Anda di halaman 1dari 23

1.4.A.8.

KONEKSI ANTAR MATERI


MODUL 1.4

Dibuat Oleh: Okta Setiawan


Unit Kerja: SMKS Al Falah Pemalang

Calon Guru Penggerak (CGP)


Angkatan 7
Kabupaten Pemalang
Tugas:
Membuat kesimpulan mengenai
peran guru dalam menciptakan
budaya positif di sekolah
dengan menerapkan konsep-
konsep disiplin positif, motivasi
perilaku manusia, posisi kontrol
restitusi, keyakinan
sekolah/kelas, segitiga
restitusi dan keterkaitannya Koneksi
dengan materi sebelumnya Antar Materi
yaitu Filosofi Pendidikan Modul 1.4
Nasional Ki Hadjar Dewantara,
Nilai dan Peran Guru
Penggerak, serta Visi Guru
Penggerak.
DISIPLIN POSITIF
Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa
untuk mencapai kemerdekaan atau
dalam konteks pendidikan kita saat ini,
untuk menciptakan murid yang
merdeka, syarat utamanya adalah harus
ada disiplin yang kuat. Disiplin yang
dimaksud adalah disiplin diri, yang
memiliki motivasi internal. Jika kita
tidak memiliki motivasi internal, maka
kita memerlukan pihak lain untuk
mendisiplinkan kita atau motivasi
eksternal, karena berasal dari luar,
bukan dari dalam diri kita sendiri.
Pemikiran Ki Hajar ini sejalan dengan DISIPLIN POSITIF
pandangan Diane Gossen dalam bukunya
Restructuring School Discipline, 2001.
Diane menyatakan bahwa arti dari kata
disiplin berasal dari bahasa Latin,
‘disciplina’, yang artinya ‘belajar’. Kata
‘discipline’ juga berasal dari akar kata
yang sama dengan ‘disciple’ atau
murid/pengikut. Untuk menjadi seorang
murid, atau pengikut, seseorang harus
paham betul alasan mengapa mereka
mengikuti suatu aliran atau ajaran
tertentu, sehingga motivasi yang
terbangun adalah motivasi intrinsik, bukan
ekstrinsik.
DISIPLIN POSITIF
Dalam hal ini Ki Hajar menyatakan;
“...pertanggungjawaban atau
verantwoordelijkheld itulah selalu menjadi
sisihannya hak atau kewajiban dari
seseorang yang pegang kekuasaan atau
pimpinan dalam umumnya. Adapun artinya
tidak lain ialah orang tadi harus
mempertanggungjawabkan dirinya serta
tertibnya laku diri dari segala hak dan
kewajibannya.
(Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi,
Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan
Kelima, 2013, Halaman 469)
3 Motivasi Perilaku Manusia
Dalam hal ini Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School
Discipline, menyatakan ada 3 motivasi perilaku manusia:
1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman (Motivasi
eksternal).
2. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain
(Motivasi eksternal).
3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai
diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya (Motivasi
internal).
Keyakinan Sekolah/Kelas
Pembentukan keyakinan sekolah/kelas:
1. Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih
rinci dan konkrit.
2. Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal.
3. Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.
4. Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat
dan dipahami oleh semua warga kelas.
5. Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan
tersebut.
6. Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan
keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat.
7. Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu.
Apa itu ‘Restitusi’?
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki
kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka,
dengan karakter yang lebih kuat. Restitusi juga merupakan proses kolaboratif
yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah mereka, dan
membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka ingin menjadi
(tujuan mulia), dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain
(Gossen; 2004)
Restitusi Sebuah Cara Menanamkan
Merekrut lebih banyak dokter. Disiplin Positif Pada Murid
Di bawah ini adalah ciri-ciri restitusi yang membedakannya
Fokus utama pertama kami.

dengan program disiplin lainnya.


