Anda di halaman 1dari 4

JURNAL REFLEKSI DWIMINGGUAN

oleh
Hardianti Astuti S., S.Pd.

Fact (Peristiwa)
Kegiatan CGP Angkatan 10 resmi dimulai pada tanggal 15 maret 2024. DIbuka oleh Dirjen
GTK Kemendikbud Ristek ibu Prof. Nunuk Suryani melalui Zoom yang diikuti oleh CGP
Angkatan 10 se-Indonesia. Sesi kedua kegiatan dilanjutkan oleh BGP Provinsi Sulawesi
Selatan melalui Zoom dan Live Streaming BBGP Sulsel Dalam kegiatan ini, CGP diberi
arahan tentang rangkaian pelaksanaan kegiatan mulai dari jadwal teknis, hingga strategi
dalam mempersiapkan diri dan menjalani tugas selama mengikuti program CGP. Pendidikan
Calon Guru Penggerak Angkatan 10 akan dilaksanakan selama enam bulan, terhitung mulai
tanggal 18 maret 2024 hingga november 2024. Pembelajaran dimulai pada tanggal 19 Maret
2024. Pada hari itu, agendanya pengenalan LMS. Peserta CGP angkatan 10 diajak
mempelajari apa yang dimuat dalam LMS yang akan dimulai dari Modul 1.1, yang nantinya
akan dilaksanakan juga forum diskusi bersama fasilitator pada Ruang Kolaborasi bersama
teman-teman CGP lainnya yang dibentuk dalam beberapa Kelompok.
Pada tanggal 17-18 maret 2024, peserta CGP Angkatan 10 melaksanakan Pretes Modul 1.
Mempelajari Modul 1.1 tentang Mulai Dari Diri dan Eksplorasi Konsep dilaksanakan pada
tanggal 19 Maret 2024. Konsep Forum DIskusi dipimpin dan dipandu oleh Fasilitator, Bapak
Abd. Azis Karim, S.Pd., M.Pd dari Makassar. Dari kegiatan Mulai dari Diri dan Eksplorasi
Konsep kami mengetahui dan mulai memahami tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara
tentang Pendidikan dan Pengajaran, dalam kesempatan itu kami berdiskusi dengan sesama
teman Calon Guru Penggerak. Setelah memulai materi Mulai Dari Diri dan Eksplorasi yang
dilaksanakan diskusi secara virtual, kita juga berdiskusi dengan Fasilitator pada Modul
1.1a.4.1 eksplorasi konsep dilaksanakan via Google meet pada tanggal 19 Maret 2024.
Kami juga mengikuti ruang kolaborasi dengan Pemateri Nugroho Widi Pamungkas dari
Jawa. Hal yang menarik saat mengikuti kegiatan ruang kolaborasi kelompok. CGP
berdiskusi di ruang virtual tentang budaya daerah yang mengandung konsep-konsep
pemikiran Ki Hajar Dewantara. Fasilitator membuka Forum Diskusi dengan menegaskan
tujuan pembelajaran, yaitu CGP mampu memberikan refleksi kritis tentang pemikiran Ki
Hajar Dewantara dalam forum Diskusi. Disana kami berbagi pengalaman dan berdiskusi
dengan teman-teman mengenai filosofi KHD dan penerapannya di sekolah.

Selanjutnya, kami diminta untuk membuat karya berupa Demonstrasi Kontekstual pada
tanggal 27 Maret 2024. Materi Elaborasi Pemahaman dilaksanakan pada tanggal 28 Maret
2024,dalam kegiatan Elaborasi Konsep CGP dijelaskan pemahaman secara mendalam
tentang Konsep Dasar Pemikiran Ki Hajar Dewantara dan Relevansinya dengan pendidikan
Abad 21, pada elaborasi konsep, kami mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman dari
instruktur dan teman-teman CGP. Selain itu CGP diminta untuk membuat pertanyaan di
LMS, pertanyaan akan dibaca oleh Instruktur dan dibahas dalam Google meet. Dalam
kegiatan tersebut bapak/ibu CGP juga diminta untuk menilai kinerja instruktur.
Feeling (Perasaan )
Selama dua minggu awal sebagai peserta CGP, yang saya rasakan di awal mengikuti
kegiatan ini adalah perasaan khawatir dan cemas, kekhawatiran saya pribadi dibelakangi
oleh apakah nanti saya mampu mengikuti program ini dengan baik dan sampai tuntas,
mengingat program PGP ini memerlukan waktu sangat lama. Sebagai seorang Pendidik
saya khawatir dan takut tidak dapat membagi waktu antara PGP dengan waktu mengajar di
kelas dan juga membagi waktu dengan keluarga dirumah karena saya adalah seorang ibu
dengan 2 anak yang masih balita. Namun, setelah beberapa saat saya mengikuti pertemuan
demi pertemuan dan dukungan dari teman-teman CGP Angkatan 10 dan dukungan dari
suami dan juga dukungan dari pimpinan tempat saya mengajar, akhirnya saya mampu
menata niat dan menyiapkan diri untuk mengikuti Program CGP ini. Akhirnya, muncul tekad
yang kuat dari hati untuk mengikuti dan menyelesaikan Program CGP ini dengan baik.

Kekhawatiran diatas menjadi tantangan bagi saya untuk mengatasinya dan mencari jalan
keluar. Dari kegiatan ini saya belajar banyak dari hal yang saya tidak bisa menjadi bisa, dari
hal yang saya tidak pahami jadi paham dengan mengikuti pembelajaran selama beberapa
hari terakhir. seperti meningkatkan kemampuan manajemen waktu dan focus pada program
yang sedang saya jalani. Setelah mengikuti materi, saya menjadi senang dan bersemangat
karena pemahaman saya tentang pendidikan semakin berkembang melalui penerapan
Filosofi dan pemikiran KHD dalam pembelajaran. saya mulai memikirkan gaya belajar yang
akan saya terapkan di kelas karena pembelajaran yang saya terapkan sebelumnya lebih
konvensional dengan pembelajaran berpusat pada guru, menjadi pembelajaran berpusat
pada murid. Pembelajaran lebih berorientasi pada anak dengan lebih memberikan kasih
sayang terhadap murid. Saya juga sudah bisa mengasah kemampuan berkomunikasi
dengan baik, mengungkapkan pendapat tanpa rasa ragu dan takut akan dikoreksi oleh
orang lain. karena dengan pembelajaran yang dilakukan secara virtual, fasilitator saya
menyampaikan bahwa kelas yang saya ikuti saya bisa menyampaikan pendapat dengan
berani dan bebas. jadi saya bisa mengubah mindset saya menjadi seorang pendidik.

Finding (Pembelajaran)
Dari pembelajaran Modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hajar
Dewantara, saya berusaha untuk memahami dan mengimplementasikan secara maksimal
tentang pemikiran KHD. Pemahaman ini penting bagi saya sebagai pendidik dalam rangka
meningkatkan kemampuan pribadi sebagai seorang pendidik. Dengan memahami
dasar-dasar pemikiran KHD, saya merasa memiliki persiapan baru dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran dan pendidikan.

Setelah memahami dasar- dasar pendidikan Ki Hajar dewantara saya memahami bahwa
kita sebagai pendidik tugasnya hanya menuntun murid Menuntun adalah salah satu prinsip
pendidikan Ki Hajar Dewantara yang berarti mengarahkan dan membimbing peserta didik
agar dapat berkembang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Seperti Slogan dari
Ki Hajar Dewantara yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut wuri
Handayani artinya kita sebagai pendidik harus menjadi teladan dan memberikan contoh
yang baik kepada murid kita baik di lingkungan sekolah maupun bermasyarakat. kemudian
bagaimana kita bisa membersamai anak- anak kita dalam memberikan inspirasi dan
dukungan ataupun semangat, yang terakhir yaitu memberikan kesempatan kepada anak-
anak kita dalam mengekspresikan potensinya baik di dalam belajar, diskusi dll. Ibaratnya
seperti kita mengajar anak berjalan, kita tidak harus selalu berada disamping tetapi juga kita
bisa berada di depan, disamping dan juga di belakang. begitu halnya dalam menuntun anak
anak kita disekolah. dan juga dalam hal membimbing Budi Pekerti anak didik kita, jauh
sebelum mempelajari pemikiran KHD, saya masih memiliki anggapan bahwa memberikan
tindakan tegas kepada murid dapat mengubah perilaku peserta didik agar menjadi lebih
disiplin dan fokus selama kegiatan belajar. Setelah mempelajari filosofi Pendidikan menurut
KHD, saya memahami bahwa kita belajar untuk menjadi pemimpin pembelajaran minimal
untuk teman sejawat atau sekolah, tujuannya untuk memerdekakan anak dalam
mengembangkan kompetensinya sesuai bakat dan minat yang dimiliki.

Setelah mendalami pemikiran KHD dalam pendidikan, kami menyadari bahwa pembelajaran
akan menjadi efektif ketika mampu memberikan bimbingan kepada peserta didik dengan
kesabaran, ketulusan dan mengutamakan kepentingan peserta didik. Saya semakin
mendalaminya setelah melalui diskusi dengan teman-teman CGP, fasilitator, dan instruktur
dalam berbagai ruang kolaborasi,Hal tersebut membantu saya memahami peran saya
sebagai pendidik yaitu sebagai seorang penuntun yang sesuai dengan kodrat alam
anak-anak. Dalam pemikiran KHD, peserta didik diharapkan dapat hidup bahagia dan
mandiri di masyarakat.

Future (Penerapan)
Setelah mempelajari Modul 1,1, saya akan mencoba menerapkan dalam proses
pembelajaran di kelas, agar tujuan pembelajaran sesuai dengan kodrat alam dan
lingkungannya. Pembelajaran yang berpusat pada guru harus diganti dengan pembelajaran
yang berpusat pada murid, hal tersebut dilakukan agar tercipta kelas yang lebih interaktif
dan menyenangkan. Anak diberi kebebasan dan keleluasaan dalam menggali potensi yang
dimiliki, sehingga mereka menjadi manusia yang seutuhnya. Hal yang perlu saya lakukan
yaitu dengan melakukan asesmen diagnostik non kognitif di awal semester untuk
mengetahui bakat dan minat murid, sehingga saya sebagai pendidik bisa mengetahui
kebutuhan murid, dan juga dengan melakukan hal tersebut anak- anak bisa
mengembangkan potensinya sesuai minat dan bakatnya.

Kemudian sudah bukan saatnya terlalu banyak mengarahkan kepada peserta didik
melainkan harus diubah menjadi menuntun peserta didik agar kodrat alam yang mereka
miliki sejak lahir dapat berkembang kearah yang lebih baik dan tumbuh sesuai kodrat
zamannya. Perlahan mengubah pandangan bahwa anak bukan seperti kertas putih yang
kosong melainkan tabula rasa (sudah ada sama-samar goresan dan tugas pendidik adalah
menebalkan lakunya). Mengubah cara pandang terhadap anak yang selalu berorientasi
pada nilai/Grade menjadi berorientasi pada nilai/value dan prosesnya.

Membuat kesepakatan kelas di awal pembelajaran, banyak melakukan kolaborasi sehingga


menghasilkan pembelajaran yang mandiri dan menyenangkan bagi peserta didik.
Menjadikan pembelajaran yang memperhatikan gaya belajar peserta didik sehingga dapat
menerapkan pembelajaran berdiferensiasi yaitu dengan menggunakan berbagai macam
media pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai