Anda di halaman 1dari 3

SRI APRILYANTI KARTINA SUSIWI

 hal hal yang sudah selaras dengan praktik prinsip pendidikan yang memerdekakan

Guru selalu berupaya dengan sekuat daya menuntun rohani, membangun mental, menjelaskan arah

yang terbaik dalam berpikir, menyediakan/memfasilitasi tumbuh kembangnya raga murid

harus bebas dari segala bentuk tuntutan. Murid diajaran sesuai dengan kodrat bawaannya sejak

berada di dalam kandungan dan kodrat zaman di mana mereka akan berperan. Untuk mewujudkannya,

murid berada dalam suasana nyaman. Nyaman dalam belajar atau sejalan dengan transformasi

pembelajaran sekarang, yaitu Merdeka Belajar.

“Pendidikan yang memerdekakan itu harus didasarkan pada kesenangan anak, serta untuk

memperoleh masa depan sesuai harapan dan keinginan mereka sendiri,” jelas Amalina.

(https://www.uny.ac.id/id/berita/pendidikan-yang-memerdekakan ) Oleh sebab itu, pendidikan yang

memerdekakan menurut Amalina disiratkan bahwa setiap anak memiliki keunikan masing-masing dan

seharusnya belajar sesuai kesenangan mereka. Tidak harus didikte dengan kurikulum, sistem, dan

aneka mata pelajaran yang dipaksakan kepada siswa-siswa seperti di ruang kelas konvensional pada

umumnya.

Merdeka belajar bukan hasil dari pembelajaran, melainkan sebuah proses dengan menerapkan

prinsip-prinsip pembelajajran yang memerdekakan.  Kebutuhan murid benar-benar diperhatikan baik

di dalam kehidupan keluarga maupun dalam konteks pendidikan di sekolah.

Prinsip yang saya yakini terkait pendidikan adalah setiap orang lahir dengan kodrat yang unik, dimana

tidak ada satupun yang sama antara satu dengan lainnya. Masing-masing mereka tetap dikembangkan

sesuai dengan bakat bawaan yang dimiliki secara optimal. Setiap siswa memiliki anugrahnya masing -

masing. Tugas guru hanya memberi energi agar siswa siap menghadapi hari esok dengan senyuman dan

dapat menjalani berbagai tantangan dan rintangan yang beraneka ragam

prinsip pendidikan yang memerdekakan adalah:

1. Memperhatikan kondisi murid. Murid adalah individu yang memiliki potensi bawaan. Potensi

tersebut berbeda antara satu dengan yang lainnya. Guru harus memperhatikan hal tersebut,

kemudian menuntunnya dengan cara-cara yang baik. 


2. Menuntun terciptanya kondisi pembelajaran sepanjang hayat. Kesadaran bahwa belajar

merupakan kebutuhan harus dibangun dari dalam diri murid. 

3. Holistik. Pembelajaran dilakukan dengan memperhatikan perkembangan ilmu dan karakter

siswa secara holistik.

4. Relevan. Pendidikan dirancang untuk memenuhi kebutuhan peserta didik sesuai dengan

konteks daerah, budaya, dengan melibatkan orang tua dan masyarakat sebagai mitra.

5. Berkelanjutan. Pembelajaran dirancang dan diterapkan dengan berorientasi masa depan,

masa dimana murid menghadapi suasana kehidupannya.

Kita tidak bisa memaksakan murid untuk pintar dan bisa dengan mata pelajaran yang kita ajarkan

selaku guru, biarlah mereka belajar sesuai kebebasan murid untuk mengatur dirinya sendiri,

bertumbuh dan berkembang menurut kodratnya secara lahiriah dan batianih. Secara lahiriah murid

memperoleh kemerdekaan dalam pendidikan melalui pembelajaran dan pengajaran. Seseorang itu

merdeka untuk mengatur dirinya sendiri dengan wajib mengingat kedamaian dan ketertiban dalam

kehidupan bersama, hendaknya setiap murid dapat berkembang menurut kodrat/bakatnya. Perintah

dan hukuman dalam mendidik anak ditiadakan, akan tetapi mereka dididik dengan sistem among atau

Tut Wuri Handayani.

Setalah menyimak tayangan dan berdiskusi dengan teman-teman, ada beberapa hal yang perlu

dihilangkan, yaitu

Untuk mewujudkan pendidikan yang memerdekakan guru harus meninggalkan pemikiran-pemikiran

sebagai berikut:

1. Menganggap bahwa dirinya tidak mampu bekerja dan berkarya. Tidak mau

menghadapi tantangan baru sehingga tidak melahirkan karya.

2. Berpikir bahwa siswa bodoh/tidak tahu. Pikiran seperti tersebut harus dihapus dari

mindset guru.

3. Murid mengikuti kemauan guru. Gaya ini adalah gaya pembelajaran zaman kolonial.

Harus ditinggalkan.
4. Orang tua tidak memiliki perhatian terhadap pendidikan anaknya. Ada juga guru yang

berpendapat seperti itu. Maka, hindarilah berpikir serupa dengan itu.

5. Tidak menguasai cara mengoperasikan teknologi. Cari solusi. Tidak diam. Anda pasti

bisa melakukannya. Zaman digital mengharuskan kita banyak belajar.

Anda mungkin juga menyukai