MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam yang diampu
oleh Ibu Siti Karimah Sulfiah M.Pd
Disusun oleh :
Kelompok 1
1. Yolanda Aurelia Putri Hidayat (23381072075)
2. Faridatul Rohmah (23381072082)
3. Sofarin Nurul L. (23381072066)
4. Yunita Qurrota Akyun (23381072076)
5. Afrizan Iqbal (23381071007)
Penulis
( Kelompok 1)
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN.........................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam adalah agama terakhir yang memiliki karakteristik yang khas
dibanding agama-agama sebelumnya. Melalui beberapa literatur tentang
Islam, dapat mengetahui tentang agama Islam, sumber hukum dan ajarannya
serta cara untuk memahaminya. Dalam memahami ajaran Islam, kita perlu
mengkaji secara seksama supaya mendapatkan hasil dan pemahaman Islam
yang komprehensif.
Ada 2 sisi yang dapat kita gunakan untuk memahami apa itu agama Islam,
yaitu kebahasaan dan sisi peristilahan. Menurut kebahasaan, Islam berasal dari
bahasa Arab yaitu “Salima” yang berarti selamat, sentosa dan damai. Setelah
dari kata tersebut diubah menjadi “Aslama” yang berarti berserah diri masuk
dalam kedamaian. Dari kata itulah yang menjadi kata Islam yang
mengandung segala arti dalam arti pokoknya.
Dari pengertian kebahasaan ini, kata Islam dekat dengan arti kata agama
yang berarti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, dan kebiasaan.
Menurut Maulana Muhammad Ali, pengertian Islam dapat di ilhami dari
firman Allah yang terdapat pada ayat 202 surat Al-Baqarah yang artinya,
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara
keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan,
sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.
Dari uraian di atas, disimpulkan bahwa kata Islam dari segi kebahasaan
mengandung arti patuh, tunduk, taat, dan berserah diri kepada Tuhan dalam
upaya mencari keselamatan dan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di
akhirat. Oleh karena itu, Islam sudah menggambarkan kodrat manusia sebagai
makhluk yang tunduk dan patuh kepada Tuhan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud tentang penjelasan Al-Quran?
2. Apa yang dimaksud tentang penjelasan Hadist?
3. Apa yang dimaksud tentang penjelasan Ijtihad?
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahu apa itu Al-Quran
2. Untuk mengetahui apa itu Hadist
3. Untuk mengetahui apa itu Ijtihad
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Al-Quran
1
R. Abuy Sodikin. “Memahami Sumber Ajaran Islam” Dalam jurnal: AL QALAM Vol. 20 No. 98-99,
2003, h 3
3
a. Untuk membersihkan akal dan menyucikan jiwa dari bentuk syirik serta
memantapkan keyakinan tentang keesaan yang sempurna bagi Tuhan ,
keyakinan yang tidak semata-mata sebagai suatu konsep teologis, tetapi
falsafah hidup dan kehidupan umat manusia.
b. Untuk mengajarkan kemanusiaan yang adil dan beradab, yakni bahwa
umat manusia merupakan umat yang seharusnya dapat bekerja sama dalam
pengabdian kepada Allah Swt. dan pelaksanaan tugas kekhalifahan.
c. Untuk menciptakan persatuan dan kesatuan bukan saja antar suku atau
bangsa, tetapi kesatuan alam semesta, kesatuan kehidupan dan akhirat,
natural dan supranatural, kesatuan ilmu, iman, dan rasio, kesatuan
kebenaran, kesatuan kepribadian manusia, kesatuan kemerdekaan dan
determinasi, kesatuan sosial, politik dan ekonomi, dan ke semuanya berada
dibawah satu keesaan, yaitu keesaan Allah SWT.
d. Untuk mengajak manusia berpikir dan bekerja sama dalam bidang
kehidupan bermasyarakat dan bernegara melalui musyawarah dan mufakat
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan.
e. Untuk membasmi kemiskinan material dan spiritual, kebodohan, penyakit
dan penderitaan hidup, serta pemerasan manusia atas manusia, dalam
bidang sosial ekonomi, politik dan juga agama.
f. Untuk memadukan kebenaran dan keadilan dengan rahmat dan kasih
sayang, dengan menjadikan keadilan sosial sebagai landasan pokok
kehidupan masyarakat manusia.
g. Untuk memberi jalan tengah untuk falsafah monopoli kapitalisme dengan
falsafah kolektif komunisme, menciptakan ummat wassatham yang
menyeru kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran.
h. Untuk menekankan peranan ilmu teknologi. Guna menciptakan satu
peradaban yang sejalan dengan jati diri manusia, dengan panduan dan
panduan Nur Ilahi.2
2
R. Abuy Sodikin. “Memahami Sumber Ajaran Islam” Dalam jurnal: AL QALAM Vol. 20 No. 98-99,
2003, h 4-5
4
Al-Quran menampilkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satunya
adalah Al-Quran merupakan kitab yang terjamin keasliannya dan dijaga oleh
Allah. Al-Quran berfungsi sebagai petunjuk menuju jalan terbaik. Kandungan Al-
Quran antara lain mencakup agama, Syariah (ibadah dan muamalah), akhlak,
cerita masa lalu, berita masa depan, dan ilmu suci penting lainnya. Menurut
pendapat Taufiqullah, bahwa isi kandungan Al-Quran itu ialah menangani soal-
soal Aqidah, ibadah, hukum, akhlak, kisah-kisah, janji-janji dan rasio.3
2.2 Hadist
5
sesudahnya. Akan tetapi apabila lafadz hadis dimaknai secara umum makna hadis
kepada pengertian, hadis adalah sesuatu yang diriwayatkan kepada Rasulullah
Saw. sesudah bi’sah berupa perkataan, perbuatan dan taqrir. Atas dasar ini, maka
sunah lebih umum daripada hadis.5
Untuk menarik kesimpulan tentang suatu hadis, seseorang harus
memperhatikan ke shahihan (kebenaran) hadis tersebut. Sangat penting untuk
memahami Hadis dengan benar. Karena terkadang ada yang melakukan kesalahan
dalam menafsirkan Hadits. Pada prinsipnya, hadits berbeda dengan Al-quran.
Oleh karena itu, berbagai istilah sejarah sering dijumpai dalam hadis ini, seperti
istilah shahih, hasan, da'if, bahkan istilah maudu (palsu). Jika Al-quran ada
jaminan secara langsung dari Allah Ta’ala mengenai keautentikannya, sedangkan
al-hadits tidak memiliki jaminan tersebut sebagaimana firmannya :
a. Bayan at-Taqrir
Bayan at-Taqrir disebut juga dengan bayan at-Ta’kid dan bayan at-Isbat.
Dalam hal ini hadits berfungsi untuk menetapkan dan memperkuat apa
yang telah diterangkan dalam Al-quran.
b. Bayan at-Tafsir
Fungsi hadits sebagai bayan at-Tafsir yaitu memberikan rincian dan
tafsiran terhadap ayat-ayat Al-quran yang masih mujmal (global, samar
atau tidak dapat diketahui), memberikan persyaratan ayat-ayat yang masih
mutlak dan memberikan penentuan khusus ayat-ayat yang masih umum.
c. Bayan at-Tasyri
5
Muhammad ‘Ajaj Al-Khatib ”Usul al-hadis: Ulumubu wa Mustalabubu (Beirut Dar al-Fikr, 2008) h
8
6
Bayan at-Tasyri adalah mewujudkan suatu hukum atau ajaran yang tidak
didapati dalam Al-Quran. Fungsi ini disebut juga dengan bayan Za’ide ala
al-kitab al-Karim.
d. Bayan an-Nasakh
Secara bahasa an-Naskh memiliki arti yang beragam, diantaranya al-ibhtal
(membatalkan), al-ijalah (menghilangkan), at-takwil (memindahkan) atau
at-tagyir (mengubah). Adapun yang disebut dengan bayan an-nasakh
adalah adanya dalil syara’ (yang dapat menghapus ketentuan yang telah
ada karena datangnya dalil berikutnya).6
2.3 Ijtihad
Ijtihad merupakan suatu konsep hukum Islam yang mengacu pada usaha
dan upaya para ahli hukum (mujtahid) dalam menafsirkan hukum Islam guna
mencari solusi hukum terhadap keadaan yang tidak secara langsung tercakup
dalam hukum Islam yang ada. Kata "ijtihad" berasal dari akar bahasa Arab yang
berarti "usaha". Orang yang melakukan ijtihad disebut Mujtahid, seseorang yang
melakukan ijtihad harus memiliki pemahaman mendalam tentang teks-teks Islam
dan hukum Islam.
Sumber hukum islam adalah Al-Quran dan hadis. Namun demikian masih
banyak masalah yang belum ditentukan secara jelas hukumnya, baik dalam Al-
Quran maupun hadis. Oleh karena itu, islam memberikan peluang kepada
umatnya yang mempunyai kemampuan untuk melakukan ijtihad. Banyak Al-
Quran dan hadis yang memberikan isyarat mengenai ijtihad. Sebagai firman Allah
Swt. berikut:
ِإَّنا َأْنَز ْلَنا ِإَلْيَك اْلِكَتاَب ِباْلَح ِّق ِلَتْح ُك َم َبْيَن الَّناِس ِبَم ا َأَر اَك ُهَّللاۚ َو اَل َتُك ْن ِلْلَخ اِئِنيَن َخ ِص يًم ا
6
Yandi Irshad Badruzzaman. “Tasawuf dalam Dimensi Zaman Definisi, Doktrin, Sejarah &
Dinamika Keumatan” tahun terbit 2023, h 26-27
7
penentang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang yang berkhianat.
(Q.S An-Nisa’, 4: 105).”
Para ulama sepakat bahwa ijtihad boleh dilakukan oleh ahlinya yang
memenuhi persyaratan keilmuan seorang mujtahid. Ijtihad itu tidak bisa dilakukan
oleh setiap orang. Seseorang yang melakukan ijtihad akan bergantung pada
kemampuan, minat dan aktivitas yang ada pada mujtahid itu sendiri dan memiliki
tingkatan-tingkatannya, tingkatan tersebut ialah; Mujtahid Mutlak atau Mustaqil,
Mujtahid Muntasib, Mujtahid Fil Mazhabib, Mujtahid Murajih. Seseorang
diperbolehkan melakukan ijtihad bila syarat-syarat ijtihad dipenuhi. Syarat-syarat
tersebut terbagi menjadi tiga, yaitu syarat umum, syarat khusus, dan syarat
pelengkap.
1. Syarat-Syarat Umum
a. Islam
b. Balig
c. Berakal sehat.
d. Memahami masalah.
7
Rohmadi Agus, dkk. “Belajar Praktis Fikih untuk MA/MAK Kelas XII”, Jawa Tengah: CV VIVA
PAKARINDO , 2013, h 45
8
e. Beriman
2. Syarat-Syarat Khusus
a. Mengetahui ayat-ayat Al-Qur'an yang berhubungan dengan masalah
yang dianalisis, dalam hal ini ayat-ayat ahkam, termasuk Asbabun
nuzul, musytarak, dan sebagainya,
b. Mengetahui sunah-sunah nabi yang berkaitan dengan masalah yang
dianalisis, mengetahui asbabul wurud, dan dapat mengemukakan
hadis-hadis dari berbagai kitab hadis, seperti Sahih Bukhari, Sahih
Muslim, dan Sunan Abu Dawud.
c. Mengetahui maksud dan rahasia hukum Islam, yaitu kemaslahatan
hidup manusia di dunia dan akhirat.
d. Mengetahui kaidah-kaidah kulliah, yaitu kaidah-kaidah yang di
istinbatkan dari dalil-dalil syarak.
e. Mengetahui kaidah-kaidah bahasa Arab, yaitu nahwu, saraf, balagah,
dan sebagainya.
f. Mengetahui ilmu ushul fikih yang meliputi dalil-dalil syar'i dan cara-
cara mengistinbatkan hukum.
g. Mengetahui ilmu mantik.
h. Mengetahui penetapan hukum asal berdasarkan baraah ashliyah
(semacam praduga tak bersalah, praduga mubah, dan sebagainya).
i. Mengetahui soal-soal ijmak sehingga hukum yang ditetapkan tidak
bertentangan dengan ijmak.
3. Syarat-Syarat Pelengkap
a. Mengetahui bahwa tidak ada dalil qat'i yang berkaitan dengan masalah
yang akan ditetapkan hukumnya.
b. Mengetahui masalah-masalah yang diperselisihkan oleh para ulama
dan yang akan mereka sepakati.
c. Mengetahui bahwa hasil ijtihad itu tidak bersifat mutlak.8
8
Rohmadi Agus, dkk. “Belajar Praktis Fikih untuk MA/MAK Kelas XII”, Jawa Tengah: CV VIVA
PAKARINDO , 2013, h 43-44
9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
10
Islam adalah agama terakhir yang memiliki ciri khas dibandingkan agama-
agama sebelumnya. Ada 2 sisi yang dapat digunakan untuk memahami apa itu
agama Islam, yaitu kebahasaan dan sisi peristilahan. Dari kata itulah yang menjadi
kata Islam yang mengandung segala arti dalam arti pokoknya. Dari pengertian
kebahasaan ini, kata Islam dekat dengan arti kata agama yang berarti menguasai,
menundukkan, patuh, berhutang, membalas, dan kebiasaan. Dari uraian di atas,
disimpulkan bahwa kata Islam dari segi kebahasaan mengandung arti kepatuhan,
taat, dan berserah diri kepada Tuhan dalam upaya mencari keselamatan dan
kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, Islam sudah
menggambarkan kodrat manusia sebagai makhluk yang tunduk dan patuh kepada
Tuhan.
Hadis merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah Alquran. Dalam
keseharian sering kali lafadz hadis digunakan untuk menyebut setiap hal yang
disandarkan pada Nabi atau segala hal yang bersumber dari Nabi disebut juga
dengan istilah sunnah. Dapat dipahami bahwa setiap yang disebut dengan hadis
tidak akan lepas dari adanya unsur penyampaian sesuatu (berita) dari satu orang
ke orang lainnya. Secara umum makna hadis adalah sesuatu yang diriwayatkan
kepada Rasulullah Saw. Sangat penting untuk memahami Hadis dengan benar,
11
karena terkadang ada yang melakukan kesalahan dalam menafsirkan Hadits.
Hadits berfungsi untuk membangun dan memperkuat apa yang telah diuraikan
dalam Al-Quran.
Ijtihad merupakan suatu konsep hukum Islam yang mengacu pada usaha
dan upaya para ahli hukum, seseorang yang melakukan ijtihad disebut mujtahid).
Ijtihad guna dalam menafsirkan hukum Islam dan mencari solusi hukum terhadap
keadaan yang tidak secara langsung tercakup dalam hukum Islam yang
ada. Ijtihad memegang peranan penting dalam menentukan status hukum suatu
permasalahan yang tidak terdapat hukum rincinya baik dalam Al-Quran maupun
Hadits. Ijtihad mengungkapkan status hukum dari fakta yang belum ada. Para
ulama sepakat bahwa ijtihad boleh dilakukan oleh ahlinya yang memenuhi
persyaratan keilmuan seorang mujtahid.
Daftar Pustaka
12
Muhammad ‘Ajaj Al-Khatib. 2008 ”Usul al-hadis: Ulumubu wa Mustalabubu”
(Beirut Dar al-Fikr)
Agus, Rohmadi, dkk. 2013 “Belajar Praktis Fikih untuk MA/MAK Kelas XII”
(Jawa Tengah: CV VIVA PAKARINDO)
13