Anda di halaman 1dari 5

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN

MODUL 2.3 COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK


ILHAM SAHPUTRA, S.Pd.I., Gr
CGP ANGKATAN 7
SMA NEGERI 3 ACEH BARAT DAYA

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabaratuh!


Salam Bahagia, Salam Guru Hebat!

Bertemu lagi dengan saya Ilham Sahputra, S.Pd.I., Gr., Calon Guru Penggerak Angkatan 7 dari
SMA Negeri 3 Aceh Barat Daya Kabupaten Aceh Barat Daya Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam (Aceh). Pada kesempatan ini saya akan menuliskan tentang jurnal refleksi dwi
mingguan saya pada Modul 2.3 tentang Coaching Untuk Supervisi Akademik. Jurnal refleksi ini
harus dituangkan ke dalam jurnal refleksi setiap saya menyelesaikan materi setiap modul. Dan
jurnal refleksi ini merupakan tugas yang wajib harus dilakukan pada pendidikan guru penggerak
oleh semua Calon Guru Penggerak. Seperti biasanya, pada jurnal sebelumnya saya menuliskan
kegiatan refleksi ini dengan menggunakan model 4F juga yaitu:
1. Facts (Peristiwa)
2. Feelings (Perasaan)
3. Findings (Pembelajaran)
4. Future (Penerapan)

Dan marilah kita ikuti satu persatu refleksi saya tentang modul 2.3 Coaching Untuk Supervisi
Akademik.

1) Facts (Peristiwa)

Kegiatan pada modul 2.3 dimulai dari tanggal 09 Maret 2023 saya mempelajari materi mulai dari
diri. Pada materi ini saya mempelajari pemahaman awal saya dari materi tersebut dan membuat
pertanyaan maupun pernyataan tentang pembahasan atau persoalan yang diberikan dalam LMS.
Banyak sekali hal menarik yang berhubungan dengan coaching. Kemudian pada tanggal 10-13
Maret 2023 saya mempelajari materi Eksplorasi Konsep Mandiri. Dalam sesi ini saya diminta
untuk menjawab beberapa pertanyaan terkait dengan kegiatan observasi. Adapun pertanyaannya
meliputi bagaimana perasaan saya ketika diobservasi, dan diminta untuk menceritakan bagaimana
pengalaman saat diobservasi dan pengalaman pasca kegiatan observasi. Kemudian juga diminta
untuk menjelaskan proses supervisi akademik yang ideal yang dapat membantu diri saya
berkembang sebagai seorang pendidik, menggambarkan bagaimana posisi saya, jika saat ini
menjadi seorang kepala sekolah yang perlu melakukan supervisi, sehubungan dengan gambaran
ideal dari skala 1 s/d 10, dimana situasi belum ideal 1 dan situasi ideal 10, serta aspek apa saja
yang dibutuhkan untuk dapat mencapai situasi ideal tersebut. Terakhir saya diminta untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan reflektif, dan menuliskan harapan saya terkait modul 2.3.

Kemudian Materi pada eksplorasi konsep Forum Diskusi (14-15 Maret 2023). Materi eksplorasi
konsep ini terdapat 4 sub materi (yang mana setiap sub materi ada beberapa menu konten yang
disajikan di LMS). Disamping mempelajari materi saya juga harus membuat pernyataan yang ada
pada materi tersebut. Dalam kegiatan eksplorasi konsep terdapat banyak sekali pengetahuan baru
yang dibelajarkan. Pada tahap ini saya dituntun untuk bereksplorasi secara mandiri dalam
memahami konsep Coaching secara umum dan konsep Coaching dalam dunia pendidikan,
memahami definisi Coaching dan perbedaannya dengan metode pengembangan diri lainnya, dan
yang terakhir adalah tentang konsep Coaching dalam dunia pendidikan. Selain menyiapkan saya
sebagai pemimpin pembelajaran, program Pendidikan Guru Penggerak juga menyiapkan saya
untuk menjadi seorang kepala sekolah. Sebagai kepala sekolah tidak akan terlepas dengan tugas
supervisi akademik, yang bertujuan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada peserta
didik sebagaimana tertuang dalam standar proses pada Standar Nasional Pendidikan Pasal 12 yaitu
tentang pelaksanaan pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b
diselenggarakan dalam suasana belajar yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif; dan memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta
psikologis Peserta Didik.

Rangkaian supervisi akademik ini digunakan kepala sekolah untuk mendorong ruang perbaikan
dan pengembangan diri guru di sekolahnya. Kepala sekolah yang dapat menuntun warga sekolah
untuk selalu mengembangkan kompetensi diri dan senantiasa memiliki growth mindset, serta
keberpihakan pada peserta didik adalah pemimpin sekolah yang dapat mengidentifikasi kebutuhan
pengembangan kompetensi diri dan orang lain dengan menggunakan pendekatan yang sesuai
dengan kebutuhan tersebut. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yang diawali dengan
paradigma berpikir yang memberdayakan, agar pengembangan diri dapat berjalan secara
berkelanjutan dan terarah. Salah satu pendekatan yang memberdayakan adalah Coaching, yang
menurut Whitmore (2003) Coaching adalah kunci pembuka potensi seseorang untuk
memaksimalkan kinerjanya.

Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi
pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja,
pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Ki
Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu 'menuntun' tumbuhnya atau hidupnya
kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. Coaching adalah sebuah keterampilan
yang perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai
keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Proses coaching
sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan peserta didik, peserta didik diberikan ruang
kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan pendidik memiliki peran sebagai 'pamong'
dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada, agar peserta didik tidak
kehilangan arah dan dapat menemukan kekuatan diri, tanpa membahayakan dirinya.

Sistem Among, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani,
merupakan semangat khusus untuk menguatkan keterampilan komunikasi guru dan peserta didik
dengan menggunakan pendekatan coaching. Tut Wuri Handayani menjadi kekuatan dalam
pendekatan proses coaching dengan memberdayakan (andayani/handayani) semua kekuatan diri
yang ada pada peserta didik. Paradigma Berpikir Among, menginformasikan 4 unsur tentang
coaching, yaitu bahwa dalam proses coaching, coach dan coachee adalah mitra. Proses coaching
membuka ruang emansipatif bagi coach dan coachee. Kegiatan coaching merupakan latihan
menguatkan semangat Tut Wuri Handayani berdasarkan cinta kasih dan persaudaraan tanpa
pamrih. Terakhir, proses coaching merupakan ruang perjumpaan antara coach dan coachee dalam
membangun rasa percaya dan kebebasan melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk
menguatkan kekuatan diri coachee. Hal ini sesuai dengan paradigma berpikir coaching yaitu, fokus
pada coachee/rekan yang akan dikembangkan, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki
kesadaran diri yang kuat, dan mampu melihat peluang baru dan masa depan.
International Coaching Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai kemitraan dengan klien
dalam suatu proses kreatif dan menggugah pikiran untuk menginspirasi klien agar dapat
memaksimalkan potensi pribadi dan profesional coachee. Coaching adalah proses mengantarkan
seseorang dari situasi dia saat ini ke situasi ideal yang diinginkan di masa depan, dengan proses
percakapan dua arah untuk memaksimalkan kompetensi inti coaching yaitu, kehadiran
penuh/Presence, mendengarkan aktif, mengajukan pertanyaan berbobot, dan mendengarkan
dengan RASA. RASA merupakan akronim dari Receive, Appreciate, Summarize, dan Ask.

Selanjutnya dalam modul ini juga diperkenalkan acuan umum sebuah alur percakapan coaching
yang dapat membantu peran coach dalam membuat percakapan coaching menjadi efektif dan
bermakna yaitu alur TIRTA, dimana T adalah Tujuan, merupakan langkah menanyakan tujuan
perencanaan apa yang ingin dicapai dengan program pengembangan/kegiatan. I adalah langkah
melakukan Identifikasi, yaitu kegiatan mengidentifikasi hal-hal yang harus
disiapkan/dikembangkan. R adalah langkah menyusun Rencana, yaitu menemukan hal-hal apa
yang bisa membantu keberhasilan dan dukungan yang diperlukan, serta apa saja yang akan
dilakukan. Terakhir TA, yaitu tanggung jawab, yang merupakan langkah untuk membuat
kesepakatan kapan akan melakukan sesi untuk refleksi/kalibrasi.
Bersamaan dengan itu, sejak tanggal 6-10 Maret 2023 juga menjalani Pendampingan Individu
dengan Pengajar Praktik secara bergantian sesuai jadwal yang sudah disepakati. Selanjutnya
Lokakarya 3 pada tanggal 11 Maret 2023 bertempat di Aula Cabang Dinas Pendidikan Kabupaten
Aceh Barat Daya bersama seluruh Calon Guru Penggerak Kabupaten Aceh Barat Daya bersama
pihak Balai Guru Penggerak, Dinas Pendidikan dan juga Para Pengajar Praktik. Kemudian pada
tanggal 16-17 Maret 2023 saya masuk ruang kolaborasi.

Pada ruang kolaborasi ini saya mempelajari materi dan menjawab pertanyaan yang ada di LMS
serta saya memberikan tanggapan pernyataan teman calon guru penggerak lainnya. Disini saya
dan teman-teman calon guru penggerak lain dibimbing Fasilitor saya yaitu Ibu Yulia Verawati,
S.Kom., Gr., M.T.I dengan didampingi Pengajar Praktik Bapak Muhammad Sahuddin, M.Ed
(secara luring/kunjungan ke sekolah). Dalam ruang kolaborasi ini calon guru penggerak
melakukan latihan coaching sesama rekan CGP dan saling bergantian peran sebagai coach dan
atau coachee. Pada tanggal 16 Maret 2023 bersama fasilitator lewat vicon dibagi menjadi 5
kelompok kecil, saya bersama kelompok melakukan sesi latihan coaching dengan bergantian
menjadi peran coach dan atau coachee kemudian mengisi lembar refleksi dari apa yang sudah saya
latihan coaching.

Saya masuk kelompok bersama Bapak Firdaus Nuzula Al-Amani, S.Pd, Bapak Musriadi, S.Pd dan
saya sendiri ( Ilham Sahputra, S.Pd.I) Setelah diskusi tentang scenario coaching dengan
pertanyaan pemandu yang diberikan melalui petunjuk LMS atau Ibu Fasilitator selanjutnya kami
disuruh latihan coaching tersebut. Pada tanggal 17 Maret 2023 saya kembali bersama dengan
Fasilitator dan teman guru penggerak lainnya melakukan kegiatan kolaborasi lagi. Jadi Kami
kelompok beranggotakan 3 orang maka melakukan praktik coaching secara bergantian, yang mana
kami sepakati ada 3 peran yaitu coach, coachee dan pengamat. Pada saat coaching calon guru
penggerak aktif dalam mempraktekkannya. Setiap kelompok akan direkam secara daring ari hasil
praktiknya kemudian diedit untuk disempurnakan selanjutnya diunggah ke LMS pada sesi unggah
ruang kolaborasi yaitu pada tanggal 23 Maret 2023 kemudian masuk ke demonstrasi kontekstual.
Saya pada kegiatan ini diminta untuk memilih rekan CGP untuk dijadikan sebuah kelompok
masing-masing sesuai dengan petunjuk yang diberikan pada LMS. Selanjutnya untuk diunggah di
LMS (pada tanggal 27 Maret 2023). Saat itu saya memilih rekan CGP yang sama di saat ruang
kolaborasi yaitu Bapak Firdaus Nuzula Al-Amani, S.Pd, Bapak Musriadi, S.Pd dan saya sendiri
(Ilham Sahputra, S.Pd.I). Sebelum mengunggah tugas demontrasi kontekstual, saya merencanakan
membuat rekaman coaching dengan rekan CGP yang saya pilih tadi kemudian mengedit rekaman
tersebut untuk diunggah di LMS.

Pada tanggal 23 Maret 2023 pukul 15.30-17.00 WIB saya mengikuti materi elaborasi pemahaman
lewat vicon bersama instruktur nasional Bapak Mukhlis, S.Pd., SE., M.Si. Disini Bapak Mukhlis
memberikan penguatan tentang Modul 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik ini. kemudian
saya diminta untuk membuat koneksi antar materi, mengaitkan materi sebelumnya dengan materi
sekarang serta membuat kesimpulan. Selain itu saya diminta menjawab pertanyaan panduan dalam
materi koneksi materi ini untuk di unggah pada LMS tanggal 30 Maret 2023.

2) Feelings (Perasaan)

Setelah mempelajari modul 2.3 tentang coaching untuk supervisi akademik, saya semakin
memahami bagaimana teknik dalam melakukan Coaching yang baik dalam kegiatan supervisi di
sekolah, baik antara kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, guru dengan peserta didik,
atau dengan warga sekolah lainnya.

Mulai dari awal pembelajaran materi tentang coaching untuk supervisi akademik ini, sampai pada
kegiatan ruang kolaborasi, saya merasa mendapatkan pembelajaran yang sangat bermanfaat,
khususnya dalam pengembangan pola pikir, pengelolaan emosi dan bagaimana membangun
komunikasi yang baik, serta memiliki paradigma berpikir Among dan keterampilan Coaching
dalam rangka pengembangan diri dan rekan sejawat.
Dalam kegiatan Coaching, Coach dan Coachee sama-sama bisa mendapatkan pembelajaran, yang
bisa dijadikan sebagai refleksi diri dan melakukan introspeksi atas semua hal yang selama ini telah
dan yang akan dilakukan, baik dalam proses pembelajaran, ataupun masalah dan kegiatan
lainnya. Selanjutnya saya mulai berlatih dan terus berlatih agar mampu melakukan coaching yang
tepat baik bersama dengan peserta didik, ataupun dengan rekan-rekan sejawat.

3) Findings (Pembelajaran)

Modul 2.3 memberikan banyak pembelajaran baru tentang Coaching Untuk Supervisi Akademik.
Dalam pembelajaran ini saya menjadi paham dan semakin tercerahkan, tentang bagaimana konsep
Coaching dan perbedaan konsep antara Coach dengan mentor, fasilitator, dan konselor. Kegiatan
Coaching ini sangat menarik bagi saya, untuk terus melakukan pembenahan dalam membantu
rekan sejawat, dan khususnya membantu peserta didik dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapinya, khususnya masalah-masalah di sekolah terkait dengan pengembangan diri dalam
rangka mewujudkan peserta didik yang memiliki kematangan diri, dan menjadi pribadi yang siap,
dan mampu mengelola dirinya sendiri untuk menghadapi berbagai tantangan dan berbagai masalah
yang ada.

4) Future (Penerapan)

Secara keseluruhan rangkaian kegiatan pembelajaran modul 2.3 tentang Coaching Untuk Supervisi
Akademik ini, membuat saya bersemangat untuk terus berpacu melakukan perubahan ke arah
perbaikan dan peningkatan kompetensi diri. Untuk itu saya telah merancang tindakan aksi nyata
penerapan praktik coaching yang didasari oleh keinginan untuk melakukan praktik baik di
lingkungan sekolah secara umum. Harapan saya dengan penerapan praktik coaching ini, baik di
kelas bersama dengan peserta didik, maupun di lingkungan sekolah bersama rekan sejawat dan
warga sekolah lainnya, dapat mewujudkan pribadi yang mandiri dan khususnya mampu menuntun
peserta didik menjadi peserta didik yang memiliki profil pelajar Pancasila.

Demikianlah Jurnal Dwi Mingguan saya terkait Modul 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik.
Semoga bermanfaat. Terima kasih.
Salam Guru Penggerak!
Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabaratuh!

Anda mungkin juga menyukai