Anda di halaman 1dari 4

Ruang Kolaborasi - Pendidikan yang Memerdekakan

Lakukan evaluasi diri terkait hasil diskusi dan umpan balik yang sudah
Anda dapatkan. Anda dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan berikut
ini untuk melakukan evaluasi:

1. Apakah yang saat ini Anda pahami tentang Pendidikan yang


Memerdekakan?
Pendidikan yang memerdekakan adalah proses seorang individu
menuju keselamatan dan kebahagiannya agar terbebas dari berbagai
tekanan secara internal maupun secara eksternal diri. Kemerdakaan
yang dimaksud dalam pendidikan itu bersifat tiga hal, berdiri sendiri,
tidak bergantung pada orang lain dan dapat mengatur dirinya sendiri.
Pendidikan yang memerdekakan mengolah rasa, hati, raga dan karsa
secara seimbang. Sehingga dengan keseimbangan ini akan
mengasilkan masyarakat yang penuh kebijaksanaan.

2. Dari hasil belajar mandiri dan berdiskusi, prinsip apa yang


semakin Anda yakini terkait Pendidikan yang Memerdekakan?
Prinsip yang saya yakini terkait pendidikan yang memerdekakan
adalah setiap orang lahir dengan kodrat yang unik, dimana tidak ada
satupun yang sama antara satu dengan lainnya. Masing-masing
mereka tetap dikembangkan sesuai dengan bakat bawaan yang dimiliki
secara optimal. Setiap siswa seperti bintang yang bersinar terang di
langit masing-masing. Tugas guru hanya memberi energi agar bintang
itu terus berpijar di lintasan masing-masing dengan berbagai tantangan
dan rintangan yang beraneka ragam.

3. Pemikiran apa yang Anda rasa perlu dihilangkan atau dirasa tidak
sejalan dan relevan  lagi setelah Anda melalui proses belajar?
Setalah menyimak tayangan dan berdiskusi dengan teman-
teman, ada beberapa hal yang perlu saya hilangkan, yang pertama
perasaan ingin agar semua siswa mampu mencapai sesuatu hal pada
saat yang sama, juga tidak memaksakan semua siswa menyukai materi
yang kita sampaikan. Karena masing-masing anak memiliki
kecenderungan sendiri dan kemampuan yang berbeda terhadap suatu
pelajaran. Seperti halnya jangan paksakan ular untuk pandai terbang,
atau juga sebaiknya, jangan menuntut kelinci untuk bisa berenang.
Masing-masing mereka ahli dalam bidangnya sendiri-sendiri. Tugas kita
sebagai gurulah agar melejitkan keahlian mereka. Bagaimana ular
dapat melata dengan lebih cepat dan gesit. Bagaimana pula dengan
kelinci agar mampu melompat lebih jauh dan lebih tinggi untuk
kebutuhan hidup mereka.
Setelah mendapatkan banyak hal, hari ini bersama teman-teman
yang lain, saya ingin mereka juga mengetahui informasi ini, lalu saya
akan mengajak rekan-rekan saya dalam satuan pendidikan, untuk juga
bergerak sesuai kemampuan mereka. Sebagaimana masing-masing
anak berbeda, masing-masing guru juga berbeda. Maka saya akan
mengajak mereka untuk menggali potensi dirinya dan mulai bergerak
bersinergi sesuai kemampuannya untuk mewujudkan sekolah ramah
anak yang merdeka.
Untuk teman guru yang menganggap duduk diam dan berbagai
aturan lain yang mengikat, saya akan berikan gambaran bahwa di
antara banyak pengalaman guru sukses, yang berbagi pengalaman hal
memotivasi menjadi guru, adalah pengalaman saat menjadi murid dulu.
Ketika guru memberi kepercayaan dengan memberikan siswa
kesempatan untuk terlibat dalam proses pembelajaran, siswa tersebut
melaksanakan dengan rasa bangga, bukan yang dikekang dengan
aturan.

Elaborasi Pemahaman - Pendidikan yang Memerdekakan


Setelah selesai menonton, pilih konteks penerapan yang akan Anda
bahas, sekolah tempat Anda bekerja atau sekolah-sekolah di wilayah
kerja. Lalu, buatlah kerangka penerapan Pendidikan yang
Memerdekakan pada konteks yang sudah dipilih. Namun sebelum itu,
untuk memudahkan Anda dalam membuat kerangka, Anda diminta untuk
mempertimbangkan jawaban dari beberapa pertanyaan berikut.

1. Pemikiran apa yang harus ditanamkan?


Pemikiran yang harus ditanamkan adalah bahwa anak sebagai
makhluk yang secara kodrat diciptakan sempurna dengan akal, emosi,
potensi dengan kesadaran dan kehendak yang dimiliki. Pendidikan
yang memerdekakan yakni mengembalikan manusiasebagai makhluk
yang sempurna, merdeka dari tekanan dan merdeka untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan.

2. Praktik-praktik pembelajaran apa yang menurut Anda bisa


diterapkan?
Praktik-praktik pembelajaran yang menurut saya bisa diterapkan,
antara lain:
1. Memperhatikan kondisi murid. Murid adalah individu yang
memiliki potensi bawaan. Potensi tersebut berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Guru harus memperhatikan hal tersebut,
kemudian menuntunnya dengan cara-cara yang baik. 
2. Menuntun terciptanya kondisi pembelajaran sepanjang hayat.
Kesadaran bahwa belajar merupakan kebutuhan harus dibangun
dari dalam diri murid. 
3. Holistik. Pembelajaran dilakukan dengan memperhatikan
perkembangan ilmu dan karakter siswa secara holistik.
4. Relevan. Pendidikan dirancang untuk memenuhi kebutuhan
peserta didik sesuai dengan konteks daerah, budaya, dengan
melibatkan orang tua dan masyarakat sebagai mitra.
5. Berkelanjutan. Pembelajaran dirancang dan diterapkan dengan
berorientasi masa depan, masa dimana murid menghadapi
suasana kehidupannya.
3. Praktik-praktik pembelajaran apa yang menurut Anda perlu
dihilangkan?
Untuk mewujudkan pendidikan yang memerdekakan guru harus
meninggalkan praktik-praktik pembelajaran sebagai berikut:
1. Menganggap bahwa dirinya  tidak mampu bekerja dan berkarya.
Tidak mau menghadapi tantangan baru sehingga tidak melahirkan
karya.
2. Berpikir bahwa siswa bodoh/tidak tahu. Pikiran seperti tersebut
harus dihapus dari mindset guru.
3. Murid mengikuti kemauan guru. Gaya ini adalah gaya
pembelajaran zaman kolonial. Harus ditinggalkan.
4. Orang tua tidak memiliki perhatian terhadap pendidikan
anaknya. Ada juga guru yang berpendapat seperti itu. Maka,
hindarilah berpikir serupa dengan itu.
5. Tidak menguasai cara mengoperasikan teknologi. Cari solusi.
Tidak diam. Anda pasti bisa melakukannya. Zaman digital
mengharuskan kita banyak belajar. 

4. Potensi apa yang bisa mendukung penerapan prinsip Pendidikan


yang Memerdekakan?
Potensi yang bisa mendukung penerapan prinsip Pendidikan yang
Memerdekakan antara lain: Murid adalah individu yang memiliki potensi
bawaan. Potensi tersebut berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Guru harus memperhatikan hal tersebut, kemudian menuntunnya
dengan cara-cara yang baik. Berikutnya, lingkungan belajar yang
nyaman dan aman, warga sekolah yang memahami satu visi,
pemahaman masyarakat umum dan orang tua tentang pendidikan yang
memerdekakan, kemauan guru untuk memperbaiki pembelajarannya.

5. Tantangan apa saja yang dihadapi?


Di antara tantangan yang dihadapi adalah:
Pertama, kesiapan pendidik. Keleluasaan bisa menjadi tantangan
ketika pendidik belum siap dengan keleluasaan yang diberikan. Selama
ini, pendidik cenderung mengajar dengan pendekatan seragam, menilai
kemampuan dan capaian peserta didik dengan satu ukuran yang sama.
Mindset dan kebiasaan tersebut diubah. Guru dituntut menjadi
mentor dan fasilitator bagi keragaman siswa, mendiagnosa potensi
siswa, serta memberi pembelajaran yang sesuai tingkat pemahaman
dan capaian masing-masing. Guru mesti bisa membuat anak menjadi
pembelajar aktif yang mandiri.
Melihat tantangan tersebut, sangat penting bagi Kemdikbudristek
terus memberi bekal dan pelatihan bagi pendidik. Keleluasaan guru dan
sekolah bukan berarti lepas dari tanggung jawab meningkatkan mutu
pendidikan.
Kedua, kesiapan anak didik. Tak hanya pendidik, ketidaksiapan
anak juga bisa menjadi tantangan. Keleluasaan dalam memilih apa
yang akan dipelajari, harus tetap mendapatkan bimbingan dan support
yang positif, baik dari pendidik maupun orang tua. Bimbingan di sini
bukan berarti “menyetir” atau bahkan menekan, namun bagaimana
memandu dan mendorong agar potensi dan kreativitas anak didik bisa
tergali, terasah, dan berkembang optimal.
Kesuksesan bergantung pada kesiapan guru, anak didik, kepala
sekolah, dan seluruh stake holder terkait. Semua mesti paham peranan
masing-masing dan bersinergi untuk menciptakan suatu perubahan
positif demi meningkatkan kualitas pendidikan.

6. Langkah pertama apa yang harus dilakukan?


Sebagai pendidik, langkah awal yang akan saya lakukan yaitu
membekali diri dengan keterampilan terkait pengajaran dan
pembelajaran untuk menjadi pendidik yang profesional. Melaksanakan
pendidikan yang berpusat pada peserta didik dengan memerhatikan
aspek kebutuhannya. Selanjutnya melakukan dialog dengan warga
sekolah, orang tua, tokoh praktisi, dan masyarakat umum.

Anda mungkin juga menyukai