Anda di halaman 1dari 15

PERAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEMIMPIN

DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI GURU DAN PEGAWAI


Peran Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Guru Dan
Pegawai
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk
mencapai tujuanyang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia ialah melalui proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha meningkatkan
kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia yang
harus dibina dan dikembangkan terus-menerus. Pembentukan profesi guru dilaksanakan
melalui program pendidikan pra-jabatan maupun program dalam jabatan. Tidak semua
guru yang dididik dilembaga pendidikan terlatih dengan baik dan kualifikasi. Potensi
sumber daya guru itu perlu untuk terus bertumbuh dan berkembang agar dapat
melakukan fungsinya secara potensial. Selain itu pengaruh perubahan yang serba cepat
mendorong guru-guru untuk terus-menerus belajar menyesuaikan diri dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dapat meningkatkan mutu
pendidikan.
Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan
kelangsungan hidup bangsa. Personil yang berhubungan langsung dengan tugas
penyelenggaraan pendidikan adalah kepala sekolah dan guru. Dalam pelaksanaan fungsi
dan tugasnya, guru sebagai profesi yang menyandang persyaratan tertentu. Perubahan
paradigma pola mengajar guru yang pada mulanya sebagai sumber informasi bagi siswa
dan selalu mendominasi kegiatan dalam kelas berubah menuju paradigma yang
memposisikan guru sebagai motivator dalam proses pembelajaran dan selalu terjadi
interaksi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dalam kelas. Kenyataan
ini mengharuskan guru untuk selalu meningkatkan kemampuannya terutama memberikan
keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam
proses pembelajaran. Tugas kepala sekolah sebagai pemimpin harus mempunyai
kepandaian menganalisis situasi dan dapat diterima oleh guru-guru dan masyarakat
sekolah. Semua yang dilaksanakan harusnya memberi penjelasan, saran, hubungan,
motivasi, dan sebagainya.
Guru merupakan salah satu sosok yang menjadi panutan bagi para siswa.
Semangat guru dalam mengajar akan memberikan pengaruh terhadap kemampuan siswa
dalam menerima pelajaran. Namun, berdasarkan hasil pengamatan beberapa guru
memiliki motivasi yang rendah sehingga tidak menjalankan tugas secara maksimal.
Salah satu penyebab rendahnya motivasi guru dalam bekerja yaitu banyak guru yang
tidak menjalankan profesi berdasarkan panggilan hati. Perlu adanya bimbingan dari
kepala sekolah sebagai pemimpin.

Seorang kepala sekolah merupakan pemimpin, seorang pemimpin dapat memiliki


prestasi yang tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi hal tersebut dapat dikatakan tidak
memadai jika sebagai kepala sekolah tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan
segala yang terbaik dalam diri para guru dan pegawainya. Berdasarkan hal tersebut,
dapat disimpulkan bahwa pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki
sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain yang menjadi
bawahannya.

Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang mempengaruhi dan


memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan
meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi
perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok
dan budayanya. Dengan kata lain pepemimpinan adalah sebuah seni untuk
mempengaruhi dan menggerakkan bawahannya sedemikian rupa untuk memperoleh
kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas.
Peranan kepala sekolah dalam rangka mutu pendidikan sangat penting karena
dapat mempengaruhi berhasil dan tidaknya mutu pendidikan itu sendiri. Kepala sekolah
sebagai tulang punggung mutu pendidikan dituntut untuk bertindak sebagai pembangkit
semangat, mendorong, merintis dan memantapkan serta sekaligus sebagai administrator.
Dengan perkataan lain bahwa kepala sekolah adalah salah satu penggerak pelaksanaan
manajemen pendidikan yang berkualitas. Kepala sekolah ikut serta mensukseskan tugas
pokoknya sesuai dengan fungsinya dalam tugas umum pemerintahan dan pembangunan
dilingkungan. Untuk itu peranan motivasi pimpinan dalam meningkatkan kinerja guru
guna terlaksananya mutu pendidikan.
Pemimpin dalam lembaga sekolah yaitu kepala sekolah   mempunyai tugas dalam
mengola dan menata struktur an sistem dalam sekolah. ia sebagai pengatur dan pengawas
dalam pelaksanaan pendidikan, maka tugasnya juga sebagai motivator, agar setiap
komponen dalam sekolah dapat bekerja sesuai dengan tata aturan yang telah ditentukan.
Oleh karena itu, penulis membuat judul makalah tersebut yaitu “Peran Kepala Sekolah
Sebagai Pemimpin Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Guru Dan Pegawai”

a. RUMUSAN MASALAH Bagaimana peran fungsi dan tugas kepala sekolah?


b. Bagaimana peran kepala sekolah sebagai pemimpin dalam upaya meningkat
profesonalitas guru dan pegawai?
2.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah adalah sebagai
berikut:
3. TUJUAN
Tujuan makalah ini sebagai berikut:
a. Mengetahui peran fungsi dan tugas kepala sekolah.
b. Mengetahui peran kepala sekolah sebagai pemimpin dalam upaya meningkat
profesonalitas guru dan pegawai.
BAB II
PEMBAHASAN

1. PERAN DAN TUGAS KEPALA SEKOLAH


A. Peran Kepala Sekolah
Ada banyak pandangan yang mengkaji tentang peranan kepala sekolah. Salah
satunya yang dikemukakan oleh Stoop & Johnson (1967) mengemukakan empat belas
peranan kepala sekolah, yaitu:
1. kepala sekolah sebagai business manager,
2. kepala sekolah sebagai pengelola kantor,
3. kepala sekolah sebagai administrator,
4. kepala sekolah sebagai pemimpin profesional,
5. kepala sekolah sebagai organisator,
6. kepala sekolah sebagai motivator atau penggerak staf,
7. kepala sekolah sebagai supervisor,
8. kepala sekolah sebagai konsultan kurikulum,
9. kepala sekolah sebagai pendidik,
10. kepala sekolah sebagai psikolog,
11. kepala sekolah sebagai penguasa sekolah,
12. kepala sekolah sebagai eksekutif yang baik,
13. kepala sekolah sebagai petugas hubungan sekolah dengan masyarakat, dan
14. kepala sekolah sebagai pemimpin masyarakat.
Makalah tentang harapan peranan kepala sekolah sangat penting bagi guru-guru
dan murid-murid. Pada umumnya kepala sekolah memiliki tanggung  jawab sebagai
pemimpin di bidang pengajaran, pengembangan kurikulum, administrasi kesiswaan,
administrasi personalia staf, hubungan masyarakat, administrasi school plant, dan
perlengkapan serta organisasi sekolah. Dalam memberdayakan masyarakat dan
lingkungan sekitar, kepala sekolah merupakan kunci keberhasilan yang harus menaruh
perhatian tentang apa yang terjadi pada peserta didik di sekolah dan apa yang dipikirkan
orang tua dan masyarakat tentang sekolah. Cara kerja kepala sekolah dan cara ia
memandang peranannya dipengaruhi oleh kepribadiannya, persiapan dan pengalaman
profesionalnya, serta ketetapan yang dibuat oleh sekolah mengenai peranan kepala
sekolah di bidang pengajaran. Pelayanan pendidikan dalam dinas bagi administrator
sekolah dapat memperjelas harapan-harapan atas peranan kepala sekolah.
B. Tugas Kepala Sekolah
Sesuai dengan konsep dasar pengelolaan sekolah, Kimbrough & Burkett (1990)
mengemukakan enam bidang tugas kepala sekolah, yaitu mengelola pengajaran dan
kurikulum, mengelola siswa, mengelola personalia, mengelola fasilitas dan lingkungan
sekolah, mengelola hubungan sekolah dan masyarakat, serta organisasi dan struktur
sekolah.
C. Fungsi dan Kepala Sekolah
Menurut pendapat Soewadji Lazaruth menjelaskan 3 fungsi kepala sekolah, yaitu
sebagai administrator pendidikan, supervisor pendidikan, dan pemimpin pendidikan.
Kepala sekolah berfungsi sebagai administrator pendidikan berarti untuk meningkatkan
mutu sekolahnya, seorang kepala sekolah dapat memperbaiki dan mengembangkan
fasilitas sekolahnya misalnya gedung, perlengkapan atau peralatan dan lain-lain yang
tercakup dalam bidang administrasi pendidikan. Lalu jika kepala sekolah berfungsi
sebagai supervisor pendidikan berarti usaha peningkatan mutu dapat pula dilakukan
dengan cara peningkatan mutu guru-guru dan seluruh staf sekolah, misalnya melalui
rapat-rapat, observasi kelas, perpustakaan dan lain sebagainya. Dan kepala sekolah
berfungsi sebagai pemimpin pendidikan berarti peningkatan mutu akan berjalan dengan
baik apabila guru bersifat terbuka, kreatif dan memiliki semangat kerja yang tinggi.
Suasana yang demikian ditentukan oleh bentuk dan sifat kepemimpinan yang dilakukan
kepala sekolah.
Pengaruh motivasi kepala sekolah
Ada beberapa guru yang merasa dirinya belum termotivasi, hal ini disebabkan
hanya karena yang bersangkutan mempunyai masalah di dalam keluarganya, sehingga
terbawa dalam pekerjaanya disekolah. Pengaruh gaya kepemimpinan dalam motivasi
kinerja guru yang diberikan baik oleh pimpinan secara keseluruhan sangat menunjang
dalam meningkatkan kualitas kerja para guru.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan dan motivasi
kepala sekolah dalam bentuk insentif sangat mempengaruhi terhadap kinerja guru.
Disamping itu juga penghargaan berupa perhatian pimpinan terhadap hasil kerja yang
dicapai para guru, dengan ucapan yang sopan, membuat guru juga termotivasi dengan
baik.
Karakteristik motivasi berprestasi antara lain: peduli pada hasil yang unggul,
menetapkan tujuan dengan pertimbangan rasional (tidak nekad atau gambling), kesediaan
untuk berkompetisi, dan adanya tanggung jawab dan kehendak untuk mewujudkan
aktualisasi diri.
Terkait dengan konsep kepemimpinan, banyak ahli yang menempatkan motivasi
sebagai salah satu fungsi kepemimpinan yang sangat strategis.  Fungsi motivasi tidak
terbatas hanya memotivasi bawahan atau pengikutnya, melainkan juga  memotivasi diri
sendiri.  Banyak penelitian yang membuktikan bahwa orang yang memiliki motivasi
yang tinggi memiliki peluang untuk berhasil dibandingkan dengan mereka yang memiliki
motivasi berprestasi rendah.
Uraian di atas mengindikasikan bahwa salah satu faktor yang memungkinkan
tercapainya tujuan organisasi atau efektifnya kepemimpinan adalah adanya motivasi
berprestasi dari pemimpin itu sendiri.  Dalam kaitan itulah maka patut diduga motivasi
berprestasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap efektivitas kepemimpinan kepala
sekolah.  Dengan perkataan lain, makin tinggi motivasi berprestasi kepala sekolah maka
makin efektif pula kepemimpinannya.

