Anda di halaman 1dari 7

JURNAL HARIAN CGP LAMPIRAN KELAS 152 B

PP: Wilujeng Rina Astuti


MODUL 1.4

Petunjuk:
Isilah Dengan rangkuman materi yang anda fahami,atau materi yang menginspirasi atau
pendapat secara umum tentang materi yang bapak ibu pelajari tiap sesi dalam
pembelajaran daring yang telah anda lakukan .
TUGAS INI DI KUMPULKAN SELAMBATNYA HARI SENIN PAGI PK 08.00

1. NAMA SEKOLAH : SMP NEGERI 2 TUBAN


2. NAMA CALON GURU PENGGERAK : IRA DEWI ARINI, S.Pd.
3. KEGIATAN MULAI DARI DIRI SENDIRI :
Pada materi mulai dari diri modul 1. 4 ini saya mencoba mengamati
lingkungan sekolah saya, tentang bagaiaman murid – murid saling berinteraksi,
bagaiaman guru saling bertegur sapa, bagaimana cara guru menyapa murid,
bagaimana guru menangangi murid yang melakukan pelanggaran tata tertib, dan
saya menemukan ternyata masih ada yang belum dapat memberikan respon positif
yang menjadi cerminan dari visi sekolah yang diyakini selama ini.
Pada suatu momen, ketika ada murid terlambat atau melakukan pelanggaran
lain, guru masih memberikan hukuman dan peranan lain yang kurang sesuai dengan
budaya positif yang diyakini. Hal inilah yang menjadi PR bersama. Dengan
menyadari adanya kondisi yang belum sesuai, artinya kita sudah menemukan
sebuah masalah yang bisa diperbaiki bersama.

4. KEGIATAN EKSPLORASI KONSEP:


Pada kegiatan Eksplorasi konsep ini saya mempelajari Budaya Positif yang terdiri
dari:
1) Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal
Perkembangan pada kurikulum Merdeka, mengajarkan pada guru agar
bisa berubah dari paradigma Stimulus-Respon kepada pendekatan teori Kontrol.
Stephen R. Covey (Principle-Centered Leadership, 1991) mengatakan bahwa,
“..bila kita ingin membuat kemajuan perlahan, sedikit-sedikit, ubahlah sikap atau
perilaku Anda. Namun bila kita ingin memperbaiki cara-cara utama kita, maka
kita perlu mengubah kerangka acuan kita. Ubahlah bagaimana Anda melihat
dunia, bagaimana Anda berpikir tentang manusia, ubahlah paradigma Anda,
skema pemahaman dan penjelasan aspek-aspek tertentu tentang realitas”.

Tujuan dari disiplin positif adalah menanamkan motivasi yang ketiga


pada murid-murid kita yaitu untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan
menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Ketika murid-
murid kita memiliki motivasi tersebut, mereka telah memiliki motivasi intrinsik
yang berdampak jangka panjang, motivasi yang tidak akan terpengaruh pada
adanya hukuman atau hadiah. Mereka akan tetap berperilaku baik dan
berlandaskan nilai-nilai kebajikan karena mereka ingin menjadi orang yang
menjunjung tinggi nilai-nilai yang mereka hargai, atau mencapai suatu tujuan
mulia.

Nilai-nilai kebajikan universal sendiri telah diperkenalkan di modul 1.2


yang berarti nilai-nilai kebajikan yang disepakati bersama, lepas dari suku
bangsa, agama, bahasa maupun latar belakangnya. Nilai-nilai ini merupakan
‘payung besar’ dari sikap dan perilaku kita, atau nilai-nilai ini merupakan fondasi
kita berperilaku. Nilainilai kebajikan adalah sifat-sifat positif manusia yang
merupakan tujuan mulia yang ingin dicapai setiap individu. Seperti yang telah
dikemukakan oleh Dr. William Glasser pada Teori Kontrol (1984), menyatakan
bahwa setiap perbuatan memiliki suatu tujuan, dan selanjutnya Diane Gossen
(1998) mengemukakan bahwa dengan mengaitkan nilai-nilai kebajikan yang
diyakini seseorang maka motivasi intrinsiknya akan terbangun, sehingga
menggerakkan motivasi dari dalam untuk dapat mencapai tujuan mulia yang
diinginkan.
2) Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi 
Motivasi intrinsic yang berasal dari dorongan diri sendiri akan
membentuk budaya positif sedangkan motivasi eksternal atau pengaruh dari
luar sifatnya hanya sementara atau jangka pendek, hukuman yang diberikan
kepada murid merupakan salah satu motivasi eksternal yang merujuk pada
identitas gagal, bahkan lebih sering membuat murid merasa terluka atau sakit
hati, sedangkan disiplin (konsekuensi dan restitusi) merupakan identitas yang
menuju kearah sukses.

3) Keyakinan Kelas
Nilai-nilai kebajikan menekankan pada keyakinan seseorang akan lebih
memotivasi seseorang dari dalam. Seseorang akan lebih tergerak dan
bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar
mengikuti serangkaian peraturan tertulis tanpa makna. Apabila murid-murid
memahami arti sesungguhnya tentang peraturan-peraturan yang diberikan,
apa nilai-nilai kebajikan dibalik peraturan tersebut, apa tujuan utamanya,
mereka akan senang hati dalam menjalankannya, namun sebaliknya apabila
tidak menyadari tentang pentingnya menjalankan sebuat aturan atau hanya
sekedar takut, maka mereka hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan-
peraturan yang mengatur mereka tanpa memahami nilai – nilai kebajikannya.

Keyakinan ini lah yang dikumpulkan menjadi sebuah keyakinan kelas


dan menjadi panduan dalam berkegiatan di kelas agar pembelajaran menjadi
lebih baik. Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang
lebih rinci dan konkrit, mengembangkan kebiasaan positif sehingga keyakinan
kelas sebagai upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam membangun budaya
positif di sekolah.

4) Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas.


Seluruh tindakan manusia memiliki tujuan tertentu. Semua yang
dilakukan adalah usaha terbaik untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Ketika
mendapatkan apa yang diinginkan, sebetulnya saat itu sedang memenuhi satu
atau lebih dari satu kebutuhan dasar. yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup
(survival), kasih sayang dan rasa diterima (love and belonging), kebebasan
(freedom), kesenangan (fun), dan penguasaan (power).
Ketika seorang murid melakukan suatu perbuatan yang bertentangan
dengan nilai-nilai kebajikan, atau melanggar peraturan, hal itu sebenarnya
dikarenakan mereka gagal memenuhi kebutuhan dasar mereka.

5) Restitusi - Lima Posisi Kontrol


Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk
memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok
mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Diane Gossen dalam
bukunya Restitution-Restructuring School Discipline (1998)  mengemukakan
bahwa guru perlu meninjau kembali penerapan disiplin di dalam ruang-ruang
kelas mereka selama ini. Apakah telah efektif, apakah berpusat,
memerdekakan, dan memandirikan murid, bagaimana dan mengapa? Melalui
serangkaian riset dan berdasarkan pada teori Kontrol Dr. William Glasser,
Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru,
orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol
tersebut adalah Penghukum, Pembuat Rasa Bersalah, Teman, Pemantau dan
Manajer.  Guru Penggerak diharapkan mampu menempatkan diri pada posisi
kontrol Manajer.

6) Restitusi - Segitiga Restitusi


Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk
memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok
mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Segitiga restitusi
memudahkan para guru dan orangtua dalam melakukan proses untuk
menyiapkan anaknya untuk melakukan restitusi.

Tahapan segitiga restitusi:


5. RUANG KOLABORASI SESI 1:
Dilaksanakan pada hari Selasa, Tanggal 23 Agustus 2022, puku 16.30 WIB di kelas
05.152 dengan fasilitator bapak SIGIT PAMUNGKAS dan didampingi oleh para
Pengajar Praktik yaitu Ibu Rina W Astuti dan Bapak Moh Karmuji.

Pada tahap ruang kolaborasi ini, kami dibagi menjadi 4 kelompok untuk
menganalisa 1 dari 4 studi kasus yang telah disediakan. Kelompok saya terdiri dari
Saya Ibu Ira, Bapak Sa’roni dan Ibu Nina Martini. Kami memanfaatkan BOR untuk
berdiskusi dan menyusun hasil untuk di presentasikan pada kegiatan selanjutnya.
LINK:
https://drive.google.com/file/d/1L1v8opX45FsZmdLXUbAUw4RQkm6nCQjo/view?
usp=sharing

6. RUANG KOLABORASI SESI 2:


Dilaksanakan pada hari Selasa, Tanggal 24 Agusutus 2022, pukul 16.30 WIB dengan
agenda diskusi dan presentasi CGP kls 05.152 dengan fasilitator bapak SIGIT
PAMUNGKAS dan didampingi PP Ibu Rina W Astuti dan Bp. Moh. Karmuji.
Presentasi dan diskusi diawali dari paparan materi dari kelompok 1 dengan
umpan balik oleh kelompok 3, tim 2 diberikan umpan balik oleh tim 4, tim 3
diberikan umpan balik oleh tim 1 dan terakhir tim 4 diberikan umpan balik oleh tim
2. Umpan balik yang diberikan adalah umpan balik positif.
7. KEGIATAN DEMONSTRASI KONSTEKTUAL:
Pada Kegiatan Demontrasi kontekstual ini bertujuan CGP dapat mempraktikan
pemahaman mereka tentang penerapan segitiga restitusi dengan murid di
sekolahnya.
Berikut tugas demonstrasi kontekstual yang bisa di lihat melalui video youtube
pada LINK: https://www.youtube.com/watch?v=-_aUjBH5FRQ&t=9s

8. KEGIATAN ELABORASI PEMAHAMAN:

Dilaksanakan pada Pada hari Rabu, tanggal 24 Agustus 2022, pukul 13.00-
15.00 WIB bersama instruktur ibu YOSIE MODO, S.Th. yang diikuti CGP
Angkatan 5 Kabupaten Tuban yang bertujuan untuk memantabkan pemahaman
secara lebih mendalam mengenai konsep-konsep inti dalam modul Budaya
Positif
Sejauh ini, Ibu Yosie Modo adalah Instruktur yang paling berkesan bagi
saya, cara penyampaiannya mudah dimengerti dan disampaikan dengan penuh
semangat. Kesimpulan saya bahwa budaya positif itu lebih ke arah restitusi
bukan konsekuensi apalagi hukuman walaupun sama-sama menciptakan
identitas kearah sukses. Karena merdeka artinya kita mampu mendisiplinkan
diri sendiri, bukan sekedar bebas yang tanpa batasan, sehingga pemahaman
konsep yang benar tentang menciptakan budaya positif melalui kebajikan-
kebajikan universal, restitusi dan segitiga restitusi amat penting untuk
terwujudnya karakter Profil Pelajar Pancasila.

9. KEGIATAN KONEKSI ANTAR MATERI:


Berikut link hasil kesimpulan tugas koneksi antar materi:
LINK: https://www.instagram.com/p/Chzwg-yJhES/?utm_source=ig_web_copy_link
10. KEGIATAN AKSI NYATA:
Kegiatan aksi nyata dilakukan dengan berbagi pemahaman pada rekan sejawat di
sekolah. video aksi nyata sayadalam link youtube :
https://www.youtube.com/watch?v=yFYfshNabUk&t=105s

Anda mungkin juga menyukai