Anda di halaman 1dari 12

KONEKSI ANTAR MATERI

Modul 1.4. Budaya Positif

Keterkaitan antara Budaya Positif di Sekolah


dengan Filosofi Ki Hajar Dewantara, Nilai dan
Peran Guru Penggerak, dan Visi Guru Penggerak

Oleh :
Dian Kardiansah
CGP Angkatan 5 Kabupaten Bandung
 Menurut Ki Hajar Dewantara : Pendidikan itu
bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang
ada pada murid agar mereka dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-
tingginya, baik sebagai manusia maupun
masyarakat
 Guru diibaratkan sebagai seorang petani yang
harus merawat benih (murid) agar tumbuh dan
berkembang sesuai potensinya masing-
masing.
Di masa sekarang pemerintah menjabarkan tujuan
pendidikan itu dalam Profil Pelajar Pancasila,
yaitu mewujudkan murid yang :
1. Beriman bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan berakhlak mulia
2. Mandiri
3. Bernalar kritis
4. Bergotong royong
5. Kreatif
6. Berkebhinekaan Global
 Untuk mewujudkan filosofi pendidikan Ki
Hajar Dewantara dan profil pelajar pancasila
tersebut, dalam diri seorang guru penggerak
harus tertanam nilai-nilai guru penggerak,
yaitu :
1. Berpihak pada murid
2. Mandiri
3. Refleksi
4. Kolaboratif
5. Inovatif
 Juga harus dapat menjalankan dengan baik
perannya sebagai guru penggerak, yaitu :
1. Menjadi pemimpin pembelajaran
2. Memujudkan kepemimpinan murid
3. Mendorong kolaborasi
4. Menjadi coach bagi guru lain
5. Menggerakan komunitas praktisi
 Serta harus dapat membuat sebuah visi guru
penggerak yang terlahir dari pemahaman terhadap
filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara dan nilai-nilai
serta peran guru penggerak, yang bisa memberi
semangat, menggerakan hati dan memompa energi
sebagai pedoman.
 Dalam menyusun visi, guru penggerak dapat
menggunakan pendekatan berbasis kekuatan atau
paradigma inquiri apresiatif (IA) yang diakronimkan
dalam bahasa indonesia BAGJA (Buat pertanyaan,
Ambil pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan rencana, Atur
eksekusi)
 Dalam mewujudkan visi, sangat penting
diciptakannya budaya positif di sekolah. Guru
penggerak harus mampu melakukan perubahan
paradigma, dari paradigma stimulus-respon
menjadi teori kontrol
 Guru penggerak memahami bahwa semua
tingkah laku murid terjadi karena adanya
pemenuhan kebutuhan dasarnya sebagai
manusia, yaitu kebutuhan untuk : Bertahan
hidup, cinta/kasih sayang, kebebasan,
kesenangan dan penguasaan.
 Guru penggerak mampu menerapkan disiplin
positif untuk menumbuhkan kebiasaan berprilaku
murid yang mengacu pada nilai-nilai kebajikan
universal dengan kesadaran sendiri (motivasi
intrinsik)
 Saat terjadi kesalahan/pelanggaran, guru penggerak
sudah terbiasa mengajak murid untuk menganalisis
kebutuhan dirinya maupun kebutuhan orang lain,
penekanan bukan pada konsekuensi, akan tetapi
pada proses kolaborasi dengan murid tentang
bagaimana memperbaiki kesalahannya.
 Dalam mencari solusi permasalahan murid,
prinsip restitusi merupakan salah satu
pendekatan yang menguntungkan semua
pihak yang terlibat dalam permasalahan.
 Dalam prinsip restitusi murid diajak belajar
dari kesalahan, melihat ke dalam diri,
memperbaiki hubungan dan mengembalikan
murid yang bermasalah ke kelompoknya
Refleksi
 Sekolah sebagai taman/kebun para murid harus
dipersiapkan sedemikian rupa sehingga memiliki unsur
hara (budaya positif) yang mendukung pertumbuhan
karakter siswa secara optimal sesuai kodratnya.
 Perlu adanya perubahan paradigma dari paradigma
stimulus respon ke paradigma teori kontrol oleh semua
warga sekolah agar menumbuhkan budaya positif yang
kuat.
 Dengan adanya budaya positif, semua pihak bisa
bersinergi dalam penanganan masalah murid sehingga
mewujudkan murid yang memiliki profil pelajar
pancasila bukanlah angan-angan semata.
Rancangan Tindakan untuk Aksi Nyata
Judul Modul : 1.4. Budaya Positif
Nama Peserta : Dian Kardiansah

1. Latar Belakang
Cara mendisiplinkan murid oleh hampir
4. Linimasa Tindakan yang Dilakukan :
semua guru masih berupa ancaman dan a. Identifikasi kesalahan/masalah
hukuman baik verbal maupun fisik,
namun perlakuan tersebut tidak murid yang sering terjadi di
menjamin siswa untuk tidak mengulangi
kesalahannya, malah cenderung
sekolah (1-2 hari)
membuat murid mendendam karena b. Sosialisasi (Workshop/IHT) bagi
tersakiti
para guru mengenai kebutuhan
2. Tujuan dasar murid, peran kontrol guru
Memberikan pemahaman pada guru
mengenai kebutuhan dasar murid, peran dan prinsip restitusi (1-2 hari)
guru sebagai manager dan prinsip
restitusi agar dapat menangani
c. Praktik dilapangan (3-5 hari)
permasalahan murid tanpa menyakiti d. Refleksi (1 hari)
murid

3. Tolak Ukur
Tidak ada lagi guru yang melakukan 5. Dukungan yang dibutuhkan :
ancaman dan hukuman baik verbal Dukungan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah
maupun fisik dalam menangani kesalahan Dukungan wali kelas, guru BK dan guru mata pelajaran
murid Dukungan Staf Tata Usaha dan Keamanan
Murid lebih disiplin karena memahami Dukungan murid dan orangtua siswa
dan mentaati peraturan/tata tertib sekolah
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai