Perubahan atau transformasi pendidikan indoneseia berdasarkan pada filosofi pendidikan Ki
Hajar Dewantara yaitu pendidian yang berpihak pada murid. Ki Hadjar Dewantara menegaskan bahwa tujuan dari pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggitingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Makna dari kata menuntun adalah mendampingi dan mengantar anak ke sebuah tujuan dengan bimbingan. berfikir kritis, anak melakukan refleksi dengan komunikasi yang kreatif dan inovatif. Proses belajar dimulai sejak dini. Anak- anak pada dasarnya sangat bahagia dengan sebuah permainan. Oleh sebab itu permainan merupakan bagian dari pendidikan seperti yang diterapkan pada Taman Siswa Yogyakarta. Penjelasan singkat tentang permainan anak sebagai alat pendidikan dan juga tentang asas-asasnya ‘Taman Anak’ dala Taman Siswa yang disesuaikan dengan metode Montessori dan Frobel tersebut bertujuan agar kaum pendidik dan ibu-ibu dapat mengadakan metode sendiri yang selaras dengan kehidupan bangsa kita. Pendidikan yang memerdekakan pada hakekatnya adalah pendidikan yang berpihak pada murid atau dengan bahasa lain menghamba pada murid. Menghamba pada murid memiliki kedalaman makna yang berarti murid sebagai pusat pembelajaran. Daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), fikiran (intelek) dan jasmanianak- anak, dengan maksud supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak, selaras dengan alamnya dan masyarakatnya. Pendidikan haruslah berjalan seimbang/holistik, yaitu berimbang dalam tumbuh kembangnya Budi yang meliputi cipta, rasa, karsa, sedangkan Pekerti memiliki pengertian raga. Pendidikan hanya ‘tuntunan’ di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Hidup tumbuhnya anak- anak itu terletak di luar kecakapan atau kehendak kita kaum pendidik. Anak-anak itu sebagai makhluk, manusia, dan benda hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Kita kaum pendidik hanya dapat menuntun agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya anak-anak. Ibaratnya seperti seorang petani yang hanya merawat agar benih yang ditabur bisa tumbuh dengan subur. Ki Hadjar Dewantara juga mengemukakan bahwa dalam proses menuntun, anak perlu diberikan kebebasan dalam belajar serta berpikir, dituntun oleh para pendidik agar anak tidak kehilangan arah serta membahayakan dirinya. Semangat agar anak bisa bebas belajar, berpikir, agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan berdasarkan kesusilaan manusia ini yang akhirnya menjadi tema besar kebijakan pendidikan Indonesia saat ini, Merdeka Belajar. Semangat Merdeka Belajar yang sedang dicanangkan ini juga memperkuat tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, dimana Pendidikan diselenggarakan agar setiap individu dapat menjadi manusia yang “beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Kedua semangat ini yang kemudian memunculkan sebuah pedoman, sebuah penunjuk arah yang konsisten, dalam pendidikan di Indonesia. Pedoman tersebut adalah Profil Pelajar Pancasila (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020)