0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
46 tayangan8 halaman
Dokumen ini berisi jurnal refleksi guru penggerak angkatan 5 tentang modul pembelajaran mengenai visi guru dan prakarsa perubahan. Guru tersebut mempelajari cara merumuskan visi tentang murid impian dan menyusun prakarsa perubahan dengan menggunakan model Inkuiri Apresiatif (IA). Ia belajar bahwa perubahan harus difokuskan pada kekuatan, bukan masalah, dan rencanakan tindakan dengan menggunakan ker
Deskripsi Asli:
Judul Asli
Jurnal refleksi dwi mingguan modul 1.3-visi guru penggerak
Dokumen ini berisi jurnal refleksi guru penggerak angkatan 5 tentang modul pembelajaran mengenai visi guru dan prakarsa perubahan. Guru tersebut mempelajari cara merumuskan visi tentang murid impian dan menyusun prakarsa perubahan dengan menggunakan model Inkuiri Apresiatif (IA). Ia belajar bahwa perubahan harus difokuskan pada kekuatan, bukan masalah, dan rencanakan tindakan dengan menggunakan ker
Dokumen ini berisi jurnal refleksi guru penggerak angkatan 5 tentang modul pembelajaran mengenai visi guru dan prakarsa perubahan. Guru tersebut mempelajari cara merumuskan visi tentang murid impian dan menyusun prakarsa perubahan dengan menggunakan model Inkuiri Apresiatif (IA). Ia belajar bahwa perubahan harus difokuskan pada kekuatan, bukan masalah, dan rencanakan tindakan dengan menggunakan ker
SMPN 5 Bojonegoro Jurnal Refelksi dwi mingguan modul 1.3 ini saya buat dengan menerapkan model DEAL (Description, Examination and Articulation of Learning) yang dikembangkan oleh Ash dan Clayton (2009).
Description
Pada modul 1.3 ini saya mempelajari tentang bagaimana
membuat visi tentang murid. Pembelajaran ini dimulai dengan sebuah refleksi pada alur Mulai dari diri. Disini kita diminta untuk menggambarkan bagaimana murid impian kita di masa depan, pada tugas ini saya memimpikan murid saya adalah pribadi yang mampu berdiri diatas kakinya sendiri, seorang pribadi yang mampu dan mau mengembangkan segala potensi yang diinginkan namun tetap dilandasi dengan profil pelajar pancasila. Saya juga menjabarkan visi yang saya impikan di terapkan oleh sekolah tentang murid impian seperti pada gambar berikut. Pada tahap eksplorasi konsep ada hal menarik yang saya dapatkan yaitu saat kita diminta untuk berlatih membuat pertanyaan BAGJA berdasarkan pengalaman kita pada masa sekolah atau saat menajdi guru. Saat itu saya mengangkat sebuah prakarsa perubahan "Menghidupkan KIR di sekolahku". Saya sangat senang saat membuat Alur BAGJA ini karena tergambar jelas bagaimana perjuangan saya untuk menghidupkan KIR yang sudah lama mati suri hingga selalu memperoleh juara tingat nasional.
Ruang kolaborasi adalah salah satu alur yang paling saya
tunggu-tunggu karena saya dapat bertatap maya bersama teman-teman CGP kelas 12, Bapak pengajar praktek dan tentunya motivator kami Bapak Yusak sebagia fasilitator kami. Pada sesi diskusi kelompok saya memaparkan Visi yang saya buat, saya juga menjelaskan mengapa visi ini saya anggap penting dan apa alasan saya mengambil visi tersebut. Pada visi tersebut saya berusaha menjelaskan gambaran bahwa setiap anak yang terlahir ke dunia ini memiliki kelebihan dibalik segala kekurangan yang tampak oleh mata dan tugas kita sebagai guru adalah menuntun segala potensi yang ada pada anak tersebut bukan menuntut sesuai dengan keinginan kita. Tentunya untuk mewujudkan visi tersebut diperlukan prakarsa perubahan dan dirancang suatu tindakan perubahan dengan menggunakan model inkuri apresiatif alur BAGJA. Berdasarkan hasil diskusi dengan teman-teman dan masukan dari pak Yusak, akhirnya saya semakin memahami cara membuat prakarsa perubahan dengan bantuan kanvas BAGJA. Pada tugas demonstrasi konstekstual, saya membuat sebuah prakarsa perubahan yang akan saya terapkan di kelas yaitu "Membangun kepercayaan diri murid untuk menumbuhkan kreativitas dalam pembelajaran". Tugas demonstrasi konstektual klik disini atau scan barcode berikut.
Scan barcode untuk
mengakses demonstrasi konstektual saya
Pemahaman saya tentang merumuskan visi dan membuat
prakarsa perubahan dengan inkuisri apresiatif alur BAGJA semakin tercerahkan setelah saya mengikuti sesi elaborasi dengan instruktur ibu Ajeng Wulansasi. Pada sesi tersebut saya semakin paham bahwa visi itu dirumuskan berdasarkan dimensi profil pelajar pancasila tetapi tidak perlu ditulis semua dimensinya cukup 1 atau 2 dimensi saja agar lebih mudah terwujud. Akhirnya setelah sesi elaborasi saya merumuskan visi terbaru saya sebagai seorang guru pada tugas koneksi antar materi. Visi terbaru yang sudah saya revisi adalah "Menuntun potensi murid sebagai pribadi yang mandiri dan kreatif". Examination
Pada modul 1.3 ini kita diajak untuk belajar merumuskan
suatu visi atau cita-cita yang kita impikan tentang murid, kemudian cita-cita tersebut kita susun untuk diwujudkan menjadi sebuah aksi nyata di kelas dengan sebuah prakarsa perubahan yang disusun dengan menggunakan model inkuiri apresiatif alur BAGJA. Pengalaman menyusun pertanyaan BAGJA ini merupakan pengalaman pertama dan luar biasa bagi saya dan tentunya sangat bermanfaat. Selama ini saya memang punya mimpi tentang siswa tetapi mimpi itu tidak terwujud dengan baik karena saya tidak punya perencanaan atau sebuah prakarsa perubahan. Saya lebih cenderung menunggu, padahal untuk mencapai suatu tujuan yang kita inginkan, maka harus dimulai dari diri kita sendiri. Kita tidak mungkin akan memaksa orang lain untuk bergerak jika kita tidak mengawali untuk bergerak. Sebuah video yang ditayangkan oleh ibu Ajeng tentang keberanian anak kecil untuk turun menyingkirkan pohon yang tumbang di tengah jalan sedikit banyak telah membuka mata hati saya, bahwa saya harus berani masuk dalam lingkaran pengaruh agar orang-orang yang ada di sekitar saya tergerak untuk berubah cara mendidik murid yaitu dengan cara menuntun bukan menuntut. Articulation of Learning
Pada modul 1.3 ini saya mempelajari teantang cara
mewujudkan sebuah visi sekolah impian dan melakukan proses perubahan dengan menggunakan sebuah pendekatan atau paradigma. Pendekatan ini dipakai sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pendekatan yang saya pelajari pada modul 1.3 ini adalah Inkuiri apresiatif (IA) dikembangkan oleh David Cooperrider (Cooperrider & Whitney, 2005; Noble & McGrath, 2016). Inkuiri Apresiatif (IA) merupakan pendekatan kolaboratif berbasis kekuatan yang bertujuan untuk melakukan perubahan, inkuiri apresiatif juga merupakan model managemen kolaboratif yang membawa perbaikan dalam suatu sistem misalnya di sekolah atau dalam lingkup kecil adalah kelas. Managemen perubahan ini kita lakukan dengan menyusun tindakan menggunakan tahapan B-A-G-J-A. Hal paling penting dan saya garis bawahi dalam menyusun prakarsa perubahan ini adalah melihat kekuatan bukan masalah. Selama ini dalam pandangan kita sebagai guru terutama saya untuk melakukan suatu perubahan itu selalu melihat masalah sehingga yang muncul adalah mencari kesalahan bukan solusi sedangkan jika kita melihat kekuatan atau potensi yang ada, maka kita akan berfokus pada kekuatan atau kelebihan bukan kelemahan. Dari pelajaran tersebut saya berpikir tentang rencana ke depan sebagai aksi nyata saya di kelas dalam mewujudkan visi murid impian dengan merumuskan prakarsa perubahan yang saya fokuskan pada menuntun kekuatan atau potensi murid, saya harus menanamkan dalam hati mulai sekarang bahwa tidak ada murid bodoh yang ada adalah kita sebagai guru yang tidak mampu mengarahkan potensinya. Salah satu aksi nyata saya di kelas untuk mewujudkan prakarsa perubahan yang saya buat adalah dengan menerapkan metode pembelajaran GPS (Gali informasi, Praktekkan dan Sebarkan). Metode ini merupakan salah salah satu cara yang saya gunakan untuk mengajak murid agar sadar akan kekuatan diri salah satunya penggunaan teknologi, dipadukan dengan model colaboratif learning juga membantu murid untuk bertukar pikiran dengan sesama teman sehingga pada akhirnya mereka punya kekuatan untuk berani menampilkan hasil pemikirannya baik secara tertulis maupun lisan.
Terima Kasih PERUBAHAN BUTUH TEKAT YANG KUAT DAN KEBERANIAN UNTUK BERUBAH
Puji Astutik, S.Pd -CGP Angkatan 5 Kab. Bojonegoro