Anda di halaman 1dari 30

DESEMINASI

AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

BUDAYA POSITIF DAN PENANGANAN SISWA


SMK AL HUSAIN KELING

Oleh :
NUR AHMAD AROFIQ
CGP 7 JEPARA
DESEMINASI
AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF
PENDIDIKAN GURU PENGGERAK ANGKATAN 7 KAB. JEPARA

AHMAD LUWIH, M.Pd RUSMADI, M.Pd AJI ISMOYO, S.Sos NUR AHMAD AROFIQ, S.Pd
Fasilitator CGP 7 Pengajar Praktik 7 Kepala SMK Al Husain Keling Calon Guru Penggerak 7
TUJUAN PENDIDIKAN (KHD)

Menurut KHD, tujuan pendidikan adalah menuntun segala


kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik
sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh


atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak,
agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan
tumbuhnya kekuatan kodrat anak.
TUJUAN PENDIDIKAN (KHD)

Dalam pemikiran KHD Pendidik diibaratkan Petani yang


merawat tanaman sesuai dengan kebutuhannya agar tumbuh
dan berbuah dengan baik. Tentu saja setiap beda tanaman
beda pula perlakuanya.

Pendidik harus bisa menyediakan berbagai bentuk metode


belajar siswa yang kadang berbeda tiap siswa, sehingga
pembelajaran pun harus berorientasi kebutuhan siswa.
MEWUJUDKAN BUDAYA POSITIF

1. DISIPLIN POSITIF
2. MOTIVASI PERILAKU MANUSIA
3. KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
4. KEYAKINAN KELAS
5. POSISI KONTROL GURU
6. SEGITIGA RESTITUSI
MEWUJUDKAN BUDAYA POSITIF
1. DISIPLIN POSITIF
Disiplin positif merupakan suatu cara penerapan disiplin
tanpa kekerasan dan ancaman yang dalam praktiknya
melibatkan komunikasi tentang perilaku yang efektif antara
guru dan murid.
Dalam penerapan disiplin positif ini, murid diajarkan untuk
memahami konsekuensi dari perilaku mereka. Selain itu
disiplin positif juga mengajarkan murid tanggungjawab serta
rasa hormat dalam berinteraksi dengan lingkungannya
MEWUJUDKAN BUDAYA POSITIF
1. DISIPLIN POSITIF
NILAI KEBAJIKAN PADA PROFIL PELAJAR
PANCASILA
• Beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME
dan berakhlaq mulia
• Berkebinekaan global
• Bergotong royong
• Mandiri
• Bernalar kritis
• Kreatif
MEWUJUDKAN BUDAYA POSITIF
2. MOTIVASI PERILAKU MANUSIA
• Menghindari ketidaknyamanan / hukuman

• Untuk mendapat imbalan / penghargaan dari orang


lain

• Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan


menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka
percaya
MEWUJUDKAN BUDAYA POSITIF
3. KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
• Bertahan Hidup

• Kasih Sayang dan Rasa Diterima

• Kebebasan

• Kesenangan

• Penguasaan
MEWUJUDKAN BUDAYA POSITIF
4. KEYAKINAN KELAS
Mengapa tidak peraturan saja, mengapa harus
Keyakinan Kelas?

Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk


menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar
mengikuti serangkaian peraturan tertulis tanpa dia yakini.
MEWUJUDKAN BUDAYA POSITIF
4. KEYAKINAN KELAS
Pembentukan Keyakinan Kelas
• Keyakinan kelas berupa pernyataan universal.
• Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga
mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas.
• Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam
pembuatan keyakinan kelas lewat curah pendapat.
• Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke
waktu.
MEWUJUDKAN BUDAYA POSITIF
4. KEYAKINAN KELAS
PERATURAN KEYAKINAN KELAS

Selalu kembalikan buku ke tempatnya Bertanggungjawab mengembalikan buku

Dilarang Mengganggu Orang Lain Menghormati Orang Lain

Dilarang terlambat berangkat sekolah Berangkat sekolah tepat waktu

Dilarang Melakukan Kekerasan Menjaga kerukunan

Dilarang Menggunakan Narkoba Menjaga diri dari narkoba

Harus bergantian atau menunggu giliran Bersabar menunggu antrian

Gunakan masker Menjaga kesehatan bersama


MEWUJUDKAN BUDAYA POSITIF
5. POSISI KONTROL GURU
1. Penghukum

• Patuhi aturan saya, atau awas!”


• “Kamu selalu saja salah!”
• “Selalu, pasti selalu yang terakhir selesai”
MEWUJUDKAN BUDAYA POSITIF
5. POSISI KONTROL GURU
2. Pembuat Rasa Bersalah

• Patuhi aturan saya, atau awas!”


• “Kamu selalu saja salah!”
• “Selalu, pasti selalu yang terakhir selesai”
MEWUJUDKAN BUDAYA POSITIF
5. POSISI KONTROL GURU
3. Teman

• “Ayo bantulah, demi bapak ya?” “Ayo ingat tidak


bantuan Bapak selama ini?”
• “Ya sudah kali ini tidak apa-apa. Nanti Ibu bantu
bereskan”
MEWUJUDKAN BUDAYA POSITIF
5. POSISI KONTROL GURU
4. Pemantau

• “Peraturannya apa?” “Apa yang telah kamu lakukan?”


• “Sanksi atau konsekuensinya apa?”
MEWUJUDKAN BUDAYA POSITIF
5. POSISI KONTROL GURU
5. Manajer

• “Apa yang kita yakini?” (kembali ke keyakinan kelas)


• “Apakah kamu meyakininya?”
• “Jika kamu meyakininya, apakah kamu bersedia
memperbaikinya?” “Jika kamu memperbaiki ini, hal ini
menunjukkan apa tentang dirimu?”
• “Apa rencana kamu untuk memperbaiki hal ini?”
MEWUJUDKAN BUDAYA POSITIF
5. POSISI KONTROL GURU
IDENTITAS GAGAL IDENTITAS BERHASIL/SUKSES IDENTITAS BERHASIL/SUKSES
MOTIVASI:
(Kontrol dari Luar) (Kontrol dari Luar) (Kontrol Diri)
Mengharapkan Imbalan atau
Menghindari Hukuman Menghargai Diri Sendiri
Ketergantungan pada Orang Lain
PEMBUAT ORANG
PENGHUKUM TEMAN PEMANTAU MANAJER
MERASA BERSALAH
Menghardik Berceramah dan Membuatkan alasan- Mengawasi perilaku Menyelesaikan masalah
Guru Menunjuk-nunjuk mengatakan, alasan untuk muridnya. siswa dengan memberikan solusi
Berbuat: Menyakiti “Seharusnya…” atas permasalahan yang
Menyindir “Ibu kecewa…” dihadapi siswa
“Kalau kamu tidak “ Seharusnya kamu “Ayolah, lakukan demi “Apa peraturannya?” “Apa yang kita yakini?
melakukannya, awas sudah tahu. Ibu Ibu…” Apa yang bisa kau kerjakan
Guru
ya! Rasakan!” lelah sekali “Masa kamu tidak untuk memperbaiki masalah
Berkata:
mengatakannya. mau, ingat Ibu pernah ini?”
Ibu stress…” bantu…”
Menitik beratkan pada
Dampak Trauma, Mengulangi Lemah, tidak mandiri, Mengevaluasi diri, bagaimana
Merasa rendah diri sanksi atau hadiah untuk
pada Murid: kesalahan tergantung cara memperbaiki diri?
dirinya.
MEWUJUDKAN BUDAYA POSITIF
6. SEGITIGA RESTITUSI

RESTITUSI Adalah suatu proses dialog


yang dijalankan oleh guru/oran tua
SEGITIGA agar dapat menghasilkan murid
RESTITUSI
yang mandiri dan bertanggung
MENSTABILKAN IDENTITAS jawab.
MEWUJUDKAN BUDAYA POSITIF
6. SEGITIGA RESTITUSI
1. Menstabilkan Identitas
• Berbuat salah itu tidak apa-apa
• Tidak ada manusia yang sempurna
• Saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu
• Kita bisa menyelesaikan ini
• Bapak/Ibu tidak tertarik mencari siapa yang salah, tapi
Bapak/Ibu ingin mencari solusi dari permasalahan ini
• Kamu berhak merasa begitu
MEWUJUDKAN BUDAYA POSITIF
6. SEGITIGA RESTITUSI
2. Validasi Tindakan Salah
• "Padahal kamu bisa melakukan lebih buruk dari ini ya?"
• "Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan hal itu?"
• "Kamu patut bangga pada dirimu sendiri karena kamu
telah melindungi sesuatu yang penting buatmu".
• "Kamu boleh mempertahankan sikap itu, tapi kamu harus
menambahkan sikap yang baru".
MEWUJUDKAN BUDAYA POSITIF
6. SEGITIGA RESTITUSI
3. Menanyakan Keyakinan

• Apa yang kita percaya?


• Apa nilai-nilai umum yang kita telah sepakat?
• Apa bayangan kita tentang kelas yang ideal?
• Kamu mau jadi orang yang seperti apa?
MEWUJUDKAN BUDAYA POSITIF
6. SEGITIGA RESTITUSI
Contoh Kasus
Sabrina hari itu bangun terlambat, dan terburu-buru sampai di
sekolah. Dia pun akhirnya sampai di gerbang sekolah, tapi baru
menyadari kalau tidak menggunakan sepatu hitam seperti tertera di
peraturan sekolah. Di depan pintu kelas, Bapak Lukman
memperhatikan sepatu Sabrina yang berwarna coklat. Sabrina
berusaha menjelaskan bahwa dia terburu-buru dan salah
mengenakan sepatu. Pak Lukman menanyakan Sabrina, apa
peraturan sekolah tentang seragam warna sepatu.
MEWUJUDKAN BUDAYA POSITIF
6. SEGITIGA RESTITUSI
Contoh Kasus
Sabrina menjawab sudah mengetahui sepatu harus berwarna hitam,
namun terburu-buru dan salah mengenakan sepatu, selain tidak
mungkin kembali pulang karena rumahnya jauh sekali. Pak Lukman
tetap bersikeras pada peraturan yang berlaku dan mengatakan, “Ya
sudah, kamu sudah melanggar peraturan sekolah. Kamu salah.
Sudah terlambat, salah pula warna sepatunya. Segera buka
sepatumu kalau tidak bisa mengenakan warna sepatu sesuai
peraturan”.
MEWUJUDKAN BUDAYA POSITIF
6. SEGITIGA RESTITUSI
Contoh Kasus
Sabrina meminta maaf dan memohon kembali kepada pak Lukman
agar tetap dapat mengenakan sepatunya dan berjanji tidak akan
mengulang kesalahannya. Namun pak Lukman tidak mau tahu,
“Tidak, kamu telah melanggar peraturan sekolah, kalau tidak
sanggup ambil sepatu di rumah atau diantarkan sepatu ke sekolah,
ya sudah kamu tidak bersepatu saja seharian di sekolah. Sekarang
copot sepatumu dan silakan belajar tanpa sepatu seharian.”
MEWUJUDKAN BUDAYA POSITIF
6. SEGITIGA RESTITUSI
Contoh Kasus
Sabrina pun dengan berat hati mencopot sepatunya dan
memberikannya kepada pak Lukman. Seharian dia tidak berani
berkeliling sekolah karena malu, dan lebih banyak berdiam diri di
kelas tanpa alas sepatu.
MEWUJUDKAN BUDAYA POSITIF
6. SEGITIGA RESTITUSI
Bagaimana Posisi Pak Lukman
Penghukum
• Pak Lukman Menghukum secara Verbal
(“Ya sudah, kamu sudah melanggar peraturan sekolah. Kamu
salah. Sudah terlambat, salah pula warna sepatunya. Segera
buka sepatumu kalau tidak bisa mengenakan warna sepatu
sesuai peraturan”).
• Menghukum psikis sabrina (Membuat Sabrina malu)
• Mengkum secara Fisik. (Menyita sepatu Sabrina)
MEWUJUDKAN BUDAYA POSITIF
6. SEGITIGA RESTITUSI
Bagaimana Posisi Pak Lukman >>> MANAJER
• Apa yang kita Yakini? (Kembali ke keyakinan kelas terkait disiplin
memakai sepatu hitam)
• Jika kamu menyakininya apakah kamu bersedia
memperbaikinya?
• Jika kamu memperbaiki ini, hal ini menunjukkan apa tentang
dirimu?
Di posisi manajer, murid dipersilahkan untuk mempertanggung
jawabkan perilakunya, serta mendukung murid dapat menemukan
solusinya.
MEWUJUDKAN BUDAYA POSITIF
6. SEGITIGA RESTITUSI
9 CIRI RESTITUSI
1. Bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari kesalahan.
2. Memperbaiki hubungan.
3. Tawaran, bukan paksaan.
4. Restitusi menuntun untuk melihat ke dalam diri.
5. Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan.
6. Restitusi-diri adalah cara yang paling baik.
7. Restitusi fokus pada karakter bukan tindakan.
8. Restitusi fokus pada solusi.
9. Restitusi mengembalikan murid yang berbuat salah pada kelompoknya.

Anda mungkin juga menyukai