A.   Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pendidikan

Petters  dan  Austin  (Sallis,  2006:  170-171)  memberikan  pertimbangan
spesifik pada kepemimpinan pendidikan dalam sebuah bab yang berjudul Excellence in
School Leadership. Mereka memandang bahwa kepala sekolah sebagai pemimpin
pendidikan membutuhkan perspektif-perspektif berikut ini.
1.    Visi  dan  Simbol-simbol.  Kepala  sekolah  harus  mengkomunikasikan  nilai-nilai
institusi kepada para staf, para pelajar, dan kepada komunitas yang lebih luas.
2.    MBWA ( management by walking  about)  atau  manajemen  dengan melaksanakan
adalah gaya kepemimpinan yang dibutuhkan bagi sebuah institusi.
3.    Untuk  para  pelajar.  Istilah  ini  sama  dengan  “dekat  dengan  pelanggan”. Ini
memastikan  bahwa  institusi  memiliki  fokus  yang  jelas  terhadap pelanggan
utamanya.
4.    Otonomi,  eksperimentasi,  dan  antisipasi  terhadap  kegagalan.  Pemimpin pendidik
an  harus  melakukan  inovasi  di  antara  staf-stafnya  dan  bersiap-siap  mengantisip
asi kegagalan yang mengiringi inovasi tersebut.
5.    Menciptakan rasa kekeluargaan. Pemimpin harus menciptakan rasa kekeluargaan di
antara para pelajar, orang tua, guru, dan staf institusi.
6.    Ketulusan, kesabaran, semangat, intensitas, dan antusiasme adala h sifat-sifat yang
merupakan  mutu  personal  esensial  yang  dibutuhkan  pemimpin lembaga  pendidi
kan.
Dari  penjelasan  di  atas,  tampak  jelas  bahwa  kepala  sekolah  sebagai
pemimpin pendidikan dalam sebuah kelembagaan pendidikan harus mengusahakan
inisiatif  untuk  bermutu  sebagai  wujud  usaha  membangun sistem  pendidikan  di
sekolahnya.  Masalahnya,  apakah  peran  kepala sekolah  sebagai  pemimpin
pendidikan  dalam  sebuah  kelembagaan  sudah mengusahakan  inisiatif  bermutu,
termasuk  mutu  terpadu  (Total  quality management)?  Terkait  dengan  mutu perlu
memperhatikan  fungsi  utama kepala  sekolah  sebagai  pemimpin pendidikan  yang
disampaikan oleh Sallis (2006: 173-174), yaitu sebagai berikut:
1.    memiliki visi mutu terpadu bagi institusi;
2.    memiliki komitmen yang jelas terhadap proses peningkatan mutu;
3.    mengkomunikasikan pesan mutu;
4.    memastikan kebutuhan pelanggan menjadi pusat kebijakan dan praktek institusi;
5.    mengarahkan perkembangan karyawan;
6.    berhati-hati dengan tidak menyalahkan orang lain tanpa bukti-bukti yang nyata;
7.    memimpin inovasi dalam institusi;
8.    mampu  memastikan  bahwa  struktur  organisasi  secara  jelas  telah mendefinisikn
tanggungjawab dan mampu mempersiapkan delegasi yang tepat;
9.    memiliki  komitmen  untuk  menghilangkan  rintangan,  baik  yang  bersifat
organisasional maupun kultural;
10. mengembangkan  mekanisme  yang  tepat  untuk  mengawasi  dan mengevaluasi
kesuksesan.

Selanjutnya  kaitannya  dengan  kepala  sekolah  dalam  kepemimpinan
pendidikan  di  sekolah  tentunya  berhubungan  dengan  aspek  prilaku kepemimpinan
pendidikan  dalam  memperdayakan  para  guru  untuk meningkatkan  kualitas
pembelajarannya. Sedangkan  hubungannya pemberdayaan  guru  dengan  pemberian
wewenang  untuk  meningkatkan kualitas  pembelajarannya  banyak  diungkap  oleh
Stanley  Spanbauer sebagai  ketua  Fox  Valley  Technical  College  yang  telah
memperkenalkan manajemen  mutu  terpadu  sekolah  kejuruan  di  Amerika  Serikat.
Menurut pendapat  Spanbauer  (Sallis  2006:  174-175)  yang  secara  garis  besarnya
adalah senagai berikut:
1.    Dalam  pendekatan  berbasis  mutu,  kepemimpinan  di  sekolah bergantung  pada
pemberdayaan para guru dan staf lain yang terlibat dalam proses pembelajaran.
Para  guru  diberi  wewenang  untuk mengambil  keputusan  sehingga  mereka
memiliki  tanggungjawab  yang besar.  Mereka  diberi  keleluasaan  dan  otonomi
untuk bertindak.

2.    Komitmen jauh lebih penting dari sekedar menyampaikan pidato tahunan tentang
betapa  pentingnya  mutu  dalam  sekolah.  Komitmen menghendaki  kemajuanden
gan  metode  dan  cara  yang  baru. Komitmen  memerlukan  tinjauan  ulang
terhadap masing-masing dan setiap tindakan.

3.    Pemimpin institusi pendidikan harus memandu dan membantu pihak lain dalam
mengembangkan  karakteristik  yang  serupa,  sehingga  melahirkan lingkungan
kerja yang interaktif.

4.    Pemimpin harus menjalankan dan membicarakan mutu serta mampu memahami


bahwa perubahan terjadi sedikit demi sedikit, bukan dengan serta merta.

5.    Pemimpin memiliki  peran  yang  sangat  penting  dalam memandu  guru dan  para


administrator untuk bekerja sama dalam satu kelompok tim.

Jika diperhatikan tampak bahwa arahan Spanbauer tersebut  sangat berkaitan dengan


perlunya kepala sekolah sebagai pemimpin  bagi pemberdayaan. Beliau telah
menyampaikan  pengarahan  bagi kepemimpinan  kepala  sekolah  tentang  perlunya
kemampuan menciptakan lingkungan pendidikan yang baru dan komitmen terhadap
kemajuan dalam membangun sistem pendidikan.

Selanjutnya  dalam  kesimpulan  aspek  penting  peran  kepala  sekolah sebagai
pemimpin pendidikan dalam memberdayakan guru menurut Spanbauer (Sallis, 2006:
176-177) mengharuskan para kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan:

1.    Melibatkan  para  guru  dan  seluruh  staf  dalam  aktivitas  penyelesaian masalah,
dengan menggunakan metode ilmiah, prinsip-prinsip mutu statistik dan kontrol
proses.

2.    Memilih  untuk  meminta  pendapat  mereka  tentang  berbagai  hal  dan tentang
bagaimana  cara  mereka  menjalankan  proyek  dan  tidak sekedar  menyampaikan
bagaimana seharusnya mereka bersikap.
3.    Menyampaikan  sebanyak  mungkin  informasi  manajemen  untuk membantu
pengembangan dan peningkatan komitmen mereka.

4.    Menanyakan  pendapat  staf  tentang  sistem  dan  prosedur  mana  saja yang
menghalangi  mereka  dalam  menyampaikan  mutu  kepada pelanggan,  pelajar,
orang tua, dan partner kerja.

5.    Memahami  bahwa  keinginan  untuk meningkatkan  mutu  para  guru  tidak sesuai


dengan pendekatan manajemen top down.

6.    Memindahkan  tanggungjawab  dan  kontrol  pengembangan  tenaga professional
langsung kepada guru dan pekerja teknis.

7.    Mengimplementasikan  komunikasi  yang  sistematis  dan  kontinyu  di  antara tiap
orang yang terlibat di sekolah.

8.    Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah serta negoisasi dalam rangka


menyelesaikan konflik.

9.    Memiliki  sikap  membantu  tanpa  harus  mengetahui  semua  jawaban  bagi setiap
masalah dan tanpa rendah diri.

10. Menyediakan  materi  pembelajaran  konsep  mutu  seperti  membangun tim,
manajemen proses, pelayanan pelanggan, komunikasi serta kepemimpinan.

11. Memberikan teladan yang baik dengan cara memperlihatkan karakteristik yang


diinginkan  dan  menggunakan  waktu  untuk  melihat-lihat  situasi  dan kondisi
institusi dengan mendengarkan keinginan guru dan pelanggan lai nya.

12. Belajar untuk berperan sebagai pelatih dan bukan sebagai bos.

13. Memberikan otonomi dan berani mengambil resiko.

14. Memberikan  perhatian  yang  berimbang  dalam  menyediakan  mutu  bagi para
pelanggan eksternal (pelajar, orang tua, dan lainnya), dan kepada para pelanggan
internal (pengajar, guru, dan pekerja lainnya).

Dari  pendapat  di  atas,  tentunya  banyak  yang  didapat  dan  harus menjadi
catatan  penting  untuk  ditindaklanjuti  oleh  kepala  sekolah  sebagai manajer
pendidikan  untuk  membangun  kualitas  dan  standardisasi pendidikan  nasional.
Namun  tentunya  kesemua  ini  kembali  pada  niat  dan motivasi  para  kepala sekolah
sebagai  pimmpinan  pendidikan  itu  sendiri. Dalam  hal  ini  tentunya  harus  menjadi
kesadaran diri bagi setiap pemimpin dalam  membangun kelembagaan pendidikan di
tanah air ini.

B.    Kompetensi Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pendidikan

Ada  beberapa  kompetensi  yang  dituntut  untuk  dimiliki  oleh  setiap kepala
sekolah sebagai  pimpinan pendidikan yang diharapkan dapat mencapai keberhasilan
sekaligus  sebagai  jawaban  dalam  membangun standarisasi pendidikan  nasional  di
era  global.  Garis  besar  catatan  penting yang  disampaikan  oleh  Hoy,  dkk.
(Syafaruddin  2002:  63-66)  terkait  dengan daftar  sejumlah  kompetensi  yang
diperlukan dalam penerapan manajemen mutu terpadu  untuk pemimpin pendidikan
termasuk kepala sekolah adalah sebagai berikut:

1.     Visi,  yaitu  (a)  kemampuan  mengajukan  tujuan  dan  sasaran  sesuai keinginan
sekolah, (b) kemampuan untuk melaksanakan kebutuhan sementara dalam situasi
tertentu, (c) kemampuan memprediksi kebutuhan sesuai tugas, (d) menghasilkan
keaslian,  mengungkapkan  imajinasi  untuk mengidentifikasi  tugas,  dan  (e)
kemampuan  mendemonstrasikan  suatu kesadaran  tentang  dimensi  nilai  dan
kesiapan terhadap tantangan asumsi.

2.     Keterampilan perencanaan, yaitu (a) kemampuan merencanaan pencapaian target,


(b)  kemampuan  menilai  urutan  alternatif  strategis sebelum  pelaksanaan  suatu
rencana,  (c)  kemampuan  menyadari jadwal  yang  sesuai,  (d)  kemampuan
menentukan  prioritas,  (e) kemampuan  menganalisis  elemen  penting,  dan  (f)
kemampuan mengembangkan  secara  detail  dan  urutan  logis  rencana  untuk
mencapai sasaran.

3.     Berpikir kritis, yaitu: (a) kemampuan berpikir analitis dan kritis, (b) kemampuan
menerapkan konsep dan prinsip, dan (c) kemampuan membedakan berpikir rutin
dan berpikir analitis.

4.     Keterampilan kepemimpinan, yaitu: (a) kemampuan mengarahkan tindakan dari


semua  orang  menuju  sasaran  yang  disepakati,  (b)  menstruktur interaksi  untuk
menjangkau  tujuan,  (c)  memimpin  penyebaran  secara efektif  semua  sumber
daya,  (d)  keinginan  menerima  tanggungjawab untuk  tindakan  secara  bersama
dan  untuk  mencapai  tujuan,  dan  (e) kemampuan  bertindak  secara  meyakinkan
dalam situasi yang sesuai.

5.     Keteguhan hati, yaitu (a) kesiapan membuat suatu urutan strategi untuk mencapai
solusi  masalah,  (b)  kemampuan  untuk  mendemonstrasikan suatu  komitmen
terhadap  tugas,  dan  (c)  kamampuan  untuk  mengenali kapan  iklim  yang
diperlukan memberikan respon yang fleksibel.

6.     Keterampilaan  mempengaruhi,  yaitu:  (a)  kemampuan  untuk  memberikan
pengaruh  atas  yang  lain  dengan  tindakan  atau  keteladanan,  (b) kemampuan
untuk  memperoleh  keterlibatan  yang  lain  dalam  proses manajemen,  (c)
membujuk  staf  untuk  menyeimbangkan  kebutuhan individual  dan  kebutuhan
organisasi, dan (d) membujuk personel untuk memperhatikan keluasan berbagai
pilihan.

7.     Keterampilan hubungan interpersonal, yaitu:  (a)  kemampuan  membangun dan


memelihara hubungan positif, (b) kemampuan merasakan kebutuhan, perhatian
dan  keadaan  pribadi  dari  orang  lain, (c) kemampuan mengenali  dan
menyelesaikan  konflik,  (d)  kemampuan  menggunakan keterampilan  dan
mendengarkan  secara  efektif,  (e)  kemampuan memberitahukan,
menginterpratasi,  merespon  prilaku  non-verbal,  (f) kemampuan  menggunakan
secara  efektif  urutan  komunikasi  lisan  dan tulisan,  dan  (g)  kemampuan
memberikan umpan balik yang sesuai dalam suasana yang sensitif.

8.     Percaya diri, yaitu: (a) kemampuan untuk merasa yakin akan potensi pribadi dan
penilaian,  (b)  kemampuan  mendemonstrasikan  prilaku  tegas  tanpa
menggerakkan  permusuhan,  (c)  kemampuan  menyusun  dan  menerima umpan
balik  dari  kinerja  seseorang  dan  gaya  manajemen,  (d) kemampuan
menyampaikan  tantangan  kepada  orang  lain  agar menata  sikap  percaya  diri
mereka,  dan  (e)  kemampuan menyampaikan  umpan  balik  untuk
mengembangkan percaya diri.

9.     Pengembangan,  yaitu:  (a)  kemampuan  untuk  secara  aktif  menemukan cara
mengembangkan kemampuan pribadi, (b) kemampuan mendemonstrasikan suatu
pengertian mengenai bentuk pembelajaran diri yang lain, (c) kemampuan secara
aktif menatap peluang untuk menangani pertumbuhan dalam diri dan yang lain, (d)
kemampuan  untuk  memasuki pengembangan  kebutuham.  (e)  kemampuan
melakukan  rancangan, melaksanakan  dan  mengevaluasi  program
pengembangan,  dan  (f) kemampuan  untuk  mengimplementasikan  iklim  yang
kondusf dan positif untuk pertumnuhan dan pengembangan organisasi.

10.  Empati,  yaitu:  (a)  kemampuan  mengungkapkan  kesadaran  tentang kebutuhan
kelompok  dan  kebutuha  seorang  anggota,  (b)  kemampuan mendengarkan  dan
berkomunikasi dalam suasana yang konstruktif, dan (c) kemampuan menyatakan
hal yang sensitif untuk mempengaruhi keputusan bagi yang lain.

11.  Toleransi  terhadap  stres,  yaitu  (a)  kemampuan menyatakan  prilaku  yang sesuai


dalam keadaan stres, (b) kemampuan mendemonstrasikan ketabahan/ ulet dalam
situasi  tertekan,  (c)  kemampuan  menyisakan secara  efektif  suatu  tingkat
pekerjaan, (d) kemempuan memelihara keseimbangan antara beberapa prioritas,
dan (e) kemampuan memperhitungkan tingkatan dari stres orang lain.

