4 Budaya Positif
Senin, 19 Desember 2022, 09.18
oleh SISKA DWI YANI
Selamat Pagi Guru Hebat Seluruh Indonesia, jumpa kembali bersama saya Siska Dwi Yani
Calon Guru Penggerak, pada Jurnal refleksi dwi Mingguan ini saya akan sampaikan Refleksi
saya mengenai Modul 1.4 tentang budaya positif, dengan menggunakan motode 4F
1. Fakta (Peristiwa)
Pada saat membuka Modul 1.4 dan membaca Tema Budaya Positif, pertama sekali yang
saya pikirkan adalah tema yang sangat mengasyikkan dan membuat saya menjadi
penasaran karena hal ini sudah menjadi hal yang ingin saya wujudkan di Sekolah saya.
Membuka Mulai dari Diri Sendiri, ternyata ada yang berbeda dari modul 1.1, 1.2, dan 1.3
sebelumnya, biasanya mulai dari diri sendiri biasanya saya hanya menjawab satu pertanyaan
namun di modul 1.4 ada lebih dari 6 pertanyaan, yang membuat saya terkejut dan berkata
waw semakin kesini helmnya semakin banyak, dan apakah saya bisa melaksanakannya
dengan beban kerja di sekolah juga semakin banyak, namun saya meyakinkan diri sendiri,
saya pasti bisa dan ternyata pada hari itu juga saya mampu menyelesaikannya.
setelah itu saya membuka modul 1.4 yang membahas eksplorasi konsep, disini saya juga
menjadi tertawa sendiri waw... kerjanya sangat banyak sekali, terdiri dari 1.4.a.1 sampai
1.4.a.6 dan semuanya memiliki pertanyaan dan tugas yang harus saya jawab, namun
kembali saya bisa menyelesaikannya.
Setelah itu saya masuk modul 1.4.a.5 Ruang Kolaborasi, Teman satu kelompok diacak
kembali, kami membahas 4 kasus dan menjawab pertanyaan yang diminta, besok harinya
kami harus menunjukkan hasil tugas kelompok dan mengunggahnya tugas tersebut ke
Modul 1.4.a.5.2
nah disini saya agak binggung ketika mengerjakan modul 1.4.a.6 demonstrasi konstektual,
saya harus membuat video Segitiga restitusi bersama 1 orang murid dari 2 naskah dialog
segitiga restitusi yang saya buat, saya harus memikirkan bagaimana proses pelaksanaannya
sesuai dengan apa yang diharapkan, namun akhirnya semuanya terlewati dan diselesaikan
dengan baik
Masuk modul 1.4.a.7 tentang elaborasi konstektual, saya berikan pendalaman materi oleh
instruktur CGP tentang Budaya Positif
Modul 1.4.a.8 saya masuk ke koneksi antar materi, sambil tertawa saya membaca tugas yang
diberikan, ada beberapa pertanyaan pemantik yang harus saya kerjakan, saya sempat
melihat youtube seperti apa CGP lain buat, namun ada satu kelemahan yang saya lihat,
kebanyakan teman -teman tidak membuat tugas, dengan tidak jeli membaca apa maksud
tugas yang diminta dan melihat rubrik penilaian yang akan dinilai, akhirnya dengan sabar
saya mentelaah maksud tugas tersebut dan membuat dengan langkah demi langkah
dengan hati-hati, agar tugas yang dikerjakan bisa mendapatkan hasil yang memuaskan dan
saya juga semakin memahami konsep budaya positif tersebut, tugas DK akhirnya ditutup
dengan membuat rancangan Aksi nyata nanti saya di sekolah, saya membuat 2 buah
rancangan aksi nyata.
Modul 1.4.a.9 tentang aksi nyata yang awalnya waktunya banyak sampai tanggal 28
Desember akhirnya diperpanjang menjadi 9 Maret, alhamdulillah untuk aksi nyata saya bisa
lebih mempersiapkan nantinya dengan baik.
disini saya akan menjelaskan sedikit apa saja yang di bahas dalam modul 1.4 Budaya Positif
1. Ilusi guru mengontrol murid, Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan
bermanfaat, Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat
menguatkan karakter., Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa
2. Makna kata disiplin , Ki Hajar menyatakan bahwa mencapai kemerdekaan atau dalam
konsteks pendidikan kita saat ini, untuk menciptakan murid yang merdeka, syarat
utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat, disiplin yang dimaksud adalah disiplin
diri yang memiliki motivasi internal. jika tidak memiliki motivasi internal, maka kita
memerlukan pihak lain untuk mendisiplikan kita atau motivasi eksternak, karena
berasal dari luar, bukan dari dalam diri kita sendiri
3. Nilai-nilai Kebajikan :
Anda telah mengikuti serangkaian pembahasan tentang makna disiplin positif yang
dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara maupun Diane Gossen, di mana kedua pakar
pendidikan mengartikan disiplin sebagai bentuk kontrol diri, yaitu belajar untuk diri
agar dapat mencapai suatu tujuan kontrol mulia. Tujuan mulia di sini mengacu pada
nilai-nilai atau prinsip-prinsip mulia yang dianut seseorang. Kita namakan nilai-nilai
tersebut sebagai nilai-nilai kebaikan (kebajikan) yang universal.
1. Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 motivasi
perilaku manusia: Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman, Untuk
mendapatkan ketidakseimbangan atau penghargaan dari orang lain, Untuk menjadi
orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang
mereka percayai.
Hormat Menghukum
Keyakinan kelas bersifat lebih 'abstrak' daripada peraturan, yang lebih rinci dan
konkrit.
Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal.
Pernyataan keyakinan kelas selalu dibuat dalam bentuk positif.
Keyakinan kelas pengangkutan tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan
dipahami oleh semua warga kelas.
Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut.
Semua warga kelas keterlibatan ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas
lewat kegiatan curah pendapat.
Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu.
1. Bertahan hidup
2. kasih sayang dan diterimana
3. Penguasaan
4. Kebebasan
5. Kesenangan
Dunia Berkualitas
Dunia Berkualitas Anda adalah tempat khusus dalam pikiran Anda, tempat Anda
menyimpan gambaran representasi dari semua yang Anda inginkan: bisa berisi orang-
orang, hal-hal dan apa saja yang terbaik dalam hidup Anda dan membuat Anda merasa
bahagia dan memenuhi kebutuhan dasar Anda . William Glasser menyebutnya seperti
semacam foto album sehingga isinya tidak akan terlalu banyak, hanya akan terdiri dari
beberapa hal saja yang sangat signifikan dan benar-benar terbaik dalam hidup Anda yang
membuat hidup Anda menjadi lebih bermakna. Kebutuhan dasar bersifat lebih umum dan
universal, sedangkan dunia berkualitas lebih unik dan personal.
Sisi 1. Menstabilkan Identitas (Stabilize the Identity) Bagian dasar dari segitiga bertujuan
untuk mengubah identitas anak dari orang yang gagal karena melakukan kesalahan menjadi
orang yang sukses. Anak yang melanggar peraturan karena sedang mencari perhatian
adalah anak yang sedang mengalami kegagalan. Dia mencoba untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya namun ada benturan. Kalau kita menyalahkan dia, maka kita akan tetap
membuatnya dalam posisi gagal.
Setiap tindakan kita lakukan dengan suatu tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan dasar. Kalau
kita memahami kebutuhan dasar apa yang mendasari sebuah tindakan, kita akan bisa
menemukan cara-cara yang paling efektif untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Sisi 3. Menanyakan Keyakinan (Mencari Keyakinan)
Teori kontrol menyatakan bahwa kita pada dasarnya termotivasi secara internal. Ketika
identitas sukses telah tercapai (langkah 1) dan tingkah laku yang salah telah divalidasi
(langkah 2), maka anak akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dia percaya,
dan pindah menjadi orang yang dia inginkan
Perasaan (Perasaan)
Perasaan saya mempelajari modul 1.4 tentang budaya positif semakin memahami dan
bahagia, karena banyak hal yang saya idamkan dahulunya, tentang bagaimana caranya
menerapkan budaya positif di sekolah, sudah terjawab di modul ini, banyak harapan dan
rencana yang akan saya lakukan baik sebagai pemimpin pembelajaran maupun memimpin
manajemen sekolah di bidang kesiswaan. awal sekolah semester genap nanti tepatnya
tanggal 2 januari 2023, akan menjadi awal bagi saya membuat program budaya positif di
sekolah.
Menemukan (Pembelajaran)
Pembelajaran yang saya dapatkan dari modul ini adalah untuk menerapkan budaya positif
di sekolah, semua unsur yang ada di Sekolah harus memiliki keyakinan dan komitmen
dalam pelaksanaannya, saya dan semua guru harus mengubah pola pikir bahwa dalam
membimbing murid harus menerapkan posisi kontrol yang tepat yaitu sebagai manajerial,
menciptakan keyakinan sekolah dan kelas harus ditanamkan nilai-nilai kebaikan, program-
program yang jelas harus dilaksanakan dan kontiniu.
Future (Perubahan)
Perubahan yang saya lakukan , merubah posisi kontrol yang dulu sebagai teman sekarang
manajer, mengunakan segitiga restorasi dalam menegakkan keyakinan, mampu membuat
program berdasarkan prakarsa perubahan BAGJA guna menerapkan budaya positif di
Sekolah.