Anda di halaman 1dari 58

AKSI NYATA: BUDAYA POSITIF

CALON GURU PENGGERAK ANGKATAN 7

I GUSTI AYU KARLA KOMALA DEWI


SMA DWIJENDRA DENPASAR
Jumat, 20 Januari 2022
PEMAPARAN MATERI
1. Disiplin positif
2. Motivasi perilaku manusia
3. Kebutuhan dasar
4. Posisi kontrol restitusi
5. Keyakinan kelas
6. Segitiga restitusi
KESEPAKATAN KEGIATAN

1. Seluruh peserta memiliki kesempatan untuk berpendapat;


2. Berpikiran terbuka dan saling menghormati;
3. Jika ada satu peserta berbicara maka peserta yang lain
mendengarkan;
4. Berpendapat setelah dipersilakan;
5. Berpartisipasi penuh; dan
6. Mengikuti kegiatan dengan perasaan yang gembira.
7. Menghargai waktu
ICE BREAKING

Silahkan Bersiap
Tebak Gambar 1

PENYANYI, WANITA
ASHANTY
Silahkan Bersiap lagi
Ice Breaking
Tebak Gambar 2

PENYANYI LEGENDA, INDONESIA, PRIA


Jawaban Gambar 2

Ari lasso (Ari) – karena fotonya


Colloseum ada di = Roma Sakit perut = Magh = Ma
terbalik jadi bacanya dibalik ARI
= IRA

RHOMA IRAMA
Silahkan Bersiap lagi
Ice Breaking
Tebak Gambar 3

STANDUP COMEDIAN, PRIA


.
PEMBELAJARAN
MARI KITA BERMAIN: Cobalah Buka
1. SIlahkan Bapak Ibu Berpasangan
2. Anda dan teman Anda akan melakukan kegiatan ‘Cobalah
Buka’.
3. Anda adalah A , tugas Anda adalah mengepalkan salah satu
tangan Anda. Coba Anda bayangkan bahwa Anda menyimpan
sesuatu yang sangat berharga di dalam kepalan tangan Anda.
Anda perlu menjaga benda tersebut sekuat tenaga Anda
karena begitu pentingnya untuk kehidupan Anda.
4. Tugas B (rekan Anda), adalah mencoba dengan segala cara
untuk membuka kepalan tangan Anda. Teman Anda B boleh
membujuk, menghardik, mengintimidasi, memarahi,
menggoda, menggelitik, bahkan menawari Anda uang agar
Anda bersedia membuka kepalan tangan Anda.
COBALAH BUKA

Pertanyaan:
1.Siapakah yang memegang kontrol
dalam kegiatan Cobalah Buka tersebut?
2.Mengapa demikian?
ILUSI KONTROL

Selanjutnya psikiater dan pendidik, Dr. William Glasser dalam Control Theory yang kemudian hari
berkembang dan dinamakan Choice Theory, meluruskan beberapa miskonsepsi tentang makna
‘kontrol’.

● Ilusi guru mengontrol murid.


Pada dasarnya kita tidak dapat memaksa murid untuk berbuat sesuatu jikalau murid tersebut
memilih untuk tidak melakukannya. Walaupun tampaknya guru sedang mengontrol perilaku
murid, hal demikian terjadi karena murid sedang mengizinkan dirinya dikontrol. Saat itu bentuk
kontrol guru menjadi kebutuhan dasar yang dipilih murid tersebut. Teori Kontrol menyatakan
bahwa semua perilaku memiliki tujuan, bahkan terhadap perilaku yang tidak disukai.
ILUSI KONTROL

● Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat.


Penguatan positif atau bujukan adalah bentuk-bentuk kontrol. Segala
usaha untuk mempengaruhi murid agar mengulangi suatu perilaku
tertentu, adalah suatu usaha untuk mengontrol murid tersebut. Dalam
jangka waktu tertentu, kemungkinan murid tersebut akan menyadarinya,
dan mencoba untuk menolak bujukan kita atau bisa jadi murid tersebut
menjadi tergantung pada pendapat sang guru untuk berusaha
ILUSI KONTROL

● Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat


menguatkan karakter.
Menggunakan kritik dan rasa bersalah untuk mengontrol murid menuju
pada identitas gagal. Mereka belajar untuk merasa buruk tentang diri
mereka. Mereka mengembangkan dialog diri yang negatif. Kadang kala
sulit bagi guru untuk mengidentifikasi bahwa mereka sedang melakukan
perilaku ini, karena seringkali guru cukup menggunakan ‘suara halus’
untuk menyampaikan pesan negatif.
ILUSI KONTROL

● Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa.


Banyak orang dewasa yang percaya bahwa mereka memiliki tanggung
jawab untuk membuat murid-murid berbuat hal-hal tertentu. Apapun
yang dilakukan dapat diterima, selama ada sebuah kemajuan
berdasarkan sebuah pengukuran kinerja. Pada saat itu pula, orang
dewasa akan menyadari bahwa perilaku memaksa tidak akan efektif
untuk jangka waktu panjang, dan sebuah hubungan permusuhan akan
terbentuk.
PERTANYAAN PEMANTIK

Apakah yang dimaksud dengan disiplin?


Apakah makna ‘Disiplin’?
• Berasal dari bahasa Latin, ‘disciplina’, yang artinya
belajar.
• Makna asal dari kata ini berkonotasi dengan
disiplin diri dari murid-murid Socrates dan
Plato.
• Disiplin diri membuat orang menggali
potensinya menuju sebuah tujuan, apa yang
dia hargai.
Hak Cipta @ 2005 Yayasan Pendidikan Luhur
DIIZINKAN UNTUKDIPERBANYAK OLEH PELATIH BERSERTIFIKAT
Apakah makna ‘Disiplin’?
Namun dalam budaya kita, makna kata
disiplin telah berubah menjadi sesuatu yang
dilakukan seseorang pada orang lain untuk
mendapatkan kepatuhan. Kecenderungan
umum adalah menghubungkan kata disiplin
dengan ketidaknyamanan, bukan dengan
apa yang kita hargai, atau pencapaian suatu
tujuan mulia.

Hak Cipta @ 2005 Yayasan Pendidikan Luhur


DIIZINKAN UNTUKDIPERBANYAK OLEH PELATIH BERSERTIFIKAT
DISIPLIN MENURUT KI HADJAR DEWANTARA
Disiplin diri juga mempelajari bagaimana cara kita mengontrol diri, dan
bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai
yang kita hargai.
Dengan kata lain, seseorang yang memiliki disiplin diri berarti mereka bisa
bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka
mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal. Dalam hal ini
Ki Hajar menyatakan;
“...pertanggungjawaban itulah selalu menjadi sisihannya hak atau kewajiban dari
seseorang yang pegang kekuasaan atau pimpinan dalam umumnya. Adapun
artinya tidak lain ialah orang tadi harus mempertanggungjawabkan dirinya serta
tertibnya laku diri dari segala hak dan kewajibannya.
(Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka,
Cetakan Kelima, 2013, Halaman 469)
Nilai-Nilai Kebajikan Universal
Nilai-nilai kebajikan adalah sifat-sifat positif manusia yang merupakan tujuan mulia yang ingin dicapai
setiap individu. Nilai-nilai tersebut bersifat universal, dan lintas bahasa, suku bangsa, agama maupun
latar belakang.
● Setiap perilaku/perbuatan memiliki suatu tujuan. (Dr. William Glasser pada Teori Kontrol, 1984)
● Dengan mengaitkan nilai-nilai kebajikan yang diyakini seseorang maka motivasi intrinsiknya akan
terbangun, sehingga menggerakkan motivasi dari dalam untuk dapat mencapai tujuan mulia yang
diinginkan. (Diane Gossen, 1998)
● Nilai-nilai kebajikan yang ingin dicapai oleh setiap anak Indonesia kita kenal dengan Profil Pelajar
Pancasila.
- Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia.
- Mandiri
- Bernalar Kritis
- Berkebinekaan Global
- Bergotong royong
- Kreatif
PERTANYAAN PEMANTIK

Apa perbedaan antara hukuman,


konsekuensi, dan restitusi?
Teori Motivasi Perilaku Manusia

1. Untuk menghindari ketidaknyamanan/hukuman Motivasi


Apa yang akan terjadi apabila saya tidak melakukannya? Eksternal

2. Untuk mendapatkan imbalan dari orang lain/institusi Motivasi


Apa yang akan saya dapatkan apabila saya Eksternal
melakukannya?

3. Untuk menghargai diri sendiri Motivasi Internal


Saya akan menjadi orang yang seperti apa bila Tujuan Disiplin
saya melakukannya?
Positif
HUKUMAN
Hukuman bersifat tidak terencana atau tiba-tiba.
Anak atau murid tidak tahu apa yang akan terjadi,
dan tidak dilibatkan. Hukuman bersifat satu arah,
dari pihak guru yang memberikan, dan murid hanya
menerima suatu hukuman tanpa melalui suatu
kesepakatan, atau pengarahan dari pihak guru, baik
sebelum atau sesudahnya. Hukuman yang diberikan
bisa berupa fisik maupun psikis, murid/anak disakiti
oleh suatu perbuatan atau kata-kata.
KONSEKUENSI
Disiplin dalam bentuk konsekuensi, sudah terencana atau sudah
disepakati; sudah dibahas dan disetujui oleh murid dan guru. Umumnya
bentuk-bentuk konsekuensi dibuat oleh pihak guru (sekolah), dan murid
sudah mengetahui sebelumnya konsekuensi yang akan diterima bila ada
pelanggaran. Pada konsekuensi, murid tetap dibuat tidak nyaman untuk
jangka waktu pendek. Konsekuensi biasanya diberikan berdasarkan suatu
data yang umumnya dapat diukur, misalnya, setelah 3 kali tugasnya tidak
diselesaikan pada batas waktu yang diberikan, atau murid melakukan
kegiatan di luar kegiatan pembelajaran, misalnya mengobrol, maka murid
tersebut akan kehilangan waktu bermain, dan harus menyelesaikan tugas
karena ketertinggalannya. Peraturan dan konsekuensi yang mengikuti ini
sudah diketahui sebelumnya oleh murid. Sikap guru di sini senantiasa
memonitor murid.
CONTOH PENERAPAN HUKUMAN DAN KONSEKUENSI

https://lms26-gp.simpkb.i
d/mod/icontent/view.php?
id=215979
Perbedaan Hukuman dan Konsekuensi
Hukuman Konsekuensi
Sesuatu yang menyakitkan harus terjadi Sesuatu harus terjadi
Membuat anak sakit (fisik maupun hati) untuk Membuat anak merasa tidak nyaman dalam
jangkawaktu lama jangka waktu pendek

Anak membenci kedisiplinan Anak menghargai disiplin


Paksaan Stimulus-tanggapan
Mendorong anak menyakiti diri sendiri Mendorong anak agar mudah menyesuaikan diri

Konsep diri yang buruk Konsep diri yang baik


Anak belajar untuk menyembunyikan kesalahan Anak belajar untuk mematuhi peraturan

Marah, rasa bersalah, dipermalukan, merasa Kehilangan hak, dibuat tidak nyaman,
takdihargai diasingkan untuk sementara (time
out)
Disadur dari Restitution, Diane Gossen, The Five Positions of Control, Yayasan Pendidikan
Luhur
.

Keyakinan Kelas
Mengapa tidak peraturan saja, mengapa harus
Keyakinan Kelas?
● Mengapa kita memiliki peraturan harus menggunakan helm bila
mengendarai kendaraan roda dua?
● Mengapa kita memiliki peraturan 3M, menggunakan masker,
mencuci tangan dan menjaga jarak 1.5 meter?
● Mengapa kita memiliki peraturan harus datang tepat waktu pada saat
mengikuti pelatihan?

