Anda di halaman 1dari 3

Nama CGP : SARI PRAYUDHA, S.

Pd
Fasilitator : ROIDA SIHOMBING, S.Ag
Pengajar Praktik : YUSMAWATI

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN


MODUL 1.1
FILOSOFI PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA

Pada Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 8 saya
menggunakan Model 4F, Facts, Feelings, Findings, Future. 4F merupakan model refleksi yang
dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway 4F dapat diterjemahkan menjadi 4P, Peristiwa,
Perasaan, Pembelajaran dan Penerapan.

Model 4F ( Facts, Feeling, Finding, Future)


1. Facts
Pada tanggal 10 Mei 2023 berlangsung Pembukaan Pendidikan Guru Penggerak. Saya
tidak bisa bergabung melalui Zoom Meeting sehingga saya menyaksikan kegiatan tersebut
melalui Chane YouTube. Kegiatan ini dibuka langsung oleh Ditjen GTK Kemdikbud RI yaitu
IbuProf. Dr Nunuk Suryani, M.Pd mewakili Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi
yaitu Bapak Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A
Tanggal 11 dan 12 Mei, Saya mengerjakan Pre Test Modul di LMS dengan durasi waktu
pengerjaan 60 menit dan soal sebanyak 20 soal. Pada hari Sabtu tanggal 13 Mei 2023, Calon
Guru Penggerak beserta Kepala Sekolah diundang untuk kegiatan Lokakarya 0. Saat kegiatan ini
Saya banyak berkenalan dengan guru-guru hebat Calon Guru Penggerak dan Pengajar Praktik se
Kabupaten Sijunjung. Dalam kegiatan ini kami saling mengenalkan diri, melakukan ice breaking
yang menyenangkan, membuat kesepakatan kelas dimana saya baru mengetahui bahwa
kesepakatan kelas ini hendaknya diterapkan dalam pembelajaran di kelas. Kemudian CGP
membuat harapan dan kekhawatiran mengikuti Pendidikan Guru Penggerak, refleksi dan
Penutupan. Kami juga bergabung dengan kelompok sesuai dengan Pengajar Praktik kami.
Tanggal 17 Mei 2023 pertama kali kami melakukan Google Meet di ruang kolaborasi
dengan kelompok lain yang berasal dari Kabupaten Agam. Saya tergabung dengan kelompok
yang beanggotakan 4 orang yaitu Bapak Afrian Ilham, S.Pd, Bapak Ariska Putra, S.Pd dan Ibu
Yola Yofita, S.Pd. Kami mendiskusikan kegiatan dengan tema Menemukenali nilai Luhur Sosial
Budaya dalam menebalkan laku murid. Kemudian keesokan harinya Setiap kelompok akan
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Kegiatan ini sangat menyenangkan bagi saya
dimana Saya banyak mengenali budaya daerah lain, dimana meskipun kami masih di Kabupaten
dan Provinsi yang sama namun tidak semua kebiasaan masyarakatnya juga ada di daerah saya.

2. Feelings (Perasaan)
Selama mengikuti program Pendidikan Guru Penggerak, banyak sekali hal yang saya
rasakan dan itu membuat saya bersemanagat. Saya hanya khawatir tugas saya sebagai guru di
sekolah akan terbengkalai karena di saat akhir tahun ajaran tugas di sekolah sedang banyak.
Namun terlepas dari itu semua, ilmu yang saya peroleh dari Program ini sangat banyak sekali.
Ternyata selama kurang lebih 10 tahun saya menjadi seorang pendidik, saya masih banyak
kekurangan terutama dalam menghadapi dan mendidik murid saya. Oleh karena itu saya
berharap dengan mengikuti Program Guru Penggerak ini akan menjadi bekal bagi saya untuk
terus memperbaiki diri dan selalu melakukan hal-hal positif bagi murid, diri saya dan sekolah.

3. Findings (Pembelajaran)
Pembelajaran yang paling bermakna bagi saya adalah Pendidik diibaratkan
seorang Petani atau tukang kebun yang tugasnya adalah merawat sesuai kebutuhan dari
tanaman-tanamannya itu agar tumbuh dan berbuah dengan baik, tentu saja beda jenis
tanaman beda perlakuanya. Artinya bahwa kita seorang pendidik harus bisa melayani segala
bentuk kebutuhan metode belajar siswa yang berbeda-beda (berorientasi pada anak). Kita
harus bisa memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan ide, berfikir kreatif,
mengembangkan bakat/minat siswa (merdeka belajar), tapi kebebasan itu bukan berarti
kebebasan mutlak, perlu tuntunan dan arahan dari guru supaya anak tidak kehilangan arah dan
membahayakan dirinya.

4. Future (Penerapan)
Setelah mempelajari dan memahami modul 1.1 mengenai filosofis pemikiran KHD, maka
banyak hal yang seharusnya saya benahi terlebih dahulu, dan salah satu yang ingin saya
terapkan adalah membuat proses pembelajaran yang berdiferensiasi. Dengan menuntun sesuai
kodrat alam dan zaman peserta didik, juga dengan mengimplementasikan kekuatan
sosiokultural daerah sekitar, sehingga bisa mencapai budi pekerti luhur setinggi mungkin.

Anda mungkin juga menyukai