Disusun oleh :
2. KHOIRUNNISA 2111305020
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami sampaikan kehadidrat Allah Swt. Atas izin-
Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tak lupa
kami kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad
Saw. beserta keluarganya, para sahabat, dan seluruh umatnya yang senantiasa
istiqomah hingga akhir zaman.
Dalam makalah ini kami menguraikan tentang pengertian hadits, sunah dan
atsar lalu pengertian sanad, matan dan rawi serta kedudukan dan fungsi hadits
dalam hukum islam.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal
mungkin. Namun, kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu
tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang
dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER. .......................................................................................................... i
A. Kesimpualan .......................................................................... 18
B. Saran ...................................................................................... 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadits merupakan sumber hukum kedua dalam Islam setelah Al-Qur’an
yang memiliki tujuan sebagai penjelas dari ayat-ayat Al-Qur’an yang
bermakna universal. Segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini pastinya
memiliki aturan sebab itu sebagai umat Islam hendaknya kita mengikuti,
mengamalkan serta terus mengajarkan ajaran yang telah Rasullulah ajarkan.
Hadits merupakan salah satu sumber utama umat Islam, tetapi masih banyak
umat Islam yang tidak memahami apa itu hadits. Hadits atau yang sering
dikenal dengan sunnah adalah segala sesuatu yang bersumber dari Rasullulah
atau disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik berupa perbuatan
ataupun ucapan dan peran hadits adalah sebagai sumber ajaran Islam yang
diakui oleh masyarakat.1
Al-Qur’an sebagai penuntun hidup manusia selama dibumi, maka untuk
mengetahui keaslian dari hadits itu maka kita perlu meneliti matan ataupun
sanadnya. Dari sisi periwayatannya hadits memang berbeda dengan Al-
Qur’an, semua periwayatan dalam Al-Quran dapat dipastikan berlangsung
secara mutawatir, sedangkan hadits ada yang mutawatir ada juga yang ahad,
sebab itu dari segi periwayatan memepunyai kedudukan sebagai qot’i Al-
wurud, sedangkan hadits nabi berkategori ahad.
Kata hadits secara bahasa diartikan “baru” lawan kata dari qadim yang
artinya “lama”, makna ini dipahami sebagai berita bahwa yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW, karena pembaruan sebagai perimbangan
dalam Al-Qur’an yang sifatnya Qadim. Dengan demikian hadist mempunyai
peran yang sangat penting dan tinggi bagi umat islam sebagai sumber hukum
atau penjelasan dari sumber hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an.2
1
Syuhudi Ismail, Muhammad. "Pengantar Ilmu Hadits." Bandung: Angkasa (1991).
2
Setiyanto, Danu Aris. Fungsi Hadis Terhadap Al-Quran (2014).
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
b. . Para
perawi yang menyampaikan periwayatannya jika disambung sanad-
nya selalu menggunakan ungkapan: memberitahukan kepada kami,
mengabarkan kepada kami, dan menceritakan kepada kami.
Menurut Abu Al-Baqa’, hadis (hadits) adalah kata benda (isim) dari kata
al-ikhbar = pemberitaan, kemudian menjadi ternim suatu perkataan,
perbuatan, dan persetujuan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw.
3
Dari segi terminologi, banyak para ahli hadis (muhadditsin) memberikan
definisi yang berbeda, tetapi memiliki makna yang sama. Salah satunya
Mahmud Ath-Thahan (guru besar Hadis di Fakultas Syari’ah dan Dirasah
Islamiyah di Universitas Kuwait) mendefinisikan:
Sesuatu yang datang dari Nabi Saw, baik berupa perkataan atau
perbuatan dan atau persetujuan.3
3
Ath-Thahan, TasyirMushthalah Al-Hadits …, hlm. 15danAmr bin Abdul Mun’im, TaysirUlumul Al-
Hadits …, hlm. 12.
4
Di antara ulama ada yang memasukkan pada definisi hadis sifat (washfi),
sejarah (tarikhi), dan cita-cita (hammi). Hadis sifat (washfi), baik sifat fisik
(khalqiyah) maupun sifat perangai (khuluqiyah). Sifat fisik seperti tinggi
badan, warna kulit, rambut Nabi, dan lain-lain. Sedangkan sifat perangai
mencakup akhlak beliau. Sejarah hidup beliau juga masuk ke dalam hadis,
baik itu sebelum menjadi Rasul maupun setelahnya. Para ulama Shafi’iyah
juga memasukkan apa yang dicita-citakan Rasulullah ke bagian dari sunnah,
sekalipun itu baru rencana dan belum terlaksana karena beliau telah berpulag
ke rahmatullah.4
2. Pengertian Sunnah
Sunnah menurut bahasa (lughat) adalah: (1) jalan hidup yang ditempuh
seseorang, baik yang terpuji ataupun yang tercela, (2) suatu tradisi yang biasa
dilakukan, walaupun tradisi tersebut tidak baik. Bentuk jamak dari kata
Sunnah adalah Sunah.5 Setiap orang yang memulai suatu perbuatan kemudian
perbuatan itu dinamakan Sunnah. Sebenarnya banyak sabda Nabi Saw. yang
menggunakan kata Sunnah, baik secara langsung ataupun menggunakan kata
yang diambil dari akar kata Sunnah (tashrifnya) dan semuanya bermakna
jalan hidup yang ditempuh seseorang. (Muhammad ‘Ajaj al-Khuththabi,
1989:17)
4
Abdul Majid Khon, UlumulHadis, hlm. 5.
5
Lihaturaian kata sananadalamLisan al-ArabidanQumus al-Muhith.
5
Sunnah ditujukan terhadap pelaksanaan ajaran yang ditempuh atau
praktik yang dilaksanakan oleh Rasul Saw. dalam perjalanan hidupnya karena
sunnah secara bahasa berarti al-thariqah, yaitu jalan (jalan kehidupan).
6
An-Nabawi, TadribAr-Rawi, hlm. 5.
7
Ahmad umarHasyim, As-Sunnah An-Nabawiyah …, hlm. 17.
6
tentang hukum-hukum dalam kehidupan ini, dan memberikan kaidah-
kaidah hukum untuk dipergunakan dan dipedomani kleak oleh para
mujtahid dalam merumuskan hukum setelah beliau. Sunnah menurut
ulama ushul fiqih dibatasi pada hal-hal yang bersifat hukum saja dan
tidak berkaitan dengan hukum mubahat seperti makan , minum,
duduk, berdiri, jongkok, dan lain-lain tidak termasuk sunnah.
Suatau ketetan yang datang dari Rasulullah Saw. dan tidak termasuk
kategori fardhu dan wajib, maka ia menurut mereka adalah sifat
syara’ yang menuntut pekerjaan, tetapi tidak wajib dan tidak disiksa
bagi yang meninggalkannya.
3. Pengertian Atsar
8
Mushthafa al-Siba’, Al-SunnahwaMakanatuha fi Tasyri’ al-Islami, hlm. 61.
7
seperti kalimat: dari kata atsar, artinya doa yang disumberkan
dari Nabi.9 Sedangkan menurut istilah ada dua pendapat:
a. Atsar adalah sinonim dari Hadis, yaitu segala sesuatu yang berasal
dari Nabi Saw.
b. Atsar berbeda dengan Hadis. Menurut pendapat kedua ini adalah:
Sesuatu yang datang dari selain Nabi Saw. dan para sahabat, tabi’in,
dan atau orang-orang setelahnya.
Atsar adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada sahabat dan
tabi’in baik berupa perkataan ataupun perbuatan.
Secara etimologi kata sanad sudah menjadi bahasa yang bukan asing
yaitu berarti sandaran atau tempat bersandar atau sesudah sesuatu yang dapat
dipegangi atau dipercaya. Bentuk jamak sanad adalah asnad atau sanadat
9
Abdul Majid Khon, UlumulHadis, hlm. 11 .
8
yang berarti jalan. Sehingga bagi ahli hadis mendefinisikan secara singkat
dengan jalan yang menyampaikan kepada matan hadist. Sementara menurut
istilah ilmu hadist sendiri, sanad tersebut dapat diartikan dengan rangkaian
urutan orang-orang yang menjadi sandaran atau jalan yang menghubungkan
hadist atau sunnah sampai kepada Nabi Muhammad Saw.
2. Pengertian Matan
9
Adapun contoh dari pada matan yaitu:
Kata yang bergaris bawah titik-titik diatas adalah merupakan matan dari
pada hadist tersebut atau isi dari ucapan Rasulullah Saw. yang letaknya
adalah pada ujung sanad.
3. Pengertian Rawi
Rawi adalah orang yang memindahkan hadis dari seorang guru kepada
orang lain atau membukukannya ke dalam kitab hadist. Rawi pertama adalah
seorang sahabat dan rawi terakhir adalah orang yang membukukan, seperti
Imam Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, An-Nasa’i, At-Tirmidzi, Ibnu Hiban,
Ahmad, dan sebagainya. Sementara seorang rawi harus memenuhi beberapa
syarat diantaranya adalah:
a. Adil yaitu muslim, baligh, tidak pernah melakukan dosa besar dan
tidak pula sering melakukan dosa-dosa kecil.
10
b. Dhabit yaitu memiliki kekuatan hafalan yang sangat kuat dan mampu
memelihara kitab hadis dari pada gurunya sebaik-baiknya, sehingga
tidak ada perubahan di dalamnya.
10
Nurdin, H. Boy, and MH SH. Kedudukan dan fungsi hakim dalam penegakan hukum di
Indonesia. Penerbit Alumni, 2021.
11
dijadikan pedoman hidup, contohnya dalam Al-Qur’an surah An-Nisa
ayat 59, yang berbunyi :
11
Nurdin, H. Boy, and MH SH. Kedudukan dan fungsi hakim dalam penegakan hukum di
Indonesia. Penerbit Alumni, 2021.
12
Hadits di atas menunjukkann bahwa kita harus berpegang teguh
kepada hadits sebagai pegangan dalam berpedoman dikehidupan dan
ini adalah suatu kewajiban sebagaiman wajibnya kita berpegang teguh
kepada Al-Qur’an.
c. Dalil dari Ijima’
Umat Islam sepakat menjadikan Hadits sebagai salah satu dasar
hukum Islam karena sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah.
Kesepakatan ii telah terjadi sejak jaman Rasullah masih hidup hingga
saat ini dan masih terus di hafal serta diajarkan dan disebarluaskan ke
generasi selanjutnya.
Salah satu contoh peristiwa yang menunjukkan adanya kesepakatan
menggunakan hadits sebagai sumber hukum Islam, yaitu pada saat
Umar berada di depan Hajar Aswad, ia berkata “Saya tau engkau
hanya sebuah batu, seandinya Rasullulah tidak menciummu, saya
tidak akan menciummu”. Masih banyak contohnya apa yang
disampaikan dan diserukan niscahya akan diikuti oleh umatnya.
d. Sesuai dengan Petunjuk Akal
Tugas kerasulan Nabi Muhammad Saw. diakui dan diterima oleh umat
Islam. Oleh karena itu, segala aturan dan undang-undang beserta
insiatif beliau, baik yang semata-mata berdasarkan hasil ijtihad
maupun berdasarkan tuntunan ilham, dianggap sebagai sumber hukum
dan tindakan. Selain itu, untuk beriman kepada Nabi Muhammad Saw.
secara logis umatnya harus mematuhi dan mengamalkan semua aturan
yang diturunkan olehnya.12
Oleh karena itu, ternyata hadis merupakan salah satu sumber hukum
dan sumber ajaran Islam kedua setelah Al-Qur'an.
12
Nurdin, H. Boy, and MH SH. Kedudukan dan fungsi hakim dalam penegakan hukum di
Indonesia. Penerbit Alumni, 2021.
13
2. Fungsi Hadits dalam Hukum Islam
Dalam hukum Islam, hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-
Qur’an. Pemilihan hadits sebagai sumber kedua ini ditunjukkan oleh tiga hal
yaitu, Al-Qur’an sendiri, kesepaktaan para Ijima’ dan petunjuk akal sehat.
Berlakunya hadits sebagai sumber kedua hukum setelah Al-Qur’an diperkuat
dengan kenyataan bahwa hanya Al-Qur’an yang memberikan garis-garis
besar dan petunjuk umum yang memerlukan penjelasan dan rincian lebih
lanjut, untuk dapat dilaksanakan dalam kehidupan manusia. Imam Ahmad
pun berpendapat bahwa seseorang tidak mungkin dapat memahami Al-Qu’an
tanpa petunjuk hadits.
Fungsi Hadits dalam Al-Qur’an sebagai bayan itu dipahami oleh para
ulama sebagai berikut:13
a. Bayan Taqrir adalah hadits yang berfungsi menetapkan dan
mengokohkan apa yang telah ditetapkan Al-Qur’an , sehingga
maknanya jelas dan tidak dipertanyakan lagi. Ayat yang di taqrir
oleh hadis tentu saja sudah pasti jelas maknanya hanya saja
memerlukan penegasan agar kaum mukmin tidak salah dalam
menyimpulkan maknanya. Contohnya pada firman Allah Swt:
13
Fikri, Hamdani Khairul. "Fungsi Hadits terhadap Al-Quran." Tasamuh 12.2 (2015): 178-188.
14
Hadits diatas dikatakan sebagai bayan taqrir terhadap ayat Al-
Qur’an karena memiliki makna yang sama dengan Al-Qur’an
hanya lebih tegas ditinjau dari bahasa ataupun hukumnya.
15
ada perbedaan pengertian Qar’in. Ada yang mengartikan suci
ada pula yang mengarti-kan masa haidl. Mana yang paling
tepat perlu ada penjelasan. Rasul SAW bersabda:
Dalam ayat itu tidak ada terkecuali, semua bangkai dan darah
diharamkan untuk dimakan. Sunnah Rasulullah mentakhshish
atau mengecualikan darah dan bangkai tertentu. Sabda
Rasullulah Saw:
16
Telah dihalalkan kepada kita dua macam bangkai dan dua
macam darah. Yang dimaksud dua macam bangkai adalah
bangkai ikan dan bangkai belalang, sedangkan yang dimaksud
dua macam darah adalah ati dan limpa. (H.R. Ahmad, Ibnu
Majah dan al-Bayhaqi)
Tidak ada kewajiban zakat dari hasil pertanian yang kurang dari lima
wasak. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari materi yang telah dipaparkan di atas, kesimpulan pengertian-
pengertian; (1) hadis adalah perkataan, perbuatan, ketetapan, dan persetujuan
Rasulullah yang dijadikan landasan syariat Isalam, (2) sunnah mengacu
kepada sikap, tindakan, ucapan, dan cara atau perjuangan Rasulullah dan
sahabat dalam menjalani hidupnya, (3) atsar adalah perkataan dan perbuatan
para sahabat dan tabi’in, (4) sanad adalah sandaran penyampai hadis, (5)
matan adalah isi teks hadis, dan (6) rawi adalah pengumgpul hadis.
Kedudukan hadis dalam hukum Islam begitu penting karena hadis
merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Alquran. Sedangkan, fungsi
hadis dalam hukum Islam yaitu; 1) memperjelas isi Alquran, 2) menafsirkan
isi Alquran, dan 3) memberi kepastian hukum Islam yang tidak ada di
Alquran.
B. Saran
Sebagaimana yang telah dikemukakann di latar belakang masalah bahwa
hadis merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Alquran, maka untuk
mengetahui keasliannya kita perlu meneliti matan ataupun sanadnya. Banyak
kita temukan dalam kitab ataupun buku-buku agama mengutip hadis tanpa
menyebutkan secara lengkap sanad hadisnya, baik itu dari Masyarakat bahkan
di Pesantren. Hal ini seharusnya membuat kita bisa menumbuhkan semangat
untuk lebih menelaah pada hadis-hadis tersebut, untuk menyajikan materi-
materi agama dengan dalil yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
Diharapkan minat untuk meneliti hadis semakin tumbuh pada diri
akademisi dengan keberadaan perangkat penelitian yang menunjang, seperti
software-software hadis dan kitab-kitab digital.
18
Daftar Pustaka
Yuslem, Nawir. 2001. Ulumul Hadis. Jakarta Pusat: PT. Mutiara Sumber Widya.
19