Anda di halaman 1dari 5

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL

MODUL 3.1

Nama CGP : Anzilkarnain M Toni


Satuan Pendidikan : SMPN 2 Bua

Tujuan Pembelajaran Khusus


CGP dapat melakukan suatu analisis atas penerapan proses pengambilan keputusan berdasarkan
pengetahuan yang telah dipelajarinya tentang berbagai paradigma, prinsip, pengambilan dan
pengujian keputusan di sekolah asal masing-masing dan di sekolah/lingkungan lain.

Panduan Pertanyaan Wawancara (Guiding Questions for the Interview)


● Selama ini, bagaimana Anda dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilema
etika atau bujukan moral?
● Selama ini, bagaimana Anda menjalankan pengambilan keputusan di sekolah Anda,
terutama untuk kasus-kasus di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau
sama-sama mengandung nilai kebajikan?
● Langkah-langkah atau prosedur seperti apa yang biasa Anda lakukan selama ini?
● Hal-hal apa saja yang selama ini Anda anggap efektif dalam pengambilan keputusan pada
kasus-kasus dilema etika?
● Hal-hal apa saja yang selama ini merupakan tantangan dalam pengambilan keputusan
pada kasus-kasus dilema etika?
● Apakah Anda memiliki sebuah tatakala atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian
kasus dilema etika, apakah Anda langsung menyelesaikan di tempat, atau memiliki
sebuah jadwal untuk menyelesaikannya, bentuk atau prosedur seperti apa yang Anda
jalankan?
● Adakah seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau membantu
Anda dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika?
● Dari semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Anda petik dari
pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika?
Jawaban Narasumber 1 - Abdul Kadir, S.Pd., MM. (Kepala SMPN Satap Pabbatang)

1. Saya melihatnya dari pilihan keputusan yang dimunculkan dari kasus yang ada. Jika
pilihan keputusannya antara benar lawan benar maka itu adalah kasus dilema etika. Tapi
jika pilihan keputusannya antara benar lawan salah maka anggap itu adalah kasus
bujukan moral.
2. Untuk contoh-contoh kasus yang pernah saya alami, dimana ada dua kepentingan yang
saling bersinggungan dan kedua-duanya adalah sama-sama benar, maka saya akan
berusaha untuk menjalankan pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan hal-hal
seperti; kepentingan apa saja yang terdapat dalam kasus tersebut, kemana arah orientasi
kasus tersebut, kemudian saya menempuh beberapa langkah pengambilan keputusannya.
3. Langkah-langkah yang dilakukan:
- Mengenali nilai kebajikan yang saling bertentangan.
- Menentukan siapa yang terlibat.
- Mengumpulkan fakta-fakta dalam permasalahannya.
- Menguji benar salahnya kasus tersebut.
- Melakukan prinsip resolusi.
- Investigasi opsi trilema
- Membuat keputusan akhir.
4. Ketika kasus tersebut kita uji benar salahnya dan melakukan prinsip resolusi terhadap
kasus yang dihadapi, hal ini tentu akan sangat membantu dalam pengambilan keputusan
yang paling bijaksana.
5. Tantangannya adalah ketika kita ingin mencari opsi trilema atau opsi cadangan atau
solusi lain ketika pilihan keputusan terbaiknya menuntut untuk mengakomodir dua
kepentingan yang berbeda.
6. Untuk hal tersebut menurut saya sifatnya opsional. Ketika kasusnya membutuhkan
keputusan cepat maka tentu saya harus menyelesaikannya di tempat dan saat itu juga.
Tapi ketika kasusnya membutuhkan investigasi yang mendalam, maka tentunya saya
akan membutuhkan banyak waktu dan biasanya saya buatkan scedule atau jadwal dalam
penanganannya.
7. Biasanya saya meminta masukan dari dewan guru dan masukan itu mempermudah saya
dalam pengambilan keputusan.
8. Bahwa salah satu tugas terberat sebagai seorang pemimpin adalah membuat keputusan
yang bijaksana dan seadil-adilnya dengan mempertimbangkan nilai-nilai moral atau
kebajikan. Sebagai seorang pimpinan yang baik, keterampilan yang satu ini mutlak harus
dimiliki.
Jawaban Narasumber 2 - Drs. Baedawi Said (Kepala SMPN 2 Bua)

1. Saya melihat dari sudut pandang bahwa ketika kasus tersebut melibatkan dua ataupun
beberapa pihak yang terdapat dalam lingkup sekolah maka saya anggap itu kasus dilema
etika. Sedangkan bujukan moral terkait dengan persoalan pribadi dengan sekolah.
2. Saya akan mencari benar salahnya kasus tersebut kemudian menyatukannya. Selanjutkan
membuat keputusan yang mengakomodir keduanya.
3. Langkah-langkah yang dilakukan:
- Identifikasi permasalahan.
- Membuat rumusan masalah.
- Menjabarkan rumusan masalah.
- Berdiskusi dengan warga sekolah.
- Membuat kesimpulan.
- Meminta saran dan masukan.
4. Membawa kasus yang ada ke dalam forum musyawarah mufakat sekolah. Kemudian
mempertimbangkan contoh pengalaman kasus serupa yang pernah terjadi untuk dijadikan
rujukan.
5. Tantangannya adalah meminta dukungan dan partisipasi yang terkadang sulit dari seluruh
stakeholders yang ada di sekolah.
6. Ketika kasusnya bisa ditangani dalam waktu cepat, maka secepatnya juga saya akan
putuskan. Masalah berat sekalipun saya juga upayakan penyelesaiannya dalam waktu
yang paling singkat. Mengingat prinsip yang saya pegang semakin cepat masalah
ditangani semakin maksimal pula hasilnya.
7. Mendiskusikan kasus yang ada dan mencari jalan terbaik bersama dengan rekan guru
sangat membantu saya dalam pengambilan keputusan.
8. Pelajaran yang dapat saya petik, dengan adanya kolaborasi penanganan kasus dengan
seluruh stakeholders yang ada dapat menciptakan keputusan yang terbaik untuk
semuanya sehingga secara tidak langsung juga dapat menciptakan tatanan yang harmonis
di lingkungan kerja.
Analisis dan Refleksi Hasil Wawancara:

Hal-hal menarik yang muncul dari wawancara tersebut, pertanyaan-pertanyaan mengganjal yang
masih ada dari hasil wawancara bila dibandingkan dengan hal-hal yang saya pelajari seperti 4
paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengujian, serta apa yang saya dapatkan :

Terdapat perbedaan penerapan proses pengambilan keputusan diantara 2 narasumber yang


saya wawancarai. Narasumber 1 menunjukkan penerapan proses pengambilan keputusan
yang sudah sesuai dengan 4 paradigma, 3 prinsip serta 9 langkah pengujian, mengingat
narasumber 1 adalah lulusan pengajar praktik pada Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 5
dan diangkat menjadi kepala sekolah beberapa bulan belakangan. Sementara jawaban dari
narasumber 2, yang tak lain adalah kepala sekolah di satuan pendidikan tempat saya
bertugas, secara garis besar belum menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip serta 9 langkah
pengujian sebagaimana yang telah saya pelajari di modul 3.1.

Hal yang saya dapatkan dari kedua jawaban narasumber di atas, bahwa selaras dengan
langkah atau proses pengambilan keputusan yang mereka terapkan berdampak pada tingkat
kepuasaan bawahan masing-masing terhadap kinerja yang ditunjukkan. Menurut keterangan
beberapa rekan guru di sekolah narasumber 1 yang saya mintai keterangan, mereka
cenderung setuju dengan kinerja dan cara kepemimpinan kepala sekolah mereka. Sebaliknya
apa yang saya lihat di sekolah tempat tugas saya, guru-guru setuju dengan kinerja serta cara
kepemimpinan kepala sekolah yang ada (narasumber 2).

Bagaimana hasil wawancara antara 2 pimpinan yang saya wawancarai, adakah sebuah
persamaan, atau perbedaan. Kira-kira ada yang menonjol dari salah satu pimpinan tersebut,
mengapa, apa yang membedakan?

Terdapat banyak perbedaan yang menonjol dari salah satu pimpinan yang saya wawancarai
di atas. Dimana terlihat dari jawaban narasumber 1, sudah menerapkan secara penuh 4
paradigma, 3 prinsip serta 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Hampir berbeda di
semua aspek dibandingkan dengan jawaban narasumber 2, yang cenderung menerapkan
kepemimpinan dengan pola-pola lama serta jauh dari proses penerapan pengambilan
keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan yang saya pelajari di modul 3.1 PPGP Angkatan 7.
Dari sudut profil kedua pimpinan di atas, sudah terlihat jelas perbedaan lain yang sangat
menonjol. Dimana narasumber 1 adalah lulusan Pendidikan Calon Kepala Sekolah dan
Pengajar Praktik PPGP Angkatan 5 sehingga apa yang beliau dapatkan dari 2 jenis
pendidikan tersebut sangat menunjang kompetensinya khususnya dalam aspek keterampilan
pengambilan keputusan sebagai pemimpin.
Apa rencana ke depan para pimpinan dalam menjalani pengambilan keputusan yang
mengandung unsur dilema etika? Bagaimana mereka bisa mengukur efektivitas pengambilan
keputusan mereka?

Untuk rencana kedepan kedua pimpinan, Narasumber 1 dalam kepemimpinannya akan terus
mempertahankan dan mengembangkan 4 paradigma, 3 prinsip serta 9 langkah pengujian
sehingga dalam proses pengambilan keputusan mampu mendorong keputusan-keputusan
yang senantiasa berpihak pada murid, serta bertanggungjawab dalam rangka mewujudkan
pelajar-pelajar dengan Profil Pelajar Pancasila.

Narasumber 2 dalam kepemimpinannya akan menerapkan proses pengambilan keputusan


dengan tetap mengacu pada prinsip menyatukan dua keputusan dengan tujuan ingin
menciptakan keseimbangan tatanan atau keharmonisan dalam lingkungan kerja, meskipun
prinsip yang diyakini dan dijalankan tersebut akan beresiko pada penolakan oleh mayoritas
stakeholders yang ada di sekolahnya.

Dari uraian tersebut di atas, terlihat jelas perbedaan cara pandang maupun prinsip kedua
pimpinan. Dimana satu pimpinan mengukur efektivitas pengambilan keputusannya pada
muara keputusannya yaitu murid, sedangkan pimpinan yang satunya mengukur efektivitas
pengambilan keputusan pada keharmonisan stakeholders.

Bagaimana saya sendiri akan menerapkan pengambilan keputusan dilema etika pada lingkungan
saya, pada murid-murid saya, dan pada kolega guru-guru saya yang lain? Kapan saya akan
menerapkannya?

Selaku calon pemimpin pembelajaran, saya akan menerapkan pengambilan keputusan dilema
etika pada lingkungan saya, murid-murid saya, dan kolega guru-guru saya yang lain dengan
terus mengacu pada 4 paradigma, 3 prinsip serta 9 langkah pengujian. Ketika diberi
kesempatan, maka seketika itu kesempatan akan saya ambil sebagai bagian dari upaya
mengambil peran saya dalam mewujudkan perubahan. Serta dalam setiap kesempatan
tersebut saya akan memposisikan diri sebagai orang yang mendorong revolusi dan perbaikan
demi terwujudnya lingkungan belajar yang selalu berpihak pada murid.

Anda mungkin juga menyukai