Anda di halaman 1dari 7

Koneksi Antar Materi

Modul 3.1: Pengambilan Keputusan

Bob Talbet mengatakan, “Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan
mereka apa yang berharga/ utama adalah yang terbaik” (Teaching kids to count is fine but
teaching them what counts is best). Georg Wilhelm Friedrich Hegel juga berpendapat bahwa,
“Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis (Education is
the art of making man ethical).
Sebagai seorang guru, membaca dan merenungkan dua tulisan di atas, membuat saya berpikir
bahwa selama ini saya sering berada dalam situasi dilema etika maupun moral, dan sayapun membuat
keputusan berdasarkan nilai-nilai yang saya yakini dan juga berdasarkan peraturan yang berlaku.
Sayapun belum memiliki prinsip yang jelas dan dasar pengetahuan tentang bagaimana keputusan yang
baik itu dibuat. Sehingga sayapun sering menemukan teman sejawat dalam memecahkan masalah yang
saya hadapi, karena memang saya juga belum merasa percaya diri dan ragu-ragu dalam mengambil
keputusan sendiri.
Setelah mempelajari modul 3.1 tentang pengambilan keputusan, Saya menyadari bahwa
pengambilan keputusan merupakan tugas paling berat yang diemban sebagai pemimpin pembelajaran,
karena keputusan yang dibuat sebagai pemimpin pembelajaran akan berdampak secara langsung
maupun tidak langsung terhadap intitusi atau dalam hal ini sekolah sebagai institusi moral, dimana guru
berperan sebagai teladan yang digugu dan ditiru, dan keputusan tersebut juga berdampak pada murid-
murid bahkan kualitas pendidikan di sekolah.
Saya juga menyadari perlunya pengetahuan dasar dalam mengambil keputusan yang beretika,
prinsip-prinsip pengambilan keputusan, nilai-nilai atau paradigma berpikir, maupun langkah-langkah
pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga menghasilkan keputusan yang bertanggung jawab dan
berpihak pada murid.Saya merasa bersyukur karena dalam modul 3.1 ini saya bisa memahami tentang
pengambilan keputusan yang tepat dan menjadi lebih percaya diri dan berani mengambil keputusan
berdasarkan pengetahuan yang saya dapatkan di modul 3.1 ini.
1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki
pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin
pembelajaran diambil?]
Filosofi Pratap Triloka menyatakan tentang Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun
Karsa, Tut Wuri Handayani, yang akan kita bahas koneksinya dengan materi pengambilan
keputusan
a. Ing Ngarso Sung Tulodo
Dalam artian ketika saya menjadi pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan untuk
teman sejawat, terutama untuk murid saya, sebagai pemimpin pembelajaran di kelas. Sebagai
seorang pemimpin di sekolah pastinya akan menghadapi situasi di mana mengambil suatu
keputusan yang banyak mengandung dilema secara Etika, dan berkonflik antara nilai-nilai
kebajikan universal yang sama-sama benar. Keputusan-keputusan yang diambil di sekolah
akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh sekolah tersebut, dan akan menjadi

1 Koneksi Antar Materi Modul 3.1: Pengambilan Keputusan Seorang Pemimpin |


SD Negeri Gisikdrono 02
rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah. maka dalam pengambilan keputusan saya
harus mengikuti 9 langkah dalam pengambilan keputusan agar keputusan yang kita ambil bisa
memberikan contoh pada murid kita.
b. Ing Madya Mangun Karsa
Ketika kita dalam posisi di tengah harus bisa memberikan semangat , dorongan pada murid
untuk membangun karsa. Karsa merupakan suatu unsur yang tidak terpisahkan dari perilaku
manusia. Karsa ini pun berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh
seseorang, disadari atau pun tidak. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari
pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema
etika. Maka kita harus memberikan semangat ataupun dorongan pada murid agar memiliki
karsa yang sesuai dengan nilai-nilai atau prinsip dalam pengambilan keputusan
c. Tut Wuri Handayani
Dibelakang dapat memberikan dorongan kinerja murid dalam mengembangkan potensinya.
Koneksi dengan materi pengambilan keputusan, guru memberikan dorongan pada murid
dalam mengambil keputusan untuk mengembangkan potensinya sesuai dengan bakat
minatnya.
2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip
yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Dalam pengambilan suatu keputusan, seringkali kita bersinggungan dengan prinsip-prinsip
etika. Etika di sini tidak berkaitan dengan preferensi pribadi seseorang, namun merupakan
sesuatu yang berlaku secara universal. Seseorang yang memiliki penalaran yang baik, akan
menghargai konsep-konsep dan prinsip-prinsip etika yang baik juga. Karena prinsip-prinsip etika
sendiri berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama,
terlepas dari latar belakang sosial, bahasa, suku bangsa, maupun agama seseorang.
Menurut Kidder, 2009 ada tiga prinsip dalam pengambilan keputusan, yaitu:
- Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
- Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
- Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Perlu diingat bahwa setiap keputusan yang kita ambil akan ada konsekuensi yang
mengikutinya, oleh sebab itu setiap keputusan perlu berdasarkan pada rasa tanggung jawab,
nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid. Setiap guru seyogyanya memiliki nilai-
nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai positif yang mampu mempengaruhi
dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Nilai-nilai yang akan
membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar. Nilai-
nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid.
Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi
yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa
keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan
antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk
mengambil keputusan yang benar. Keputusan tepat yang diambil tersebut merupakan buah dari
2 Koneksi Antar Materi Modul 3.1: Pengambilan Keputusan Seorang Pemimpin |
SD Negeri Gisikdrono 02
nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan
mengarahkan kita mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang
mampu memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik. Nilai-nilai positif
mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid adalah manifestasi dari
pengimplementasian kompetensi social emosional kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran
social dan keterampilan berinteraksi social dalam mengambil keputusan secara berkesadaran
penuh untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.
3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan
berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau
fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian
pengambilan keputusan yang telah kita ambil.
Pendamping (pengajar praktik) dan fasilitator memberikan saya wawasan dalam pengambilan
keputusan berkaitan dengan kegiatan coaching, membuat saya menemukan ide baru atau cara
untuk mengatasi tantangan yang dihadapi dalam mencapai tujuan yang saya kehendaki dan
membantu saya menerapkan coaching pada teman sebaya dalam mengambil keputusannya
sendiri berdasarkan langkah TIRTA. Dengan langkah coaching TIRTA, saya dapat
mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara
sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apaila dikombinasikan dengan sembilan
langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang
saya ambil. Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah
membantu saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan
tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan
apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat saya pertanggung jawabkan.
TIRTA merupakan model coaching yang dikembangkan dengan semangat merdeka belajar.
Model TIRTA menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat
tujuan coaching, yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih
merdeka. TIRTA adalah satu model coaching yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan
Guru Penggerak saat ini. TIRTA dikembangkan dari Model GROW. GROW adalah akronim
dari Goal, Reality, Options dan Will. Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang
hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini, Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali
semua hal yang terjadi pada diri coachee, Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam
memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah
rancangan aksi. Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah
rencana aksi dan menjalankannya.TIRTA akronim dari:
T  : Tujuan
I  : Identifikasi
R  : Rencana aksi
TA : Tanggung jawab

3 Koneksi Antar Materi Modul 3.1: Pengambilan Keputusan Seorang Pemimpin |


SD Negeri Gisikdrono 02
4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya
akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
Dengan mengenali, mengelola dan menyadari aspek sosial emosional akan berpengaruh
terhadap pengambilan keputusan, dapat membantu baik guru maupun murid untuk merespon
terhadap kondisinya sendiri secara lebih tepat, sehingga ketika ada bujukan moral maupun
dilema etika guru bisa mengambil keputusan dengan tepat. Sebagai seorang pendidik, kita harus
mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar murid di kelas sehingga dalam proses
pembelajaran murid mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai profil belajar
mereka masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar seluruh
kepentingan murid dapat terakomodir dengan baik. Kompetensi sosial dan emosional diperlukan
agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan tepat
dan bijak sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar di kelas maupun di sekolah.
5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali
kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.
Beban dan amanah kepemimpinan adalah mengimbangi semua prioritas yang terpenting dan
tugas pendidik dalam pendidikan adalah melakukan yang terbaik. Apa yang diinginkan kadang-
kadang belum tentu itu yang terbaik tetapi setidaknya pengambilan keputusan yang dilakukan
berdampak pada peningkatan pembelajaran murid dan tetap memegang teguh nilai-nilai
kebajikan universal. Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid dapat tercipta dari
tangan pendidik yang mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang terjadi.
Pendidik yang mampu melihat permasalahan dari berbagai kaca mata dan pendidik yang dengan
tepat mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah
bujukan moral.
Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral
dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya.
Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika
nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan
dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak
sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung
hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak. Saya yakin bahwa nilai-
nilai yang dianut oleh guru penggerak (GP) adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan
berpihak pada anak didik. Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk menentukan
keputusan masalah moral atau etika yang tepat sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan
kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak khususnya peserta didik.
6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya
lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman
Agar pengambilan keputusan tepat dan terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman,
dan nyaman maka dapat menerapkan 9 langkah dalam pengambilan keputusan yaitu
mengidentifikasi masalah yang dihadapi dan melakukan pemetaan, menentukan siapa yang

4 Koneksi Antar Materi Modul 3.1: Pengambilan Keputusan Seorang Pemimpin |


SD Negeri Gisikdrono 02
terlibat dalam situasi ini, mengumpulkan fakta-fakta yang relevan, melakukan Pengujian benar
atau salah, melakukan pengujian paradigma benar lawan benar, melakukan prinsip resolusi,
investigasi opsi trilema, membuat keputusan, dan melihat lagi keputusan dan merefleksikan.
7. Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan
untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini?
Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Dari pengalaman saya bekerja pada institusi pendidikan, saya telah mengetahui bahwa dilema
etika adalah hal berat yang harus dihadapi dari waktu ke waktu. Ketika saya menghadapi situasi
dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih
sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan
akan hidup. Pada hal ini saya kembali pada 4 paradigma yaitu:
a. individu lawan masyarakat (individual vs community)
b. rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
c. kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
d. jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
 Ya, adanya kesulitan yang saya hadapi adalah:
a. sistem yang besar yang memaksa kita untuk tetap tidak bisa melaksanakan keputusan
sesuai dengan kebajikan universal
b. belum adanya komitmen warga sekolah dalam melaksanakan keputusan yang telah
disepakati
8. Dan pada akhirnya, Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan
pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Ya betul sekali. Pengambilan keputusan yang saya ambil memberikan kebebasan pada murid
untuk mengambil keputusan dengan tetap dalam tuntunan saya sebagai pendidik. Menurut
pendapat saya, semua tergantung kepada keputusan seperti apa yang diambil, apabila keputusan
tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh guru,
media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka
hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat
berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut
tidak berpihak kepada murid, dalam hal metode, media, penilaian dan lain sebagainya maka
kemerdekaan belajar murid hanya sebuah omong kosong belaka dan tentunya murid tidak akan
dapat berkembang sesuai potensi dan kondratnya.
9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat
mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Pengambilan keputusan yang menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan memberikan
teladan bagi murid di masa depan, namun jika keputusan diambil tanpa menerapkan 9 langkah
dan tergesa-gesa bisa jadi menghancurkan masa depan murid. Ketika guru sebagai pemimpin
pembelajaran melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid,
maka dapat dipastikan murid-muridnya akan belajar menjadi oang-orang yang merdeka, kreatif ,
inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Di
5 Koneksi Antar Materi Modul 3.1: Pengambilan Keputusan Seorang Pemimpin |
SD Negeri Gisikdrono 02
masa depan mereka akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan
cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya.
Keputusan yang diambil oleh seorang guru akan menjadi ibarat pisau yang disatu sisi apabila
digunakan dengan baik akan membawa kesuksesan dalam kehidupan murid di masa yang akan
dating. Demikian sebaliknya apabila kebutuhan tersebut tidak diambil dengan bijaksana maka
bisa jadi berdampak sangat buruk bagi masa depan murid-murid. Keputusan yang berpihak
kepada murid haruslah melalui pertimbangan yang sangat akurat dimana dilakukan terlebih
dahulu pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan belajar murid untuk
kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi konten,
diferensiasi proses dan diferensiasi produk.
10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan
keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan yang dapat saya ambil dari koneksi materi modul 3.1.a.9 yaitu pengambilan
keputusan harus selalu berpihak pada murid dan nilai-nilai kebajikan secara universal. Selain itu,
pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan
harus berlandaskan pada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin
pembelajaran. Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan
alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman
(well being). Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh
(mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila. Dalam
perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral
sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk
memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid
demi terwujudnya merdeka belajar.

Referensi
Costa, A.L., Garmston, R. J. (2005). Cognitive Coaching Foundation Seminar: Learning
Guide (6th Edition). Colorado: Center of Cognitive Coaching.
Goodrich. G. (2017). Moral Courage TM Seminar. USA: The Krause Center for Leadership
and Ethics, The Citadel Gossen, D. C. (2001). Restitution: Restructuring School Discipline. North
Carolina: Chapel Hill.
Grogan, M. (2013). The Jossey-Bass Reader on Educational Leadership (3rd Edition). New Jersey:
John Wiley & Sons, Inc,.
Kidder, R.M. (1995). How Good People Make Tough Choices Resolving the Dilemmas of Ethical
Living, USA: HarperCollins Publishers
Rukiyati, Purwastuti, L.A., Haryatmoko. (2018). Etika Pendidikan, Yogyakarta: Penerbit Andi
(Anggota IKAPI).
Shapiro, JP., & Stefkovich, JA., Ethical Leadership and Decision Making in Education (2016), 4th
edition, 711 Third Avenue, Routledge, New York.
Yayasan Pendidikan Luhur. (2006). Foundation for Excellence in Education, Modul On Ethics

6 Koneksi Antar Materi Modul 3.1: Pengambilan Keputusan Seorang Pemimpin |


SD Negeri Gisikdrono 02
7 Koneksi Antar Materi Modul 3.1: Pengambilan Keputusan Seorang Pemimpin |
SD Negeri Gisikdrono 02

Anda mungkin juga menyukai