Anda di halaman 1dari 14

AKSI NYATA PENERAPAN BUDAYA POSITIF

LATAR BELAKANG
Budaya positif di sekolah membentuk karakter murid, guru, dan visi misi sekolah.
Proses disiplin positif dalam budaya sekolah yang akan menjadi perubabahan baru yang
menggerakan seluruh komponen sekolah.

konsep untuk Budaya positif terdiri dari beberapa bagian yaitu:


Deskripsi Penerapan Budaya Positif pada Aksi Nyata
Hal-hal yang telah diterapkan dan dilaksanakan terkait konsep-konsep Budaya positif, yaitu :
1. Perubahan Paradigma -Stimulus Respon lawan Teori Kontrol
Memahami miskonsepsi tentang kontrol dan selanjutnya mengadakan perubahan
paradigma stimulus-respon menjadi teori control, Kemudian melakukan refleksi atas
penerapan praktik disiplin yang dijalankan di sekolah.
2. Arti Disiplin dan 3 Motivasi Perilaku Manusia
Untuk membangun budaya yang positif yaitu dengan menyediakan lingkungan yang positif,
aman, dan nyaman agar murid-murid mampu berpikir, bertindak, dan mencipta dengan
merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab.
Ki Hajar menyatakan bahwa untuk mencapai kemerdekaan atau dalam konteks pendidikan
kita saat ini, untuk menciptakan murid yang merdeka, syarat utamanya adalah harus ada
disiplin yang kuat. Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri, yang memiliki motivasi internal.
Jika kita tidak memiliki motivasi internal, maka kita memerlukan pihak lain untuk
mendisiplinkan kita atau motivasi eksternal, karena berasal dari luar, bukan dari dalam diri kita
sendiri.
Disiplin diri dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan,
sesuatu yang dihargai dan bermakna. Dengan kata lain, disiplin diri juga mempelajari
bagaimana cara kita mengontrol diri, dan bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan
yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai.
3 alasan motivasi perilaku manusia:
- Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman
Ini adalah tingkat terendah dari motivasi perilaku manusia. Biasanya orang yang
motivasi perilakunya untuk menghindari hukuman atau ketidaknyamanan,
- Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain.
Satu tingkat di atas motivasi yang pertama, disini orang berperilaku untuk mendapatkan
imbalan atau penghargaan dari orang lain.
- Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-
nilai yang mereka percaya
Motivasi yang tumbuh dari kesadaran diri sendiri atas dasar keyakinan pada nilai-nilai
kebajikan universal. motivasi yang akan membuat seseorang memiliki disiplin positif
karena motivasi berperilakunya bersifat internal, bukan eksternal.
Penerapan Disiplin yang tumbuh dari motivasi dalam diri siswa :
3. Keyakinan Kelas, Hukuman dan Penghargaan
Setiap tindakan atau perilaku yang kita lakukan di dalam kelas dapat menentukan
terciptanya sebuah lingkungan positif. Perilaku warga kelas tersebut menjadi sebuah kebiasaan,
yang akhirnya membentuk sebuah budaya positif. Untuk terbentuknya budaya positif pertama-
tama perlu diciptakan dan disepakati keyakinan-keyakinan atau prinsip-prinsip dasar bersama
di antara para warga kelas. Keyakinan kelas sebagai fondasi dan arah tujuan sebuah
sekolah/kelas, yang akan menjadi landasan dalam memecahkan konflik atau permasalahan di
dalam sebuah sekolah/kelas, yang pada akhirnya akan menciptakan budaya positif.
Alfie Kohn (Punished by Rewards, 1993, Wawancara ASCD Annual Conference, Maret 1995)
mengemukakan baik penghargaan maupun hukuman, adalah cara-cara mengontrol perilaku
seseorang yang menghancurkan potensi untuk pembelajaran yang sesungguhnya. Menurut
Kohn, secara ideal tindakan belajar itu sendiri adalah penghargaan sesungguhnya.
Penerapan Keyakinan Kelas Di sekolah :
Pembentukan Keyakinan kelas Melibatkan dan mempersilakan siswa siswa dikelas untuk
bercurah pendapat
4. Lima (5) Kebutuhan Dasar Manusia
Setiap tindakan murid dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yang berbeda-
beda dan agar menjadi individu yang selamat dan bahagia, kebutuhan dasar harus terpenuhi
secara positif.
5 Kebutuhan Dasar Manusia
- Kebutuhan Bertahan Hidup
- Cinta dan kasih sayang (Kebutuhan untuk Diterima)
- Penguasaan (Kebutuhan Pengakuan atas Kemampuan)
- Kebebasan (Kebutuhan Akan Pilihan)
- Kesenangan (Kebutuhan untuk merasa senang)
Memahami bahwa setiap tindakan murid dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar
mereka.
Memahami bahwa kebutuhan dasar setiap murid akan berbeda-beda dan agar menjadi individu
yang selamat dan bahagia, kebutuhan dasar harus terpenuhi secara positif.
Memahami bahwa kebutuhan dasar dapat dipenuhi dengan cara positif atau negatif
Memahami peran guru adalah memberdayakan anak agar dapat memenuhi kebutuhannya
secara positif

5. Lima (5) Posisi Kontrol


Diane Gossen dalam bukunya Restitution-Restructuring School Discipline (1998)
mengemukakan bahwa guru perlu meninjau kembali penerapan disiplin di dalam ruang-ruang
kelas kita selama ini. Apakah telah efektif, apakah berpusat memerdekakan dan memandirikan
murid, bagaimana dan mengapa? Melalui serangkaian riset dan bersandar pada teori Kontrol
Dr. William Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru,
orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah
Penghukum, Pembuat Orang Merasa Bersalah, Teman, Monitor (Pemantau) dan Manajer

Penerapannya di kelas
Melakukan refleksi atas praktik disiplin yang dijalankan selama ini dan dampaknya untuk
murid-muridnya, Sehinga dapat mengetahui dan menerapkan disiplin restitusi di posisi
Monitor dan Manajer agar dapat menciptakan lingkungan positif, aman, dan nyaman dan
dapat menghasilkan murid-murid yang lebih mandiri, merdeka, dan bertanggung jawab.

Segitiga Restitusi
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka,
sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat
(Gossen; 2004)
Restitusi juga adalah proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk
masalah, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan
bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996).
Restitusi membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, dan memulihkan
dirinya setelah berbuat salah. Penekanannya bukanlah pada bagaimana berperilaku untuk
menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah
menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai.

Penerapan Segitiga Restitusi Di Kelas :


Hasil yang di dapat dari aksi nyata:
1. Memahami miskonsepsi tentang kontrol dan selanjutnya mengadakan perubahan
paradigma stimulus-respon menjadi teori control
2. Siswa menunjukkan perilaku disiplin dengan bertindak sendiri atas kemauannya yang
didasarkan atas motivasi internal.
3. Terbentuknya Keyakinan kelas yang digali dari siswa sebagai landasan siswa dan guru
dalam berperilaku dan sebagai landasan dalam mengatasi konflik atau masalah.
4. Memahami bahwa setiap tindakan siswa memiliki tujuan dalam memenuhi kebutuhan
dasarnya.
5. Proses penyelesaian konflik atau masalah di kelas dapat diselesaikan atas dasar
keinginan siswa sendiri dalam memperbaiki tindakannya yang negative sesuai dengan
nilai-nilai universal pada keyakinan kelas yang telah dibentuk

Pembelajaran yang di dapat dari Aksi nyata dikelas :


1. Motivasi siswa dalam bertindak berbeda-beda, sehingga harus diarahkan untuk dapat
bertindak sesuai dengan motivasi yang tumbuh dalam diri berdasarkan nilai-nilai
kebajikan yang diyakininya
2. Terlihatnya Perilaku positif siswa atas dasar dorongan dalam diri sendiri menunjukkan
tertanamnya nilai-nilai kebajikan yang diyakini sebagai motivasinya dalam bertindak dan
berperilaku
3. Memahami kebutuhan dasar Siswa yang berbeda-beda dapat menempatkan guru pada
posisi yang lebih baik dalam mengambil tindakan.
4. Posisi control manager dapat menciptakan suasana positif dan memberikan kesadaran
pada siswa untuk selalu bertindak dan berperilaku positif
5. Keyakinan kelas yang terbentuk dapat menjadi arah untuk siswa dalam bertindak dan
berperilaku serta dapat menjadi landasan untuk memberikan kesadaran positif siswa
dalam menyelesaikan konflik.
6. Restitusi membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, dan
memulihkan dirinya setelah berbuat salah.
Rencana perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang:
1. Konsisten dalam melaksanakan budaya positif di kelas
2. Berkolaborasi dengan melibatkan kepala sekolah dan rekan guru agar budaya positif
dapat tercipta secara keseluruhan di lingkuan sekolah.
3. Melibatkan orangtua untuk ikut berperan dalam menciptakan budaya positif di sekolah
dan di rumah
4. Secara berkelanjutan meyesuaikan Keyakinan kelas sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan
5. Membuat catatan perkembangan budaya positif untuk di kembangkan dan perbaikan ke
depannya
UMPAN BALIK SISWA ( Metode Wawancara )
Hasil umpan balik dalam kegiatan Penerapan Budaya Positif adalah komponen penting untuk
mengevaluasi efektivitas kegiatan dan mendapatkan perspektif dari murid. Berikut adalah hasil
umpan balik yang diperoleh dengan metode wawancara langsung terhadap siswa :
1. "Sekarang saya merasa lebih percaya diri untuk mengemukakan ide-ide saya tanpa takut

dicemooh."
2. "Keyakinan kelas dan restitusi membantu kami mengatasi konflik dengan cara yang lebih
positif dan damai."
3. "Saya merasa lebih aman di lingkungan kelas sekarang. Kami bekerja sama untuk
menjaga ketertiban."
4. "Saya bisa lebih fokus pada pembelajaran karena tidak khawatir tentang gangguan di
kelas."
5. "Sebelumnya saya sering merasa tidak dihargai. Sekarang, dengan keyakinan kelas, saya
merasa lebih diperhatikan."
6. "Keyakinan kelas mengajarkan kami pentingnya tanggung jawab atas tindakan kami."
7. "Kami merasa lebih dekat dengan teman-teman kami karena kita dapat membicarakan
masalah dan menyelesaikannya bersama."
8. "Restitusi membantu kami berpikir tentang konsekuensi tindakan kami sebelum
bertindak."
9. "Saya belajar bahwa mengetahui kesalahan dan meminta maaf adalah langkah pertama
dalam memperbaiki hubungan."
10. "Restitusi membantu kami menyelesaikan masalah dengan teman-teman tanpa berakhir
dengan pertengkaran."

Anda mungkin juga menyukai