Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

(HAKIKAT AGAMA ISLAM DAN SEJARAH ISLAM)

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Agama

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Novianty Djafri, S.Pd.I, M.Pd.I

Oleh:
Muh.Rifki
Nim: 452423018

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu (Prof. Dr. Novianty Djafri,
S.Pd.I, M.Pd.I) sebagai dosen pengampu mata kuliah (Agama) yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan saya. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Gorontalo

Muh.Rifki

2
DAFTAR ISI

Hlm
COVER…………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 4
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 4
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………….......... 5
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Hakekat Pengertian Agama Islam …………………………………. 6
2.1.1 Pengertian Agama Islam Secara Terminologi……………………… 8
2.1.2 Konsep Ketuhanan dalam Islam......................................................... 9
2.1.3 Konsep Ketaqwaan dalam Islam…………………………………… 12
2.1.4 Sumber Hukum dan Ajaran Islam...................................................... 16
2.2 Sejarah Islam……………………………………………………….. 18
2.2.1 Masa Pra Islam………………........................................................... 20
2.2.2 Masa Keemasan Islam……………………………………………… 22
2.2.3 Islam di Indonesia…………………………………………………... 23
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………... 25
3.2 Saran……………………………………………………………………. 25
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 27

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw dan rasul
Sebagai utusan-Nya yang terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh umat
Manusia hingga akhir zaman. yang berintikan tauhid atau keesaan Tuhan
dimanapun dan kapanpun dan dibawa secara berantai (estafet) dari satu generasi ke
generasi Selanjutnya dari satu angkatan keangkatan berikutnya, yaitu sebagai rahmat,
hidayat, Dan petunjuk bagi manusia dan merupakan manifestasi dari sifat rahman dan
Rahim Allah SWT.
Agama Islam adalah satu-satunya agama yang di akui di sisi Allah swt. Ajaran
dan ketentuan-Nya yaitu Al-qur’an dan sunnah. Sehingga beruntunglah bagi mereka
yang telah menjadi pengikutnya kemudian dapat pula melaksanakan dan
Mengamalkan ajaran Islam secara baik dan benar. Islam lahir membawa akidah
ketauhidan dan melepaskan manusia kepada ikatan berhala-berhala, serta benda-
benda lain yang posisinya hanyalah sebagai makhluk Allah SWT dan ajaran Islam di
Dukung oleh krangka dasar agama Islam yaitu akidah, tauhid, dan akhlak.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa itu hakekat Pengertian Agama Islam?
b. Jelaskan pengertian Islam Secara Terminologi
c. Jelaskan konsep Ketuhanan dalam Islam

4
d. Jelaskan konsep ketaqwaan dalam Islam
e. Jelaskan sumber hukum dalam Islam
f. Jelaskan sejarah Islam
g. Jelaskan masa pra Islam
h. Jelaskan masa keemasan Islam
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan berisi pernyataan-pernyataan penting yang berisi jawaban
dari rumusan masalah. Tujuan penulisan dituliskan dengan poin-poin sebagai berikut:
a. Untuk memahami tentang pengertian Agama Islam
b. Untuk memahami tentang pengertian Islam Secara Terminologi
c. Untuk memahami tentang konsep ketuhanan dalam Islam
d. Untuk memahami tentang konsep ketaqwaan dalam Islam
e. Untuk memahami tentang sumber hukum dalam Islam
f. Untuk memahami tentang sejarah Islam
g. Untuk memahami tentang masa pra Islam
h. Untuk memahami tentang masa keemasan Islam

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakekat Pengertian Agama Islam


Islam adalah sebuah agama monoteisme Abrahamik yang berpusat terutama
di sekitar Al-Qur’an, sebuah teks agama yang diimani oleh umat Muslim sebagai
kitab suci (kitābullāh) dan firman langsung dari Tuhan (muslim menyebutnya sebagai
Allāh) seperti yang diwahyukan kepada Muhammad, nabi Islam yang utama dan
terakhir.Pada 2020, Islam diperkirakan dianut oleh 1,9 miliar orang di seluruh dunia
sehingga menjadi agama terbesar kedua setelah Kekristenan
Muslim percaya bahwa Islam adalah versi lengkap dan universal dari iman
primordial yang diturunkan berkali-kali melalui nabi-nabi sebelumnya seperti Adam,
Ibrahim, Musa, dan Isa (Yesus).Wahyu sebelumnya ini dikaitkan dengan Yudaisme
dan Kristen, yang dianggap dalam Islam sebagai agama pendahulu spiritual.Mereka
juga menganggap Al-Qur’an, ketika disimpan dalam bahasa Arab Klasik, sebagai
wahyu Tuhan yang tidak berubah dan terakhir bagi umat manusia. Seperti agama
Abrahamik lainnya, Islam juga mengajarkan tentang Penghakiman Terakhir, di mana
orang yang saleh akan dimasukkan ke surga (Jannah) dan orang yang jahat akan
dihukum di neraka (Jahannam). Konsep dan praktik keagamaan termasuk Rukun
Islam dianggap sebagai ibadah wajib dan mengikuti hukum Islam (syarīʿah), yang
menyentuh hampir setiap aspek kehidupan, dari perbankan dan keuangan dan

6
kesejahteraan hingga peran perempuan dan lingkungan. Kota Makkah, Madinah, dan
Yerusalem adalah rumah bagi tiga situs paling suci dalam Islam, dalam urutan
menurun: Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjid Al-Aqsa, masing-masing.
Islam sering didefinisikan sebagai wahyu yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw sebagai pedoman untuk kebahagiaan hidup di dunia dan akherat
atau Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Allah kepada masyarakat
manusia melalui Muhammad Saw sebagai Rasul. Agama ini muncul pertama kali di
wilayah Arab, yaitu tahun 610 M yang ditandai dengan diterimanya wahyu Al-Qur’an
yang pertama di Makkah oleh Muhammad Saw. Setelah itu, ajaran Islam menyebar
ke berbagai penjuru dunia, termasuk ke wilayah Indonesia.
Islam secara bahasa bermakna penyerahan diri, artinya seorang penganut
Islam atau orang Muslim adalah orang yang diharuskan tunduk kepada Allah dan
ketentuan-Nya.Secara theologis, Islam adalah sistem nilai dan ajaran yang bersifat
Ilahiyah, dan karena itu sekaligus bersifat transenden. Tetapi dari sudut sosiologi,
Islam merupakan fenomena peradaban, kultural dan realitas sosial dalam kehidupan
manusia. Islam dalam realitas sosial tidak sekedar sejumlah doktrin yang bersifat
menzaman dan menjagatraya (universal), tetapi juga mengejahwantahkan diri dalam
institusi-institusi sosial yang dipengaruhi oleh situasi dan dinamika ruang dan waktu.
Islam yang mengandung doktrin atau ajaran yang universal, pada tingkat
sosial tidak dapat menghindarkan diri dari kenyataan lain, yakni perubahan. Menurut
ajaran Islam sendiri, perubahan sering dikatakan sebagai sunatullah, yang merupakan
salah satu sifat asasi manusia dan alam raya secara keseluruhan. Semua manusia,
kelompok masyarakat, dan lingkungan hidup mengalami perubahan secara terus
menerus. Dengan demikian, Islam berperan sebagai subyek yang turut menentukan
perjalanan sejarah.
Misi Islam adalah menyeru umat manusia untuk mengikuti jalan Allah dan
Rasulnya serta percaya kepada Hari Kiamat. Sasarannya adalah mengeluarkan umat
manusia dari kegelapan menuju cahaya terang dan dari penyembahan terhadap

7
sesama manusia menuju penyembahan kepada Allah semata. Demikian pula, Islam
mengeluarkan umat manusia dari kesempitan hidup di dunia menuju hidup yang
lapang dan dari bentuk kepercayaan yang kejam kepada agama Islam yang adil.
Diketahui karena jahilia(kebodohan) membawa kejahatan dan menciptakan keresahan
pada manusia, maka dengan kepemimpinan Islam ini dunia terselamatkan dari
kehancuran dan kepunahan.
Islam mengajarkan bahwa manusia diciptakan Allah sebagai pengemban
amanat. Di antara amanat Allah yang dibebankan kepada manusia ialah agar
memakmurkan kehidupan di bumi. Karena amanat mulianya manusia sebagai
pengemban amanat Allah, maka manusia diberi kedudukan sebagai “manajer bumi”
(khalifatullah, wakil Allah di bumi). Sebagai manajer bumi, manusia wajib
melaksanakan hidup dan kehidupan sesuai dengan garis-garis yang telah ditetapkan
Allah, dan tidak boleh menyalahinya sedikitpun. Manusia tidak memiliki otonom
penuh dalam mengatur kehidupan di bumi. Aturan Allah wajib diikuti, begitu pula
aturan Rasulullah, Muhammad swa, dan juga aturan penguasa (ulul amri) sepanjang
tidak bertentangan dengan aturan Allah dan Rasul-Nya.

2.1.1 Islam Secara Terminologi


“Islam” dalam bahasa Arab adalah bentuk kata benda infinitif kuadri-literal
(maṣdar rubā‘ī). Bentuk kata kerja sempurna aktif triliteralnya (fi‘l māḍi ṡulaṡī mabnī
ma‘lūm) adalah salima (‫سلم‬, “selamat”). Arti semantik dari bentuk kuadri-literalnya
ini adalah tunduk dan patuh (khadha‘a wa istaslama), berserah diri, menyerahkan,
memasrahkan (sallama), mengikuti (atba‘a), menunaikan, menyampaikan (addā), atau
masuk dalam kedamaian, keselamatan, atau kemurnian (dakhala fi al-salm au al-silm
au al-salām).Semua istilah yang seakar kata dengan “islām” berhubungan erat dengan
makna keselamatan, kedamaian, dan kemurnian.
Secara istilah, Islam bermakna penyerahan diri; ketundukan dan kepatuhan
terhadap perintah Allah serta pasrah dan menerima dengan puas terhadap ketentuan

8
dan hukum-hukum-Nya. Pengertian “berserah diri” dalam Islam kepada Tuhan
bukanlah sebutan untuk paham fatalisme, melainkan sebagai kebalikan dari rasa berat
hati dalam mengikuti ajaran agama dan lebih suka memilih jalan mudah dalam hidup.
Seorang muslim mengikuti perintah Allah tanpa menentang atau
mempertanyakannya, tetapi disertai usaha untuk memahami hikmahnya.
Istilah “Islam” juga dapat diartikan sebagai agama yang diberikan oleh Allah
kepada Muhammad sebagai jalan keselamatan di dunia dan akhirat yang ajarannya
dilandasi oleh tauhid dan diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan manusia.
‫ِإْذ َقاَل َلُه َر ُّبُه َأْس ِلْم ۖ َقاَل َأْس َلْم ُت ِلَر ِّب اْلَع اَلِم يَن‬
“(Ingatlah) ketika Tuhan berfirman kepadanya (Ibrahim), “Berserah dirilah!”
Dia menjawab, “Aku berserah diri kepada Tuhan seluruh alam.” (Qur’an Al-
Baqarah:131)
Islam sebenarnya juga dipakai untuk menyebut keyakinan monoteistik yang
diyakini bersama oleh agama-agama samawi (saat ini Judaisme dan Kekristenan);
lihat QS al-Maidah ayat 44, QS Ali Imran ayat 67 dan 52. Namun, Islam lebih
populer digunakan untuk agama yang dibawa oleh Muhammad sebagaimana terdapat
dalam sebuah ayat Al-Qur’an yang diturunkan di akhir-akhir masa kenabiannya:
‫اْلَيْو َم َأْك َم ْلُت َلُك ْم ٖد يَنُك ْم َو َأْتَم ْم ُت َع َلْيُك ْم ِنْع َم ِتي َو َر ٖض يُت َلُك ُم اِإْل ْس اَل َم ٖد يًنا‬
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku
cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu.” (Qur’an
Al-Ma’idah:3)

> Iman, Islam, dan Ihsan


Istilah islam juga merujuk kepada aspek hukum dan yurisprudensi di dalam
ajaran agama Islam, bersama iman untuk aspek teologi dan ihsan untuk aspek
moral.Istilah rukun islam (‫“ أركان اإلسالم‬pilar-pilar islam”) dan rukun iman mengambil
dari pengertian ini.

9
> Muslim
Muslim adalah orang yang memeluk ajaran Islam dengan cara menyatakan
kesaksiannya tentang keesaan Allah dan kenabian Muhammad.Bentuk jamaknya
adalah muslimin, muslimun, atau umat Islam.

2.1.2 Konsep Ketuhanan dalam Islam


Konsep dasar mengenai ketuhanan di dalam Islam dijelaskan dalam satu surah
bernama Surah Al-Ikhlas yang hanya terdiri dari empat ayat. Ayat pertama dari surah
ini menyebutkan bahwa Tuhan yang Maha Esa bernama Allah. Ayat kedua
menjelaskan tentang kemampuan yang dimiliki-Nya sebagai Tuhan, yaitu sebagai
tempat meminta segala sesuatu. Kemudian, pada ayat ketiga disebutkan sifat-Nya
ialah tidak beranak dan tidak diperanakkan. Ayat keempat juga menyebutkan sifat-
Nya yaitu tidak ada sesuatu apapun yang menyerupai-Nya. Dalam ajaran Islam. Allah
adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah, memiliki nama-nama terbaik, dan
memiliki sifat dan karakter tertinggi. Ajaran monoteisme Islam disebut tauhid, yang
didefinisikan sebagai pengesaan Allah dalam hal-hal yang menjadi kekhususan Tuhan
dan yang Dia wajibkan. Pengesaan Allah dalam hal-hal kekhususan Tuhan dibagi
menjadi dua bahasan: tauhid rububiyah dan tauhid asma’ wash-shifat, sedangkan
pengesaan Allah dalam hal-hal yang dia wajibkan dibahas dalam tauhid uluhiyah.

> Tauhid (Monoteisme)


Dalam tauhid rububiyah, Allah diakui sebagai satu-satunya Rabb (Yang
Menguasai), sehingga semua selain Allah adalah ‘abd (hamba/budak/yang
dikuasai).Allah adalah Rabb Yang Berkuasa dalam penciptaan, pengurusan, dan
kerajaan alam semesta. Allah sebagai satu-satunya Pencipta adalah juga Yang
Memberi rezeki, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan, serta Yang Memberi
manfaat dan bahaya. Allah yang mengurus segala sesuatu; semua urusan yang Dia
tangani adalah kebaikan; dan Allah Mahakuasa terhadap apa yang Dia kehendaki.

10
Dalilnya adalah ayat dalam Al-Qur’an, “Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-
Nya.”[Al-A'raf:54]
Allah juga diakui memiliki kesempurnaan nama dan atribut (atribut esensial
dan atribut aksidental) selain mencipta, mengurus, dan merajai alam semesta; hal ini
dibahas dalam tauhid asma wa sifat (keesaan nama dan sifat). Nama dan sifat Allah
diketahui melalui dan ditetapkan dengan Al-Qur’an dan Sunnah pada makna
tersuratnya dan tidak bisa ditetapkan oleh akal semata. Namun, nama dan sifat Allah
tidak terbatas; selain dari yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah dirahasiakan
dalam ilmu gaib-Nya.
Dalam tauhid uluhiyah, Allah diakui sebagai Tuhan Yang Maha Esa dalam
segala bentuk peribadahan dari seluruh makhluk-Nya. Pengakuan Allah sebagai satu-
satunya Rabb berkonsekuensi penyembahan makhluk kepada Rabb-nya semata.
Ibadah atau penghambaan diri kepada Allah merupakan perbuatan makhluk untuk
merendahkan diri kepada-Nya dengan mengerjakan perintah-perintah-Nya dan
menjauhi larangan-larangan-Nya seumur hidup. Ibadah tidak boleh ditujukan sedikit
pun kepada selain Allah. Beribadah kepada selain Allah, meskipun juga menyembah
Allah, adalah dosa yang paling besar dalam Islam yang disebut dengan syirik
(mempersekutukan Allah), sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
‫َو ِإْذ َقاَل ُلْقَم اُن اِل ْبِنِه َو ُهَو َيِع ُظُه َيا ُبَنَّي اَل ُتْش ِرْك ِباِهَّللۖ ِإَّن الِّش ْر َك َلُظْلٌم َع ِظ يٌم‬
Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi
pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.
> Asmaulhusna
Asmaulhusna. adalah nama-nama Allah yang indah. Jumlahnya yang
disebutkan di dalam hadis hanya 99 nama, tetapi di dalam Al-Qur’an terdapat nama-
nama Allah selain ke-99 nama tersebut. Asma berarti nama (penyebutan) dan husna
berarti yang baik atau yang indah, jadi asmaulhusna adalah nama nama milik Allah
yang baik lagi indah.

11
> Zikir dan doa
Zikir dan doa adalah dua macam ibadah kepada Allah yang secara umum
tidak memiliki batasan waktu dan tempat. Zikir secara bahasa artinya mengingat atau
menyebut. Secara istilah, zikir mencakup ibadah memuji Allah, mengingat nama-
nama-Nya, nikmat-Nya, keputusan dan takdir-Nya, ajaran agama-Nya, serta janji
balasan pahala dan ancaman siksa-Nya. Ibadah zikir mencakup zikir hati dan zikir
lisan. Zikir bertujuan untuk mewujudkan kesempurnaan peribadahan kepada Allah.
Membaca Al-Qur’an juga termasuk zikir.
Doa secara bahasa artinya memanggil atau meminta. Secara istilah, doa
mencakup panggilan pujian dan permintaan kepada Allah. Setiap muslim
diperbolehkan untuk berdoa meminta kebaikan atau berlindung dari keburukan. Allah
memerintahkan untuk berdoa kepada-Nya dengan doa-doa yang terdapat di Al-
Qur’an dan Sunnah. Doa yang tidak terdapat di dalam Al-Qur’an dan Sunnah
diperbolehkan selain doa yang melampaui batas, seperti meminta agar mengetahui
segala sesuatu atau mengetahui hal gaib karena itu merupakan kekhususan Allah.

2.1.3 Konsep Ketaqwaan dalam Islam


Inti dari ajaran Islam sekaligus sebab berbagai kebaikan adalah takwa kepada
Allah. Takwa adalah perbuatan menjalankan perintah Allah dan meninggalkan
larangan-Nya yang dilandasi oleh rasa takut, harap, dan cinta kepada Allah. Seorang
muslim menyembah Allah juga dalam rangka berharap masuk surga dan terhindar
dari neraka. Istilah takwa merupakan istilah yang paling banyak disebutkan di dalam
Al-Qur’an. Adapun ayat yang paling menjelaskan tentang kedudukan takwa adalah:
‫َو َلَقْد َو َّصْيَنا اَّلِذ يَن ُأوُتوا اْلِكَتاَب ِم ن َقْبِلُك ْم َو ِإَّياُك ْم َأِن اَّتُقوا الَّل‬
“Dan sungguh, Kami telah memerintahkan kepada orang yang diberi kitab suci
sebelum kamu dan (juga) kepadamu agar bertakwa kepada Allah.” (Qur’an An-
Nisa’:131)

12
Ajaran ketakwaan Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan sunnah (perilaku
kehidupan Muhammad) dapat diklasifikasikan berdasarkan hadis berikut ini menjadi
iman, islam, dan ihsan. Umar bin al-Khatthab berkata,

Pada suatu hari kami berkumpul bersama Rasulullah ‫ ﷺ‬, tiba-tiba datang
seorang laki-laki yang bajunya sangat putih, rambutnya sangat hitam. Tidak kelihatan
tanda-tanda kalau dia melakukan perjalanan jauh, dan tak seorangpun dari kami yang
mengenalnya. Laki-laki itu kemudian duduk di hadapan Nabi ‫ ﷺ‬sambil
menempelkan kedua lututnya pada lutut Nabi ‫ ﷺ‬. sedangkan kedua tangannya
diletakkan di atas paha Nabi ‫ ﷺ‬. Laki-laki itu bertanya, “Wahai Muhammad
beritahukanlah aku tentang Islam.”Rasulullah ‫ ﷺ‬menjawab, “Islam adalah kamu
bersaksi tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mengerjakan
shalat, menunaikan zakat, puasa pada bulan Ramadhan dan kamu haji ke Baitullah
jika kamu telah mampu melaksanakannya.” Laki-laki itu menjawab, “Kamu benar.”
Umar berkata, “Kami heran kepada laki-laki itu. Dia bertanya, lalu dia menilai
jawabannya benar.” Laki-laki itu bertanya lagi, “Beritahukanlah aku tentang Iman.”
Nabi menjawab, “Iman adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-
kitab-Nya, para rasul-Nya, hari kiamat dan qadar (ketentuan) Allah) yang baik dan
yang buruk.” Laki-laki itu menjawab, “Kamu benar.” Laki-laki itu bertanya lagi,
“Beritahukanlah aku tentang Ihsan.” Nabi menjawab, “Ihsan adalah kamu
menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, jika kamu tidak dapat melihat-
Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” Kemudian orang itu pergi. Setelah itu aku
(Umar) diam beberapa saat. Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬bertanya kepadaku, “Wahai
Umar siapakah orang yang datang tadi?” Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih
mengetahui.” Lalu Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, “Sesungguhnya laki-laki itu adalah [Malaikat]
Jibril. Ia datang kepadamu untuk mengajarkan agamamu.” ( HR. Muslim, 9)
Dari segi keilmuan, semula ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak
terbagi-bagi. Namun selanjutnya para ulama mengadakan pemisahan, sehingga

13
menjadi bagian ilmu sendiri. Bagian-bagian itu mereka elaborasi sehingga menjadi
bagian ilmu yang berbeda. Perhatian terhadap Iman memunculkan ilmu Aqidah (ilmu
tauhid, ilmu kalam, atau teologi). Perhatian khusus pada aspek Islam menghadirkan
Fiqih (hukum Islam). Sedangkan penelitian terhadap dimensi Ihsan melahirkan ilmu
tasawuf, akhlak, dan adab (moral dan etika).

> Aqidah: kepercayaan


Ajaran pokok dalam Islam adalah hal-hal yang menyangkut kepercayaan atau
keyakinan hati terhadap Allah, para malaikat-Nya, kitab suci yang diturunkan-Nya,
para utusan-Nya, dan peristiwa di kehidupan setelah kematian.
Muslim juga mempercayai Rukun Iman yang terdiri atas 6 perkara, yaitu:
1.Iman kepada Allah,
2.Iman kepada malaikat Allah,
3.Iman kepada kitab Allah (Al-Qur’an, Injil, Taurat, Zabur dan suhuf),
4.Iman kepada nabi dan rasul Allah,
5.Iman kepada hari kiamat, serta
6.Iman kepada qada’ dan qadar.

> Fiqih: ibadah dan muamalah


Aspek hukum dalam Islam meliputi berbagai amal perbuatan yang
diperintahkan, dilarang, dan dibolehkan. Amal-amal perbuatan tersebut dapat dibagi
menjadi dua kategori dasar menurut arah hubungannya.

> Ibadah
Ibadah adalah amal perbuatan manusia berhubungan dengan Allah. Ibadah ada
yang murni ibadah,[a] seperti Salat dan puasa; ada yang ibadah sosial,[b] seperti
Zakat dan Haji. Keempat amal ini disebut sebagai “Rukun Islam” setelah syahadat.

14
> Muamalah
Muamalah adalah perbuatan manusia berhubungan dengan manusia lain.
Hukum yang mengatur masalah muamalah dibagi lagi menjadi empat sub-bagian:
• Hukum-hukum yang memastikan keberlangsungan dakwah Islam dan
mempertahankannya. Hukum-hukum ini adalah yang dimaksud dengan Jihad. Jihad
dapat berupa upaya bersenjata dan upaya tidak bersenjata.
• Hukum-hukum keluarga untuk melindungi dan membina keluarga. Di dalamnya
termasuk hukum pernikahan, perceraian, dan warisan.
• Hukum-hukum perdagangan yang mengatur transaksi bisnis, kontrak sewa-
pinjam, dan lain-lain.
• Hukum-hukum pidana yang mengatur tindakan kriminal dalam masyarakat.

> Adab dan akhlak


Bukan hanya ajaran kepercayaan dan hukum, ajaran Islam juga ada yang
berkaitan dengan perbuatan hati dan jiwa, nilai-nilai moral, dan aturan perilaku. Islam
mengajari agar semua muslim menghiasi diri lahir dan batin dengan mengembangkan
sifat-sifat mulia yang tercakup dalam bidang ilmu tasawuf, adab, dan akhlak mulia .
Adab-adab dalam Islam:
• Adab kepada Allah, termasuk adab dalam niat
• Adab kepada Al-Qur’an
• Adab kepada Muhammad sebagai utusan Allah
• Adab kepada diri sendiri: taubat, muroqobah, muhasabah, dan mujahadah
• Adab kepada semua makhluk
- Berbakti kepada orang tua
- Menyambung hubungan kekerabatan (silaturahim)
- Berbuat baik kepada tetangga
- Berbuat baik kepada anak yatim, fakir miskin, dan anak jalanan

15
- Tidak mencela, berburuk sangka, memata-matai, maupun menyebarkan
keburukan orang lain (gosip)
• Adab persaudaraan, cinta, dan benci karena Allah
• Adab majelis
• Adab makan dan minum
• Adab bertamu
• Adab bepergian
• Adab berpakaian
• Adab tidur

Akhlak-akhlak terpuji dalam Islam:


• Sabar menghadapi cobaan
• Bertawakal kepada Allah dan tidak hanya mengandalkan diri sendiri
• Mendahulukan orang lain dan mencintai kebaikan
• Adil dan berimbang
• Kasih sayang
• Malu
• Melakukan yang terbaik
• Jujur
• Dermawan
• Rendah diri, tidak sombong

Akhlak-akhlak tercela dalam Islam:


• Lalim
• Dengki
• Menipu
• Riya’
• Bangga diri dan tertipu oleh dunia

16
• Lemah dan malas

Namun demikian, meskipun telah menjadi ilmu tersendiri, dalam tataran


pengalaman kehidupan beragama, tiga perkara itu harus diterapkan secara bersamaan
tanpa melakukan pembedaan. Tidak terlalu mementingkan aspek Iman dan
meninggalkan dimensi Ihsan dan Islam, atau sebaliknya.[52] Misalnya orang yang
sedang shalat, dia harus megesakan Allah disertai keyakinan bahwa hanya Dia yang
wajib disembah (Iman), harus memenuhi syarat dan rukun shalat (Islam), dan shalat
harus dilakukan dengan khusyuk dan penuh penghayatan (Ihsan).

2.1.4 Sumber Hukum dan Ajaran Islam


Fikih (hukum) adalah kajian keilmuan primer dalam Islam. Jika dalam
kekristenan teologi adalah kajian primernya, dalam Islam, seperti halnya dalam
Yudaisme, hukum lebih menjadi titik berat karena islam berarti tunduk kepada
hukum Allah. Meskipun demikian, penekanan pada ajaran hukum yang bersifat
praktis tidaklah mengesampingkan ajaran kepercayaan. Kepercayaan (iman) dan
praktek yang benar (amal shalih) saling berkaitan.
Dalam masa pembentukannya, yaitu selama masa kenabian, ajaran-ajaran dan
hukum-hukum Islam diambil dari dua wahyu sebagai sumber primer: Al-Qur’an dan
sunnah. Al-Qur’an berlaku sebagai sumber pokok dan cetak biru untuk kehidupan
Islami, sedangkan kehidupan sehari-hari Nabi (sunnah) berlaku untuk menerangkan
prinsip-prinsip dalam cetak biru tersebut serta untuk menunjukkan cara
mengaplikasikannya. Pada masa sahabat ketika mereka bersentuhan dengan sistem
pemerintahan, budaya, dan pola perilaku masyarakat yang baru yang belum pernah
disinggung semasa kenabian, para khalifah dan sahabat lain harus menggunakan
proses pengambilan keputusan berdasarkan ijmak (“konsensus”) dan ijtihad. Dalam
tahap perkembangannya pada masa Kekhalifahan Abbasiyah, madzhab fikih
bermunculan. Para imam mazhab, seperti Imam asy-Syafi’I, dan ulama lainnya tetap

17
menitikberatkan pada penggunaan Al-Qur’an dan sunnah sebagai sumber primer
sebelum merujuk pada pendapat sahabat, baik pendapat konsensus maupun
perseorangan, dan sumber atau metode penetapan hukum lainnya berupa qiyās
(“analogi”), istiḥsān (“preferensi hukum”), dan ‘urf (“adat kebiasaan”).

> Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah pokok dari semua argumentasi dan dalil.[45] Al-Qur’an adalah dalil
yang membuktikan kebenaran risalah Muhammad, dalil yang membuktikan benar dan
tidaknya suatu ajaran. Al-Qur’an juga merupakan kitab Allah terakhir yang
menegaskan pesan-pesan kitab-kitab samawi sebelumnya. Allah memerintahkan
dalam Al-Qur’an agar kaum Muslim senantiasa mengembalikan persoalan yang
diperselisihkan kepada Allah dan Rasul-Nya:
‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا َأِط يُعوا َهَّللا َو َأِط يُعوا الَّرُسوَل َو ُأوِلي اَأْلْم ِر ِم نُك ْم ۖ َفِإن َتَناَز ْعُتْم ِفي َش ْي ٍء َف ُر ُّد وُه ِإَلى ِهَّللا َو الَّرُس وِل‬
‫ِإن ُك نُتْم ُتْؤ ِم ُنوَن ِباِهَّلل َو اْلَيْو ِم اآْل ِخ ِرۚ َٰذ ِلَك َخْيٌر َو َأْح َس ُن َتْأِوياًل‬
Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika
kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-
Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. Qur’an An-
Nisa’:59
Meskipun Al-Qur’an menyatakan diri, “Inilah (Al-Qur’an) suatu keterangan
yang jelas untuk semua manusia, dan menjadi petunjuk serta pelajaran bagi orang-
orang yang bertakwa,”[Ali Imran:138] yang disebutkan di dalamnya bukanlah aturan
hukum yang komprehensif. Bagian demi bagian Al-Qur’an diturunkan secara
berkelanjutan selama rentang waktu 22 tahun lebih untuk memecahkan persoalan
yang dihadapi oleh Muhammad dan para sahabatnya.
> Hadis/Sunnah

18
Prinsip-prinsip dan nilai-nilai dalam Al-Qur’an dibakukan dan diejawantahkan
oleh sunnah Muhammad, perilaku normatif Muhammad yang berfungsi sebagai
contoh dan teladan. Karena sama-sama merupakan wahyu meskipun dalam wujud
yang berbeda dari Al-Qur’an, sunnah juga menjadi sumber hukum; yang
kebanyakannya merupakan jawaban dari pertanyaan para sahabat atau penjelasan atas
peristiwa yang tengah terjadi. Kedudukan penting sunnah ini telah Al-Qur’an
nyatakan dengan bentuk kalimat perintah, “Taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Muhammad), … jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya),”[An-Nisa’:59] maupun dengan
bentuk kalimat berita, “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”[Al-Ahzab:21]

> Ijmak
Ijmak (‫ )إجماع‬adalah kesepakatan para ulama muslim dalam menetapkan suatu
hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis dalam suatu perkara yang
terjadi.

> Kias
Kias atau Qiyas (‫ )قياس‬adalah penetapan suatu hukum dan perkara baru yang
belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalam sebab, manfaat,
bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama. Kias
termasuk bagian dalam fiqh.

2.3 Sejarah Islam


Untuk melihat latar belakang kemunculan agama Islam ini, mungkin penting
untuk mengemukakan latar belakang masyarakat Makkah, tempat kelahiran agama
ini, baik dari segi sosial ekonomi maupun politik. Diketahui bahwa Makkah berada di

19
pinggiran gurun pasir yang sangat luas (Gurun) dan dihuni oleh penduduk yang
disebut Badui. Makkah berada pada ketinggian yang relatif rendah di dataran tinggi
yang menonjol di atas pantai Laut Merah Arabia, di luar jangkauan musim hujan.
Makkah dapat dihuni karena adanya mata air, tetapi persediaan airnya tidak
mencukupi bagi penduduk kota untuk mengolah lahan pertanian atau mengolah
peternakan.Penduduk Makkah dan sekitarnya dikenal dengan suku Badui, suku
keturunan Semit, yang hidup nomad, dan hanya beberapa saja yang tinggal menetap
di dekat oases(daerah subur). Disebabkan oleh keadaan gurun pasir yang tidak ramah
serta kurangnya sumber-sumber alam, mereka secara historis terkondisikan untuk
menjalani kehidupan yang sangat keras sebagai watak mereka, keuletan dan
ketabahan adalah keistimewaan mereka, sedangkan kekurangannya adalah kurangnya
disiplin dan terlalu menghormati kekuasaan. Makanan mereka juga sama kerasnya,
karena umumnya terdiri dari kurma dan campuran tepung atau jagung dengan air,
susu unta atau susu kambing, selain itu makanan mereka juga diperoleh dari
merampas dan menyerang. Mereka hidup di tenda-tenda, dan dengan gembalaan onta,
kambing atau sapi, mereka terus berpindah mencari padang rumput atau menghindari
serangan yang mungkin dilakukan oleh lawan suku mereka.Penyerbuan ke suku lain
merupakan tuntutan ekonomi bagi suku Badui. Karena seringnya hal itu terjadi,
sehingga ghazwa (rasia atau perang antar suku) menjadi hal yang umum terjadi.
Tampaknya perlu diketahui, meskipun di Makkah berlangsung perdagangan yang
sangat ramai, namun tidak ada organisasi negara, birokrasi atau tentara. Hal ini
kemungkinan karena pertanian tidak ada di Makkah, sehingga feodalisme atau
institusi kerajaan tidak dapat berkembang. Satu-satunya lembaga pemerintahan di
Makkah adalah 2senat (mala’a), yang terdiri dari wakil-wakil suku. Hal lain yang
penting untuk dicatat adalah bahwa dewan ini hanyalah lembaga musyawarah dan
tidak mempuyai hak eksekutif. Di samping itu, setiap suku secara teoritis independen,
sehingga tidak terikat dengan setiap keputusan yang dihasilkan. Satu-satunya
keputusan yang efektif adalah apabila terdapat suara bulat. Tidak ada pajak yang

20
dikumpukan untuk tujuan politik atau administratif negara. Namun demikian,
terkadang sumbangan dikumpulkan dari suku-suku untuk menghiasi Ka’bah dan
menyambut ibadah haji.Kondisi sosial sebagaimana disebutkan di atas inilah yang
kemudian disebut dengan masyarakat “Jahiliah” pra-Islam. Sebenarnya masyarakat
Arab memiliki berbagai sifat dan karakter yang positif, seperti sifat pemberani,
ketahanan fisik yang prima, daya ingat yang kuat, kesadaran akan harga diri dan
martabat, cinta kebebasan, setia terhadap suku dan pemimpinnya, pola kehidupan
sederhana, ramah tamah, dan mahir dalam hal bersyair. Namun, sifat-sifat dan
karakter yang baik tersebut seakan tidak ada artinya karena suatu kondisi yang
menyelimuti kehidupan mereka, yakni ketidakadilan, kejahatan, dan keyakinan
terhadap takhayul.Pada masa itu, kaum wanita menempati kedudukan yang terendah
sepanjang sejarah umat manusia. Masyarakat Arabia pra-Islam memandang wanita
ibarat binatang piaraan, atau bahkan lebih hina. Mereka sama sekali tidak mendapat
penghormatan sosial dan tidak memiliki hak apa pun. Kaum laki-laki dapat saja
mengawini wanita sesuka hatinya, demikian pula mereka gampang saja menceraikan
sesuka hatinya. Bilamana seorang ayah diberitahukan atas kelahiran seorang anak
perempuan, seketika wajahnya berubah pasi lantaran malu, terkadang mereka tega
menguburkan bayi perempuan secara hidup-hidup. Mereka kebanyakan membunuh
anak-anak perempuannya lantaran rasa malu dan khawatir bahwa anak perempuan
hanya akan menimbulkan kemiskinan.Kebobrokan moral dan sosial inilah yang
melatarbelakangi Tuhan menurunkan risalah atau ajaran agama Islam. Dalam kondisi
semacam inilah Muhammad Sawdilahirkan di Negeri Arabia untuk membawa risalah.
Namun, yang perlu dicatat adalah, bahwa Arab hanyalah gambaran yang
mereprestasikan dari ketidaktertatanya masyarakat, kebiadaban, kelaliman, dan
apapun bentuknya yang tidak mencerminkan suatu tatanan masyarakat yang beradab.
Oleh karena itu, semestinya menterjemahkan Islam harus universal yang berlaku di
mana pun, bukan hanya untuk bangsa Arab saja.

21
2.2.1 Masa Pra Islam
Jazirah Arab sebelum kedatangan agama Islam merupakan sebuah kawasan
perlintasan perdagangan dalam Jalur Sutra yang menghubungkan antara Indo Eropa
dengan kawasan Asia di timur.Kebanyakan orang Arab adalah penyembah berhala
dan ada sebagian yang merupakan pengikut agama-agama Kristen dan Yahudi.
Makkah adalah tempat yang suci bagi bangsa Arab ketika itu, karena di sana terdapat
berhala-berhala agama mereka, telaga Zamzam, dan yang terpenting adalah
Ka’bah.Masyarakat ini disebut pula jahiliyah, artinya bodoh, bukan dalam hal
intelegensia namun dalam pemikiran moral. Warga Quraisy adalah masyarakat yang
suka berpuisi, dan menjadikan puisi sebagai salah satu hiburan di saat berkumpul di
tempat-tempat ramai.

> 609–632: masa kenabian


Islam bermula pada tahun 609 ketika wahyu pertama diturunkan kepada
Muhammad di Gua Hira’, 2 mil dari Makkah.
Muhammad dilahirkan di Makkah pada tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah. Ketika
Muhammad berusia 40 tahun, ia mulai mendapatkan wahyu yang disampaikan
Malaikat Jibril, dan sesudahnya selama beberapa waktu mulai mengajarkan ajaran
Islam secara tertutup kepada para sahabatnya. Setelah tiga tahun menyebarkan Islam
secara sembunyi-sembunyi, ia akhirnya menyampaikan ajaran Islam secara terbuka
kepada seluruh penduduk Makkah, yang mana sebagian menerima dan sebagian
lainnya menentangnya.

Pada tahun 622, Muhammad dan pengikutnya berpindah ke Madinah. Peristiwa


ini disebut hijrah dan menjadi dasar acuan permulaan perhitungan kalender Islam,
yaitu Kalender Hijriah. Di Madinah, Muhammad dapat menyatukan orang-orang
anshar (kaum muslimin dari Madinah) dan muhajirin (kaum muslimin dari Makkah),
sehingga umat Islam semakin menguat. Dalam setiap peperangan yang dilakukan
melawan orang-orang kafir, umat Islam selalu mendapatkan kemenangan. Dalam fase
awal ini, tak terhindarkan terjadinya perang antara Makkah dan Madinah.

Keunggulan diplomasi Muhammad pada saat perjanjian Hudaibiyah,


menyebabkan umat Islam memasuki fase yang sangat menentukan. Banyak penduduk
Makkah yang sebelumnya menjadi musuh kemudian berbalik memeluk Islam,
sehingga ketika penaklukan kota Makkah oleh umat Islam tidak terjadi pertumpahan
darah. Ketika Muhammad wafat di usia yang ke-61, hampir seluruh Jazirah Arab
telah memeluk Islam.

> 632–661: Khalifah Rasyidin


Khalifah Rasyidin atau Khulafaur Rasyidin memilki arti pemimpin yang diberi
petunjuk, diawali dengan kepemimpinan Abu Bakar, dan dilanjutkan oleh
kepemimpinan Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib.Pada

22
masa ini umat Islam mencapai kestabilan politik dan ekonomi. Abu Bakar
memperkuat dasar-dasar kenegaraan umat Islam dan mengatasi pemberontakan
beberapa suku-suku Arab yang terjadi setelah meninggalnya Muhammad. Umar bin
Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib berhasil memimpin militer Arab
pada umumnya untuk memperluas wilayah negara Islam, terutama ke Syam, Mesir,
dan Irak. Dengan takluknya negeri-negeri tersebut, banyak harta rampasan perang
dan wilayah kekuasaan yang dapat diraih oleh Muslim.

> 632–Abad ke-20: Masa kekhalifahan selanjutnya


2.2.2 Masa Keemasan Islam
Setelah periode Khalifah Rasyidin, kepemimpinan umat Islam berganti dari
tangan ke tangan dengan pemimpinnya yang juga disebut “khalifah”, atau kadang-
kadang disebut “amirul mukminin”, “sultan”, dan sebagainya. Pada periode ini
khalifah tidak lagi ditentukan berdasarkan orang yang terbaik di kalangan umat Islam,
melainkan secara turun-temurun dalam satu dinasti (bahasa Arab: bani) sehingga
banyak yang menyamakannya dengan kerajaan; misalnya kekhalifahan Bani
Umayyah, Bani Abbasiyyah, hingga Bani Utsmaniyyah yang kesemuanya diwariskan
berdasarkan keturunan. Besarnya kekuasaan kekhalifahan Islam telah menjadikannya
salah satu kekuatan politik yang terkuat dan terbesar di dunia pada saat itu.
Timbulnya tempat-tempat pembelajaran ilmu-ilmu agama, filsafat, sains, dan tata
bahasa Arab di berbagai wilayah dunia Islam telah mewujudkan satu kontinuitas
kebudayaan Islam yang agung. Banyak ahli-ahli ilmu pengetahuan bermunculan dari
berbagai negeri-negeri Islam, terutamanya pada zaman keemasan Islam sekitar abad
ke-7 sampai abad ke-13 masehi.

> Islam era Modern


Luasnya wilayah penyebaran agama Islam dan terpecahnya kekuasaan
kekhalifahan yang sudah dimulai sejak abad ke-8, menyebabkan munculnya berbagai
otoritas-otoritas kekuasaan terpisah yang berbentuk “kesultanan”; misalnya
Kesultanan Safawi, Kesultanan Turki Seljuk, Kesultanan Mughal, Kesultanan
Samudera Pasai dan Kesultanan Malaka, yang telah menjadi kesultanan-kesultanan
yang memiliki kekuasaan yang kuat dan terkenal di dunia. Meskipun memiliki
kekuasaan terpisah, kesultanan-kesultanan tersebut secara nominal masih
menghormati dan menganggap diri mereka bagian dari kekhalifahan Islam.
Pada kurun ke-18 dan ke-19 masehi, banyak kawasan-kawasan Islam jatuh ke
tangan penjajah Eropa. Kesultanan Utsmaniyyah (Kerajaan Ottoman) yang secara
nominal dianggap sebagai kekhalifahan Islam terakhir, akhirnya tumbang selepas
Perang Dunia I. Kerajaan ottoman pada saat itu dipimpin oleh Sultan Muhammad V.
Karena dianggap kurang tegas oleh kaum pemuda Turki yang di pimpin oleh Mustafa

23
Kemal Pasya atau Kemal Atatürk, sistem kerajaan dirombak dan diganti menjadi
republik.

> Era kontemporer


Pelopor modernisme Islam mempengaruhi gerakan politik Islam seperti
Ikhwanul Muslimin dan partai-partai terkait di dunia Arab, yang tampil baik dalam
pemilihan setelah Musim Semi Arab, Jamaat-e-Islami di Asia Selatan dan Partai AK,
yang secara demokratis berkuasa di Turki selama beberapa dekade. Di Iran, revolusi
menggantikan monarki sekuler dengan negara Islam. Lainnya seperti Rasyid Ridha
memisahkan diri dari modernis Islam dan mendorong untuk tidak merangkul apa
yang dilihatnya sebagai pengaruh Barat. Sementara beberapa diam , yang lain percaya
pada kekerasan terhadap mereka yang menentang mereka bahkan Muslim lainnya,
seperti Negara Islam Irak dan Suriah, yang bahkan akan mencoba untuk menciptakan
kembali dinar emas modern sebagai sistem moneter mereka. Namun Muslim atau
negara Islam mana pun mengakui ISIS sebagai Muslim tetapi sebaliknya mereka
dipandang sebagai ekstremis atau teroris.
Menentang gerakan politik Islam, di Turki abad ke-20, militer melakukan
kudeta untuk menggulingkan pemerintah Islam, dan jilbab dibatasi secara hukum,
seperti yang juga terjadi di Tunisia. Di tempat lain kekuasaan agama dikooptasi,
seperti di Arab Saudi, di mana negara memonopoli ilmu agama dan sering dipandang
sebagai boneka negara sementara Mesir menasionalisasi Universitas Al-Azhar,
sebelumnya merupakan kekuatan status pemeriksaan suara independen. Salafisme
didanai karena kepasifannya. Arab Saudi berkampanye melawan gerakan Islamis
revolusioner di Timur Tengah, menentang Iran, Turki dan Qatar.
Minoritas Muslim dari berbagai etnis telah dianiaya sebagai kelompok agama.
Hal ini dilakukan oleh pasukan komunis seperti Khmer Merah, yang menganggap
mereka sebagai musuh utama yang harus dimusnahkan karena mereka menonjol dan
menyembah tuhan mereka sendiri dan Partai Komunis Tiongkok di Xinjiang dan oleh
kaum nasionalis kekuatan seperti selama genosida Bosnia.
Globalisasi komunikasi telah meningkatkan penyebaran informasi keagamaan.
Adopsi jilbab telah tumbuh lebih umum dan beberapa intelektual Muslim semakin
berusaha untuk memisahkan keyakinan Islam kitab suci dari tradisi budaya. Di antara
kelompok lain, akses ke informasi ini telah menyebabkan munculnya pengkhotbah
“televangelis” populer, seperti Amr Khaled, yang bersaing dengan ulama tradisional
dalam jangkauan mereka dan memiliki otoritas keagamaan yang terdesentralisasi.
Penafsiran Islam yang lebih “individual”terutama mencakup Muslim Liberalyang
mencoba untuk mendamaikan tradisi agama dengan pemerintahan sekuler saat ini dan
isu-isu perempuan.

2.2.3 Islam di Indonesia

24
Islam telah dikenal di Indonesia pada abad pertama Hijriyah atau 7 Masehi,
meskipun dalam frekuensi yang tidak terlalu besar hanya melalui perdagangan
dengan para pedagang muslim yang berlayar ke Indonesia untuk singgah untuk
beberapa waktu. Pengenalan Islam lebih intensif, khususnya di Semenanjung Melayu
dan Nusantara, yang berlangsung beberapa abad kemudian.
Agama islam pertama masuk ke Indonesia melalui proses perdagangan, pendidikan
dan lain-lain.
Tokoh penyebar agama islam adalah walisongo antara lain,
Sunan Ampel
Sunan Bonang
Sunan Muria
Sunan Gunung Jati
Sunan Kalijaga
Sunan Giri
Sunan Kudus
Sunan Drajat
Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Islam adalah sebuah agama monoteisme Abrahamik yang berpusat terutama
di sekitar Al-Qur’an, sebuah teks agama yang diimani oleh umat Muslim sebagai
kitab suci (kitābullāh) dan firman langsung dari Tuhan (muslim menyebutnya sebagai
Allāh) seperti yang diwahyukan kepada Muhammad, nabi Islam yang utama dan
terakhir.Pada 2020, Islam diperkirakan dianut oleh 1,9 miliar orang di seluruh dunia
sehingga menjadi agama terbesar kedua setelah Kekristenan Muslim percaya bahwa
Islam adalah versi lengkap dan universal dari iman primordial yang diturunkan
berkali-kali melalui nabi-nabi sebelumnya seperti Adam, Ibrahim, Musa, dan Isa
(Yesus).Wahyu sebelumnya ini dikaitkan dengan Yudaisme dan Kristen, yang
dianggap dalam Islam sebagai agama pendahulu spiritual.Mereka juga menganggap

26
Al-Qur’an, ketika disimpan dalam bahasa Arab Klasik, sebagai wahyu Tuhan yang
tidak berubah dan terakhir bagi umat manusia.

3.2 Saran
Sebagai umat yang beragama islam, kita harus :
1. Mengimani/Meyakini Islam
Setiap individu harus mengimani/meyakini,bahwa hanyaAgama Islamlah satu-
satunya Dien yang benar dan diridoi Allah SWT. Hal ini sesuai firman Allah dalam
Surat Ali Imran ayat 19 sebagai berikut :
Artinya : Sesungguhnya Agama yang diridoi Allah hanyalah Agama Islam.
2. Mempelajari Islam.
Bagi setiap orang di dalam mempelajari agama Islam, yaitu : “Jangan ikut-ikutan”
alias “taqlid buta”,tapi “harus berdasarkan ilmu Allah”.
3. Mengamalkan ilmu yang kita punya. Ilmu yang kita punyai harus bermanfaat bagi
diri sendiri dan orang lain.
Dan kita sebagai mahasiswa yang beragama islam, untuk memahami agama
Islam yang baik dan benar kita harus Memahami kitab suci Al Quran, dengan dibaca,
ditadaburi, diamalkan dan diajarkan sebagai jalan dakwah dan hidup dengan
berpegang/berpedoman teguh pada Al-Quran dan Hadist

27
DAFTAR PUSTAKA
1. Browne, Edward G. (1889). Bábism. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-07-30.
Diakses tanggal 2022-09-19.
2. “World’s Baha’I connect with past in Israel”. 20 Januari 2007. Diarsipkan dari
versi asli tanggal 2022-03-20. Diakses tanggal 2022-09-19 – via Reuters.
3. Hunter, Shireen (2010). The Politics of Islamic Revivalism: Diversity and Unity:
Center for Strategic and International Studies (Washington, D.C.), Georgetown
University. Center for Strategic and International Studies. University of Michigan
Press. Hlm. 33. ISBN 9780253345493. Druze – Cabang dari Syiah; penganutnya
tidak diakui sebagai Muslim oleh kaum ortodoksi.

28
4. Yazbeck Haddad, Yvonne (2014). The Oxford Handbook of American Islam.
Oxford University Press. Hlm. 142. ISBN 9780199862634. Sementara kebanyakan
mazhab serupa dengan Islam yang normatif, Druze lebih seperti agama mandiri
dengan interpretasi kitab yang berbeda. Druze dianggap pula berbeda dari Ismaili dan
kepercayaan Muslim lainnya… penganut Druze juga tidak mengaku sebagai
Muslim…
5. Esposito 1988, hlm. 3.
6. “Religious Composition by Country, 2010-2050”. Pew Research Center. 2 April
2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-05. Diakses tanggal 21 Desember
2021.
7. Reeves, J. C. (2004). Bible and Qurʼān: Essays in scriptural intertextuality.
Leiden: Brill. Hlm. 177. ISBN 90-04-12726-7. Diarsipkan dari versi asli tanggal
2023-04-19. Diakses tanggal 2022-10-16.
8. “Global Connections . Religion | PBS”. www.pbs.org. Diarsipkan dari versi asli
tanggal 2023-02-13. Diakses tanggal 2022-05-09.
9. Esposito, John L. (ed.). “Eschatology”Perlu langganan berbayar. The Oxford
Dictionary of Islam. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-09-13. Diakses tanggal
2022-10-16 – via Oxford Islamic Studies Online.
10. Coulson, Noel James. “Sharīʿah”Perlu langganan berbayar. Encyclopædia
Britannica. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-11. Diakses tanggal 17
September 2021. (See also: “sharia” via Lexico.)
11. Trofimov, Yaroslav. 2008. The Siege of Mecca: The 1979 Uprising at Islam’s
Holiest Shrine. Knopf. New York. ISBN 978-0-307-47290-8. P. 79.
12. Wasik 2016, hlm. 227.
13. Cornell 2007, hlm. 6.
14. Cornell 2007, hlm. 6; Syalabi 1985, hlm. 28.
15. Hambali 2017, hlm. 17.
16. Syalabi 1985, hlm. 28.

29
17. Syalabi 1985, hlm. 5.

30

Anda mungkin juga menyukai