12.  Keterampilan  kepala  sekolah  sebagai  pemimpin  pendidikan sebagaimana
diungkapkan di atas merupakan cakupan yang luas untuk dipenuhi. Oleh karena itu
diperlukan  pendidikan,  latihan,  dan pengalaman  untuk  memantapkan
keterampilan memimpin  dari  setiap pimpinan  pendidikan  termasuk  kepala
sekolah.  Di  samping pengetahuan dan pengalaman, maka latiham-latihan
kepemimpinan dan manajemen kelembagaan pendidikan termasuk sekolah juga
sangat diperlukan.

Demikian  pula  dengan  keberhasilan  kepala  sekolah  dalam menjalankan
tugasnya  adalah  dengan  mengukur  kemampuannya  untuk menciptakan  iklim
pembelajaran yang  kondusif. Kegiatannya adalah dengan mempengaruhi, mengajak
dan  mendorong  guru,  murid,  dan  staf  sekolah untuk
menjalankan  tugas  masingmasing  dengan  komitmen  yang  tinggi. Terciptanya
iklim  belajar  mengajar  secara tertib,  lancar,  dan  efektif,  tidak terlepas   dari
kegiatan  manajemen  mutu  yang dilakukan kepala sekolah dalam kapasitasnya sebagai
pimpinan di sekolah.

Inovasi  apapun  dalam  pendidikan,  dalam  implementasinya  terletak pada
kebijakan  dan  efektivitas  kepemimpinan  pendidikan  termasuk  kepala sekolah.
Perubahan  dalam  manajemen  kelembagaan  pendidikan  atau sekolah  kepada
manajemen  mutu  terpadu  dimaksudkan  agar kelembagaan  pendidikan  semakin
efektif dan produktif. Hal ini hanya akan dicapai jika semua sumber daya personal
memiliki  pemahaman  dan  mampu mererapkan  semua  filosofi,  prinsip,  dan teknik
manajemen mutu terpadu dalam pendidikan. Peningkatan mutu secara berkelanjutan
akan  memenuhi kepuasan  pelanggan  pendidikan.  Kondisi  ini  dipandang  strategis
dalam kepemimpinan  kepala  sekolah  untuk  membangun  standarisasi  dalam  sistem
pendidikan nasional.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Kepala sekolah memiliki tanggung  jawab sebagai pemimpin di bidang
pengajaran, pengembangan kurikulum, administrasi kesiswaan, administrasi
personalia staf, hubungan masyarakat, administrasi school plant, dan
perlengkapan serta organisasi sekolah. Dalam memberdayakan masyarakat dan
lingkungan sekitar, kepala sekolah merupakan kunci keberhasilan yang harus
menaruh perhatian tentang apa yang terjadi pada peserta didik di sekolah dan apa
yang dipikirkan orang tua dan masyarakat tentang sekolah.

2. Inovasi  apapun  dalam  pendidikan,  dalam  implementasinya  terletak pada
kebijakan  dan  efektivitas  kepemimpinan  pendidikan  termasuk  kepala sekolah.
Perubahan  dalam  manajemen  kelembagaan  pendidikan  atau sekolah  kepada
manajemen  mutu  terpadu  dimaksudkan  agar kelembagaan  pendidikan  semakin
efektif dan produktif. Hal ini hanya akan dicapai jika semua sumber daya personal
memiliki  pemahaman  dan  mampu mererapkan  semua  filosofi,  prinsip,  dan
teknik manajemen mutu terpadu dalam pendidikan. Peningkatan mutu secara
berkelanjutan
akan  memenuhi kepuasan  pelanggan  pendidikan.  Kondisi  ini  dipandang  strate
gis
dalam kepemimpinan  kepala  sekolah  untuk  membangun  standarisasi  dalam  si
stem pendidikan nasional.
B. SARAN

Anda mungkin juga menyukai