Anda di halaman 1dari 33

PENGIMBASAN

MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

OLEH
Anzilkarnain M. Toni, S.Pd., Gr.
CGP Angkatan 7 Kab. Luwu
SALAM &
BAHAGIA
Apakah makna ‘Budaya Positif’?
Apa contoh penerapan positif yang telah kita
terapkan?
Budaya Positif di sekolah yaitu nilai-nilai
dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang
berpihak pada peserta didik agar mereka
dapat berkembang menjadi pribadi yang
kritis, penuh hormat dan bertanggung
jawab.
Perubahan Paradigma
Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
● Bukan Tabula Rasa
● Semua anak terlahir dengan bakatnya masing-masing
(unik)
● Budi Pekerti
● Tugas guru menuntun bakat tersebut agar anak tumbuh
dengan selamat dan bahagia
● Guru ibarat petani, anak ibarat biji jagung
● Kodrat alam dan kodrat zaman
● Berpihak pada anak
Perubahan Paradigma
● Untuk membangun budaya yang positif, sekolah perlu
menyediakan lingkungan yang positif, aman, dan
nyaman agar murid-murid mampu berpikir, bertindak,
dan mencipta dengan merdeka, mandiri dan
bertanggung jawab.
● Lazimnya disiplin dikaitkan dengan kontrol. Dalam hal ini
kontrol guru dalam menghadapi murid.
Perubahan Paradigma Teori Kontrol
(Ilusi Kontrol)
Berikut ini paparan Dr. William Glasser dalam Control Theory untuk meluruskan
miskonsepsi tentang kontrol.
● Ilusi guru mengontrol murid.
● Ilusi bahwa kritik dan membuat merasa
orang bersalah dapat menguatkan karakter.
● Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan
bermanfaat
● Ilusi bahwa orang dewasa memiliki untuk
hak memaksa.
Perubahan Paradigma-Stimulus Respon Teori Kontrol
Bisakah kita mengontrol seseorang?
Stimulus Respons Teori Kontrol
Kita mencoba mengubah orang Kita berusaha memahami pandangan orang lain
agar berpandangan sama dengan tentang dunia.
kita.
Perilaku buruk dilihat sebagai suatu kesalahan Semua perilaku memiliki tujuan.

Orang lain bisa mengontrol saya. Hanya Anda yang bisa mengontrol diri Anda.

Saya bisa mengontrol orang lain. Anda tidak bisa mengontrol orang lain.

Pemaksaan ada pada saat bujukan gagal. Kolaborasi dan kesepakatan menciptakan
pilihan-pilihan baru.
Model Berpikir Menang/Kalah Model Berpikir Menang-menang.
Apa makna ‘Disiplin’?
Kata disiplin sering dikaitkan dengan tata tertib,
teratur, kepatuhan pada peraturan.
dan Kata juga sering dihubungkan dengan
disiplin
hukuman, padahal itu sungguh berbeda karena belajar
dengan disiplin tidak harus dengan memberi
hukuman. Justru itu adalah salah satu alternatif terahir
dan kalau perlu tidak digunakan sama sekali
Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa untuk
mencapai kemerdekaan atau dalam konteks
pendidikan kita saat ini, dan untuk menciptakan
murid yang merdeka, syarat utamanya adalah
harus ada disiplin yang kuat. Disiplin yang
dimaksud adalah disiplin diri, memiliki Jika
motivasi internal. kita tidak memiliki
motivasi internal, maka kitayang
memerlukan pihak
lain untuk mendisiplinkan kita
Teori Motivasi Perilaku Manusia

1. Untuk menghindari ketidaknyamanan/hukuman


“Apa yang akan terjadi apabila saya tidak Motivasi Eksternal
melakukannya?”

2. Untuk mendapatkan imbalan dari orang lain/institusi


“Apa yang akan saya dapatkan apabila saya
Motivasi Eksternal
melakukannya?”

3. Untuk menghargai diri sendiri, menjadi insan Motivasi


sesuai harapan kita. Internal Tujuan
“Saya akan menjadi orang yang seperti apa bila saya Disiplin Positif
melakukannya?”
Budaya Positif

Lingkungan
Positif

Keyakinan Kelas

Peraturan
Kelas
Keyakinan Kelas, Hukuman, dan Penghargaan
Mengapa tidak peraturan saja, mengapa harus Keyakinan Kelas?
● Mengapa kita memiliki peraturan harus menggunakan helm bila
mengendarai kendaraan roda dua?
● Mengapa kita memiliki peraturan 3M, menggunakan masker, mencuci tangan dan
menjaga jarak 1.5 meter?
● Mengapa kita memiliki peraturan harus datang tepat waktu pada saat mengikuti
pelatihan?

Untuk mendukung motivasi intrinsik, kembali ke nilai-nilai/keyakinan-keyakinan lebih


menggerakkan seseorang dibandingkan mengikuti serangkaian peraturan-peraturan.
Keyakinan Kelas
Keyakinan Kelas adalah nilai-nilai kebajikan atau prinsip-
prinsip universal yang disepakati bersama secara universal,
lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa maupun
agama

Menurut Gossen (1998), suatu keyakinan akan lebih


memotivasi seseorang dari dalam (Intrinsik). Seseorang akan
lebih bersemangat untuk menjalankan keyakinannya daripada
hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan.
Pembentukan Keyakinan Kelas
● Keyakinan kelas bersifat abstrak daripada peraturan,
yang lebih rinci dan konkrit
● Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan yang
universal.
● Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam
bentuk positif.
● Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak,
sehingga mudah diingat dan dipahami
● Semua warga kelas sebaiknya ikut berkontibusi dalam
membuat kegiatan kelas lewat curah pendapat.
● Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu.
Peraturan Keyakinan kelas/nilai kebajikan yang dituju

Selalu kembalikan buku ke tempatnya


Tanggung jawab

Dilarang Mengganggu Orang Lain


Menghormati Orang Lain dan Diri Sendiri

Hadir di sekolah 15 menit sebelum


pembelajaran dimulai Menghormati Orang Lain, Komitmen pada Tujuan
(Berkomitmen)

Dilarang Melakukan Kekerasan


Keselamatan, Menghormati Orang Lain.
Dilarang Menggunakan Narkoba
Kesehatan
Bergantian atau menunggu giliran
Menghormati orang lain, Kesabaran
Gunakan masker Kesehatan, Keselamatan
Jangan berlari di kelas atau koridor
Keselamatan, Keamanan
Contoh Penerapan Membuat Keyakinan Kelas

Guru membimbing siswa membuat keyakinan kelas Siswa menulis dan menempelkan hal yang diharapkan
Contoh Penerapan Membuat Keyakinan Kelas

Guru dan siswa merangkum keyakinan kelas untuk Guru dan siswa menandatangani kesepakatan
dijadikan kesepakatan kelas. kelas yang telah dibuat.
DIHUKUM OLEH PENGHARGAAN
Pengaruh Jangka Pendek dan
Jangka Panjang

Penghargaan menghukum

Penghargaan mengurangi
ketepatan

Penghargaan tidak efektif

Penghargaan merusak hubungan


TINDAKAN GURU HUKUMAN ATAU
KONSEKUENSI
Mencatat 100 kali di dalam buku kalimat, “Saya tidak akan terlambat lagi”, karena
terlambat ke sekolah.

Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat hadir di sekolah.

Murid diminta untuk ‘push up’ 15 kali karena tidak menggunakan masker ke
sekolah
Menggantikan kertas tugas teman yang telah dicoret-coret.

Membersihkan tumpahan air di meja tulis karena tersenggol pada saat belajar.

Meminta murid tidak mengenakan sepatu seharian di sekolah karena tidak


mengenakan sepatu hitam.
Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat 10 menit untuk
pelajaran PJOK.
TINDAKAN GURU HUKUMAN
ATAU
KONSEKUENSI
Mencatat 100 kali di dalam buku kalimat, “Saya tidak akan terlambat lagi”, karena
terlambat ke sekolah.
Hukuman
Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat hadir di sekolah.
Hukuman
Murid diminta untuk ‘push up’ 15 kali karena tidak menggunakan masker ke
sekolah. Hukuman
Menggantikan kertas tugas teman yang telah dicoret-coret.
Konsekuensi
Membersihkan tumpahan air di meja tulis karena tersenggol pada saat belajar.
Konsekuensi
Murid disuruh untuk mengenakan sepatu seharian di sekolah, karena tidak
mengenakan sepatu hitam. Hukuman
Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat 10 menit untuk
pelajaran PJOK. Konsekuensi
Perbedaan Hukuman dan Konsekuensi
Hukuman Konsekuensi
Sesuatu yang menyakitkan harus terjadi Sesuatu harus terjadi
Membuat anak sakit (fisik maupun hati) untuk jangka Membuat anak merasa tidak nyaman dalam jangka
waktu lama waktu pendek

Anak membenci kedisiplinan Anak menghargai disiplin


Paksaan Stimulus-tanggapan
Mendorong anak menyakiti diri sendiri Mendorong anak agar mudah menyesuaikan diri

Konsep diri yang buruk Konsep diri yang baik


Anak belajar untuk menyembunyikan kesalahan Anak belajar untuk mematuhi peraturan

Marah, rasa bersalah, dipermalukan, merasa tak Kehilangan hak, dibuat tidak nyaman, diasingkan untuk
dihargai sementara (time out)

Disadur dari Restitution, Diane Gossen, The Five Positions of Control, Yayasan Pendidikan Luhur, 2005
Kebutuhan Dasar Manusia

PENGUASAAN
CINTA KASIH/DITERIMA

KESENANGAN KEBEBASAN
Ibu Ani, guru kelas 5 di SD Pelita Hati, sedang
bingung menghadapi ulah salah satu murid di PENGUASAAN

kelasnya, Agus. Beberapa anak telah datang


dan mengeluhkan Agus yang seringkali
meminta bekal makan siang mereka
dengan paksa. Jika Anda menghadapi
situasi
Ibu seperti
Apa yangakanAnda lakukan?
Ani, Anda, kira-kira apa alasan
Menurut Agus
melakukan hal itu?
Dalam konteks penerapan disiplin positif, Ibu Ani sebaiknya mencari tahu alasan Agus melakukan
Tindakan tersebut agar mengetahui kebutuhan mana yang sedang berusaha dipenuhi Agus.
● Apabila jawaban Agus karena ia lapar dan orang tuanya tidak membawakannya bekal makan
siang. Kebutuhannya adalah bertahan hidup
● Apabila jawaban Agus karena ia senang temannya jadi memperhatikan dia.
Kebutuhannya adalah cinta dan kasih sayang (kebutuhan untuk diterima)
● Apabila jawaban Agus adalah dia merasa hebat karena temannya jadi takut dan menuruti
keinginannya. Kebutuhannya adalah penguasaan (pengakuan atas kemampuan)
● Apabila jawaban Agus karena dia merasa bosan dengan bekal yang dibawakan ibunya karena
selalu membawakan bekal yang sama. Kebutuhannya adalah kebebasan (kebutuhan akan
pilihan)
● Apabila jawaban Agus adalah karena iseng saja dan dia menikmati ekspresi wajah temannya
yang kesal karena diambil makanannya. Kebutuhannya adalah kesenangan .
5 POSISI KONTROL
IDENTITAS GAGAL IDENTITAS BERHASIL/SUKSES IDENTITAS BERHASIL/SUKSES
MOTIVASI: (Kontrol dari Luar) (Kontrol dari Luar) (Kontrol Diri)

Menghindari Hukuman Mengharapkan Imbalan atau Menghargai Diri Sendiri


Ketergantungan pada Orang
Lain
PENGHUKUM PEMBUAT MERASA TEMAN PEMANTAU MANAJER
BERSALAH
Guru Berbuat: Menghardik Berceramah dan Membuatkan alasan- Menghitung dan mengukur Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
Menunjuk- mengatakan, alasan untuk
nunjuk “Seharusnya…” muridnya.
Menyakiti “Ibu kecewa…”
Menyindir
Guru Berkata: “Kalau kamu tidak “Kamu seharusnya kamu “Ayolah, lakukan demi “Apa peraturannya?” “Apa yang kita yakini?
melakukannya, awas ya! sudah tahu. Ibu lelah Ibu…” Apa yang bisa kau kerjakan
Rasakan!” sekali mengatakannya. “Masa kamu tidak mau, untuk memperbaiki masalah
Ibu stress…” ingat tidak Ibu pernah ini?”
bantu…”

Hasil: Memberontak Menyembunyikan Ketergantungan Menyesuaikan diri, bila Menguatkan pribadi


Menyalahkan Menyangkal diawasi
orang lain Berbohong Berbohong

Kaitan Murid meletakkan Murid meletakkan guru Murid meletakkan guru di Murid meletakkan guru Murid meletakkan dirinya sebagai
dengan guru di luar Dunia di dalam Dunia sebagai orang yang sangat peraturan dan individu yang positif dalam Dunia
Dunia Berkualitas Berkualitas penting di Dunia Berkualitas hukum di dunia Berkualitas
Berkualitas Berkualitas

Murid Berkata: “Ah, biarkan saja. “Maafkan saya.” “Saya pikir Bapak/Ibu teman “Berapa banyak bintang yang “Bagaimana caranya saya bisa
Nanti juga marah- saya. Ternyata begitu.” saya harusperoleh?” “Berapa memperbaiki keadaan?”
marah lagi.” halaman yang harus saya
tulis?”

Dampakpada Mengulangi kesalahan Merasa rendah diri Lemah, tidak mandiri, Menitikberatkan pada sanksi Mengevaluasi diri, bagaimana cara
Murid: tergantung atau hadiahuntuk dirinya. memperbaiki diri?
Apa itu ‘Restitusi’?
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid
untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka
bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter
yang lebih kuat (Gossen; 2004)
9 Ciri-ciri Restitusi
1. Bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari
kesalahan.
2. Memperbaiki hubungan.
3. Tawaran, bukan paksaan.
4. Restitusi menuntun untuk melihat ke dalam diri.
5. Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan.
6. Restitusi diri adalah cara yang paling baik untuk memperbaiki diri.
7. Restitusi fokus pada karakter bukan tindakan.
8. Restitusi fokus pada solusi.
9. Restitusi mengembalikan murid yang berbuat salah pada
kelompoknya.
Segitiga Restitusi
Dokumentasi Penerapan Segitiga Restitusi

Menangani siswa bermasalah dengan menerapkan segitiga restitusi


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai