Anda di halaman 1dari 4

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.

“Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid”

Oleh:

DWI LESTARI, S.S, Gr

CGP Angkatan 5 Kabupaten Seruyan

Kalimantan Tengah

Tak terasa perjalanan Calon Guru Penggerak dalam mengikuti Program Pendidikan Guru Penggerak telah
menempuh modul terakhir, modul 3.3 tentang Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada
Murid. Modul 3.3 adalah modul penghujung dari serangkaian modul dalam Diklat calon guru penggerak.
Banyak yang telah membuat saya berubah menjadi lebih baik. Pola pikir (mindset) saya sebagai seorang
guru pun berubah, di mulai dari sadarnya nilai dan peran guru, pelajaran bermakna pada murid yang
mengandung diferensiasi dan kompetensi sosial emosional, metode coaching saat mengahadapi
masalah, pengambilan keputusan berbasis kekuatan aset, menciptakan atau memperbaiki program yang
berdampak positif untuk murid, dan hal-hal lainnya membuat saya menjadi lebih paham, mengerti, dan
tentunya ingin berubah ke arah yang lebih baik mengajak rekan kerja untuk menjadi lebih baik juga,
menciptakan komunitas praktisi yang baik serta menjalin kerja sama yang baik dengan masyarakat
sekitar dan komunitas yang ada di seputaran sekolah dan yang mendukung jalannya proses pendidikan.

Belum pernah ada pelatihan selain PGP ini yang membuat makna yang mendalam. Saya juga merasa
sedih karena hampir selesai masa pendidikan ini, rasanya masih belum cukup dan masih haus akan ilmu.
Pendidikan sejatinya selalu membutuhkan perubahan yang baik, maka dari itu perlu mainfullness dari
guru-guru untuk menerima ilmu ilmu terbaru dan berubah menjadi yang lebih baik.

Perasaan saya setelah mempelajari modul 3.3 ini adalah memberikan kesan tersendiri terhadap saya
sendiri, karena materi ini memberikan pengalaman baru mengenai bagaimana membuat program yang
mendorong suara/pilihan dan kepemimpinan murid yang berdampak positif bagi murid.

Membentuk karakter murid yang berkesesuaian dengan profil pelajar pancasila yang dituangkan dalam
modul 3.3 ini memberikan pemahaman kepada saya mengenai pentingnya keterlibatan murid secara
aktif.

Inti sari yang saya dapatkan dari modul ini adalah kepemimpinan murid/student agency merupakan
kemampuan murid untuk mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, membuat pilihan-pilihan,
menyuarakan opini, mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan
berkontribusi pada komunitas belajar, mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain, dan
melakukan tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya. Menentukan kesepakatan mengenai hal-hal
apa saja yang murid ingin lakukan menjadi hal yang penting. jalannya sebuah program sekolah tidak
hanya dibentuk oleh guru atau pihak sekolah, namun juga mempertimbangkan suara murid dan di
putuskan berdasarkan pilihan dari murid. Melalui modul 3.3 ini, saya sebagai pendidik lebih menguasai
dan memahami kompetensi sebagai guru penggerak dalam hal pengembangan diri dan orang lain. Guru
harus optimis mengelola sumber daya dan aset yang dimiliki sebagai suatu kekuatan / potensi sekolah.
Masalah atau kekurangan yang dimiliki oleh suatu sekolah tidak lagi menjadi hambatan untuk
memajukan pendidikan dan mewujudkan visi misi dan tujuan sekolah yang berpihak pada murid. Namun
fokus suatu masalah adalah kebiasaan yang sudah membudaya dan untuk mengubah sebuah kebiasaan
bukanlah suatu hal yang mudah, sehingga butuh waktu, butuh proses belajar, butuh kolaborasi dan
pemahaman yang matang antar civitas akademik sekolah. Jika pola pikir yang positif sudah tertanam
antar civitas akademik sekolah maka sebuah perubahan yang postif juga akan mudah direalisasikan. Dan
program yang berdampak positif pada murid akan mudah terlaksana. Sehingga tercapailah profil pelajar
pancasila pada murid.

Keterkaitan yang dapat saya lihat antara Modul ini dengan modul-modul sebelumnya dalam
mempelajari Modul 3.3 ini, kami diajak kembali untuk menghubungkan materi yang sudah dipelajari
sebelumnya untuk membantu dalam pembuatan program. Pengelolaan program sekolah jelas harus
berdampak pada murid dengan terlebih dahulu mendesaian perencanaan dan pengelolaan program
sekolah secara cermat dan tepat.

Resiko tidak dapat dihindari, tetapi dapat dikelola dan dikendalikan karena apabila resiko tidak dikelola
dengan baik, maka akan mengakibatkan hambatan dan kerugian. untuk itu, sekolah bisa meminimalisir
sehingga program sekolah yang telah direncanakan berjalan dengan baik.

Hubungan Modul 3.3 dengan Modul yang lain adalah Modul 1.1 mengenai filosofi Ki Hajar Dewantara,
bahwa guru mempunyai peran strategis untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak
sehingga mereka dapat bahagia dan selamat sebagai individu masyarakat. Dalam modul ini juga dibahas
bahwa murid adalah pribadi yang unik dan utuh, sehingga guru sebaiknya dapat menuntun murid sesuai
dengan kodratnya.

Modul 1.2 mengenai nilai dan peran guru penggerak. Adapun nilai-nilai dari seorang guru penggerak
yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Nilai dan peran dari guru
penggerak tidak terlepas dari cita-cita mulia untuk mewujudkan profil pelajar pancasila dan merdeka
belajar. Dalam menjalankan perannya, seorang guru tidak hanya cukup sebagai pemimpin pembelajaran
di kelas, namun juga memiliki tanggung jawab sebagai pemimpin dalam pengelolaan program sekolah
yang berpihak pada murid.

Modul 1.3 dalam merencanakan dan mengelola program yang berdampak pada murid dilakukan dengan
menggunakan pendekatan inkuiri apresiatif model BAGJA, dengan terlebih dahulu memetakan aset atau
sumber daya sekolah, dan mengembangkan aset atau potensi yang bisa dikembangkan untuk
merencanakan program sekolah yang berdampak pada murid.
Modul 1.4 tentang budaya positif, berupa lingkungan yang mendukung perkembangan potensi, minat
dan profil belajar murid terutama kekuatan kodrat pada anak-anak. Guru hendaknya dapat
mengoptimalkan sumber daya lingkungan yang positif dan mengembangkan budaya positif agar anak-
anak dapat tumbuh sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman dan mendukung program yang
berdampak pada murid.

Pada Modul 2.1 seorang guru penggerak dapat menggunakan pembelajaran berdiferensiasi untuk
memberikan pelayanan terbaik yang berpihak pada murid. Pembelajaran berdiferensiasi ini merupakan
solusi atas beragamnya karakteristik dan kecerdasan murid. Sebelum merencanakan pembelajaran
berdiferensiasi, seorang guru hendaknya melakukan pemetaan terhadap kebutuhan belajar, minat dan
profil belajar murid. Hal ini dilakukan untuk mengetahui aset atau kekuatan yang dimiliki oleh murid.

Pada Modul 2.2, seorang guru dilatih untuk mampu mengembangkan kompetensi sosial pada diri murid.
Tehnik mindfullness menjadi strategi pengembangan lima kompetensi sosial emosional yang didasarkan
pada program yang berpihak pada murid dan mewujudkan merdeka belajar dan budaya positif di
sekolah.

Modul 2.3 tentang coaching yang merupakan sebuah tehnik atau strategi seorang pemimpin
pembelajaran untuk menuntun anak dan menggali potensi yang dimiliki oleh anak dan memberikan
keleluasaan anak-anak berkembang dan menggali proses berpikir. Dalam pengelolaan program yang
berdampak pada murid, coaching dapat digunakan sebagai strategi untuk mengembangkan sumber
daya murid, mengembangkan kepemimpinan murid, menggali potensi murid untuk mencapai tujuan
pendidikan yaitu keselamatan dan kebahagiaan anak setinggi-tingginya.

Modul 3.1, sebagai seorang pemimpin pembelajaran, seorang guru harus dapat mengambil keputusan
secara bijak, yaitu keputusan yang berpihak pada murid. Dasar, prinsip serta paradigma atau nilai dalam
pengambilan keputusan harus konsisten, terutama berkaitan dengan dilema etika atau bujukan moral.

Modul 3.2 Membahas tentang pengelolaan sumber daya, bahwa seorang guru sebagai pemimpin
pembelajaran maupun pengelola program sekolah harus dapat memetakan dan mengidentifikasi aset-
aset yang ada di sekolah, baik aset fisik maupun non fisik. Hal tersebut dapat mengoptimalkan potensi
yang dimiliki oleh sekolah sebagai komunitas belajar, dibandingkan dengan pendekatan berbasis
masalah. Dengan berfokus pada aset yang dimiliki, maka pengelolaan program yang berdampak pada
murid dapat terencana dengan baik.

Modul 3.3 yaitu yaitu tentang pengelolaan program yang berdampak pada murid. Ada 7 aset atau modal
yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan sekolah, yaitu : modal manusia, modal sosial, modal
fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial, modal politik, modal agama dan budaya. Dengan
mengetahui modal atau sumber daya yang ada di sekolah, maka sebagai pemimpin guru harus bisa
memetakan 7 aset tersebut dan mengoptimalkan pengelolaannya untuk peningkatan pembelajaran di
sekolah.

Setelah mempelajari modul 3.3 pengelolaan program yang berdampak pada murid. Menurut perspektif
saya, saya mulai memahami bahwa pembelajaran yang berpihak pada murid di mulai dari
mendengarkan suara murid, ide-ide baik yang bisa kita ambil dan terapkan.

Program atau kegiatan sekolah pada pengelolaan program tersebut melalui perencanaan yang matang
dan diselenggarakan berdasarkan kebutuhan murid sesuai karakteristik lingkungan melalui memetakan
sumber daya (modal aset) sebagai kekuatan atau potensi. Program yang Berdampak Positif di Sekolah
bisa beradptasi dari praktik baik dengan sekolah lain baik berada di Hanau, Seruyan, maupun kunjungan
ke Sekolah di luar Seruyan.

Setelah merencanakan program yang berdampak bagi murid, melalui keterlibatan aktif murid, dan
kolaborasi dengan rekan sejawat dan komunitas masyarakat di sekitar yang ada, maka program tersebut
akan di laksanakan dan dievalusi.

Pada proses pelaksanaan, bertujuan agar program-program tersebut dapat berdampak positif pada
murid. Contohnya pada kegiatan mulai dari kelas yang kita ampu, mulai diberikan program literasi
sebelum belajar, kegiatan pembenahan kelas (gerbek kelas), menerapkan program 5S, menerapkan
program Jumba (Jumat bersih dan asri), menerapkan sarapan bersama dengan murid, program
ekstrakurikuler yang lebih bermakna pada murid, dan banyak lagi hal lainnya yang bisa diterapkan di
sekolah.

Secara keseluruhan dari pendidikan yang telah saya lewati mulai dari bulan April hingga saat ini, saya
semakin memahami sejatinya kita menjadi seorang guru bukan untuk diri kita namun untuk menghamba
dan membumikan ilmu kita untuk murid kita, pendidikan bukan hanya sekedar memberikan ilmu namun
karakter anak, kebahagian anak yang harus kita perhatikan, karena tujuan mulia kita mendidik adalah
untuk mencapai murid yang memiliki profil pelajar pancasila, murid yang bahagia dan semua kegiatan
yang berpusat pada murid.

Mari kita Tergerak, Bergerak, dan Menggerakan perubahan pendidikan kita menuju kebahagian para
murid.

Salam Guru Penggerak, Salam Sehat dan Bahagia

Anda mungkin juga menyukai