CGP dapat melakukan koneksi antar materi yang telah dipelajari dari modul-modul
sebelumnya untuk membuat sintesa pemahaman tentang program sekolah yang
berdampak pada murid.
Perasaan Saya dalam mempelajari Modul 3.3 dengan materi Pengelolaan Program yang
Berdampak Positip pada Murid, adalah sangat Bahagia, karena mendapatkan ilmu yang
sangat bermanfaat. Program yang berdampak positip pada murid sangat didambakan oleh
sekolah, karena pada dasarnya seluruh sekolah adalah untuk mendidik murid menjadi lebih
baik, sehingga program sekolah sudah selayaknya berdampak positip bagi murid.
Sebelum saya mempelajari modul ini, di sekolah selama ini melaksanakan program dengan
menyesuaikan pengelolaan keuangan yang sesuai dengan rancangan yang disetujui, bukan
pada kebutuhan yang semestinya murid dapatkan, namun setelah mempelajari modul ini
saya menjadi tergerak bahwa program sekolah tidak seluruhnya harus menggunakan aset
finansial. Namun justru menggerakkan atau mengembangkan aset yang ada, dan dapat
dikembangkan dengan semaksimal mungkin tanpa harus memaksakan diri untuk
penggunaan finansial sekolah.
Secara pribadi selama ini saya seorang guru Bimbingan Konseling sudah melaksanakan
assessment kebutuhan murid, namun dalam pelaksanaan yang berpihak pada murid belum
bersinergi secara keseleruhan, masih banyak guru yang mengedepankan pengetahuan
sehingga perlu adanya berbagi ilmu tentang pembelajran yang berpihak pada murid. Saya
ingin melaksanakan pelayanan yang berbasis kebutuhan murid, dengan adanya program
berdampak pada murid ini maka angan angan saya terealisasikan bahwa pelayanan pada
murid dapat dimaksimalkan dengan bersinergi pada program sekolah yang berdampak pada
murid.
Selama ini banyak ide dan gagasan saya untuk dapat mengembangkan potensi anak
dengan bakat minat anak, namun selalu terbentur dengan kegiatan yang bukan termasuk
dalam rencana sekolah atau pendanaan sekolah, sehingga rasa kecewa terjadi, namun
dengan adanya mengikuti PGP ini saya semangat untuk menggerakkan program yang
sesuai dengan impian anak dan berharap dapat berkolaborasi dengan seluruh warga
sekolah tanpa harus dengan mengeluarkan banyak biaya namun dengan asset yang ada
disekolah untuk dioptimalkan.
Sebagai seorang guru perlu pengembangan diri untuk selalu mengikuti perkembangan
jaman, untuk dapat memberikan pembelajaran pada murid sesuai dengan keberpihakan ada
murid. Terutama saya seorang guru BK harus dapat menggali bakat minat dan juga potensi
murid untuk dapat mengembangkan potensinya agar selalu mengembangkan budaya
positif, dan juga dapat tercipta kepemimpinan murid dan profil pelajar Pancasila.
Peran guru adalah mendampingi murid dalam mengembangakan potensi . Empat sifat inti
dari human agency adalah “IVAR”. IVAR yaitu I – Intensi = Kesengajaan (intentionality), V –
Visi = Pemikiran ke depan (forethought), A – Aksi = Kereaktifan-diri (self-reactiveness), R –
Refleksi = Kereflektifan-diri (self-reflectiveness).
Kepemimpinan murid adalah tentang murid yang bertindak secara aktif, dan membuat
keputusan serta pilihan yang bertanggung jawab, daripada hanya sekedar menerima apa
yang ditentukan oleh orang lain. Ketika murid menunjukkan agency dalam pembelajaran
mereka sendiri, yaitu ketika mereka berperan aktif dalam memutuskan apa dan bagaimana
mereka akan belajar, maka mereka cenderung menunjukkan motivasi yang lebih besar
untuk belajar dan lebih mampu menentukan tujuan belajar mereka sendiri.
Saat murid menjadi pemimpin dan mengambil peran aktif dalam proses pembelajaran
mereka sendiri, maka hubungan yang tercipta antara guru dengan murid akan mengalami
perubahan, karena hubungannya akan menjadi bersifat kemitraan, dengan bantuan peran
dari seluruh guru.
Saat murid menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran mereka sendiri, maka mereka
sebenarnya memiliki suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) dalam
proses pembelajaran mereka.
Dalam student agency disebut juga sebagai “kepemimpinan murid” meliputi Voice(suara),
Choice (Pilihan), dan Ownership (Kepemilikan). Student Agency ini dilaksanakan maka
dapat menciptakan profil pelajar Pancasila.
Dalam profil pelajar Pancasila meliputi 6 dimensi yaitu
Beriman dan bertaqwa pada Tuhan YME dan berakhlak Mulia, Berkebinekaan global, gotong
royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif. Keenam dimensi ini sebenarnya sudah sering
diimplementasikan dalam lingkungan Pendidikan. Perlu pengembangan Kembali pada murid
akan implementasi dalam kehidupan sehari-hari. Pembentukan profil pelajar Pancasila
inilah perlu adanya kolaborasi dari seluruh warga dan lingkungan untuk menciptakannya.
Diharapkan Program sekolah semuanya mencerminkan dimensi dalam profil pelajar
Pancasila.
3. Apa keterkaitan yang dapat Anda lihat antara Modul ini dengan modul-modul
sebelumnya?
Keterkaitan modul 3.3 dengan modul sebelumnya
Program yang berdampak Positip pada murid haruslah dilaksanakan atas dasar filosofi KHD,
yaitu melalui filosofi Ki Hajar Dewantara tentang “menumbuhkan padi” bahwa dalam
mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid, saya sebagai guru sudah memulai
mencoba merencanakan program yang mampu membangun ekosistem yang mendukung
pembelajaran murid sehingga mampu mengembangkan segala potensi murid sesuai
dengan kodratnya. Guru adalah fasilitator dalam menuntun murid untuk dapat memberikan
pembelajaran pada murid sehingga mempunyai dampak positip pada murid.
Sebagai seorang guru, saya mencoba memahami nilai dan peran guru penggerak, sehingga
berharap nantinya mampu memainkan peran saya sebagai agen perubahan, dengan
senantiasa berperan aktif serta berupaya menggerakkan ekosistem sekolah guna
tercapainya pengelolaan program sekolah yang berdampak pada murid untuk
menumbuhkembangkan student agency, dan menciptakan profil palajar Pancasila.
Dalam pembuatan program yang berdampak pada murid tidak terlepas dari VISI sekolah.
Dalam menerapkan visi guru penggerak, saya berupaya merancang sebuah program atau
kegiatan pembelajaran disekolah yang tentunya murid menjadi pertimbangan utama saya,
dengan harapan program yang saya rancang dapat mendorong bertumbuhkembangnya
kepemimpinan murid (student agency), dimana salah satu perancangan program yang saya
buat menggunakan model inkuiri apresiatif dengan tahapan BAGJA. Program yang
berdampak pada murid inilah untuk mewujudkan VISI sekolah dengan prakarsa perubahan
yang sesuai dengan aset sekolah yang ada untuk menciptakan profil pelajar Pancasila.
Dalam mengelola program yang berdampak positif bagi murid maka perlu ditunjang dengan
adanya budaya positif di sekolah sehingga program-program yang dijalankan dapat
berjalan dengan baik dan berkesinambungan sehingga mampu menciptakan kepemimpinan
murid (student agency), dan profil pelajar Pancasila.
Coaching sangat penting dilakukan sebagai langkah untuk menggali segala potensi dan
mengembangkan keaktifan murid sehingga ia akan mampu untuk menemukan sendiri
solusi atas permasalahan yang ia hadapi ketika melaksanakan program sekolah yang
berdampak pada murid untuk itu sikap kreatif, inovatif dan kritis dari murid sangat
diharapkan agar tercipta kepemimpinan murid (student agency). Begitu juga dengan
impian dan harapan anak yang di dapat melalui coaching dengan anak semuanya akan
tersalurkan melalui program yang berdampak positip pada murid.
Dalam perancangan dan pembuatan program sekolah haruslah yang berpihak pada murid,
dan dapat dipertanggungjawabkan. Agar keputusan yang kita ambil bersifat efektif dan
efisien terkait rancangan program yang ingin dilaksanakan tentunya keputusan tersebut
harus memperhatikan 3 prinsip berpikir, 4 paradigma pengambilan keputusan dan
melakukan 9 langkah pengajuan dan pengambilan keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran. Hal itu tentu saja untuk mengantisipasi ketika ada dilema etika ataupun
bujukan moral dalam penyelenggaraan kegiatan yang berdampak positif pada murid.
Dalam perencanaan dan pelaksanaan program yang berdampak pada murid hendaknya
menggunakan pendekatan berbasis aset sehingga dalam melaksanakan program tersebut
kita dapat memaksimalkan segala potensi yang ada di sekolah. Dengan memaksimalkan
segala potensi maka dapat dipastikan program yang direncanakan akan berjalan dengan
baik dan berkesinambungan untuk menumbuhkan kepemimpinan murid (student agency).
4. Setelah melihat keterkaitan antara modul ini dengan modul-modul lainnya jelaskanlah
perspektif Anda tentang program yang berdampak positif pada murid. Bagaimana
seharusnya program-program atau kegiatan sekolah harus direncanakan, dilaksanakan,
dan dievaluasi agar program-program tersebut dapat berdampak positif pada murid?
Setelah mempelajari modul ini prespektif kedepan akan program adalah program yang
berdampak positip pada murid, yaitu program yang mengedepankan kepemimpinan murid,
dengan menggunakan aset yang ada disekolah sesuai dengan keputusan bersama yang
mewujudkan visi sekolah.
Program seharusnya dibuat atas dasar impian dan harapan murid, menggunakan aset yang
ada disekolah untuk dioptimalkan. Program ini melibatkan anak dan anak aktif langsung
dalam merencanakan melaksanakan dan mengevaluasi program. Semua bentuk program
akan menciptakan student agency dan menciptakan profil pelajar Pancasila.
Contoh program saya tentang program yang berdampak pada murid adalah
pengembangan literasi sekolah. Literasi yang selama ini dikembangkan masih bersifat
paksaan. Dalam satu tempat dikumpulkan diwajibkan membaca dan merangkum. Hal ini
sangat membosankan bagi para murid. Berdasarkan impian murid, maka saya
merencanakan literasi yang menyenangkan dengan Program PILPEN ( pilihan Pendengar)
yaitu program yang bersifat ko-kurikuler yang dilaksankan saat istirahat dengan tidak
mengganggu aktifitas mereka dalam beristirahat. Dengan bekerjasama seluruh warga
sekolah. Pelaksanaannya adalah siswa dan guru menulis apa yang menjadi ide mereka atau
gagasan mereka dan sesuai dengan pilihan mereka mau Bahasa Indonesia, inggris, atau
sunda. Dan dalam penyiaraan di ruang osis nantinya saat istirahat dilakukan oleh anak
murid langsung sesuai dengan jadwalnya, dengan dibantu oleh guru yang piket pula.
Adapun evaluasinya setiap minggunya oleh pembina osis. Dan setiap bulannya dirapikan
seluruh ide yang ditulis dalam bentuk buku dan ditaruh di perpustakaan sebagai hasil
literasi sekolah.
Kegiatan ini melibatkan murid berperan aktif dalam merencanakan dan melaksanakan
program. Saat proses pembuatan program juga murid dilibatkan, dalam pelaksanaan
program murid berperan aktif, dan saat evaluasi murid diikut sertakan.
Murid adalah aset manusia yang sangat berharga dalam proses pembelajaran. Harapan dan
keinginan guru sebagai fasilitator adalah memunculkan potensi murid sesuai dengan minat
dan bakatnya supaya merangsang mereka untuk bersemangat dalam proses belajarnya
sehingga tumbuh tanggung jawab dengan apa yang mereka yakini. Selama ini saya masih
berfikir bahwa guru yang memegang kendali terhadap proses pembelajaran murid, persepsi
itulah yang menjadikan proses pembelajaran seolah-olah dipaksakan anak harus mengikuti
perintah guru, apa program sekolah, sehingga muncul semacam keterpaksaan pada diri
murid mengerjakan penugasan yang diberian oleh guru.
Dalam modul 3.3 ini saya semakin memahami bahwa murid kita dapat melakukan aktifitas
pembelajaran lebih dari sekedar menerima perintah dari guru. Murid secara alami adalah
seorang pengamat, penjelajah, penanya, yang memiliki rasa ingin tahu atau minat terhadap
berbagai hal. Lewat rasa ingin tahu serta interaksi dan pengalaman mereka dengan orang
lain dan lingkungan sekitarnya, mereka kemudian membangun sendiri pemahaman tentang
diri mereka, orang lain, lingkungan sekitar, maupun dunia yang lebih luas. Sebenarnya
murid juga memiliki kemampuan untuk mengambil bagian atau peranan dalam proses
belajar mereka sendiri. Setelah mempelajari modul ini saya bertekad dengan merancang
pembelajaran yang mampu memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan
potensinya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri, sehingga potensi
kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik. Saya juga akan membuat Program yang
berdampak pada murid sesuai impian murid.
2. Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar
Pengalaman dalam proses pembelajaran setelah membaca dan memahami berbagai modul
dari pelatihan guru penggerak ini terutama pada modul 3.3 saya merasakan banyak sekali
perubahan, terutama paradigma berfikir saya sebagai seorang guru, ada rasa yang berbeda
pada diri saya, muncul keyakinan dan percaya diri saya tentang peran dan fungsi saya
sebagai seorang guru, guru adalah seorang seorang fasilitator sekaligus mitra belajar bagi
murid. Melalui modul ini pula saya semakin memahami bahwa tugas guru bukan hanya
sekedar memberikan materi kepada murid, tapi bagaimana seorang guru mampu menggali,
merancang, menemukan setiap potensi dari setiap murid dikelasnya, kelas yang tercipta
harus menyenangkan.
3. Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan murid dalam proses belajar
Selama mempelajari modul-modul dari guru penggerak ini banyak hal baru yang sudah
saya terapkan dalam proses pembelajaran di kelas, saya sudah mengurangi peran saya
sebagai leader utama dikelas terutama memaksakan kehendak saya dikelas, dulu saya
sering beranggapan bahwa anak harus memahami apa mau saya, sekarang dengan
pemahaman baru setelah menyelesaikan materi pada modul 3.3 ini saya sudah mulai
berkolaborasi dengan murid dalam menciptakan kelas yang membahagiakan mereka,
bagaimana menciptakan kelas-kelas yang dicintai murid, bagaimana murid mulai membuat
proyek-proyek yang mereka mereka mau sesuai dengan bakat dan potensi mereka,
sementara peran saya adalah sebagai fasilitator dan mitra belajar mereka dengan
memberikan mereka tantangan, menjadi motivator dan juga kontroling pada proses
pembelajaran yang diselenggarakan, diantara berbagai program yang saya buat bersama
mereka adalah proyek bisa berbentuk poster, pembuatan video naratif materi, berbagi
cerita inspiratif pembelajaran, dan lain sebagainya.
4. Apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan murid dalam proses belajar
Beberapa hal yang masih perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan murid dalam proses
belajar adalah saya harus merancang dan menemukan ide-ide baru yang disukai murid
sehingga murid dapat lebih kreatif, inovatif, dan tidak bosan dengan berbagai program
yang selama ini sudah berjalan, saya juga harus terus konsisten dalam menumbuhkan
voice, choice dan ownership (Student Agency) murid dengan melibatkan mereka dalam
pengelolaan program yang berdampak pada murid. Program yang dibuat harus sesuai
impian murid, sehingga tercipta kepemimpinan murid dan profil pelajar Pancasila.
Bagaimana cara pelaksanaan program agar seluruh ekosistem sekolah dapat terlibat dalam
pengelolaan program yang berdampak positip pada murid untuk menciptakan
kepemimpinan murid dan profil pelajar Pancasila ?
3. Analisis tantangan
Tantangan dalam kelas
Tantangan yang mungkin saya alami ketika merancang suatu program yang berdampak
pada kepemimpinan murid adalah mendapati kelas yang cenderung pasif saat kegiatan
KBM, murid jarang berani berpendapat maupun menyampaikan ide atau gagasannya.
Sering yang terjasi mendapati kelas yang anak-anaknya cenderung pasif dalam kegiatan
pembelajaran. Kurang kurang percaya diri ketika mengungkapkan pendapat, kurang berani
ketika tampil di depan teman temannya.
Tantangan di sekolah
Ketiga program yang berdampak pada murid perlu membutuhkan kolaborasi dengan
banyak rekan sejawat, belum tentu mendapatkan respon positip, karena kesibukan dari
masing masing guru. Keterbatasan akan sarana pendukung karena Gedung yang belum
memenuhi syarat akan terselenggaranya program sekolah, karena adanya kelas pagi dan
sore. Pendukung secara finansial saat pelaksanaan program, yang berbasis proyek, sangat
berpengaruh.
Selain itu juga dapat dilakukan dengan membuat keyakinan kelas sehingga budaya positif
disekolah tumbuh dengan baik guna mendukung keberlangsungan program kelas yang
telah direncanakan.
Tantangan Sekolah
Menanamkan budaya positip di sekolah dan memberikan sosialisasi program pada seluruh
warga sekolah dengan memberikan kesempatan rekan untuk berperan sesuai potensi
masing masing. Menggunakan aset yang ada untuk dapat mengembangkan program
sekolah dengan rasa gotong royong demi keberpihakan pada murid dan menciptakan
kepemimpinan murid dan profil pelajar Pancasila. Bekerjasama dengan orang tua murid dan
Lembaga lain untuk dapat memberikan bantuan atau donator pada sekolah akan peduli
Pendidikan untuk dapat mendukung program sekolah yang berdampak positip pada murid.
C. Membuat keterhubungan
Ternyata guru jaman dulu sudah menggunakan metode yang luar biasa, memanfaatkan
aset lingkungan yang ada, sekitar candi Borobudur. Namun masih berupa perintah dari guru
untuk menyelesaikan tuga. Dan juga saat kegiatan mata pelajaran lainnya guru sering
mengajak keluar didaerah sekitar yang ada, sehingga sering belajar di luar ruangan supaya
tidak bosan didalam kelas. Dan adanya pementasan seni setiap akhir semester kita wajib
tampil sesuai dengan potensi masing masing. Saya selalu tampil menari dan bernyanyi
karena hobby. Kesemuanya ini memberikan rasa tanggungjawab, mandiri, kreatif, gotong
rotong, dan juga berani serta percaya diri pada masing masing murid.
Program sekolah juga demikian, seriap merancang, melaksanakan dan mengevaluasi murid
terlibat. Sehingga program sekolah untuk mewujudkan visi sekolah yang berdampak
positip bagi murid dengan mewujudkan kepemimpinan murid, dan mampu menciptakan
profil pelajar Pancasila, sesuai mimpi dan harapan murid.
3. Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari (koneksi
antar materi dengan modul sebelumnya)
Koneksi modul 3.3 dengan modul 1.1
Program yang berdampak Positip pada murid haruslah dilaksanakan atas dasar filosofi KHD,
yaitu melalui filosofi Ki Hajar Dewantara tentang “menumbuhkan padi” bahwa dalam
mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid, saya sebagai guru sudah memulai
mencoba merencanakan program yang mampu membangun ekosistem yang mendukung
pembelajaran murid sehingga mampu mengembangkan segala potensi murid sesuai
dengan kodratnya. Guru adalah fasilitator dalam menuntun murid untuk dapat memberikan
pembelajaran pada murid sehingga mempunyai dampak positip pada murid.
Sebagai seorang guru, saya mencoba memahami nilai dan peran guru penggerak, sehingga
berharap nantinya mampu memainkan peran saya sebagai agen perubahan, dengan
senantiasa berperan aktif serta berupaya menggerakkan ekosistem sekolah guna
tercapainya pengelolaan program sekolah yang berdampak pada murid untuk
menumbuhkembangkan student agency, dan menciptakan profil palajar Pancasila.
Dalam pembuatan program yang berdampak pada murid tidak terlepas dari VISI sekolah.
Dalam menerapkan visi guru penggerak, saya berupaya merancang sebuah program atau
kegiatan pembelajaran disekolah yang tentunya murid menjadi pertimbangan utama saya,
dengan harapan program yang saya rancang dapat mendorong bertumbuhkembangya
kepemimpinan murid (student agency), dimana salah satu perancangan program yang saya
buat menggunakan model inkuiri apresiatif dengan tahapan BAGJA. Program yang
berdampak pada murid inilah untuk mewujudkan VISI sekolah dengan prakarsa perubahan
yang sesuai dengan aset sekolah yang ada.
Dalam mengelola program yang berdampak positif bagi murid maka perlu ditunjang dengan
adanya budaya positif di sekolah sehingga program-program yang dijalankan dapat
berjalan dengan baik dan berkesinambungan sehingga mampu menciptakan kepemimpinan
murid (student agency), dan profil pelajar Pancasila.
Dalam mewujudkan student agency maka pengelolaan program yang berdampak pada
murid harus mampu mengakomodir segala perbedaan kebutuhan belajar murid mulai dari
kesiapan, minat, dan profil belajar murid. Perbedaan karakter anak inilah yang menjadi dasar
dalam pemberian layanan yang sesuai dengan kebutuhan anak. Dengan adanya perbedaan
maka akan memunculkan rasa keingintahuan, dan mempunyai ide gagasan serta
kepemilikan. Sehingga pembelajaran berdiferensiasi juga memunculkan peran aktif,
mengungkapkan pendapat, merefleksikan dan menghasilkan produk dalam
pembelajarannya. Hal ini juga sudah mencerminkan implementasi dalam Student Agency.
Coaching sangat penting dilakukan sebagai langkah untuk menggali segala potensi dan
mengembangkan keaktifan murid sehingga ia akan mampu untuk menemukan sendiri
solusi atas permasalahan yang ia hadapi ketika melaksanakan program sekolah yang
berdampak pada murid untuk itu sikap kreatif, inovatif dan kritis dari murid sangat
diharapkan agar tercipta kepemimpinan murid (student agency). Begitu juga dengan
impian dan harapan anak yang di dapat melalui coaching dengan anak semuanya akan
tersalurkan melalui program yang berdampak positip pada murid.
Dalam perancangan dan pembuatan program sekolah haruslah yang berpihak pada murid,
dan dapat dipertanggungjawabkan. Agar keputusan yang kita ambil bersifat efektif dan
efisien terkait rancangan program yang ingin dilaksanakan tentunya keputusan tersebut
harus memperhatikan 3 prinsip berpikir, 4 paradigma pengambilan keputusan dan
melakukan 9 langkah pengajuan dan pengambilan keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran. Hal itu tentu saja untuk mengantisipasi ketika ada dilema etika ataupun
bujukan moral dalam penyelenggaraan kegiatan yang berdampak positif pada murid.
4. Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP
Informasi lain yang saya dapatkan selain dari PGP adalah melalui kegiatan literasi yang saya
lakukan diantaranya pada Platform Merdeka Mengajar maupun berbagai buku sumber
lainnya di perpustakaan, teman sejawat, media sosial.
Guru diharapkan mencetak masa depan pendidikan. Sedikit perubahan yang guru lakukan
dapat berdampak luas dan tumbuhnya harapan baru bagi pendidikan. Guru bergerak
Indonesia Maju.