1. Restitusi bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk
belajar dari kesalahan
2. Restitusi memperbaiki hubungan
3. Restitusi adalah tawaran, bukan paksaan
4. Restitusi menuntun untuk melihat ke dalam diri
5. Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan
6. Restitusi diri adalah cara yang paling baik
7. Restitusi fokus pada karakter bukan tindakan
8. Restitusi menguatkan
9. Restitusi fokus pada solusi
10. Restitusi mengembalikan murid yang berbuat salah pada
kelompoknya
5 Posisi Kontrol
1. Penghukum: Orang-orang yang menjalankan posisi penghukum, senantiasa
mengatakan bahwa sekolah memerlukan sistem atau alat yang dapat lebih
menekan murid-murid lebih dalam lagi.
2. Pembuat Merasa Bersalah: Pembuat rasa bersalah akan menggunakan
keheningan yang membuat orang lain merasa tidak nyaman, bersalah, atau
rendah diri.
3. Teman: Posisi teman pada guru bisa negatif ataupun positif. Positif di sini
berupa hubungan baik yang terjalin antara guru dan murid.
4. Pemantau: Posisi pemantau berdasarkan pada peraturan-peraturan dan
konsekuensi. Dengan menggunakan sanksi/konsekuensi, kita dapat
memisahkan hubungan pribadi kita dengan murid, sebagai seseorang yang
menjalankan posisi pemantau.
5. Manajer: posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid,
mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung
murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri.
SEGITIGA RESTITUSI
Langkah-langkah dalam menerapkan segitiga restitusi yaitu:
1. Menstabilkan identitas
2. Validasi tindakan yang salah
3. Menanyakan keyakinan
Ketiga strategi tersebut direpresentasikan dalam 3 sisi segitiga
restitusi. Langkah-langkah tersebut tidak harus dilakukan satu
persatu secara kaku. Banyak guru yang sudah menggunakannya
dalam berbagai versi menurut gaya mereka masing-masing
bahkan tanpa mengetahui tentang teori restitusi.
MenstabilkanIdentitas
Menstabilkan Identitas
Untuk membuat anak yang merasa gagal karena berbuat salah menjadi
positif terhadap dirinya.
Guru Berkata:
Berbuat salah itu hal yang manusiawi
Tidak ada manusia yang sempurna
Bapak/Ibu juga buat salah
Kita pasti bisa menyelesaikan permasalahan ini
Bapak/Ibu tidak tertarik untuk mencari tahu siapa yang benar,
siapa yang salah, Bapak/Ibu lebih tertarik untuk menyelesaikan
masalah.
Kalau kamu menyalahkan dirimu sendiri terus menerus, apakah
kamu bersikap baik pada dirimu sendiri?
Validasi Kebutuhan
Membantu murid mengenali basic need/kebutuhan dasar yang ingin
dipenuhinya ketika melakukan kesalahan itu. Pada dasarnya setiap
tindakan manusia tujuannya adalah memenuhi kebutuhan dasar, apakah itu
penguasaan, kebebasan, kasih sayang dan rasa diterima, kesenangan, atau
bertahan hidup.
Guru Berkata:
Kamu bisa saja kan melakukan hal yang lebih buruk, tapi kamu tidak
melakukannya kan?
Kamu pasti punya alasan mengapa melakukannya.
Apa yang penting bagi kamu?
Kamu boleh tetap berusaha menjaga sikap itu, tapi tambahkan sikap
yang lain, yang baru.
Maukah kamu belajar cara lain untuk mendapat yang kamu butuhkan
tanpa harus memukul?
Apakah kamu bisa melakukan dengan lebih baik besok lagi?
Menanyakan Keyakinan
Anak melihat kesalahannya dihubungkan dengan norma sosial dan nilai-
nilai yang mendasari manusia berinteraksi dengan orang lain.
Guru Berkata:
Apa nilai yang kita percaya di kelas/sekolah kita?
Nilai-nilai universal apa yang telah kita sepakati?
Kelas yang ideal itu seperti apa sih?
Kamu ingin jadi anak seperti apa?
Apa yang kamu rasakan?
Ketika kamu melakukan itu, kamu menjadi orang yang seperti apa?
Refleksi
Sejauh mana pemahaman Anda tentang
konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di
modul ini? Adakah hal-hal yang menarik untuk
Anda dan di luar dugaan?
Jawab:
Setelah mempelajari konsep inti dalam modul
ini saya memahami bahwa disiplin bukanlah
suatu hukuman. Kemudian penghargaan hanya
menimbulkan motivasi sesaat saja. Selama
saya menjadi pendidik, hal ini baru saya
ketahui setelah mengikuti Pendidikan Guru
Penggerak ini.
Refleksi
Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda
dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun
sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?

Jawab:
Setelah mempelajari modul ini, saya memahami
bahwa dalam menciptakan budaya positif di
sekolah adalah dengan menggali nilai-nilai
kebajikan. Kemudian membuat kesepakatan
sekolah sesuai dengan nilai kebajikan yang telah
digali. Sehingga peserta didik mempunyai
motivasi intrinsik untuk menerapkan budaya
positif di sekolah.
Refleksi
Pengalaman seperti apakah yang pernah Anda alami
terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul
Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah
Anda?
Jawab:
Pengalaman yang pernah saya lakukan
diantaranya adalah membantu menyelesaikan
permasalahan peserta didik dengan temannya.
Saya berusaha untuk mencari win-win solution di
antara mereka, tidak mencari siapa yang salah
dan siapa yang benar. Sehingga peserta didik
menyadari tindakan mana yang salah dan perlu
diperbaiki.
Refleksi
Bagaimanakah perasaan Anda ketika mengalami hal-hal
tersebut?
Jawab:
Saya merasa senang karena dapat
mendamaikan peserta didik yang tadinya ada
kesalahpahaman di antara mereka. Setelah
saya bantu mereka dengan cara menuntun
peserta didik menyadari letak kesalahan
mereka sendiri, kemudian menuntun
bagaimana cara memperbaikinya. Akhirnya
peserta didik dapat saling memaafkan dan
berteman baik lagi seperti sedia kala.
Refleksi
Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan
konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah
baik? Adakah yang perlu diperbaiki?

Jawab:
Hal yang sudah baik adalah menyelesaikan
permasalahan antar peserta didik dengan win-win
solution. Peserta didik menyadari kesalahan mereka
masing-masing dan mereka sendiri yang mencari
bagaimana solusinya. Masih ada yang perlu
diperbaiki, yaitu cara komunikasi saya dan
bagaimana saya dapat mengelola kesabaran dalam
menghadapi permasalahan dengan peserta didik.
Refleksi
Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi
dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi
manakah yang paling sering Anda pakai, dan bagaimana
perasaan Anda saat itu? Setelah mempelajari modul ini,
posisi apa yang Anda pakai, dan bagaimana perasaan
Anda sekarang? Apa perbedaannya?
Jawab:
Sebelum mempelajari modul ini, saya sering
memakai posisi kontrol sebagai teman. Setelah
mempelajari modul ini saya berusaha untuk
memakai posisi kontrol sebagai manajer. Karena
saat saya berada pada posisi sebagai teman, peserta
didik justru menjadi lebih bengantung kepada saya.
Refleksi
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda
menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi
permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap mana yang
Anda praktekkan dan bagaimana Anda
mempraktekkannya?
Jawab:
Sebelum mempelajari modul ini, saya belum mengerti
adanya teori segitiga restitusi. Jadi, saya belum pernah
menerapkan 3 langkah penerapan segitiga restitusi
secara utuh. Namun, dalam menyelesaikan
permasalahan peserta didik. Sesekali saya pernah
melakukan tahap "validasi tindakan yang salah"
kepada peserta didik saya waktu itu.
Refleksi
Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul
ini, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting
untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya
positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?
Jawab:
Hal-hal lain yang menurut saya penting untuk
dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif
di lingkungan kelas/sekolah adalah bagaimana
caranya mengkondisikan agar peserta didik siap saat
guru berperan sebagai manajer. Karena peserta didik
yang saya layani adalah anak SMK, yang dalam
kesehariannya beberapa dari mereka perlu dipantau
terutama saat berada di ruang praktik.
Terima Kasih
"KAMI BERUBAH, KAMI LEBIH BAIK"

Anda mungkin juga menyukai