad
menyebabkan kemungkinan kecil adanya cacat dalam hadis yang diriwayatkan.
2) Sanad nazil adalah sanad yang jaraknya jauh karena jumlah perawinya banyak.
Menurut al-Tahhan mendefenisikan sanad nazil sebagai berikut:

“Sanad nazil adalah sanad yang jumlah perawinya sedikit dibanding sanad lain
yang jumlah periwayatnya lebih banyak.”

b. Sanad dan dokumentasi hadis

Sanad dan matan hadis memiliki hubungan yang sangat erat sehingga
tidak dapat dipisahkan. Dokumentasi sanad dimulai bersamaan dengan

5
dokumentasi Hadis. Adapun penulisan hadis sudah dimulai sejak masa nabi
Muhammad SAW.

c. Metode penulisan sanad dan matan

Dalam kitab-kitab hadis ditemukan beberapa cara ketika para mukharrij


mencantumkan hadis-hadis nabi dalam kitab mereka. Pertama, mereka
mencantumkan lengkap sanad dan matan hadis. Kedua, hadis-hadis dengan
matan yang sama tetapi sanadnya banyak ditulis dengan beberapa metode
antara lain:

• Menambahkan sanad lain dengan menyebutkan matan dari sanad pertama,


kemudian setelah sanad kedua dan seterusnya dicantumkan kata

(Seperti hadis itu).

C. Pengertian Hadis Matan

a. Pengertian Dan Bentuk-Bentuk Matan Hadis

Secara bahasa, matan berarti punggung jalan(muka jalan), tanah keras dan
tinggi.4 Matan kitab adalah bagian kitab yang tidak bersifat komentar dan bukan
tambahan penjelasan. Kata matan dalam ilmu hadis ialah penghujung sanad.
Disebut demikian karena matan(materi hadis) adalah perkataan yang berbatasan
dengan ujung sanad. Lebih jelasnya, matan adalah materi berita, yakni lafal(teks)
hadis yang berupa perkataan, perbuatan, atau ketetapan, atau sifat-sifat yang baik
yang disandarkan kepada Rasulullah, sahabat maupun tabi’in, yang letaknya dalam
suatu hadis dipenghujung sanad.

Dalam segi bentuknya, matan hadis dapat dibagi lima:

4
H Idri, Hadis dan Orientalis, (Depok: Kencana, 2017), hal 126

6
1. Hadis Qawli, hadis yang berupa matannya perkataan yang pernah diucapkan
Rasulullah SAW.

` 2. Hadis Fi’li, yaitu yang matannya berupa perbuatan yang disandarkan kepada
Rasulillah SAW.

3. Hadis Taqriri, yaitu kesan atau peristiwa, sikap atau keadaan mendiamkan, tidak
mengadakan tanggapan atau menyetujui apa yang dilakukan atau dikatakan
seorang (sahabat).

4. Hadis Ahwali, yaitu hadis mengenai keadaan, hal ikhwal, atau sifat-sifat nabi,

“Rasulullah SAW adalah orang yang paling mulia akhlaknya”.

5. Hadis hammi, yaitu hadis yang kandunagn matannya berupa keinginan atau cita-
cita Rasulullah SAW.5

b. Kandungan matan hadis

Pada dasarnya yang terpenting dari hadis Nabi adalah kandungan matannya
yang dapat dijadikan pedoman oleh ummat Islam sehingga bisa menjalankan ajaran
Islam secara benar. Sementara sanad merupakan alat atau sarana untuk mengetahui
dan menentukan apakah matan hadis benar-benar berasal dari Rasul atau tidak, dan
karenanya juga menjadi penting. Dalam garis besar, kandungan matan hadis dapat
dibagi menjadi empat.

1) Akidah, yaitu ketauhidan, sifat ketuhanan, kerasulan, hari kiamat, dan sifat-
sifatnya, malaikat dan tugas-tugasnya, kitab-kitab terdahulu dan lainnya.
2) Hukum tentang ibadah, muamalah, jinayat dan sebaginya.
3) Budi pekerti, hikmah, tata cara kehidupan dan lain-lain.

5
H Idri, Hadis dan Orientalis, (Depok: Kencana, 2017), hal. 130

7
4) Sejarah yang menerangkan Rasulullah SAW dan para sahabatnya tentang
segala usaha dan karya serta peradaban yang dilaksanakan.

D. Pengertian Rawi atau Mukharrij

Kata mukharrij merupakan Isim Fa‟il dari kata Takrij atau Istikhraj dan Ikhraj yang
diartikan sebagai: menanpakkan, mengeluarkan, dan menarik.6Sehingga Al-Mahdi
menyebutkan artinya Mukharrij adalah:

Mukharrij adalah penyebut periwayatan seperti al-Bukhari.7

Orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam suatu kitab apa yang pernah
di dengar atau diterima dari seseorang atau gurunya. Bentuk jamaknya: ruwat,
perbuatan menyampaikan Hadist tersebut dinamakan me-rawi (riwayat) kan Hadits.8
Demikian sebut Syuhudi Ismail.

Nah, jika melihat makna sekilas maka akan nampak bahwa tidak ada perbedaan
makna antara sanad dengan perawi (mukharrij) dalam makna sama. Namun untuk
diketahui bersama, bahwa sanad merupakan orang-orang yang menerima dan
meriwayatkan atau memindahkan hadits dari seorang guru kepada murid-muridnya.
Sedangkan rawi adalah lebih terfokus kepada orang yang mentadwin atau
membukukan hadits yang telah mereka dapatkan dengan berbagai upaya dari mereka,
seperti halnya Imam Bukhari dengan mengumpulkan hadits dalam kitabnya Shahih
Bukhari.

6
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, 114
7
Abdul Muhdi> bin Abdul Ghani>, Thuru>q Takhri>j Hadi>ts Rasu>lillah (Cairo: Da>r
alI‘tisha>m, 1987), 9.
8
M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis, (Bandung:Angkasa, 1987). 17

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Para ulama juga membedakan antara hadits, sunnah, khabar dan atsar sebagai
berikut:

a. Hadits dan sunnah: hadits terbatas pada perkataan, perbuatan, takrir yang
bersumber pada Nabi SAW, sedangkan sunnah segala yang bersumber dari
Nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan, takrir, tabiat, budi pekerti atau
perjalanan hidupnya, baik sebelum di angkat menjadi rasul maupun
sesudahnya.

b. Hadits dan khabar: sebagian ulama hadits berpendapat bahwa khabar


sebagai suatu yang berasal atau disandarkan kepada selain nabi SAW., hadits
sebagai sesuatu yang berasal atau disandarkan pada Nabi SAW.

c. Hadits dan atsar: jumhur ulama berpendapat bahwa atsar sama artinya
dengan khabar dan hadits. Ada juga ulama yang berpendapat bahwa atsar sama
dengan khabar, yaitu sesuatu yang disandarkan pada Nabi SAW, sahabat dan
tabi’in.

Menurut Ibn Al-Jama’ah, sanad secara bahasa adalah tanah yang muncul
naik dan meninggi di kaki bukit. Secara istilah, sanad adalah jalan menuju matan,
yaitu mata rantai periwayat dari mukharrij sampai shahib matan yaitu Rasulullah
SAW.

Secara bahasa, matan berarti punggung jalan(muka jalan), tanah keras dan
tinggi. Matan kitab adalah bagian kitab yang tidak bersifat komentar dan bukan
tambahan penjelasan.

9
Matan ialah materi berita, yakni lafazh (teks) hadisnya berupa perkataan,
perbuatan, dan pengakuan, baik yang disandarkan kepada Nabi Saw, sahabat
maupun tabi‘in yang letaknya dalam suatu hadis pada penghujung sanad atau
setelah sanad.

B. Saran

Kami dari pemakalah menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini jauh
dari kesempurnaan, karena terebatasan referensi, dan keterbatasan ilmu yang kami
miliki. Untuk itu saya selaku penyusun menerima kritik dan saran dari peserta
diskusi maupun dosen pembimbing untuk demi baiknyaya tulisan kami di masa
yang akan datang.

10
DAFTAR PUSTAKA

Sori Monang Rangkuti dan Ernawati Br. Ginting, Hadis Civilitation, (Medan:
Manhaji, 2018), hal. 1.
Mustofa Hasan, Ilmu Hadis, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hal. 16
H Idri, Hadis dan Orientalis, (Depok: Kencana, 2017), hal 110
H Idri, Hadis dan Orientalis, (Depok: Kencana, 2017), hal. 110.

H Idri, Hadis dan Orientalis, (Depok: Kencana, 2017), hal 126

H Idri, Hadis dan Orientalis, (Depok: Kencana, 2017), hal. 130

Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, 114


Abdul Muhdi> bin Abdul Ghani>, Thuru>q Takhri>j Hadi>ts Rasu>lillah
(Cairo: Da>r alI‘tisha>m, 1987), 9.
M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis, (Bandung:Angkasa, 1987). 17

11
12

Anda mungkin juga menyukai