Anda di halaman 1dari 4

1.1.a.7.1. Elaborasi Pemahaman - Modul 1.

1
MERDEKA BELAJAR

1. Perwujudan "menuntun" yang saya lihat dalam konteks


sosial budaya di daerah saya yaitu dengan menerapkan filosofi
Ki Hajar Dewantara. Antara lain Ing Ngarsa Sung Tuladha (di
depan memberi teladan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah
membangun semangat), Tut Wuri Handayani (di belakang
memberi dorongan).

Seperti yang telah disampaikan oleh Dirjen GTK, Bapak Dr.


Iwan Syahril, Ph. D. bahwa ada 3 kerangka perubahan menurut
Ki Hajar Dewantara, antara lain kodrat keadaan, prinsip
melakukan perubahan, dan Budi pekerti.

Menuntun dalam konteks sosial budaya yaitu tiap daerah


memiliki budaya yang berbeda. Indonesia merupakan negara
yang dengan masyarakat yang beragam. Setiap daerah
mempunyai budayanya masing-masing. Jadi untuk menuntun
harus disesuaikan dengan kondisi sosial budaya di daerah
tersebut.

2. Pendidikan perlu mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat


zaman, karena harus sesuai dengan 3 kerangka perubahan
menurut Ki Hajar Dewantara. Kodrat alam, tiap negara ataupun
daerah mempunyai kondisi alam yang berbeda. Berbeda
musim, cuaca, iklim, budaya. Mengajar di daerah pegunungan,
tidak bisa disamakan dengan mengajar di daerah pantai. Kultur
dan keadaan alamnya sudah berbeda. Kondisi tanah yang
subur memungkinkan masyarakat lebih boros dalam
menghabiskan hasil alam. Berbeda dengan daerah pantai,
masyarakatnya akan berhemat untuk kebutuhan pangan yang
berasal dari tumbuhan, namun akan boros dalam penggunaan
makanan dari laut.
Kodrat zaman, artinya setiap tahun pasti ada perubahan.
Terdapat perbedaan cara mengajar dari tahun ke tahun.
Tekhnologi semakin canggih, ditambah kondisi pandemi
seperti saat ini. Pendidikan mengikuti kodrat zaman, misalnya
di saat pandemi kita harus mengajar secara daring (online),
juga dengan berkeliling ke rumah siswa. Pasti sangat berbeda
apabila mengajar di saat normal seperti sebelum pandemi.

3. Relevansi pemikiran Ki Hajar Dewantara "Pendidikan yang


berhamba pada anak" dengan peran saya sebagai pendidik
artinya guru mempunyai komitmen yang sangat kuat untuk
memberi layanan sebaik-baiknya pada peserta didik.
Memandang anak dengan rasa hormat, menomorsatukan murid
dalam setiap keputusan yang akan dibuat, memberikan
pendidikan yang holistik, seimbang antara olah cipta, rasa,
karsa, dan olah raga agar anak dapat mencapai keselamatan
dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia
maupun sebagai anggota masyarakat. Sehingga terwujud profil
pelajar Pancasila. Merdeka belajar merupakan sebuah filosofi
yang berpijak pada filosofi Ki Hajar Dewantara. Ing Ngarsa
Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri
Handayani. Mengandung makna bahwa seorang pendidik itu
menjadi teladan, pembangkit semangat, memberdayakan
peserta didik untuk menjadi orang-orang yang mandiri dan
merdeka.

4. Gambaran proses pembelajaran yang merefleksikan


(mencerminkan) pemikiran Ki Hajar Dewantara yaitu diawali
dengan mengatur niat yang baik. Kemudian dilanjutkan dengan
membuat perencanaan. Jika kita gagal merencanakan, berarti
sama saja kita sedang merencanakan kegagalan (Benjamin
Franklin). Memberikan pembelajaran yang berpihak pada murid,
memandang anak dengan rasa hormat, menomorsatukan murid
dalam membuat keputusan. Menggunakan metode yang
memberi kesempatan pada murid untuk menemukan sendiri,
aktif, dan semakin berkembang. Anak-anak hidup dan tumbuh
sesuai kodratnya sendiri, pendidik hanya dapat merawat dan
menuntun tumbuhnya kodrat itu.

Setelah memaknai konsep dalam


materi di modul 1.2 ini, pertanyaan
yang masih muncul di benak saya
adalah:

1. Bagaimana cara
meningkatkan inovasi di
sekolah agar sekolah
tersebut dapat berkembang,
berkualitas, berkarakter, dan
kreatif?

2. Bagaimana langkah awal untuk


menjadi seorang coach dalam
menggerakan komunitas praktisi
disekolah agar mereka tergerak hatinya
untuk meningkatkan kompetensi diri dan
melakukan pembelajaran yang sesuai
dengan nilai dan peran guru penggerak?

3. Jelaskan peran seorang guru


dalam mewujudkan pembelajaran
yang memiliki profil pelajar
pancasila! serta bagaimana cara
mengimplementasikannya agar
dapat dilaksanakan setiap hari?

1. Bagaimana mengimplementasikan menuntun ketika kita berhadapan dengan


perilaku peseta didik yang "NAKAL" berani dan menunjukkan sikap menantang
dengan guru,sulit diberikan arahan dengan cara yang lemah lembut?

2. Apakah yang menyebabkan sebagian perilaku negatif peserta didik sekarang ini?
Siapakah yang harus bertanggung jawab? dan Solusi apa yang dapat kita lakukan
memperbaikinya?

3. Apa yang harus kita lakukan ketika berhadapat dengan rekan sejawat yang senior
yang belum memaksimalkan tugasnya di sekolah?

Anda mungkin juga menyukai