Untuk mendukung motivasi intrinsik, kembali ke nilai-nilai/keyakinan-


keyakinan lebih menggerakkan seseorang dibandingkan mengikuti
serangkaian peraturan-peraturan.
Prosedur Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas
1. Mempersilakan warga sekolah atau murid-murid di sekolah/kelas untuk bercurah pendapat tentang
peraturan yang perlu disepakati di sekolah/kelas.
2. Mencatat semua masukan-masukan para murid/warga sekolah di papan tulis atau di kertas besar
(kertas ukuran poster), di mana semua anggota kelas/warga sekolah bisa melihat hasil curah
pendapat.
3. Susunlah keyakinan kelas sesuai prosedur ‘Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas’. Gantilah
kalimat-kalimat dalam bentuk negatif menjadi positif.
Contoh:
Kalimat negatif: Jangan berlari di kelas atau koridor.
Kalimat positif: Berjalanlah di kelas atau koridor.
4. Tinjau kembali daftar curah pendapat yang sudah dicatat. Anda mungkin akan mendapati bahwa
pernyataan yang tertulis di sana masih banyak yang berupa peraturan-peraturan. Selanjutnya, ajak
warga sekolah/murid-murid untuk menemukan nilai kebajikan atau keyakinan yang dituju dari
peraturan tersebut. Contoh: Berjalan di kelas, Dengarkan Guru, Datanglah Tepat Waktu berada di
bawah 1 ‘payung’ yaitu keyakinan untuk ‘Saling Menghormati’ atau nilai kebajikan ‘Hormat’.
Keyakinan inilah yang dimasukkan dalam daftar untuk disepakati. Kegiatan ini juga merupakan
pendalaman pemahaman bentuk peraturan ke keyakinan sekolah/kelas
Prosedur Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas
5. Tinjau ulang Keyakinan Sekolah/Kelas secara bersama-sama. Seharusnya
setelah beberapa peraturan telah disatukan menjadi beberapa keyakinan
maka jumlah butir pernyataan keyakinan akan berkurang. Sebaiknya
keyakinan sekolah/kelas tidak terlalu banyak, bisa berkisar antara 3-7
prinsip/keyakinan. Bilamana terlalu banyak, maka warga kelas akan sulit
mengingatnya dan akibatnya sulit untuk dijalankan.
6. Setelah keyakinan sekolah/kelas selesai dibuat, maka semua warga kelas
dipersilakan meninjau ulang, dan menyetujuinya dengan menandatangani
keyakinan sekolah/kelas tersebut, termasuk guru dan semua warga/murid.
7. Keyakinan Sekolah/Kelas selanjutnya bisa dilekatkan di dinding kelas di
tempat yang mudah dilihat semua warga kelas.
Peraturan Keyakinan kelas
Selalu kembalikan buku ke tempatnya
Tanggung jawab

Dilarang Mengganggu Orang Lain


Menghormati Orang Lain

Hadir di sekolah 15 menit


sebelum pembelajaran dimulai Menghormati Orang Lain, Berkomitmen

Dilarang Melakukan Kekerasan


Keselamatan, Menghormati Orang Lain.
Dilarang Menggunakan Narkoba
Kesehatan
Bergantian atau menunggu giliran
Menghormati orang lain, Bersabar
Gunakan masker Kesehatan, Keselamatan
Jangan berlari di kelas atau koridor
Keselamatan, Keamanan
Eksplorasi Konsep

Kebutuhan Dasar Manusia


dan Dunia Berkualitas
Kebutuhan Dasar Manusia

Kasih Sayang dan


Rasa Diterima Penguasaan

https://www.
Bertahan youtube.com
/watch?v=Pu
Hidup

Kesenangan Kebebasan

tanLeh2dI
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
1.Kebutuhan Bertahan Hidup
Kebutuhan bertahan hidup (survival) adalah kebutuhan yang
bersifat fisiologis untuk bertahan hidup misalnya kesehatan,
rumah, dan makanan. Kebutuhan biologis sebagai bagian
dari proses reproduksi termasuk kebutuhan untuk tetap
bertahan hidup. Komponen psikologis pada kebutuhan ini
meliputi kebutuhan akan perasaan aman. Dalam kasus Doni
di atas, apabila jawaban Doni ketika ditanya oleh Ibu Ambar
adalah karena ia lapar dan orangtuanya tidak
membawakannya bekal makan siang, maka kebutuhan dasar
yang sedang berusaha dipenuhi oleh Doni, adalah kebutuhan
untuk bertahan hidup (survival).
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
2. Kasih sayang dan Rasa Diterima (Kebutuhan untuk Diterima)
Kebutuhan ini dan tiga kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan
psikologis. Kebutuhan untuk disayangi dan diterima meliputi kebutuhan
akan hubungan dan koneksi sosial, kebutuhan untuk memberi dan
menerima kasih sayang dan kebutuhan untuk merasa menjadi bagian dari
suatu kelompok. Kebutuhan ini juga meliputi keinginan untuk tetap
terhubung dengan orang lain, seperti teman, keluarga, pasangan hidup,
teman kerja, binatang peliharaan, dan kelompok dimana kita tergabung.
Anak-anak yang memiliki kebutuhan dasar kasih sayang dan rasa
diterima yang tinggi biasanya ingin disukai dan diterima oleh
lingkungannya. Mereka juga akrab dengan orang tuanya. Biasanya mereka
belajar karena suka pada gurunya. Bagi mereka, teman sebaya sangatlah
penting. Mereka juga biasanya suka bekerja dalam kelompok.
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
3. Penguasaan (Kebutuhan Pengakuan atas Kemampuan)
Kebutuhan ini berhubungan dengan kekuatan untuk mencapai
sesuatu, menjadi kompeten, menjadi terampil, diakui atas prestasi
dan keterampilan kita, didengarkan dan memiliki rasa harga diri.
Kebutuhan ini meliputi keinginan untuk dianggap berharga, bisa
membuat perbedaan, bisa membuat pencapaian, kompeten, diakui,
dihormati. Ini meliputi self esteem, dan keinginan untuk
meninggalkan pengaruh.
Anak-anak yang memiliki kebutuhan dasar akan penguasaan yang
tinggi biasanya selalu ingin menjadi pemimpin, mereka juga suka
mengamati sebelum mencoba hal baru dan merasa kecewa bila
melakukan kesalahan. Mereka juga biasanya rapi dan sistematik
dan selalu ingin mencapai yang terbaik.
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
4. Kebebasan (Kebutuhan Akan Pilihan)
Kebutuhan untuk bebas adalah kebutuhan
akan kemandirian, otonomi, memiliki pilihan
dan mampu mengendalikan arah hidup
seseorang. Anak-anak dengan kebutuhan
kebebasan yang tinggi menginginkan pilihan,
mereka perlu banyak bergerak, suka mencoba-
coba, tidak terlalu terpengaruh orang lain dan
senang mencoba hal baru dan menarik.
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
5. Kesenangan (Kebutuhan untuk merasa senang)
Kebutuhan akan kesenangan adalah kebutuhan untuk mencari
kesenangan, bermain, dan tertawa. Bayangkan hidup tanpa
kenikmatan apa pun, betapa menyedihkan. Glasser menghubungkan
kebutuhan akan kesenangan dengan belajar. Semua hewan dengan
tingkat intelegensi tinggi (anjing, lumba-lumba, primata, dll) bermain.
Saat mereka bermain, mereka mempelajari keterampilan hidup yang
penting. Manusia tidak berbeda.
Anak-anak dengan kebutuhan dasar kesenangan yang tinggi biasanya
ingin menikmati apa yang dilakukan. Mereka juga bisa berkonsentrasi
tinggi saat mengerjakan hal yang disenangi. Mereka suka permainan
dan suka mengoleksi barang, suka bergurau, suka melucu dan juga
menggemaskan. Bahkan saat mereka bertingkah laku buruk, mereka
masih terlihat lucu.
Semua orang senantiasa berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dengan berbagai cara.
Bila mereka tidak bisa mendapatkan kebutuhannya dengan cara yang positif, mereka bisa
melanggar peraturan atau melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kebajikan.
Seorang murid yang tidak begitu berhasil secara akademik mungkin kebutuhannya akan
penguasaan tidak terpenuhi di sekolah. Oleh karena itu, mungkin dia akan mencoba untuk
memenuhi kebutuhannya akan penguasaan, dengan mencoba mengatur orang lain di
lapangan bermain, atau bahkan menyakiti mereka secara fisik. Sebagai guru, kita dapat
melibatkannya dalam kegiatan yang memberi peluang murid tersebut membuat pencapaian
yang berarti.
Seorang yang tidak merasa diterima oleh teman-temannya, kebutuhannya akan kasih
sayang dan rasa diterima tidak terpenuhi, oleh karena itu dia mungkin akan memiliki satu
teman dan memisahkan diri yang lain. Sebagai guru, kita bisa membangun hubungan yang
bisa membangun kepercayaan dan keintiman dengan anak ini.
Glasser menyatakan bahwa kapasitas untuk berubah ada di dalam diri kita. Jika kita
dapat mengidentifikasi kebutuhan apa yang mendorong perilaku kita, maka perubahan
perilaku positif dapat dimulai dengan mencari solusi untuk memenuhi kebutuhan tertentu
dengan cara yang positif.
Eksplorasi Konsep

5 Posisi Kontrol

https://www.youtube.com/watch?v=YxKXGnQz1P0
5 POSISI KONTROL
IDENTITAS GAGAL IDENTITAS BERHASIL/SUKSES IDENTITAS BERHASIL/SUKSES
MOTIVASI: (Kontrol dari Luar) (Kontrol dari Luar) (Kontrol Diri)

