Anda di halaman 1dari 3

Pada kesempatan ini saya TITIN SOLIKHAH calon guru penggerak angkatan 9 dari SMP

Negeri 1 Pengadegan, disini saya akan menuliskan Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul
1.1 tentang Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Jurnal Refleksi Dwi Mingguan ini
dibuat untuk melengkapi salah satu tugas saya sebagai calon guru penggerak.

Dalam mengerjakan tugas ini saya menggunakan model refleksi 4F yang dikembangkan
oleh Dr. Roger Greenaway yaitu: Facts (Peristiwa), Feelings (Perasaan), Findings
(Pembelajaran), Future (Penerapan)

Dibawah ini adalah hasil refleksi yang telah saya lakukan :

1. Fact (Peristiwa)
Program Guru Penggerak angkatan 9 dibuka perdana oleh Menteri
Kemdikbudristek, Nadiem Anwar Makarim B.A. M.B.A pada hari Rabu, 16 Agustus
2023 melalui video conference dan disiarkan secara langsung melalui Youtube
Ditjen GTK Kemdikbud RI. Pada tanggal 18 Agustus 2023 seluruh Calon Guru
Penggerak (CGP) diwajibkan mengerjakan pretest di LMS akun guru penggerak.
Pada tanggal 30 Agustus 2023 diadakan Lokakarya Orientasi dan Elaborasi secara
bersamaan melalui Google Meet dari pukul 07.30 s.d. 17.45 WIB.
Tujuan Lokakarya Orientasi ini adalah: a) agar CGP mengenal ekosistem belajar di
program guru penggerak; b) CGP memahami program Pendidikan Guru
Penggerak (alur, peran tim pendukung, kompetensi lulusan); c) CGP
mengidentifikasi posisi diri pada Kompetensi Guru Penggerak; d) CGP dapat
membuat rencana pengembangan kompetensi diri Guru Penggerak, berikut
dukungan yang diperlukan, dan tantangan yang mungkin terjadi; dan e) CGP
memahami pentingnya membuat portofolio, tahapan dan contoh portofolio
sebagai bagian dari pengembangan kompetensi.
Dalam kegiatan Lokakarya Orientasi ini ada beberapa hal yang ajarkan yaitu
kesepakatan kelas, harapan dan kekhawatiran, pengantar program Pendidikan
Guru Penggerak (PGP) dan perjalanan CGP, posisi diri, rencana pengembangan
kompetensi diri, pengenalan portofolio digital, serta refleksi peserta.
Pada kegiatan Lokakarya Orientasi ini CGP diberikan tugas untuk mengerjakan
Lembar Kerja (LK), yaitu LK 1 tentang Kesepakatan Peran CGP dan Kepala Sekolah,
LK 2 tentang Pengecekan Mandiri Kompetensi Guru Penggerak, LK 3 tentang
Evaluasi Diri Guru Penggerak, LK 4 tentang Rencana Pengembangan Kompetensi
diri dan LK 5 tentang Evaluasi Lokakarya Orientasi.
Dengan bimbingan Bapak Drs. Haryono selaku Pengajar Praktik, saya merasa
kegiatan Lokakarya Orientasi ini menjadi sangat menyenangkan. Beliau juga
memberikan motivasi dan semangat kepada CGP agar tidak putus asa jika
mengalami kendala. Selama dua minggu, mulai 18-31 Agustus 2023 saya belajar
melalui LMS tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara
bersama fasilitator Ibu Eny Haryaningsih. Kegiatan yang dilakukan dalam LMS
melalui tahapan M-E-R-D-E-K-A diantaranya Mulai dari diri, Eksplorasi konsep,
Ruang kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar
materi (kesimpulan dan refleksi), dan Aksi nyata. Pada tanggal 30 Agustus 2023
diadakan kegiatan Elaborasi Pemahaman bersama Instruktur Ibu Kresniwiyati,
S.Pd.,M.Pd. melalui Google Meet tentang pemahaman mendalam konsep Filosofis
Ki Hadjar Dewantara dan relevansinya dengan pendidikan abad 21.

2. Feeling (Perasaan)
Selama dua minggu mengikuti pendidikan guru penggerak ini berbagai macam
perasaan yang saya rasakan, antara senang, bangga, dan juga khawatir tidak
dapat melaksanakan pendidikan ini dengan baik dan maksimal, bahkan insecure
atau merasa minder karena melihat teman-teman calon guru penggerak yang
hebat. Semua terasa bercampur aduk dengan keinginan dan tekad yang kuat
untuk dapat menyelesaikan Program Guru Penggerak ini. Banyak ilmu
pengetahuan yang saya dapatkan selama menjalani kegiatan ini, misalnya
bagaimana menjadi guru yang selayaknya, bagaimana berhamba pada anak,
upaya apa yang harus dilakukan, dan lainnya. Keseluruhan rangkaian yang ada di
dalam LMS membuat saya merasakan bahwa apa yang saya miliki tentang
pendidikan sangat jauh dari pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara.
Apalagi ketika saya mulai menerapkan filosofis Ki Hadjar Dewantara dalam
pembelajaran dikelas. Saya merasa kasih sayang saya terhadap murid semakin
bertambah. Saya tidak lagi memandang murid yang sering bercanda dan
bermain-main di kelas sebagai anak yang nakal, karena saya menyadari bahwa
kodrat anak adalah bermain. Oleh karenanya, ide yang muncul dari pembelajaran
ini adalah menerapkan pembelajaran dengan media Canva, Youtube, Instagram
dan Tiktok agar suasana pembelajaran menjadi asyik dan menyenangkan.

3. Findings (Pembelajaran)
Dari pembelajaran Modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki
Hadjar Dewantara ini saya mendapat ilmu untuk meningkatkan kompetensi
sebagai seorang pendidik. Sebagai seorang pendidik saya harus menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan
dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota
masyarakat dengan mengacu pada trilogi pendidikan yaitu: Ing ngarso sung
tulodo, Ing madya mangun karso, dan Tut wuri handayani.
Dari pembelajaran ini, saya baru mengetahui bahwa pengajaran dan pendidikan
harus selaras dengan penghidupan dan kehidupan bangsa agar semangat cinta
tanah air dapat terus terpelihara. Ki Hadjar Dewantara menekankan agar
pendidikan selalu memperhatikan; a) Kodrat Alam, b) Kemerdekaan, c)
Kemanusiaan, d) Kebudayaan, dan e) Kebangsaan.
Semua ini tujuannya yaitu agar terwujud pendidikan yang memerdekakan anak.
Oleh karena itu saya harus memberikan kemerdekaan kepada anak-anak dalam
mengembangkan potensi yang dimilikinya, sebab anak bukanlah kertas kosong,
melainkan anak itu sebagai kertas putih yang sudah berisi coretan namun masih
buram/samar, Tugas kita sebagai guru untuk menjadikan coretan yang buram itu
semakin jelas (mempertajam).
Artinya setiap anak sudah memiliki bakat dan potensinya masing-masing, Selain
itu berdasarkan filosofi pendidikan yang disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara,
kita harus memandang anak sebagai individu yang berbeda dan unik. Setiap anak
punya gaya belajar dan potensinya masing-masing, sehingga kita sebagai guru
harus melaksanakan pembelajaran yang berdiferensiasi.
Artinya dalam melaksanakan pembelajaran guru harus selalu memperhatikan
perbedaan individu dan juga melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada
anak. Jangan memaksakan metode atau strategi yang menurut guru baik namun
belum tentu memperhatikan setiap perbedaan individu.
Sebaiknya kita sebagai guru harus melakukan asessmen diagnostik awal untuk
mengetahui kebutuhan, profil, gaya belajar, metode belajar seperti apa yang
mereka inginkan, sehingga kita sebagai guru dapat merancang pembelajaran
yang tepat dan sesuai dengan yang dibutuhkan anak atau dikenal dengan
sebutan ‘berhamba pada anak’.
Disisi lain, menerapkan budi pekerti yang luhur atau akhlak mulia merupakan
keharusan yang tidak terbantahkan dengan cara mengintegrasikan setiap proses
pembelajaran dengan pencapaian Profil Pelajar Pancasila yaitu beriman, bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, gotong
royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif

4. Future (Penerapan)
Dari pembelajaran Modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki
Hadjar Dewantara ini, memotivasi saya untuk melakukan hal terbaik dalam
pembelajaran agar tujuan pendidikan bisa tercapai sejalan dengan pemikiran
filosofis Ki Hadjar Dewantara, diantaranya:
a) Mengubah pandangan bahwa siswa bukan seperti kertas putih kosong,
b) Mengubah metode dan model pembelajaran di kelas yang memperhatikan
kebutuhan siswa,
c) Mengubah cara pandang terhadap siswa yang semula berorientasi pada nilai
menjadi berorientasi pada proses,
d) Merancang dan melakukan asessmen diagnostik awal untuk mengetahui
profil siswa,
e) Merancang pembelajaran sesuai dengan hasil asessmen diagnostik awal yang
telah dilakukan,
f) Membuat kesepakatan belajar/keyakinan kelas, dan
g) Melaksanakan pembelajaran dengan metode bermain sambil belajar

Sekian pemaparan saya dalam Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.1
Pendidikan Calon Guru Penggerak Angkatan 9

Anda mungkin juga menyukai