Anda di halaman 1dari 3

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 2.

3
Coaching Untuk Supervisi Akdemik
Oleh Sugiarto CGP Angkatan 8 Kabupaten Grobogan

Salah satu tujuan dari kegiatan pendidikan guru penggerak adalah menyiapkan guru
menjadi pemimpin pembelajaran serta sebagai kepala sekolah yang mengembangkan
kompetensi diri dan senantiasa memiliki growth mindset, serta berpihak pada murid. Sebagai
pemimpin pembelajaran, pendekatan dengan paradigma memberdayakan mutlak dilakukan
agar pengembangan diri berjalan secara berkelanjutan dan terarah. Salah satu pendekatan
memberdayakan adalah couching sebagai proses yang kolaborasi berfokus pada solusi,
berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach/pemimpin pembelajaran memfasilitasi
peningkatan atas performa kinerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan diri
dari coachee.
Supervisi akademik sebagai salah kegiatan secara berkala dalam melihat dan
mengamati untuk mengukur tingkat kekuatan diri murid maupaun guru dan rekan sejawat
berkaitan dengan kompetensi yang dimiliki. Keterampilan couching akan membantu supervisor
atau kepala sekolah dalam menjalankan tugas supervisi untuk mengembangkan kekuatan diri
guru/murid secara maksimal dalam mencapai solusi. Modul 2.3 tetang coaching untuk supervisi
akademik memberikan bekal pengetahuan dalam menjalankan peran sebagai pemimpin
pembelajaran maupun kepala sekolah. Hasil pembelajaran pada modul ini saya refleksikan
melalui model 4F. Model ini dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. Model refleksi 4F
tersebut meliputi :
A. Facts ( Peristiwa )
Peristiwa pemahaman modul 2.3 tentang coaching sebagai supervisi akademik.
Pembelajaran modul melalui alur MERDEKA yaitu mulai dari diri, eksplorasi konsep,
ruang kolaborasi, demonstrasi kontekstual, ruang elaborasi, koneksi antar materi, dan
diakhir modul berupa kegiatan aksi nyata.
Mulai dari diri modul 2.3 berupa berbagi pengalaman diri ketika disupervisi dan
diobservasi oleh kepala sekolah. Tahap belajar selanjutnya adalah eksplorasi konsep,
banyak pemahaman baru yang saya dapatkan tentang coaching dan supervisi akademik
sebagai pemimpin pembelajaran maupun kepala sekolah. Paradigma coaching untuk
supervisi akademik sebagai pemimpin pembelajaran bertujuan mencapai kekuatan diri
murid agar dapat mengembangkan kompetensinya secara maksimal. Sedangkan
sebagai kepala sekolah coaching dalam supervisi akademik membantu guru atau rekan
sejawat untuk mencapai solusi yang bersumber pada kekuatan diri sendiri sehingga
dapat mengembangkan dan memaksimalkan kompetensi yang dimiliki secara
berkelanjutan.
Modul 2.3 terbagi dalam 4 sub modul yakni; 2.1 konsep coaching secara umum
dan konsep coaching dalam konteks pendidikan, Sub Pembelajaran 2.2: Paradigma
berpikir dan prinsip coaching, Sub Pembelajaran 2.3: Kompetensi inti coaching dan alur
TIRTA sebagai alur percakapan coaching, Sub Pembelajaran 2.4: Supervisi akademik
dengan paradigma berpikir coaching.
Pemahaman ini semakin diperkuat dalam ruang kolaborasi melalui google meet
yang difasilitasi BBGP Jawa Tengah dengan di pandu oleh fasilitator. Melalui ruang
kolaborasi, secara berpasangan melakukan praktik coaching dengan alur TIRTA
sebagai salah satu model kagiatan coaching yang terdiri atas: Tujuan, Identifikasi,
Rencana Aksi, dam Tanggung Jawan atau Komitmen.
Demontrasi kontekstual memberikan ruang CGP meningkatkan kemampuan
coaching selain sebagai coach juga sebagai observer yang dilakukan secara kolaboratif.
Sebagai pemahaman terhadap modul 2.3 CGP dapat menemukan koneksi antar materi
dengan modul-modul sebelumnya dan melakukan aksi nyata.

B. Feelings ( Perasaan )
Setelah mempelajari modul 2.3 saya merasa senang, bersemangat, dan
termotivasi untuk melaksanakan perencanaan coaching baik sebagai pemimpin
pembelajaran maupun sebagai kepala sekolah. Sebagai pemimpin pembelajaran
kegiatan coaching untuk menggali kekuatan diri murid untuk dapat berkembang secara
maksimal sehingga mampu mencapai prestasi-prestasi berdasarkan kodrat masing-
masing. Sedangkan coaching dalam supervise akademik sebagai kepala sekolah
merupakan dialog dalam menggali potensi guru dan rekan sejawat mencapai
kompetensi maksimalnya berdasarkan kekuatan diri yang dimiliki.
C. Findings ( Pembelajaran )
Banyak pelajaran yang saya dapatkan dengan mempelajari modul 2.3 ini.
Coaching membantu membuka komunikasi baik sebagai pemimpin pembelajaran
maupun sebagai kepala sekolah untuk menggali dan menemukan potensi diri
murid/guru agar dapat berkembang secara maksimal. Kegiatan coaching dalam
supervisi akademik mengedepankan solusi yang berorientasi pada hasil yang sistematis
secara berkelanjutan. Guru maupun murid sebagai couchee dituntun bukan di diajari
untuk menggali sendiri kekuaan diri yang dimiliki. Prinsip kemitraan dalam couching
meningkatkan hubungan harmonis dalam lingkungan sekolah yang dapat menguatkan
profil diri dalam berkolaborasi dan menjalin hubungan relasi sosial yang positif.
D. Future ( Penerapan )
Modul 2.3 mendorong saya untuk menerapkan coaching dalam supervisi
akademik dengan mengembangkan kompetensi inti coaching yaitu kehadiran penuh,
pertanyaan berbobot, dan mendengarkan secara aktif dengan memperhatikan prinsip-
prinsip coaching melalui kegiatan kemitraan yang kreatif untuk dapat memaksimalkan
potensi coachee. Sedangkan dalam prosesnya melalui model pendekatan yang
termudah sesuai alur TIRTA.
Kegiatan couching direncanakan untuk membantu dalam menentukan
perencanaan, memecahkan masalah, melaksanakan refleksi maupun untuk mengukur
atau menyesuaikan kinerja diri dengan standar yang ditentukan (kalibrasi) bagi murid
maupun rekan guru. Penerapan tahap akhir dari kegiatan couching adalah membantu
couchee menyusun rencana tindak lanjut dalam mencapai kondisi maksimal sesuai
kompetensi diri.

Anda mungkin juga menyukai