Menghindari Hukuman Mengharapkan Imbalan atau Menghargai Diri Sendiri


Ketergantungan pada Orang Lain

PENGHUKUM PEMBUAT ORANG TEMAN PEMANTAU MANAJER


MERASA
BERSALAH
Guru Berbuat: Menghardik Berceramah dan Membuatkan alasan-alasan Menghitung dan mengukur Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
Menunjuk-nunjuk mengatakan, untuk muridnya.
Menyakiti “Seharusnya…”
Menyindir “Ibu kecewa…”
Guru Berkata: “Kalau kamu tidak “Kamu seharusnya “Ayolah, lakukan demi “Apa peraturannya?” “Apa yang kita yakini?
melakukannya, awas ya! kamu sudah tahu. Ibu Ibu…” Apa yang bisa kau kerjakan untuk
Rasakan!” lelah sekali “Masa kamu tidak mau, memperbaiki masalah ini?”
mengatakannya. Ibu ingat tidak Ibu pernah
stress…” bantu…”
Hasil: Memberontak Menyembunyikan Ketergantungan Menyesuaikan diri, bila Menguatkan pribadi
Menyalahkan orang lain Menyangkal diawasi
Berbohong Berbohong

Kaitan dengan Murid meletakkan guru Murid meletakkan Murid meletakkan guru di Murid meletakkan guru Murid meletakkan dirinya sebagai
Dunia di luar Dunia Berkualitas guru di dalam Dunia sebagai orang yang peraturan dan hukum di individu yang positif dalam Dunia
Berkualitas Berkualitas sangat penting di Dunia dunia Berkualitas Berkualitas
Berkualitas
Murid Berkata: “Ah, biarkan saja. Nanti “Maafkan saya.” “Saya pikir Bapak/Ibu teman “Berapa banyak bintang “Bagaimana caranya saya bisa
juga marah-marah lagi.” saya. Ternyata begitu.” yang saya harus peroleh?” memperbaiki keadaan?”
“Berapa halaman yang
harus saya tulis?”

Dampak pada Mengulangi kesalahan Merasa rendah diri Lemah, tidak mandiri, Menitikberatkan pada Mengevaluasi diri, bagaimana cara
Murid: tergantung sanksi atau hadiah untuk memperbaiki diri?
dirinya.
.

Restitusi
RESTITUSI
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid
untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka
bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter
yang lebih kuat (Gossen; 2004).
Restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang
mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah
mereka, dan membantu murid berpikir tentang orang
seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka
harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996).
9 Ciri-ciri Restitusi
1. Bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari
kesalahan.
2. Memperbaiki hubungan.
3. Tawaran, bukan paksaan.
4. Restitusi menuntun untuk melihat ke dalam diri.
5. Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan.
6. Restitusi-diri adalah cara yang paling baik.
7. Restitusi fokus pada karakter bukan tindakan.
8. Restitusi fokus pada solusi.
9. Restitusi mengembalikan murid yang berbuat salah pada
kelompoknya.
.

Segitiga Restitusi
Sisi 1. Menstabilkan Identitas (Stabilize the Identity)
Bagian dasar dari segitiga bertujuan untuk mengubah identitas anak dari orang yang gagal karena melakukan kes
menjadi orang yang sukses. Anak yang melanggar peraturan karena sedang mencari perhatian adalah anak yang
mengalami kegagalan. Dia mencoba untuk memenuhi kebutuhan dasarnya namun ada benturan. Kalau kita meng
maka kita akan tetap membuatnya dalam posisi gagal. Kalau kita ingin ia menjadi reflektif, maka kita harus meyak
anak, dengan cara mengatakan kalimat-kalimat ini:
○ Berbuat salah itu tidak apa-apa.
○ Tidak ada manusia yang sempurna
○ Saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu.
○ Kita bisa menyelesaikan ini.
○ Bapak/Ibu tidak tertarik mencari siapa yang salah, tapi Bapak/Ibu ingin mencari solusi dari permasalahan in
○ Kamu berhak merasa begitu.
○ Apakah kamu sedang menjadi teman yang baik buat dirimu sendiri?

Kalau kita mengatakan kalimat-kalimat diatas, akan sangat sulit, bahkan hampir tidak mungkin, buat anak untuk te
membangkang. Para guru yang bertugas mengawasi anak-anak saat mereka bermain di halaman sekolah, menya
bahwa bila mereka mengatakan kalimat tersebut yang mungkin hanya butuh 30 detik, bisa mengubah situasi yang
menjadi kooperatif.
Sisi 2. Validasi Tindakan yang Salah (Validate the Misbeh...
Setiap tindakan kita dilakukan dengan suatu tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan dasar. Kalau kita memahami
kebutuhan dasar apa yang mendasari sebuah tindakan, kita akan bisa menemukan cara-cara paling efektif
untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Menurut Teori Kontrol semua tindakan manusia, baik atau buruk, pasti memiliki maksud/tujuan tertentu.
Seorang guru yang memahami teori kontrol pasti akan mengubah pandangannya dari teori stimulus response
ke cara berpikir proaktif yang mengenali tujuan dari setiap tindakan. Kita mungkin tidak suka sikap seorang anak
yang terus menerus merengek, tapi bila sikap itu mendapat perhatian kita, maka itu telah memenuhi kebutuhan
anak tersebut. Kalimat-kalimat di bawah ini mungkin terdengar asing buat guru, namun bila dikatakan dengan
nada tanpa menghakimi akan memvalidasi kebutuhan mereka.
○ “Padahal kamu bisa melakukan yang lebih buruk dari ini ya?”
○ “Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan hal itu”
○ “Kamu patut bangga pada dirimu sendiri karena kamu telah melindungi sesuatu yang penting buatmu”.
○ “Kamu boleh mempertahankan sikap itu, tapi kamu harus menambahkan sikap yang baru.”

Biasanya guru menyuruh anak untuk menghentikan sikap yang tidak baik, tapi teori kontrol menyatakan bahwa
resep itu tidak manjur. Mungkin tindakan guru dengan memvalidasi sikap yang tidak baik seperti bertentangan
dengan aturan yang ada, namun sebetulnya tujuannya untuk menunjukkan bahwa guru memahami alasan di
balik tindakan murid.
Sisi 3. Menanyakan Keyakinan (Seek the Belief)
Teori kontrol menyatakan bahwa kita pada dasarnya termotivasi secara internal. Ketika identitas sukses
telah tercapai (langkah 1) dan tingkah laku yang salah telah divalidasi (langkah 2), maka anak akan siap
untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dia percaya, dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan.
Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini menghubungkan keyakinan anak dengan keyakinan kelas atau
keluarga.
○ Apa yang kita percaya sebagai kelas atau keluarga?
○ Apa nilai-nilai umum yang kita telah sepakati?
○ Apa bayangan kita tentang kelas yang ideal?
○ Kamu mau jadi orang yang seperti apa?
Penting untuk menanyakan ke anak, kehidupan seperti apa nantinya yang mereka inginkan?
Apakah kamu ingin menjadi orang yang sukses, bertanggung jawab, atau bisa dipercaya?
Kebanyakkan anak akan mengatakan “Iya,” Tapi mereka tidak tahu bagaimana caranya menjadi orang
seperti itu. Guru dapat membantu dengan bertanya, seperti apa jika mereka menjadi orang seperti itu.
ketika anak sudah mendapat gambaran yang jelas tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, guru
dapat membantu anak-anak tetap fokus pada gambaran tersebut.
Disiplin Positif
Teori Kontrol/Teori Pilihan (Dr. William
Glasser)
- Model Berpikir Realitas (kebutuhan) kita
Anda tidak bisa Menang- berbeda.
Semua
mengontrol orang menang, Kita berusaha memahami
perilaku - Kolaborasi dan pandangan orang lain tentang
lain, hanya Anda
memiliki konsensus dunia.
yang bisa
tujuan. menciptakan pilihan- Setiap orang memiliki
mengontrol diri gambaran berbeda.
Anda. pilihan baru.

Teori Motivasi 5 Posisi Kontrol


Makna Disiplin 5 Kebutuhan Dasar
Manusia
Belajar kontrol 1. Penghukum Penguasaan
1. Untuk menghindari hukuman
diri dengan 2. Pembuat Rasa Bersalah Kasih sayang dan Rasa
menggali Motivasi Diterima
potensi kita, agar Ekstrinsi 3. Teman
Kesenangan
Kebebasan
tercapai tujuan k
2. Untuk mendapatkan imbalan 4.Pemantau
mulia, yaitu
sesuatu menjadi 3. Untuk menghargai diri 5. Manajer
seseorang yang Motivas sendiri
kita inginkan i
Segitiga Restitusi
Nilai-Nilai
berdasarkan Intrinsi
Kebajikan
nilai- nilai yang k
Universal
1. Menstabilkan Identitas
kita hargai. 2. Validasi kebutuhan
Keyakinan
3. Menanyakan Keyakinan
Kelas
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai