Anda di halaman 1dari 3

Refleksi Dwimingguan Calon Guru Penggerak

Model : 4 F (Facts, Feelings,Findings,Future)

Oleh : Ismawaty Mooduto


CGP Angkatan 5
SDN 10 Bonepantai Kab.Bone Bolango Provinsi Gorontalo

Berawal dari mendaftarkan diri mengikuti seleksi Calon Guru Penggerak (CGP) dalam Program
Pendidikan Guru Penggerak (PGP), sebagian besar pemahaman dan kesadaran diri saya sebagai
pendidik dalam pembelajaran masih sangat jauh dengan apa yang diharapkan dari pelatihan ini.
Salah satunya adalah penerapan proses pembelajaran dikelas. Berdasarkan pemahaman dan apa yang
sudah saya lakukan selama menjadi guru adalah saya lebih fokus terhadap pencapaian kognitif siswa
yang dilihat dari penilaian hasil belajar yang mencapai target Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM).
Ada rasa bangga tersendiri, ketika siswa saya mampu menjawab soal-soal kognitif berdasarkan
materi yang telah saya berikan. Soal kognitif tersebut saya rancang dan berikan kepada siswa tanpa
ada perbedaan, artinya semua siswa mendapatkan kriteria soal yang sama. Demikian halnya dalam
proses penilaian keterampilan siswa, yang menjadi fokus utamanya adalah pencapaian Kompetensi
Dasar (KD) dan Kompetensi Inti (KI) yang telah ditetapkan dalam kurikulum satuan pendidikan.

Setelah berjalan selama dua minggu saya mengikuti program PGP ini, banyak hal yang berbanding
terbalik antara ilmu pendidikan yang saya dapat dalam pelatihan dengan penerapan yang saya
lakukan dalam kelas.
Memang, beberapa waktu lalu, dunia pendidikan dihadapkan dalam perubahan kebijakan peraturan
mentri pendidikan dan kebudayaan yang mencakup “Merdeka Belajar”.
Konsep merdeka belajar ini banyak digaungkan lewat media sosial dan disosialisasikan ke instansi
pendidikan. Saya sendiri mengetahui konsep dari merdeka belajar tersebut, namun dalam
penerapannya di dalam kelas masih sangat jauh dari yang diharapkan, karena sebagain besar pendidik
termasuk saya sendiri masih sangat jarang menerapkan pembelajaran yang menganut prinsip merdeka
belajar. Ternyata teori yang saya dapat dalam prinsip merdeka belajar ini hanya sebatas pengetahuan
secara luas dan penjelasan lebih rinci tentang prinsip pembelajaran ini dibahas secara mendetail
dalam pelatihan PGP ini, yakni semuanya tertuang dalam pemikiran Ki Hajar Dewantara yang
dikenal dengan bapak pendidikan. Beliau sudah terjun dalam dunia pendidikan sejak zaman kolonial
Belanda.

Akhir-akhir ini saya disibukkan oleh aktivitas saya sebagai guru kelas VI di SDN 10 Bonepantai
yang saat ini baru selesai melaksanakan Penilaian Akhir Tahun sebagai puncak proses belajar siswa
selama 6 tahun. Alhamdulillah , tahun ini tidak disibukkan lagi dengan Ujian Nasional, karena
adanya kebijakan peraturan mentri tentang merdeka belajar.
Prinsip merdeka belajar sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara, dimana dalam proses
pembelajaran disesuaikan karakter, minat, bakat dan kemampuan siswa agar mereka dapat belajar
dalam situasi yang menyenangkan tanpa adanya tekanan dan paksaan.

Disela-sela aktivitas keseharian, saya selalu memantau grup WA CGP Angkatan 5 yang selalu
memberikan informasi terkait pendidikan yang saya ikuti ini dan membuka akun Guru Penggerak,
mengecek tugas yang ada di LMS dan membaca semua modul serta petunjuk yang sudah bisa
diakses.
Sejenak saya tertuju pada pemenuhan tugas di LMS tentang aksi nyata refleksi dwimingguan yang
harus segera diisi, mengingat Pengajar Praktik akan melakukan kunjungan ke sekolah saya minggu
ini. Saat itu saya merasa stress dan hilang semangat, karena masih ada beberapa tugas lagi yang
belum saya penuhi. Pikiran saya kacau, ditambah lagi dengan hasil penilaian semester beberapa siswa
yang tidak mencapai Kriteria Keruntasan Minimum. Dan lagi pengolahan nilai yang terbengkalai
oleh tersitanya waktu saya dalam mencapai target pemenuhan tugas di LMS. Alhamdulillah beberapa
tugas di LMS terpenuhi sesuai waktu yang ditargetkan.
Kembali emosi saya lagi tidak stabil ketika harus melakukan aksi nyata dalam pembelajaran
berdasarkan pemikiran KHD, sementara siswa saya sudah selesai materi dan pembelajarannya saat
ini, karena mereka sudah selesai melaksanakan Penilaian Akhir Tahun.

Akan tetapi,sebagai bentuk tanggung jawab saya sebagai peserta Calon Guru Penggerak dan untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan sesuai dengan
minat dan gaya belajar siswa, maka saya mengajak siswa saya untuk duduk bersama dan kembali
membahas materi yang sudah dipelajari, yakni tema 9 Menjelajah Angkasa Luar dengan Sub Tema
Benda Angkasa luar dan rahasianya.
Materi ini saya ajarkan kembali dalam konteks pembelajaran yang berbeda yang sesuaikan dengan
konteks pemikiran Kihajar Dewantara.
Perbedaan ini sangat berpengaruh pada kondisi kelas, misalnya dipembelajaran sebelumnya saya
hanya menyampaikan materi dan indikator yang harus dicapai siswa. Fokus saya pada pencapaian
indikator, sehingga saya memaksa siswa untuk mengetahui atau menghafal konsep tentang angkasa
luar. Dengan metode ini saya melihat siswa terbebani dan tidak semangat daam proses pembelajaran.

Dalam aksi nyata pendemonstrasian pemikiran Ki Hajar Dewantara ini, saya mengunakan metode
dengan menanyakan minat siswa yang disesuaikan dengan gaya belajarnya.
Saya mengidentifikasi siswa yang memiliki gaya belajar audio, visual atau audio-visual. Dengan
demikian saya merangkum proses pembelajaran dengan bermain sambil belajar. Dimana saya
membelajarkan proses terjadinya rotasi bumi dengan cara menampilkan dua gambar yakni gambar
diwaktu siang dan malam hari,kemudia siswa menceritakan sesuai bahasanya tentang perbedaan
kedua gambar tersebut berdasarkan pengalamannya. Pembelajaran dilanjutkan dengan metode
bermain peran.
Permainan ini untuk menunjukkan pergerakan planet-planet dan matahari di dalam sistem tata surya .
Setiap planet dalam tata surya akan melakukan rotasi dan revolusi terhadap matahari secara
bersamaan, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
- Membentuk kelompok yang terdiri atas sembilan orang. Satu orang akan berperan sebagai
Matahari. Lainnya akan berperan sebagai delapan planet yang ada dalam sistem tata surya
kita.
- Menuliskan nama-nama planet dan matahari dengan menggunakan spidol lalu kalungkan pada
leher setiap anggota kelompok.
- Melakukan diskusi dengan anggota kelompok untuk menentukan peran setiap anggota. Setiap
anggota kelompok mempelajari kerakteristik setiap planet yang telah diketahui sehubungan
gerakan rotasi dan revolusinya.
- Memeragakan peristiwa rotasi dan revolusi planet-planet dalam tata surya terhadap matahari.

Pembelajaran diatas merupakan salah satu wujud aksi nyata saya tentang pemikiran KI Hajar
Dewantara di kelas, yaitu menuntun anak sesuai kodrat alam dan zaman, dan menerapkan
pembelajaran yang menyenangkan siswa melalui bermain dan bercerita.

Dalam penerapan proses pembelajaran ini ada beberapa hal baik yang saya alami yakni :
- Saya mengenal lebih jauh lagi tentang karakter siswa,
- Saya mengenal lebih jauh tentang gaya belajar siswa, sehingga siswa lebih semangat untuk
belajar
- Pembelajaran lebih menarik sesuai bakat dan minat siswa,supaya tergali dan terasah dari usia
dini
- Sebagai pendidik yang sebelumnya menganut pembelajaran yang berpusat pada guru dan
mengharuskan guru lebih aktif dari pada siswa, saya merasa jauh lebih santai dan tidak terlalu
memporisir tenaga dalam hal penyampaian materi kepada siswa.

Ada beberapa kendala yang saya alami dalam penerapan konsep pembelajaran ini, yakni :
- Menenentukan materi-materi yang esensial dan konstektual yang akan diberikan kepada
siswa, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan dilingkungan tempat tinggalnya.
- Sarana dan prasaran kurang mendukung, karena belum tersedianya media pembelajaran yang
lengkap .

Harapan saya, semoga pembelajaran seperti dalam aksi nyata ini akan terus berkembang dan dapat
diterapkan oleh semua guru untuk lebih berusaha untuk memberikan merdeka belajar pada anak dan
pembelajaran yang menarik agar anak merasa senang dan bahagia. Dan melakukan refleksi diri
terhadap perubahan yang terjadi dalam pembelajaran.
Dengan memberikan kemerdekaan belajar kepada siswa tanpa ada tekanan dan paksaan. Siswa dapat
mengerjakan tugas secara mandiri sesuai dengan keinginannya sambil bermain, sehingga anak tidak
merasa bosan . Menciptakan pembelajaran yang aktif dan selalu memberikan stimulus atau
rangsangan kepada siswa sehingga siswa berani mengungkapkan bahasa dengan percaya diri akan
bakat dan kemampuannya.

Demikianlah refleksi dwimingguan saya


Semoga terus bergerak kearah yang lebih baik dan bisa menggerakkan pelaku pendidikan guna
menciptakan generasi abad 21 yang berbudi pekerti luhur.

Anda mungkin juga menyukai