Anda di halaman 1dari 8

KONTEKSTUALISASI PEMIKIRAN

KHD TENTANG PENDIDIKAN


Kekuatan konteks sosio-kultural di daerah yang sejalan dengan
pemikiran KHD

• Pelaksanaan embun pagi dengan 5S ( Senyum, salam, sapa, sopan dan


santun) kaitan KHD ( Budi pekerti)

• Jum’at shodakoh (Jum’at berkah) kaitan KHD ( Budi pekerti)

• Penumbuhan jiwa nasionalisme dengan permainan / perlombaan peringatan


hari kemerdekaan. kaitan KHD ( olah fikir, olah raga , olah rasa). 1
Sistem among : Ing Ngarso Sung Tulodo
(didepan memberikan contoh /teladan )
Pemikiran KHD
dikontekstualkan sesuaikan
dengan nilai-nilai luhur • Memberikan teladan / contoh kepada siswa
kearifan budaya daerah asal ketika ada sampah yang berserakan
yang relevan menjadi seorang guru mengambil dan
penguatan karakter murid membersihkanya dimasukan ke tempat
sebagai individu sekaligus sampah.
sebagai anggota masyarakat
pada konteks lokal sosial • Guru menyambut siswa pada kegiatan
budaya di daerah embun pagi dengan pelaksanaan 5S (Budi
pekerti)

2
Kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku
murid di kelas atau sekolah sesuai dengan
konteks lokal sosial budaya di daerah yang dapat
diterapkan

Sistem Among : Ing Ngarso Sung Tulodo : Dengan memberi


teladan kepada siswa akan mudah untuk mengikuti arahan
guru sebagai bentuk tuntunan.

3
Tanggapan
Ibu Sena :
• Kita harus menjadi teladan di depan anak, kita harus menskip hal buruk kepada anak, perlihatkan hal-
hal yang positifnya saja.
• Penerapan budi pekerti harus diterapkan sejak dini, supaya terbiasa .

Pertanyaan

Ibu Yuyun :
Apakah tantangan yang dihadapi dalam penerapan pemikiran KHD terkait Budi pekerti , apa yang bapak/ibu
lakukan?

Jawaban :

 Faktor yang menjadi tantangannya adalah menghadapi segala bentuk pengaruh negatif yang datang dari
lingkungan yang kurang baik dalam berinteraksi sosial.
 Tantangan Budi pekerti adalah gadget yang didalamnya terdapat budaya yang tidak semuanya baik,
contoh budaya barat tidak hanya membuat anak intelektualis, tapi juga bisa membuat mereka individualis
atau materialistis sejalan dengan konsep KHD yakni konsentris yakni budaya tersebut tidak mesti
dibuang tapi diselaraskan dengan budaya bangsa, dan hal itu hanya dimiliki orang dewasa, disinilah
perlunya pendampingan dari keluarga.

Nandang Suhendar

Kelompok satu memilih budi pekerti dalam kolaborasi ini karena pemikirin KHD tentang hal ini sangat
sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia, apalagi dengan kondisi anak-anak Indonesia dengan degradasi
moral yang cukup memprihatinkan alangkah baiknya masalah budi pekerti ini semakin ditekankan dalam
dunia pendidikan. Budi pekerti ini mencakup pemikiran, perasaan, kemauan yang di kolaborasi sehingga
menghasilkan tenaga untuk membantu murid mencapai keselamatan dan kebahagian untuk masa
depannya.

Anda mungkin juga menyukai