Anda di halaman 1dari 7

3.1.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 3.

Perkenalkan nama saya Maulana Akbar. Saya adalah Calon Guru Penggerak angkatan 6 tahun
2022 dari SMAN 10 Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. Pada kesempatan ini saya
ditugaskan membuat koneksi antar materi tentang modul 3.1 yaitu pengambilan keputusan
berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin.

Dimana artikel koneksi antar materi ini berhubungan dengan materi-materi yang saya pelajari
selama mengikuti pendidikan guru penggerak. Konsep awal yang akan saya uraikan berhubungan
dengan pertanyaan dasar yaitu:

1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan
penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Sebagai seorang guru, segala tingkah lakunya memang dianggap sebagai role model bagi
masyarakat, oleh karena itu pembentukan nilai diri harus menjadi teladan bagi muridnya. Untuk
memudahkan seorang guru dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada terciptanya
lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman seorang guru harus memilki dan
berpedoman pada asas pendidikan yang kita kenal sebagai patrap triloka. Patrap triloka terdiri atas
tiga semboyan yaitu Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani.
semboyan tersebut artinya adalah "di depan memberi teladan", "di tengah membangun motivasi",
dan "di belakang memberikan dukungan". Dengan pratap triloka tersebut maka seorang guru
sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu menjadi sosk yang bisa mengambil keputusan
yang tepat serta berpihak pada murid.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang
kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam pada sorang guru seharusnya adalah nilai-nilai kebajikan. Karena nilai-
nilai kebajikan yang ada dalam diri guru diibaratkan seperti gunung es yang hanya terlihat kecil
dipermukaan air tetapi merupakan bagian yang besar di dalam alam bawah sadar kita. Nilai-nilai
tersebut merupakan sesuatu yang penting dan berpengaruh pada pembentukan karakter sebagai
pendidik dan sebagai pedoman dalam mengambil sebuah keputusan. Sebagai Calon Guru
Penggerak, ada nilai-nilai yang harus dipegang dan diimplementasikan seperti nilai mandiri,
reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Dalam mengambil keputusan yang tepat
diperlukan nilai-nilai atau prinsip, pendekatan, dan langkah-langkah yang benar sehingga
keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi
semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada anak didik kita. Untuk membuat
keputusan berbasis etika, diperlukan kesamaan visi, budaya dan nilai-nilai yang dianggap penting
dalam sebuah institusi sehingga prinsip-prinsip dasar yang menjadi acuan akan lebih jelas.

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan)


yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama
dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan
tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan
keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas
pada sebelumnya.
Keterampilan Coaching merupakan keterampilan menggali kemampuan orang lain dalam
memecahkan suatu masalah yang dihadapi coachee. Keterampilan coaching yang harus dimiliki
diantaranya adalah mampu memberikan pertanyaan yang berbobot, memiliki pembawaan yang
positif, kemampuan mendengarkan dan memotovasi, bisa memandu percakapan, berkomitmen
untuk terus belajar. Pendekatan coaching sistem among dapat diterapkan dengan menggunakan
metode TIRTA yang merupakan kepanjangan dari T: Tujuan, I: Identifikasi, R: Rencana aksi, dan
TA: Tanggung jawab. Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika
kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir
potensinya.

Kegiatan Coaching yang diberikan fasilitator membantu saya berlatih mengevaluasi pilihan yang
saya buat. Apakah keputusan itu sudah berpihak pada siswa, apakah sudah sesuai dengan
kebajikan universal, apakah keputusan itu bermanfaat bagi banyak orang, apakah keputusan itu
dibenarkan? harus dapat mengetahui dan memahami kebutuhan belajar dan keadaan sosial dan
emosional siswa Siswa harus mampu memecahkan masalah mereka sendiri dalam studi mereka
sendiri. Dalam hal ini guru sebagai coach adalah seorang guru karena ia menggali potensi
siswanya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sehingga mereka dapat menemukan potensi
yang terpendam dalam dirinya untuk memecahkan masalahnya sendiri. Untuk membuat
keputusan yang baik, keterampilan coaching membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran
dengan pertanyaan untuk memprediksi hasil dan pilihan yang berbeda untuk pengambilan
keputusan. Coaching juga mempengaruhi proses belajar siswa, membantu saya dalam membuat
keputusan yang tepat yang mempengaruhi lingkungan belajar yang positif, kondusif, aman dan
lingkungan yang nyaman.

Sesi coaching membantu guru memaksimalkan potensi mereka dan memecahkan masalah. Hal ini
memungkinkan guru untuk menggunakan teknik coaching untuk mengidentifikasi masalah dan
menghasilkan keputusan yang tepat ketika menentukan dilema etika ataupun bujukan moral pada
murid.

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan
berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Dalam melaksanakan proses pendidikan, pendidik dalam hal ini guru harus mampu melihat dan
memahami kebutuhan belajar siswanya serta mengelola kapasitas sosial dan emosionalnya dalam
pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Proses pengambilan keputusan yang
bertanggung jawab membutuhkan keterampilan sosial-emosional seperti kepercayaan diri,
kesadaran diri (self awarness), kesadaran sosial, dan keterampilan sosial. Oleh karena itu, sangat
diharapkan untuk dapat menerapkan diskresi dalam proses pengambilan keputusan, terutama
dengan mengenali berbagai pilihan dan kemungkinan hasil serta meminimalkan kesalahan dalam
proses pengambilan keputusan, terutama masalah dilema etika dimana keduanya sama-sama
memiliki nilai kebenaran.

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada
nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Sebagai pemimpin pembelajaran, pendidik harus mampu melihat masalah yang dihadapinya,
apakah itu dilema etika atau bujukan moral. Pendidik dengan nilai-nilai pendidik yang inovatif,
kolaboratif, mandiri, dan reflektif dapat membimbing peserta didik dalam mengambil keputusan
dan mengenali potensi dirinya untuk mengatasi tantangan. Melakukan dan bertindak untuk
kepentingan murid, menjunjung tinggi prinsip/nilai kita sendiri dan melakukan apa yang kita
ingin orang lain lakukan terhadap kita. Ada banyak cara untuk membuat keputusan yang
bertanggung jawab: Pertimbangan prinsip dan langkah-langkah untuk membuat dan menguji
keputusan dalam kaitannya dengan masalah yang dihadapi. Dan jika masalah tersebut dilema
etika atau benar VS benar maka, guru perlu melakukan pertimbangan terhadap 4 paradigma
pengambilan keputusan dan 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengujian
pengambilan keputusan.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya


lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Sebagai seseorang pemimpin pembelajaran kita seringkali dihadapkan dalam situasi dimana kita
diharuskan mengambil suatu keputusan, tetapi terkadang pada pengambilan keputusan terutama
dalam situasi problem yang kita hadapi masih kesulitan contohnya lingkungan yg kurang
mendukung, bertentangan menggunakan peraturan, pimpinan tidaak merespon lantaran merasa
lebih berwenang, & meyakinkan orang lain bahwa keputusan yg diambil telah sempurna,
perbedaaan dalam cara pandang dan adanya dilema etika dan bujukan moral. Untuk bisa membuat
sebuah keputusan yg sempurna & berdampak dalam terciptanya lingkungan yg positif, kondusif,
kondusif & nyaman, hal pertama yg wajib kita lakukan merupakan mengenali terlebih dahulu
masalah yg terjadi apakah masalah tadi termasuk dilema etika atau bujukan moral. Apabila
masalah tadi adalah dilema etika, sebelum membuat sebuah keputusan kita wajib bisa
menganalisa pengambilan keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip & 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga keputusan yg kita ambil bisa membangun
lingkungan yg positif, kondusif, kondusif & nyaman buat muridnya. Intinya pengambilan
keputusan yg sempurna terkait masalah dalam bujukan atau dilema etika hanya bisa dicapai bila
dilakukan melalui 9 langkah pengambilan & pengujian keputusan . Dapat dipastikan bahwa bila
pengambilan keputusan dilakukan secara seksama melalui proses analisis perkara yg cermat dan
akurat menggunakan 9 langkah tadi, maka keputusan tadi diyakini akan bisa mengakomodasi
seluruh kepentingan kepada pihak-pihak yg terlibat , maka hal tadi akan berdampak dalam
terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, kondusif dan nyaman.

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan


keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma
di lingkungan Anda?

Tantangan yang dialami di lingkungan saya adalah dimana dalam pengambilan keputusan tidak
melibatkan guru ataupun warga sekolah yang lain sehingga timbul perbedaan cara pandang dalam
sebuah kasus yang justru akan mempersulit tercapainya sebuah keputusan yang tepat.

Seperti yang kita ketahui, ada 3 prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan. prinsip berpikir berbasis hasil akhir (end based thinking), kita juga harus melihat
peraturan yang mendasari keputusan yang kita ambil (berpikir berbasis peraturan-rule based
thinking), prinsip berpikir berbasis rasa peduli (care based thinking). Jika kita berpedoman pada 3
prinsip tersebut tentu tantangan-tantangan yang ada akan sedikit jumlahnya dibandingkan apabila
kita tidak menggunakan 3 prinsip dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan.

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang
memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk
potensi murid kita yang berbeda-beda?

Sebagai seorang guru, saya merasakan dampak yang begitu terasa dan terlihat terkait materi
pengambilan keputusan pada modul 3.1 ini. Tujuan dari belajar adalah memerdekakan siswa, agar
ia mencapai kodratnya sesuai dengan potensi yang ia miliki. sebelumnya kita sering menemukan
dilema namun kita belum bisa menyelesaikan permasalahan dengan mengambil sebuah keputusan
dengan tepat. Dengan semua materi yang telah dipelajari dari modul 3.1 ini maka ketika kita
mengambil keputusan harus memperhatikan beberapa hal penting terkait 4 paradigma, 3 prinsip
dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan maka keputusan yang kita ambil akan
berdampak baik kepada murid karena pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah dapat
memberikan keselamatan dan kebahagian pada murid, sehingga dengan keselamatan dan
kebahagiaan.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi


kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Seorang guru adalah pemimpin pembelajaran, seorang guru harus bisa menuntun kodrat anak
sebaik-baiknya dalam rangka menuntun mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Oleh karena itu dalam proses
pengambilan keputusan harus berpihak pada murid. Pendidik yang mampu mengambil keputusan
secara tepat akan memberikan dampak akhir yang baik dalam proses pembelajaran sehingga
mampu menciptakan well being murid untuk masa depan yang lebih baik.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan
keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang saya dapatkan dalam pembelajaran materi modul 3.1 pengambilan
keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin dan keterkaitan dengan modul-modul
sebelumnya adalah merupakan satu kesatuan untuk memerdekakan murid dalam belajar,
Sebagaimana dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa Pendidikan bertujuan menuntut segala
proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik
untuk dirinya sendiri, sekolah maupun masyarakat.

Pengambilan keputusan dalam pembelajaran harus berdasarkan pada budaya positif dan
menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif,
aman dan nyaman (well being).

Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) serta
mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam sebuah keputusan yang
diambil sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Untuk membuat keputusan yang baik,
keterampilan coaching membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan untuk
memprediksi hasil dan pilihan yang berbeda untuk pengambilan keputusan. Ini juga membantu
siswa menemukan solusi untuk masalah mereka sendiri. Keterampilan cocaching dapat diterapkan
pada teman sebaya dan masyarakat terkait dengan masalah yang dihadapi selama proses
pembelajaran. Selanjutnya pengambilan keputusan membutuhkan kesadaran diri (self awareness),
pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness), dan keterampilan
interpersonal (relationship skills), dan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan dalam
kesadaran penuh (mindfullness) dan sadar dengan pilihan dan hasil yang berbeda.

Dalam mewujudkan peserta didik yang memiliki profil pelajar pancasila, ada banyak kasus
dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkan pengambilan dan
pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut
berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.
11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini,
yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip
pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal
yang menurut Anda di luar dugaan?

Dalam menjalankan peran sebagai pendidik, tentu seringkali kita menghadapi situasi dimana kita
harus mengambil keputusan dimana terdapat nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama
memiliki nilai kebenaran, namun saling bertentangan. Namun sesulit apapun keputusan yang akan
diambil, sebagai guru paling tidak selalu berpatokan dengan 3 unsur yang berpihak pada murid,
berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi
dari keputusan yang diambil. Dilema etika sendiri merupakan dua keputusan yang sama-sama
benar sedangkan bujukan moral adalah dua keputusan dimasa salah satunya adalah keputusan
yang salah. Jadi jelas bahwa dilema etika benar lawan benar sedangkan bujukan moral keputusan
yang benar lawan salah.

Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang

bisa dikategorikan seperti di bawah ini:

1. Individu lawan kelompok (individual vs community)

2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Seorang guru sebagaim pemimpin pembelajaran juga dapat menganalisis 3 prinsip atau
pendekatan dalam pengambilan keputusan yang memuat unsur dilema etika, serta menilai dirinya
memiliki kecenderungan menggunakan prinsip yang mana pada saat pengambilan keputusan.
Ketiga prinsip tersebut adalah:

Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Suatu pengambilan keputusan, walaupun telah berlandaskan pada suatu prinsip atau nilai-nilai
tertentu, tetap akan memiliki konsekuensi yang mengikutinya. Pada akhirnya kita perlu mengingat
kembali hendaknya setiap keputusan yang kita ambil didasarkan pada rasa penuh tanggung jawab,
nilai-nilai kebajikan universal, serta berpihak pada murid.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru juga harus memastikan bahwa keputusan yang
diambil adalah keputusan yang tepat. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian untuk
mengetahui apakah keputusan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pengambilan
keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan.

Ada 9 tahapaan pengambilan dan pengujian keputusan


1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang salingbertentangan

2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

3. Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini

4. Pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola)

5. Pengujian paradigma benar atau salah

6. Prinsip pengambilan keputusan

7. Investigasi tri lema

8. Buat keputusan

9. Meninjau kembali keputusan dan refleksikan

Hal yang menurut saya diluar dugaan adalah ketika saya mengambil suatu keputusan saya berfikir
hanya perlu mengumpulkan fakta dan melihat benar-salah. Ternyata dalam pengambilan
keputusan bukan hanya mengambil sesuai pemikiran saya saja namun perlu melihat 4 paradigma,
3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Karena selam ini saya
berargumen jika pengambilan keputusan cukup dengan mengambil keputusan yang memiliki
resiko paling sedikit terhadap institusi dan diri sendiri.

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan
sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang
Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini, saya mengalami masalah atau kasus yang berkaitan dengan
dilema etika. Keputusan yang saya buat saat itu sering kali didasarkan pada intuisi saya, nilai-nilai
saya, dan pertimbangan saya terhadap orang lain. Jadi saat mempelajari modul 3.1, saya merasa
bahwa pemikiran care based thinking adalah prinsip yang digunakan dalam pengambilan
keputusan, terutama yang berkaitan dengan dilema etika.

Dalam kasus keyakinan moral atau dilema moral, saya berada dalam situasi seperti itu, tetapi
ketika itu terjadi, saya mencoba untuk berpikir dan menganalisis baik buruknya situasi yang saya
hadapi dan mengambil keputusan. kolega, teman, atau anggota keluarga yang Anda anggap
sebagai teladan atau teladan. Prosedur pengambilan keputusan saya tidak sama persis dengan
konsep yang Anda pelajari dalam modul, tetapi ada kesamaan. Ini berarti menganalisis unsur
kebenaran lawan salah dan uji panutan dan idola.

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara
Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Dampak yang saya rasakan setelah mempelajari modul 3.1 adalah saya menjadi lebih percaya diri
dalam mengambil keputusan, terutama sebagai pemimpin pembelajaran. Setelah melalui proses
pengujian keputusan sembilan langkah ini, saya merasa lebih percaya diri karena saya tahu
keputusan saya benar dan efektif. Sehingga dengan melakukan tahapan yang tepat akan
meminimalisir dampak negatif terhadap pengambilan keputusan yang telah saya ambil karena
telah melalui tahapan yang seharusnya. Dan setiap keputusan yang akan saya ambil kedepannya
akan memihak pada murid. Sehingga akan berdampak bagi kemajuan pendidikan.Saya juga
merasa mendapatkan wawasan yang berharga sebagai individu, terutama ketika melihat masalah
yang saya hadapi.

14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda
sebagai seorang pemimpin?

Saya percaya bahwa pengetahuan tentang pengambilan keputusan ini sangat penting, baik sebagai
individu maupun sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah, untuk dapat membuat keputusan
yang benar dan efektif serta menghindari pengambilan keputusan yang ceroboh. Sebelum saya
mendapat pengetahuan tentang pengambilan keputusan, saya merasa bahwa banyak hal dan
keputusan yang saya buat tidak didasarkan pada cara berpikir yang jelas dan terstruktur.kekarang
saya mengerti bagaimana keputusan dibuat. Membuat keputusan serta dapat membedakan antara
dilema etika dan bujukan moral dan menggunakan sembilan langkah pengambilan keputusan
memberi saya kepercayaan diri dalam membuat keputusan yang tepat. Mempraktikkan
keterampilan membuat keputusan ini dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh akan
membutuhkan lebih banyak latihan dan pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai