Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KELOMPOK 3

KEDUDUKAN HADIS / SUNNAH DALAM SYARI’AT


ISLAM

Dosen Pembimbing

Syarto Syarif Lc., MA

Oleh :

Azzahra Inayatussyfa 0502213134

Dewi Lestari 0502212043

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH


2021/ 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat Menyusun dan menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi
dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan tersebut dapat diatasi.

Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak pembimbing yang telah membimbing serta
mengajarkan kami dan mendukung kami sehingga terselesaikan makalah yang berjudul
“Kedudukan Hadits/ Sunnah Dalam Syariat Islam” ini.

Seperti kata pepatah “Tiada gading yang tak retak”, demikian pula dengan makalah ini, tentu
masih banyak kekurangan. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan khilafan, maka dengan hal itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak sehingga ke depan dapat menajdi koreksi untuk kemajuan dan lebih
baik demi penyempurnaan makalah ini.

Medan , 07 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………..ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………..1

- Rumusan Masalah ……………………..1


- Tujuan Penulisan ……………………..2

BAB II ILMU HADIS DAN ILMU SUNNAH ……………………..3

A. Pengertian As- Sunnah ……………………………………..3


1. Pengertian Secara Etimologi ……………………..3
2. Pengertian As- Sunnah Secara Syara’ ……………..3
B. Kedudukan As- Sunnah Sebagai Sumber Syari’at Islam ……..3
C. Dalil Kehujjahan Hadis dan Kewajiban Mengikuti Sunnah…...5
1. Dalil Kehujjahan Hadis ……………………………..5
- Dalil Al- Qur’an ……………………………..5
- Dalil Hadis ……………………………..7
2. Kewajiban Mengikuti Sunnah ……………………..8
D. Fungsi Hadis Terhadap Al- Qur’an sebagai : Bayan (Taqrir,
taqyid, Tafsil, Takhsis, dan Tasyri’) ……………………..9

BAB III PENUTUP ……………………………………………………..15

- Kesimpulan ……………………………..15
- Saran ……………………………..15

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Kedudukan hadis dalam pendapat umat Islam adalah sumber Syariah kedua setelah Al-
Qur’an. Karena Nabi Muhammad SAW diyakini sebagai orang yang paling paham dengan isi
Al- Qur’an sehingga perkataan, perbuatan dan ketetapan Nabi sebagai dasar- dasar syari’ah
islam. Oleh karena itu, kajian hadis dan tentang ilmu – ilmu hadis menjadi perhatian umat
khususnya ulama- ulama hadis.

Perhatian umat Islam kepada hadis sejak masa kenabian dengan mengikuti pengajian-
pengajian yang dilakukan Rasulullah SAW kepada sahabatnya. Maka sahabat telah
melaksanakan kerja sama antara mereka agar tidak luput dari pembelejaran yang dilakukan
Rasulullah SAW dngan membuat komitmen untuk bergantian menghadiri pengajian dari
Rasulullah SAW.

Dari kalangan para Tabi’in dan generasi sesudah mereka tidaklah kalah perhatiannya
dari para sahabat dalam berhati- hati menerima hadis. Mereka selalu mencari berbagai sarana
agar mereka merasa mantap dengan riwayat yang diterima. Seperti mengecek biografi para
periwayat dan cara mereka menerima hadis, pasti akan mendapatkan informasi lengkap
mengenai kegigihan para tabi’in dan generasi sesudah mereka .

Sering dengan perkembangan kehidupan umat, ternyata posisi dan fungsi hadits tidak
saja dipalsukan, tetapi diingkari oleh kalangan umat tertentu. Oleh sebab itu, perlu kiranya
pengkajian lebih dalam mengenai apa itu hadits dan apakah hadits yang kita jadkan pegangan
itu hadits yang sahih atau tidak. Untuk lebih jelasnya, berikut akan dipaparkan mengenai
kedudukan Hadits / Sunnah dalam syariat Islam.

Rumusan Masalah

a. Apa itu hadits?


b. Bagaimana keduduka hadis/ sunnah sebagai syariat islam?
c. Apa saja dalil- dalil kehujjahan Hadits?
d. Bagaimana kewajiban umat Muslim mengikuti Sunnah
e. Apa saja fungsi Hadits terhadap Al- Quran sebagai Bayan (Taqyid, Tafsil, Takhsis dan
Tasyri)

1
Tujuan Penulisan

a. Menambah wawasan ilmu pengetahuan kita.


b. Menyelesaikan tugas mata kuliah yang telah diberikan oleh Dosen.
c. Memahami kedudukan dan fungsi Hadits / Sunnah dalam syariat Islam.

2
Bab II
Ilmu Hadis dan Ilmu Sunnah
A. Pengertian Al- Sunnah

1. Pengertian Secara Etimologi

Al- sunnah secara etimologi memiliki arti, yakni “ jalan yang lurus juga berkesinambungan
antara yang baik atau yang buruk”. Sedangkan Al- sunnah menurut etymology berarti “ Setiap
apa yang ditinggalkan (diterima) dari Rasul SAW berupa perkataan, perbuatan, ketetapan,
akhlak atau kehidupan, baik sebelum beliau diagkat menjadi Rasul maupun sesudahnya, seperti
tahanuts (berdiam diri) yang dilakukan di gua Hira atau sesudah kerasulan beliau”.

2. Pengertian Al- sunnah Secara Syara’

Para ulama Hadis memberikan pengertian yang luas terhadap al-Sunnah disebabkan
pandangan mereka terhadap Nabi Muhammad SAW sebagai contoh yang baik bagi umat
manusia, bukan sebagai sumber hukum. Oleh karena itu, ulama Hadis menerima dan
meriwayatkan al- Sunnah secara utuh atas segala berita yang dietrima tentang diri Nabi SAW
tanpa membedakan apa yang diberitakan itu isinya berkaitan dengan penetapan hukum syara’
ataupun tidak, juga menyebutkan bahwa perbuatan yang dilakukan Nabi sebelum atau sesudah
beliau diangkat menjadi Rasul sebagai Sunnah. Kedudukan al- sunnah sendiri adalah sebagai
sumber syariat, namun ada syarat- syarat tertentu yang bisa menjadikan al-sunnah ini sebagai
sumber hukum syariat, seperti keadaan Hadis yang bisa atau bahkan wajib dijadikan hujjah
atau dasar hukum ( al- dalil al- syar’i), yang sama dengan al- Qur’an, dikarenakan adanya
dalil- dalil syariah yang menunjukkannya kepada hukum tersebut.

B. Kedudukan As- Sunnah Sebagai Sumber Syari’at Islam

Hadis sebagai sumber hukum syariah, peran utama Hadis dalam revitalisasi syariah adalah
menjadi sumber hukum syari‟ah yang kedua setelah al-Qur’an. Dalam konteks ini perlu
ditegaskan dua hal:

Pertama, kehujjahan Hadis sebagai sumber hukum syariah. Yang dimaksud dengan
kehujjahan al-Hadis (hujjiyah al-Hadis), adalah keadaan Hadis yang wajib dijadikan hujjah

3
atau dasar hukum (al-dalil alsyar‟i), sama dengan al-Qur’an, dikarenakan adanya dalil-dalil
syariah yang menunjukkannya. Menurut wahbah Al-Zuhaili, dalam kitabnya ushul alFiqh al-
Islami, orang yang pertama kali berpegang dalil-dalil ini,diluar ijma’. adalah Imam Asy-Syafi‟i
dalam kitabnya Al-Risalah dan AlUmm. Dalil-dalil tersebut ada yang menunjukkan bahwa
Hadis adalah wahyu sebagaimana al-Qur‟an, dan ada yang menunjukkan wajibnya mengikuti
Hadis atau Al-Sunnah.

Kedua, kedudukan dan fungsi Hadis terhadap al-Qur‟an. Pada prinsipnya, fungsi Hadis
adalah sebagai penjelasan (al-bayan) dari alQur‟an. Itulah yang dimaksud dengan ungkapan
Al-Sunnah yang terkenal di kalangan ulama. Ungkapan itu berarti Al-Sunnah/Hadis itu menjadi
pemutus atau penentu makna al-Qur‟an. Sebab suatu ayat al-Qur‟an dapat mengandung dua
kemungkinan makna atau lebih, maka Hadislah yang kemudian menentukan satu makna di
antara sekian makna yang ada. Fungsi Hadis sebagai penjelasan al-Qur‟an didasarkan pada
firman Allah swt yang artinya:1

“Dan Kami turunkan kepadamu (Muhammad) al-Qur‟an agar kamu menerangkan kepada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan”. (An-Nahl:
44)

Hadis sebagai sumber hukum syari‟ah ini sangat strategis bagi upaya revitalisasi syari‟ah.
Karena sebagian besar hukum-hukum Syariah bersumber pada Hadis. Terlebih lagi, Hadis
banyak menjadi dalil bagi berbagai hukum yang berkaitan dengan kehidupan bernegara,
misalnya pengaturan hubungan penguasa dan rakyat, hubungan negara Islam dengan negara
lain, struktur pemerintahan, pengangkatan para gubernur (wali) dan hakim (qadhi), dan
sebagainya. Dan juga berpegang pada Hadis atau sunnah Rasul SAW terhadap hal-hal yang
tidak dijelaskan al-Qur’an sebagai landasan syariah. Karena kedudukannya sebagai dasar Islam
yang kedua sesudah kitab suci al-Qur‟an, maka tidak mengherankan kalau Hadis Nabi
mendapat perhatian yang paling besar dikalangan kaum muslimin. Saat ada larangan Nabi
supaya jangan menuliskan selain dari al-Qur’an di saat menurunkan Al-Qur'an, untuk menjaga
jangan sampai antara Hadis dan AL-Qur‟an tercampur aduk, tetapi ada saatnya beliau memberi
izin kepada beberapa sahabat yang cukup berhati-hati untuk mencatatkan Hadis-Hadis itu.

1
hairil Ikhsan Siregar, MA & Sari Narulita M. Si,(“Ulumul Hadis Kompilasi” Jakarta, Lembaga
Pengembangan Pendidikan Universitas Negeri Jakarta, 2015) hal: 16

4
Kehujjahan sunnah berdasarkan Hadis Nabi, orang-orang Islam yan kuat imannya tidak akan
meragukan terhadap kehujjahan sunnah, dan orang yang menerima al-Qur‟an sebagai hujjah,
secara otomatis menerima sunnah sebagi hujjah dalam hukum-hukum Islam. Karena al-Qur‟an
dan Hadis tidak bisa dipisahkan. Barang siapa yang memisahkan al-Qur‟an dengan Hadis
berarti dia memisahkan Allah dan Rasul-Nya. Karena Allah SWT. dalam alQur’an telah
mewajibkan semua orang untuk beriman kepada Rasul-Nya, mengikuti perilakunya, mentaati
semua perintahnya dan meniggalkan semua larangannya.

C. Dalil kehujjahan Hadis dan Kewajiban Mengikuti Sunnah

Dalil Kehujjahan Hadis

Yang dimaksud dengan kehujjahan Hadits (hujjiyah hadits) adalah keadaan Hadits
yang wajib dijadikan hujah atau dasar hukum (al-dalil alsyar’i), sama dengan Al-Qur’an
dikarenakan adanya dalil-dalil syariah yang menunjukkannya.Untuk mengetahui sejauh mana
kedudukan hadits sebagai sumber hukum Islam, dapat dilihat dalam beberapa dalil, baik dalam
bentuk naqli ataupun aqli :

▪ Dalil Naqli

Banyak ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang kewajiban mempercayai dan


menerima segala yang datang dari Rasulullah Saw untuk dijadikan pedoman hidup.
Diantaranya adalah :

Perhatikan firman Allah SWT. Dalam surat Ali-Imran ayat 32 dibawah ini:

ِ ِ َْ ‫ول فَِإنْ تَولَوا فَِإ َْن‬ ِ ‫قُلْ أ‬


َ ‫اّللَ ال ُُيبْ ال َكاف ِر‬
ْ‫ين‬ َ َْ ‫اّللَ َوالَر ُس‬
َْ ‫َطيعُوا‬

Artinya: “Katakanlah "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir". (QS:Ali Imran :32).

Masih banyak lagi ayat-ayat yang sejenis menjelaskan tentang permasalahan ini. Dari
beberapa ayat di atas telah jelas bahwa perintah mentaati Allah selalu dibarengi dengan

5
perintah taat terhadap Rasul-Nya.Begitu juga sebaliknya dilarang kita durhaka kepada Allah
dan juga kepadaRasul-Nya.

Diantara nya adalah :

• Ali- Imran ayat 179

ْ‫ٱّللُ لِيُطلِ َع ُكم‬ ِْ ِ‫يث ِم َْن ٱلطَي‬


َْ ‫بْۗ َوَما َكا َْن‬ َْ ِ‫ّت ََيِ َْيز ٱْلَب‬ َْ ِ‫ٱّللُ لِيَ َذ َْر ٱل ُمؤِمن‬
َْ ‫ي َعلَىْ َماْ أَنتُمْ َعلَي ِْه َح‬ َْ ‫َما َكا َْن‬

ْ‫ٱّللِ َوُر ُسلِ ِهْۦْۚ َوإِ ْن تُؤِمنُواْ َوتَتَ ُقوا‬


َْ ِ‫ب ِمن ر ُسلِ ِهْۦ َمن يَ َشا ْءُْۖ فََ ِامنُواْ ب‬ َْ ‫ب َولَ ِك َْن‬
ْ َِ‫ٱّللَ ََيت‬ ِْ ‫َعلَى ٱلغَي‬

ْ‫فَلَ ُكمْ ْأَجرْ َع ِظيم‬

Artinya : "Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan
kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin).
Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi
Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasulrasul-Nya. Karena itu berimanlah
kepada Allah dan rasul-rasulNya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala
yang besar".

• An- nisa ayat 59

ْ‫وهُ إِ َل‬ ْ ِ ْ‫ل ٱْلَم ِْر ِمن ُكمْْۖ فَِإن تَنََزعتُم‬


ْ ‫ف َشىءْ فَ ُرد‬ ْ ِ‫ول َوأُو‬ ِ ‫ٱّلل وأ‬
َْ ‫َطيعُواْ ٱلَر ُس‬ ِ َْ ‫ََيَي َهْا ٱْلَ ِذ‬
َ ََْ ْ‫ين ءَ َامنُواْ أَطيعُوا‬
ْ‫ٱّللِ َوٱليَ وِم‬ ِْ ‫ٱّللِ َوٱلَر ُس‬
َْ ِ‫ول إِن ُكنتُمْ تُؤِمنُو َْن ب‬ َْ

Artinya :“Wahai orang-orang yang beriman,taatlah kalian kepada Allah dan taatlah kepada
Rasul serta ulil amri di antara kalian.Kemidian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu,maka kembalikanlah ia kepada Allah (Alquran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu)
dan lebih baik akibatnya.”4

6
• An- nisa ayat 136

ِْ ‫ب الَ ِذيْ نََزَْل َعلى َر ُسولِهٖ َوال ِكت‬


‫ب الَ ِذيْ اَن َزَْل ِم ْن‬ ِْ ‫ّللِ َوَر ُسولِهٖ َوال ِكت‬
ْ ‫ٰيَي َهْا الَ ِذي َْن ا َمنُوا ا ِمنُوا ِِب‬
ٰۤ
ِ
‫لْۢ بَعي ًدا‬
ًْ ‫ض ل‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِْ ‫قَب ْلْۗومنْ يَك ُفرْ ِِب‬
َ ‫ض َْل‬
َ ْ‫ّلل َوَمل ِٕى َكتهٖ َوُكتُبهٖ َوُر ُسلهٖ َواليَ وْم االخ ْر فَ َقد‬ ََ ُ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
(Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Qur'an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab
yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat
sangat jauh”.

• An- nur ayat 542

ۗ ِ ۗ ِ ِ ِ ۚ
َ ُ ُ ُ َ ُ ُ َ ُ ََ َ َ ُ َ ََ َ َ َ َ َ َ‫قُلْاَ ِطي عُواْاّللَ َْواَ ِطي عُواْالَر ُسو‬
ْ‫َْتتَ ُدوا َْوَما‬ ‫ه‬‫و‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ِ
‫ط‬ ‫ت‬ْ ‫ن‬ ‫ا‬
‫و‬ ْ ْ
‫م‬ ‫ت‬‫ل‬ ‫اْح‬ ‫م‬ْ ‫م‬‫ك‬ ‫ي‬‫ل‬ ‫ع‬‫ْو‬ ‫ل‬ ِ
‫اْح‬ ‫ْم‬ ِ
‫ه‬ ‫ي‬‫ل‬ ‫اْع‬ َ
‫َّن‬‫ا‬ ‫ف‬ْ‫ا‬
‫و‬ َ
‫ل‬‫و‬ ‫ْت‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ف‬ْ ‫ل‬

ُْ ِ‫َعلَىْالَر ُسوِلْاَِالْالبَ ل ُغْال ُمب‬


ْ‫ي‬

Katakanlah, “Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul; jika kamu berpaling, maka
sesungguhnya kewajiban Rasul (Muhammad) itu hanyalah apa yang dibebankan kepadanya,
dan kewajiban kamu hanyalah apa yang dibebankan kepadamu. Jika kamu taat kepadanya,
niscaya kamu mendapat petunjuk. Kewajiban Rasul hanyalah menyampaikan (amanat Allah)
dengan jelas

▪ Dalil Aqli

2
Risâlah, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam
http://jurnal.faiunwir.ac.id
Vol. 5, No. 1, March 2019
P-ISSN : 2085-2487; E-ISSN : 2614-3275
3
Zuhri, Ahmad dkk. 2014 "Ulumul Hadis". (medan : manhaji dan Fakultas Syariah IAIN Sumatera Utara)
4
http://jurnal.faiunwir.ac.id

7
Dalam salah satu pesan yang disampaikan baginda Rasul berkenaan dengan kewajiban
menjadikan hadits sebagai pedoman hidup disamping AlQur’an sebagai pedoman utamanya,
adalah sabdanya:

‫ب هللا وسنْة رسولْه(رواه احلاكم‬


ْ ‫تركت فيكم أمرين لن تضلواْ أبداما إن متسكتم هبما كتا‬

Artinya : “Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian, dan kalian tidak akan tersesat selam-
lamanya, selama kalian berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan Sunnah
Rasul-Nya.”(HR. Malik).

Hadits di atas telah jelas menyebutkan bahwa hadits merupakan pegangan hidup setelah
Al-Qur’an dalam menyelesaikan permasalahan dan segalah hal yang berkaitan dengan
kehidupan khususnya dalam menentukan hukum.3

Adapun hadis lain yang menjelaskan kehujjahan hadis sebagai syariat islam, diantaranya:

ِ ِ ِ ْ ‫الْعلَي ُكمْبِسن َِِتْوسن َِة‬ ِ ‫ىْاّلل‬ ِ ‫َع ِنْالعِرَِب‬


ْ‫ين‬
َ ‫ْاْلُلَ َفاءْالَراشد‬ َُ ُ َ َ َ‫ْعلَيه َْو َسلَ َمْق‬
َ َُ َ‫ْصل‬
َ ‫َب‬ َ َ‫ْسا ِريَة‬
ِ ِ‫ْع ِنْالن‬،ْ َ ‫ضْب ِن‬
ْ‫اْعلَي َهاْ ِِبلن ََو ِاج ِذ‬
َ ‫يْعضو‬
ِ ِ
َ ِ‫“ال َمهدي‬
َ ‫يْبَعد‬
Artinya : “Jalanilah sunnahku dan sunnah Khulafa al-Rasyidin yang mendapat petunjuk serta
pegang teguhlah kedua sunnah itu. ” (HR. Abu Dawud)

Kewajiban Mengikuti Sunnah

Sunnah adalah syariat. Yang perlu diingat adalah sunnah bisa berarti segala hal yang
tersebut dalam al-Qura’an dan al- Sunnah, bisa bermakna hadits atau juga suatu perintah yang
nilainya mandub ( dianjurkan ) atau mustahab ( disukai). Karena itulah menjadi tuntunan bagi
seorang muslim untuk meneladani sunnah Rasulullah SAW dengan memungut segala yang
ditunjukkan oleh Kitabullah dan Sunnah. Wajib meneladaninya dalam masalah akidah,
misalnya realisasi dari sabda Nabi SAW.

8
ِ ِ ِ ِْ ‫ِت وسن َِْة اْللَ َف‬
َ ِ‫اء الَراشدي َْن املَهدي‬
ْ‫ي‬ ُ ُ َ ِْ َ‫ فَ َعلَي ُكمْ بِ ُسن‬،ً‫فإن َْهُ َمنْ يَعِشْ ِمن ُكمْ فَ َس َََيى اخْتِ َلفْاً َكثَِيا‬
“Sesungguhnya, siapa saja di antara kalian yang masih hidup akan melihat banyaknya
perselisihan. Karena itulah berpeganglah kepada sunnahku dan sunnah para khalifah yang
terbimbing lagi lurus.”

Wajib pula meneladaninya didalam perkara furu’ (cabang) yang tidak diperbolehkan
adanya ijtihad di dalamnya ketika telah jelas suatu dalil. Mengikuti sunnah (tuntunan)
Rasulullah SAW adalah sebuah perwujudan dari ketaatan dan kecintaan kepada Allah. Begitu
terkenal kisah tentang Imam Malik, bahwa beliau pernah mengucapkan.

ِ ِ ِ ِْ ‫ِت وسن َِْة اْللَ َف‬


َ ِ‫اء الَراشدي َْن املَهدي‬
ْ‫ي‬ ُ ُ َ ِْ َ‫ فَ َعلَي ُكمْ بِ ُسن‬،ًْ‫فإن َْهُ َمنْ يَعِشْ ِمن ُكمْ فَ َس َََيى اختِ َلفْاً َكثَِيا‬
“Sesungguhnya, siapa saja di antara kalian yang masih hidup akan melihat banyaknya
perselisihan. Karena itulah berpeganglah kepada sunnahku dan sunnah para khalifah yang
terbimbing lagi lurus.”5

D. Fungsi Hadis Terhadap Al- Qur’an sebagai: Bayan (Taqrir, taqyid, Tafsil, Takhsis,
dan Tasyri’)

▪ Bayan At-Taqrir / At-Ta'kid / Al-Istbat

Bayan at-taqrir disebut juga dengan bayan at-ta'kid dan bayan al-istbat, yang dimaksud dengan
bayan ini adalah menetapkan dan memperkokoh apa yang sudah dijelaskan dalam Al-Qur'an.
Fungsi Hadits dalam hal ini cuma memperkuat isi kandungan Al-Qur'an. Jadi fungsi Hadits ini
untuk memperkuat suatu isi kandungan Al-Qur'an melalui cara mentaqrirkannya. Salah satu
contohnya, seperti Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Hurairah yang berbunyi:

َ‫ضْأ‬
َ ‫ّت يَتَ َو‬ َْ ‫َح ِد ُكمْ إِ َذا أَح َد‬
َْ ‫ث َح‬ َ ‫صلَْةُ أ‬
َ ‫ْالَ تُقبَ ُْل‬
Artinya: "Rasulullah SAW telah bersabda, Tidak diterima shalat seseorang yang berhadas
sebelum dia berwudlu". (H.R. Bukhari).

9
Hadits itu mentaqrirkan Q.S. Al-Maidah ayat 6 berkenaan kewajiban berwudlu saat
seseorang akan mendirikan shalat. Hadits ini memperkuat dan memperjelas isi kandungannya
dan hukum shalat sebelum shalat.

َْ ِ‫وةِ فَاغ ِسلُوا ُو ُْجوَه ُكمْ َواَي ِديَ ُكمْ ا‬


ْ‫ل ال َمَرافِ ِْق َوام َس ُحوا بُِرءُو ِس ُكم‬ ْ ‫صل‬ َْ ِ‫ٰيَي َهْا الَ ِذي َْن ا َمنُوا اِذَا قُمتُمْ ا‬
َ ‫ل ال‬

ِۗ َ‫ل ال َكعب‬
ْ‫ي‬ َْ ِ‫َواَر ُجلَ ُكمْ ا‬

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, jika kamu akan melaksanakan shalat, maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu dan basuhlah kakimu sampai mata
kaki". (Q.S. Al-Maidah: 6)4

▪ Bayan At-Taqyid

Bayan at-taqyid adalah penjelasan Hadits melalui cara membatasi ayat-ayat yang
memiliki sifat mutlak dengan kondisi atau persyaratan tertentu. Kata mutlak berarti kata yang
mengarah pada inti kata itu sendiri apa adanya tanpa melihat jumlah atau sifatnya. Berikut
contoh Hadits yang membatasi ayat Al-Qur'an yakni pada Q.S. Al-Maidah ayat 38. Yang
berbunyi:

"Adapun orang lelaki atau wanita yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) balasan
atas tindakan yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa,
Maha Bijaksana."

Kata tangan pada ayat di atas belum terang arti atau batasan tangan (ukuran tangan)
yang dimaksud dan batasan materi yang dicurinya. Diterangkan pada suatu Hadits kalau yang
dimaksud dengan tangan pada ayat itu yakni tangan kanan dan batasan tangan yang dipotong
cuma sampai pergelangan tangan, tidaklah sampai siku atau bahu.

▪ Bayan At-Tafshil / At-Tafsir

5
Al-Hatstsu ‘ala Ittibais Sunnah wa al-Tahdziru minal Bida'i wa Bayanu Khathriha, karya Syaikh Abdul
Muhsin Hamd al-Abad al-Badr.

10
Bayan at-tafshil atau bayan at-tafsir adalah kehadiran Hadits yang memiliki fungsi untuk
memberikan perincian dan tafsiran pada ayat-ayat Al-Qur'an yang bersifat global, memberikan
syarat/batasan pada ayat-ayat Al-Qur'an yang memiliki sifat mutlak, dan mengutamakan pada
ayat-ayat Al-Qur'an yang memiliki sifat global.

Di antara contoh mengenai ayat-ayat Al-Qur'an yang umum yakni perintah


melaksanakan shalat, puasa, zakat, disyariatkannya jual-beli, nikah, qishas, hudud, dan lain-
lain. Ayat-ayat Al-Qur'an mengenai permasalahan ini, baik berkenaan langkah melakukannya,
penyebabnya, persyaratan, atau halangan-halangannya masih bersifat umum. Oleh sebab itu,
Rasulullah SAW melalui Haditsnya menafsirkan dan menerangkan persoalan-persoalan
tersebut.

Berikut contoh dari Hadits yang berfungsi sebagai bayan at-tafsir.

)‫ُصلِي (رواه البخاري‬ ْ ِ ‫صلوا َك َما َرأَي تُ ُم‬


َ ‫ون أ‬ َ ‫)و‬:
ِ َْ ‫اّللِ صلَى‬
َ ‫اّللُ َعلَي ْه َو َسلَ َْم‬ َ َْ ‫ول‬
ُْ ‫ال َر ُس‬ ْ ِ‫َعنْ َمال‬
َْ َ‫ك (ق‬

"Shalatlah sebagaimana kamu menyaksikan aku shalat." (H.R. Bukhari)

Ayat Al-Qur'an yang menyuruh shalat yaitu Q.S. Al-Baqarah ayat 43.

ِِ َ ‫َواَقِي ُموا ال‬


َ ‫صلوْةَ َواتُوا الَزكوْةَ َوارَكعُوا َم َْع الَراكع‬
ْ‫ي‬

"Dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk".

Hadits di atas menerangkan bagaimana mendirikan shalat. Karena dalam Al-Qur'an


tidak menerangkan secara terinci. Dalam Al-Qur'an cuma memerintahkan untuk melaksanakan
shalat tanpa menerangkan bagaimanakah cara melakukannya. Lantas Hadits tersebutlah yang
berfungsi untuk menguraikan dan menjelaskan caranya.

. Sunnah yang berfungsi bayân tafsir tersebut terdiri dari (1) tafshîlal-mujmal, (2) tabyîn
al-musytarak, (3) takhshish al-’âm.

(1) tafshîlal-mujmal

11
Hadits yang berfungsi tafshîl- almujmal, ialah yang merinci ayat al-Qur`ân yang
maknanya masih global.

Contoh:

a) Tidak kurang enam puluh tujuh ayat al-Qur`ân yang langsung memerintah shalat, tapi tidak
dirinci bagaimana operasionalnya, berapa raka’at yang harus dilakukan, serta apa yang harus
dibaca pada setiap gerakan. Rasulullah SAW dengan sunnahnya memperagakan shalat secara
rinci, hingga beliau bersabda:

“Shalatlah kalian seperti kalian melihat aku sedang shalat”. (H.R. Jama’ah)

b.) Ayat-ayat tentang zakat, shaum, haji pun demikian memerlukan rincian pelaksanaannya.

Ayat haji umpamanya menandaskan:

“Sempurnakanlah ibadah haji dan ibadah umrahmu karena Allah”.(Qs.2:196)5

(2) tabyîn al-musytarak

Tabyîn al-Musytarak ialah menjelas kan ayat al-Qur`ân yang mengandung kata
bermakna ganda.

Contoh: Firman Allah SWT.6

(3) takhshish al-’âm

Takhshîsh al-’âm ialah sunnah yang mengkhususkan atau mengecualikan ayat yang
bermakna umum.

Contoh:

1. “Diharamkan atasmu bangkai, darah dan daging babi”. (Qs.5:3)

Dalam ayat ini tidak ada kecuali, semua bangkai dan darah diharamkan untuk dimakan.
Sunnah Rasulullah SAW mentakhshish atau mengecualikan darah dan bangkai tertentu. Sabda
Rasululah saw:

5
Musnad Ahmad, I, 148. Shahih alBukhari, I, 226. Shahih Ibn Khuzaymah, I,206. Shahih Ibn hibban, V,503.
Sunan alDarimi, I,196. Sunan al-Bayhaqi, III, 120
6
Musnad Ahmad, III,318. Sunan alNasa`i, II,245. Sunan al-Bayhaqi, V, 125.

12
“Telah dihalalkan kepada kita dua macam bangkai dan dua macam darah. Yang dimaksud dua
macam bangkai adalah bangkai ikan dan bangkai belalang, sedangkan yang dimaksud dua
macam darah adalah ati dan limpa”.7

2. “Allah mewasiatkan bahwa hak anakmu laki-laki adalah dua kali hak anakmu yang
perempuan”. Qs.4:11

Dalam ayat ini tanpa kecuali atau berlaku umum bahwa semua anak mendapat warisan.
Sedangkan keberlakuan hukum tersebut hanya untuk anak yang agamanya sama muslim.
Sunnah Rasul memberikan takhshish atau pengcualian dengan sabdanya:

“Seorang muslim tidak mewarisi orang kafir dan yang kafir tidak mewarisi seorang muslim.
Hr. alBukhari dan Muslim”.8

▪ Bayan At-Takhsis

Bayan at-takhsis adalah keterangan Hadits melalui cara membatasi atau mengutamakan
ayat-ayat Al-Qur'an yang memiliki sifat umum, sehingga tidak berlaku pada bagian-bagian
yang memperoleh perkecualian. Melalui cara membatasi keumuman ayat Al-Qur'an sehingga
tidak berlaku pada bagian-bagian tertentu.

Hadits yang berfungsi untuk mentakhsiskan keumuman ayat-ayat Al-Qur'an adalah sabda
Nabi SAW mengenai persoalan waris di kalangan para Nabi. Seperti hadis berikut:

"Rasulullah SAW bersabda: Kami (Para Nabi) tidak mewariskan sesuatu pun, dan yang kami
tinggalkan cuma berupa sedekah." (H.R. Muslim)

Hadits itu mentakhsiskan keumuman firman Allah SWT dalam Q.S. An-Nisa ayat 11
berikut ini:

ٰۤ
َْ ‫يْۚ فَاِ ْن ُك َْن نِ َسا ْءً فَو‬
ِْ َ‫ق اث نَ ت‬
‫ي فَلَ ُه َْن ثُلُثَا َما تَ َرَْك‬ ِْ ‫ف اَوَال ِد ُكمْ لِلَْذ َك ِْر ِمث ُْل َح‬
ِْ َ‫ظ االُن ثَي‬ ْ ‫يُو ِصي ُك ُْم‬
ْ ِ ُ‫اّلل‬

"Allah mensyariatkan (mengharuskan) padamu mengenai (pembagian waris untuk) anak-


anakmu, (yakni) bagian anak lelaki sama dengan bagian dua anak wanita".

7
Hadits Hamdani Khairul Fikri 185 Tasâmuh, Volume 12, No. 2, Juni 2015 Riwayat Ahmad, Ibnu Majah dan
al-Bayhaqi.7
8
Shahih al-Bukhari, VI, 2484, Shahih Muslim, III, 1233.

13
Hadits ini sebagai pengecualian dari keumuman ayat Al-Qur'an yang menerangkan
mengenai disyariatkannya waris untuk umat Islam. Allah mengharuskan umat Islam supaya
membagikan warisan kepada pewaris, di mana hak anak lelaki memperoleh dua bagian dan
anak wanita memperoleh setengahnya. Syariat waris itu tidak khusus untuk para nabi. Jadi
mewariskan harta tidak harus dilaksanakan oleh para Nabi akan tetapi harus bagi tiap umat
Islam untuk mewariskan hartanya.

▪ Bayan At-Tasyrik

Bayan at-tasyrik adalah Hadits penjelas untuk merealisasikan sesuatu yang tidak dijumpai
di Al-Qur'an. Hadits Rasulullah baik dalam wujud (qauli, fi'li, atau taqrir) berusaha untuk
memperlihatkan suatu kejelasan hukum pada bermacam masalah yang ada yang tidak ada di
dalam Al-Qur'an.

Salah satu contoh bayan at-tasyrik yakni Hadits mengenai zakat fitrah, sebagai berikut;

"Sesungguhnya Rasulullah sudah mewajibkan zakat fitrah kepada umat Islam pada bulan
Ramadhan sebanyak satu sha' kurma atau gandum untuk tiap orang, baik merdeka atau hamba,
lelaki atau wanita Muslim". (H.R. Muslim)

Hadits Rasulullah yang terhitung bayan at-tasyrik ini perlu diamalkan. Sebagaimana
kewajiban mempraktikkan hadits-hadits yang lain. Jadi , sebagai umat Islam yang beriman
wajib untuk mempraktikkan fungsi Hadits at-tasyrik ini, yakni fungsi untuk menegaskan
berkenaan suatu hukum dalam Islam yang masih belum ada hukumnya dalam Al-Qur'an.6

14
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Dari paparan dan penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa ajaran dalam sunnah
Nabi, bagaimanapun juga dikontruksi untuk menjawab masalah yang muncul pada masanya
dan sampai sekarang pun Hadits dijadikan sumber pedoman ke- 2 setelah al- Qur’an. Tetapi
perlu diingat, seiiring dengan perkembangan kehidupan umat muslim sekarang, posisi dan
fungsi Hadits dapat dipalsukan oleh kalangan umat tertentu. Oleh karena itu, harus dilakukan
pengkajian lebih dalam mengenai hal tersebut.

SARAN

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih focus
dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber- sumber yang lebih
banyak dan tentunya dapat di pertanggung jawabkan.

Untuk saran dapat berisi kritik dan masukan terhadap penulisan dan tanggapan terhadap
kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Zuhri, Ahmad dkk. 2014 "Ulumul Hadis". (medan : manhaji dan Fakultas Syariah IAIN
Sumatera Utara)

airil Ikhsan Siregar, MA & Sari Narulita M. Si, 2015 “Ulumul Hadis Kompilasi” Jakarta,
Lembaga Pengembangan Pendidikan Universitas Negeri Jakarta hal: 16

Risâlah, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam

http://jurnal.faiunwir.ac.id

Vol. 5, No. 1, March 2019

P-ISSN : 2085-2487; E-ISSN : 2614

Al-Hatstsu ‘ala Ittibais Sunnah wa al-Tahdziru minal Bida'i wa Bayanu Khathriha, karya
Syaikh Abdul Muhsin Hamd al-Abad al-Badr.

Ichwan, Mohammad Nor. 2007. Studi Ilmu Hadits. Semarang: Rasail Media Group.

6Abdurrahman, Mifdhol. 2008. Pengantar Studi Ilmu Hadits. Jakarta: Pustaka Al- Kautsar.

Suparta, Munzier. 2008. Ilmu Hadits. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Ash-Shiddieqi, Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. 1980. Jakarta: Bulan Bintang.

Ranuwijaya, Utang. 1996. Ilmu Hadits. Jakarta: Gaya Media Pratama.

Abdurrahman, Asjmuni. 1996. Pengembangan Pemikiran Terhadap Hadits. Yogyakarta: LPPI


https://rumaysho.com/18114-umdatul-ahkam-orang-berhadats-tidak-diterima-shalatnya.html
Musnad Ahmad, II, 97. Ibn Majah, II,1073. al-Bayhaqi, I, 254.
Shahih al-Bukhari, VI, 2484, Shahih Muslim, III, 1233.

iv

Anda mungkin juga menyukai