Pd
Fasilitator : ROIDA SIHOMBING, S.Ag
Pengajar Praktik : YUSMAWATI
Pada Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 8 saya
menggunakan Model 4F, Facts, Feelings, Findings, Future. 4F merupakan model refleksi yang
dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway 4F dapat diterjemahkan menjadi 4P, Peristiwa,
Perasaan, Pembelajaran dan Penerapan.
2. Feelings (Perasaan)
Selama mengikuti program Pendidikan Guru Penggerak, banyak sekali hal yang saya
rasakan dan itu membuat saya bersemanagat. Saya hanya khawatir tugas saya sebagai guru di
sekolah akan terbengkalai karena di saat akhir tahun ajaran tugas di sekolah sedang banyak.
Namun terlepas dari itu semua, ilmu yang saya peroleh dari Program ini sangat banyak sekali.
Ternyata selama kurang lebih 10 tahun saya menjadi seorang pendidik, saya masih banyak
kekurangan terutama dalam menghadapi dan mendidik murid saya. Oleh karena itu saya
berharap dengan mengikuti Program Guru Penggerak ini akan menjadi bekal bagi saya untuk
terus memperbaiki diri dan selalu melakukan hal-hal positif bagi murid, diri saya dan sekolah.
3. Findings (Pembelajaran)
Pembelajaran yang paling bermakna bagi saya adalah Pendidik diibaratkan
seorang Petani atau tukang kebun yang tugasnya adalah merawat sesuai kebutuhan dari
tanaman-tanamannya itu agar tumbuh dan berbuah dengan baik, tentu saja beda jenis
tanaman beda perlakuanya. Artinya bahwa kita seorang pendidik harus bisa melayani segala
bentuk kebutuhan metode belajar siswa yang berbeda-beda (berorientasi pada anak). Kita
harus bisa memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan ide, berfikir kreatif,
mengembangkan bakat/minat siswa (merdeka belajar), tapi kebebasan itu bukan berarti
kebebasan mutlak, perlu tuntunan dan arahan dari guru supaya anak tidak kehilangan arah dan
membahayakan dirinya.
4. Future (Penerapan)
Setelah mempelajari dan memahami modul 1.1 mengenai filosofis pemikiran KHD, maka
banyak hal yang seharusnya saya benahi terlebih dahulu, dan salah satu yang ingin saya
terapkan adalah membuat proses pembelajaran yang berdiferensiasi. Dengan menuntun sesuai
kodrat alam dan zaman peserta didik, juga dengan mengimplementasikan kekuatan
sosiokultural daerah sekitar, sehingga bisa mencapai budi pekerti luhur setinggi mungkin.