Anda di halaman 1dari 2

MODUL 1.

3
TUGAS REFLEKSI 2
1.3.a.3. Mulai dari Diri
KHOIRUL FUAD
Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 8
Kabupaten Jepara

Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah membuat “gambar”? Semoga gambar mengenai mimpi
tentang murid dan lingkungan pembelajaran di masa depan ini mendatangkan perasaan bahagia
dalam diri sebagai guru. Gambar yang Bapak/Ibu buat sesungguhnya adalah visi mengenai
layanan dan lingkungan pembelajaran di masa depan yang akan kita berikan pada murid kita.
Ketika kita menggambar visi, maka yang muncul adalah keyakinan dalam diri untuk
mewujudkannya. Akhirnya, kita pun terpacu untuk melakukan peningkatan kualitas diri serta
menguatkan kolaborasi di sekolah agar terjadi upaya perbaikan dan perubahan
berkesinambungan yang diperlukan agar visi menjadi kenyataan.

Pada kesempatan ini, marilah merangkai mimpi dalam gambar tersebut ke dalam kata-kata
yang lebih jelas sebagai sebuah visi Bapak/Ibu. Kalimat rumpang dalam paragraf berikut ini
menyediakan panduan untuk menuliskan visi yang telah Bapak/Ibu gambar. Diharapkan
kegiatan ini dapat membantu Bapak/Ibu menyingkap apa yang sebetulnya telah dan perlu
terus diyakini demi kebaikan murid-murid. Silahkan lengkapi kalimat rumpang ini dengan
sungguh-sungguh sepenuh hati dan pikiran, sehingga tersusun sebuah paragraf utuh yang
dapat menggambarkan visi tentang murid dan sekolah yang Bapak/Ibu idam-idamkan.
Sebuah sekolah yang berpihak pada murid, dan menuntun murid mengejawantahkan Profil
Pelajar Pancasila.

Jawaban:

Saya memimpikan murid-murid saya mampu mengelola dirinya untuk hidup bersama
dengan orang lain (menjadi manusia dan anggota masyarakat) dengan berbekal pada
kepercayaan diri dalam mengaktualisasi potensi yang dimiliki, tanpa meninggalkan jati diri
sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman dimana mereka tumbuh dan berkembang.

Saya percaya bahwa murid adalah anak didik kita yang perlu kita tuntun untuk menemukan
jati dirinya sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman dimana mereka tumbuh dan
berkembang. Tidak ada paksaan, yang ada adalah kesepakatan bersama dalam belajar untuk
menggapai semua harapan mereka di masa depan sesuai dengan apa yang menjadi cita-cita
mereka. Murid bukanlah kertas kosong yang bisa kita gambar sesuai dengan keinginan kita
namun kita sebagai guru harus mampu untuk menuntun (memfasilitasi/membantu) anak untuk
menebalkan garis samar-samar agar dapat memperbaiki laku-nya agar menjadi manusia
seutuhnya.

Di sekolah, saya mengutamakan pembelajaran yang menyenangkan dan penuh kreatifitas


yang berpusat kepada murid, kontekstual, dan menghamba kepada murid. Menuntun seluruh
kodrat alam dan kodrat zaman murid untuk menumbuhkan kepercayaan diri yang utuh dan
bermartabat. Pembelajaran yang bertumpu pada perwujudan Profil Pelajar Pancasila menjadi
sebuah keniscayaan yang saya lakukan bersama dengan murid-murid saya.

Murid di sekolah saya sadar betul bahwa mereka datang ke sekolah untuk belajar dengan
harapan untuk mencari bekal ilmu dan pengetahuan agar bisa meraih masa depan sesuai
dengan cita-cita mereka. Mereka butuh mendapatkan pelayanan dari guru-guru di sekolah
dengan sebaik-baiknya. Mereka butuh untuk belajar, berlatih, dan membangun karakter yang
mulia sebagai bekal untuk mendapatkan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Saya dan guru lain di sekolah saya yakin untuk saling bersinergi.memegang teguh prinsip
bahwa pembelajaran yang kami sajikan kepada para murid harus mampu membentuk budi
pekerti dan berkarakter sesuai dengan karakteristik Profil Pelajar Pancasila . Untuk itu, kami
sepakat bahwa seluruh program sekolah, termasuk program pembelajaran, harus berpihak
kepada murid dan menjamin keselamatan serta kebahagiaan para murid baik secara pribadi
maupun sebagai anggota masyarakat.

Saya dan guru lain di sekolah saya paham bahwa Filosofi Ki Hadjar Dewantara tentang
pendidikan merupakan keniscayaan yang harus kita wujudkan bersama untuk membangun
generasi bangsa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
YME serta berakhlak mulia, berkebinekaan global, mewujudkan kemandirian, mampu
bergotong royong, mampu bernalar kritis, serta kreatif. Penguasaan kecakapan abad 21
juga menjadi prasyarat mutlak untuk mewujudkan generasi bangsa yang mampu
bersaing di dunia global.

Anda mungkin juga menyukai