Anda di halaman 1dari 13

KONTEKS SOSIO KULTURAL YANG

SEJALAN DENGAN PEMIKIRAN


KI HADJAR DEWANTARA
RUANG KOLABORASI MODUL 1.1
Kelas 09.184 Kelompok 2
ANGGOTA KELOMPOK

Pengajar Praktik
Drs. Haryono

Titin Solikhah, S.Pd Hesti Wulanjani, S.Pd Siti Astuti, S.Pd.Ing Juni Setianti, S.Pd Irwan Yulianto, S.Pd
DAFTAR ISI
1. Apa kekuatan konteks sosio-kultural di daerah anda yang sejalan dengan
pemikiran KHD?

2. Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilai-


nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan
karakter murid sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada
konteks lokal sosial budaya di daerah anda?

3. Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang dapat diterapkan untuk


menebalkan laku murid di kelas atau sekolah anda sesuai dengan konteks lokal
sosial budaya di daerah anda yang dapat diterapkan
KONSEP PEMBELAJARAN DARI FILOSOFI
KI HADJAR DEWANTARA

Memerdekakan dan Tidak bertentangan dengan


berpusat pada murid nilai-nilai kemanusiaan

Mengikuti kodrat alam dan


Pembangunan Budi Pekerti
kodrat zaman
dan berfokus pada proses

01
bukan hasil
APA KEKUATAN KONTEKS SOSIO-KULTURAL DI DAERAH ANDA YANG
SEJALAN DENGAN PEMIKIRAN KHD?

1. SOROGAN (MENGAJI SORE)


Sorogan adalah metode pengajaran dengan cara
menghadap guru seorang demi seorang dengan
membawa kitab yang akan dipelajari. Metode sorogan
ini adalah metode yang paling sulit dari keseluruhan
sistem pendidikan di pesantren.
Sebab sistem ini menuntut kesabaran, kerajinan,
ketaatan, dan disiplin pribadi dari murid. Sistem
sorogan telah terbukti sangat efektif sebagai taraf
pertama bagi seorang murid yang bercita-cita
menjadi seorang mualim.
SOROGAN...
Sistem ini memungkinkan seorang guru
mengawasi, menilai dan membimbing
secara maksimal kemampuan seorang
murid dalam menguasai bahasa Arab. Dan
menurut peneliti, kesemestaan metode
sorogan juga sangat efektif diterapkan
dalam sistem pendidikan modern, tentunya
juga tidak terbatas pada bahasa Arab atau
bahasa-bahasa lain tetapi juga kitab-kitab
keilmuan lain, seperti sains dan teknologi
2. SUNGKEMAN
Makna pertama, sungkeman merupakan
ritual penyadaran diri. Melalui sungkeman,
orang akan sadar dan ingat bahwa dirinya
masih diwajibkan untuk memperlakukan
orang tuanya dengan hormat.

Makna kedua, sungkeman merupakan


sarana untuk melatih kerendahan hati.
Sungkeman mengajarkan kita untuk
berbuat kebaikan, agar sadar, dan disiplin
sekaligus melatih mengatasi rasa ego
dalam diri.
3. KERJA BAKTI
Salah satu kebudayaan yang menjadi identitas
masyarakat desa adalah kerja bakti.
Kegiatan ini biasanya dilakukan masyarakat sekitar
secara bersama-sama, dengan tujuan melakukan
kegiatan tertentu salah satunya adalah kerja bakti
bertujuan untuk membersihkan lingkungan sekitar
yang dilaksanakan secara gotong royong.
2. BAGAIMANA PEMIKIRAN KHD DAPAT DIKONTEKSTUALKAN SESUAIKAN DENGAN NILAI-NILAI
LUHUR KEARIFAN BUDAYA DAERAH ASAL YANG RELEVAN MENJADI PENGUATAN KARAKTER
MURID SEBAGAI INDIVIDU SEKALIGUS SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT PADA KONTEKS LOKAL
SOSIAL BUDAYA DI DAERAH ANDA?

Sorogan/mengaji sore→ merupakan kegiatan untuk


menumbuhkan sikap religius anak (pemikiran KHD
untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan
yang setinggi-tingginya)

Sungkeman → anak-anak berbondong-bondong


salim dengan orangtua ketika hari raya
(pemikiran KHD tentang budi pekerti)

Gotong-royong → kegiatan gotong royong


dalam lingkungan (pemikiran KHD tentang
kodrat alam)
3. SEPAKATI SATU KEKUATAN PEMIKIRAN KHD YANG DAPAT DITERAPKAN UNTUK
MENEBALKAN LAKU MURID DI KELAS ATAU SEKOLAH ANDA SESUAI DENGAN KONTEKS
LOKAL SOSIAL BUDAYA DI DAERAH ANDA YANG DAPAT DITERAPKAN

SUNGKEMAN

Hal ini sesuai dengan pemikiran KHD tentang pendidikan budi pekerti.
Kegiatan yang dapat diterapkan di sekolah yaitu:
Pembiasaan 5S (senyum, salam, sapa, sopan, santun)
TANTANGAN/HAMBATAN
1. Masih banyak siswa yang tidak sopan dan santun ketika di
sekolah (contohnya berkata kasar)
2. Ada sekolah yang memiliki siswa yang berasal dari pondok
pesantren, dalam aplikasi sehari-hari di sekolah terkendala
karena anak-anak yang berasal dari pondok pesantren tidak
mau bersalaman dengan yang berbeda lawan jenis.
SOLUSI MENGHADAPI TANTANGAN
1. Guru memberikan contoh kepada siswa, yaitu
dengan cara berbicara yang sopan dan santun saat
di kelas, berinteraksi dengan siswa maupun guru.
2. Guru memberi reward/apresiasi kepada siswa yang
berbuat baik dan mengingatkan jika berbuat salah
3. Guru mengaplikasi trilogi dari Ki Hadjar Dewantara
4. Guru dan siswa yang berlawanan jenis bersalaman
tanpa berjabat tangan dengan siswa yang berasal
dari pondok pesantren
TERIMA KASIH
SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai