Anda di halaman 1dari 61

1

JUDUL YANG COCOK UNTUK MODEL PEMBELAJARAN R.A.N.I ADALAH

IMPLEMENTASI KONSEP PEMBELAJARAN MODEL

R.A.N.I TERHADAP PENGUASAAN MATERI

MATEMATIKA DI SDN ________ TAHUN PELAJARAN

____/ _____

By :

guntur-aneh.blogspot.com

Please add me

facebook :

guntur aneh mulai waras

twitter :

@guntur_aneh

klikot :

guntur saleksa
2

http://www.klikot.com/Profile_.aspx?user_id=1704713

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian Tindakan


3

Keberhasilan kegiatan belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh

banyak faktor. Faktor tersebut dapat bersifat eksternal maupun internal,

dan dapat menjadi penghambat atau penunjang proses belajar mengajar.

Basuki Wibawa (Media Pengajaran, 2001 : 2) mengemukakan bahwa

faktor-faktor yang dianggap turut menghambat proses belajar siswa di

kelas mungkin berasal dari verbalisme, kekacauan makna, kegemaran

berangan-angan atau persepsi yang tidak tepat. Namun kadang baik guru

maupun siswa sering mengabaikannya.

Masa usia sekolah dasar sekitar 6 12 tahun menurut Mulyani

Sumantri (Strategi Belajar Mengajar 2001 : 10) merupakan tahapan

perkembangan penting dan bahkan fundamental bagi kesuksesan

perkembangan selanjutnya. Keterlibatan dalam kehidupan kelompok

(kolaborasi atau kerja sama) bagi anak usia sekolah dasar merupakan

minat dan perhatiannya. Perkembangan hubungan sosial emosional dan

adanya kesadaran etis normative pada anak usia ini merupakan ciri yang

kuat pada usia sekolah dasar. Kompetensi-kompetensi sosial yang positif

dan produktif akan berkembang pada usia ini seperti kemampuan

bekerjasama, berkompetensi, toleransi, kekeluargaan dan lain

sebagainya.

Sehubungan dengan hal di atas maka dalam penciptaan

lingkungan belajar anak adalah pengembangan yang menyediakan


4

kesempatan anak untuk bekerja secara kelompok adalah sangat penting.

Pemberian kesempatan anak untuk bertanya dan mengerjakan soal di

depan kelas dengan pengarahan guru merupakan implikasi praktis

perkembangan sosial-emosional dan moral anak usia sekolah dasar.

Suatu hal yang biasa, jika dalam kegiatan belajar mengajar

banyak sekali persoalan yang dihadapi oleh guru kelas berkenaan dengan

pelaksanaan pembelajaran. Salah satunya dalam pelajaran matematika.

Kegiatan bertanya jarang terjadi di kelas pada pelajaran ini. Siswa hampir

tidak pernah bertanya tentang hal-hal yang prinsipal. Sering kali guru

harus menunggu cukup lama sampai siswa mau menjawab pertanyaan

yang diajukan. Diskusi antara guru dan siswa atau antara siswa dan siswa

sangat jarang terjadi. Ditingkat Sekolah Dasar masalah takut bertanya

sering tidak diperhatikan oleh guru. Strategi pembelajaran yang

digunakan guru tidak selalu dapat mengurangi rasa takut siswa. Akibatnya

siswa merasakan pelajaran matematika sebagai beban, sehingga

mengganggu mereka memahaminya jika itu terus terjadi dan tidak diatasi

maka murid akan lebih mengalami kesulitan di jenjang pendidikan

selanjutnya.

Sebagai tindak lanjut dari keadaan di atas, penulis tertarik untuk

memberikan tindakan melalui pendekatan RANI dalam pelajaran


5

matematika yang diharapkan mempercepat pemahaman tentang

perkalian dan menambah ketertarikan siswa pada pelajaran matematika.

B. Identifikasi Masalah Dalam Penelitian Tindakan

Dari uraian di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan

sebagai berikut :

1. Pengelolaan kelas yang dilakukan guru dalam pelajaran

matematika cenderung statis.

2. Metode yang dilakukan guru dalam pembelajaran matematika

selama ini kurang variatif.

3. Guru kurang memperhatikan peranannya dalam mengaktifkan

siswa kelas IV SDN __________ Kecamatan ________ Kabupaten

_________ Tahun Pelajaran ____/____ ini pelajaran matematika.

4. Kerjasama antara guru dan murid untuk menciptakan suasana

pembelajaran yang kondisif sangat minim.

C. Pembatasan Masalah Dalam Penelitian Tindakan

Mengacu dari berbagai identifikasi masalah tersebut, maka

penelitian ini difokuskan pada masalah yang ke-4 yaitu Bagaimanakah

mengkondisikan kelas agar siswa aktif dan mudah memahami materi


6

dalam pelajaran matematika. Pemfikusan ini dilakukan agar dalam

melaksanakan penelitian ini terarah dan tidak meluas ke permasalahan

yang lain, dan dengan harapan masalah yang ke-1, 2, dan 3 dapat

terjawab meski secara tersirat.

D. Rumusan Masalah Dalam PTK

Dari permasalahan di atas maka dalam penelitian dapat disusun

satu rumusan masalah sebagai berikut : Apakah dengan adanya metode

pendekatan Rani dalam bidang studi matematika dapat mengaktifkan

siswa kelas IV SDN __________ Kecamatan ________ Kabupaten

_________ Tahun Pelajaran ____/____ saat kegiatan mengajar

berlangsung ?

E. Tujuan Penelitan Tindakan

Untuk mengetahui prestasi belajar matematika siswa kelas IV

SDN __________ Kecamatan ________ Kabupaten _________

Tahun Pelajaran ____/____ melalui pendekatan Rani.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
7

0 Manfaat Otak Kanan Dan Otak Kiri

Robbi De Porter dan Miuker Hernaeki (Quantum Learning 2003 :

38 40) mengemukakan bahwa otak manusia dibagi menjadi 2 yaitu otak

kanan dan otak kiri. Otak kiri bersifat egeis, sekuensial, linier dan rasional.

Sedangkan otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuintik dan holistic.

Berdasarkan itu, untuk pembelajaran matematika berarti menggunakan

orak kiri. Namun tidak semua orang bisa menempatkannya apalagi untuk

siswa SD kelas 5, perlu arahan dari guru untuk memahami materi. Bukan

hanya itu guru juga harus mempunyai ketrampilan khusus bagaimana

mendekati siswa dan menyampaikan materi tanpa membuat siswa harus

takut pada guru.

1 Pengelolaan Ruang Kelas

Menurut Drs. Hasibuan (Prose Belajar Mengajar, 1994 : 163

164) bahwa kegiatan guru saat pengajaran berlangsung dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu pengelolaan kelas dan pengelolaan

pengajaran. Pengelolaan kelas yaitu penciptaan kondisi yang

memungkinkan pengelolaan pengajaran dapat berlangsung secara

optimal sedangkan pengelolaan pengajaran adalah kegiatan mengajar

yang melibatkan secara langsung komponen materi pengajaran, metode

mengajar, dan alat bantu mengajar dalam rangka pencapaian tujuan


8

pengajaran. Dan masing-masing pengelolaan itu memerlukan keahlian

dan pemikiran yang matang, sehingga dapat menghasilkan suasana kelas

yang diinginkan siswa yang dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapai

tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.

Jika dibuat bagan hubungan antara pengelolaan kelas dan

pengelolaan pengajaran sebagai berikut :

Pengelolaan kelas Pengelolaan pengajaran Tujuan pengajaran

2 Interaksi Edukatif

1. Makna Interaksi Edukatif dalam Dunia Pendidikan

Sebagai makhluk sosial, manusia dalam kehidupannya

membutuhkan hubungan dengan manusia lain. Kecenderungan

manusia untuk berhubungan melahirkan komunikasi dua arah melalui

bahasa yang mengandung tindakan dan perbuatan. Karena itu ada

aksi dan reaksi, maka interaksi pun terjadi. Karena itu, interaksi akan

berlangsung bila ada hubungan timbal balik antara dua orang atau

lebih.

Interaksi yang berlangsung di sekitar kehidupan manusia

menurut Drs. Syaiful Bahri Djamarah (2000 : 10 11) dapat diubah

menjadi interaksi yang bernilai edukatif, yakni interaksi yang dengan


9

sadar meletakkan tujuan untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan

seseorang. Interaksi yang bernilai pendidikan ini dalam dunia

pendidikan disebut sebagi interaksi edukatif. Dari konsep itu

muncullah istilah guru dan anak didik. Keduanya berada dalam

interaksi edukatif dengan posisi, tugas, dan tanggung jawab yang

berbeda, namun bersama-sama mencapai tujuan. Guru bertanggung

jawab untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaan sosial

yang cakap dengan memberikan sejumlah ilmu pengetahuan dan

membimbingnya. Sedangkan anak didik berusaha untuk mencapai

tujuan itu dengan bantuan dan pembinaan dari guru.

Proses interaksi edukatif adalah suatu proses yang

mengandung sejumlah norma, sehingga dapat dipahami bahwa

interaksi edukatif adalah hubungan dua arah antara guru dan anak

didik dengan sejumlah norma sebagai mediumnya untuk mencapai

tujuan pendidikan.

2. Guru-Anak Didik sebagai Dwitunggal

Guru adalah unsur manusiawi dalam pendidikan. Guru adalah

figure manusia sumber yang menempati posisi dan memegang

peranan penting dalam pendidikan. Ketika semua orang

/mempersoalkan masalah dunia pendidikan, figure guru mesti terlihat


10

dalam agenda pembicaraan, terutama yang menyangkut persoalan

pendidikan formal di sekolah. Hal ini tidak dapat disangkal, karena

lembaga pendidikan formal adalah dunia kehidupan guru.

Di sekolah guru mengajar dan belajar dengan anak didiknya

yang ketika itu haus akan ilmu pengetahuan. Kehadiran guru di kelas

merupakan kebahagian bagi anak didik apalagi bila figure guru itu

sangat disenangi oleh mereka. Guru dan anak didik adalah dua sosok

manusia yang tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan, dan pada

hakekatnya bersatu. Satu dalam jiwa, berpisah dalam raga. Raga

mereka berpisah, namun juga mereka tetap Satu sebagai Dwi

tunggal yang kokoh bersatu. Tidak ada istilah bekas guru dan

bekas anak walaupun mereka telah berpisah. Maka kemuliaan guru

tercermin pada pengabdian kepada anak didik dalam interaksi edukatif

di sekolah dan di luar sekolah.

3 Kedudukan Guru Dan Anak Didik

1. Kedudukan Guru

Guru dalam pengertian yang sederhana, yaitu orang yang

memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru menempati

kedudukan yang terhormat dalam masyarakat. Kewibawaan yang


11

menyebabkan guru dihormati, sehingga masyarakat tidak meragukan

figure guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik

anak didik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia.

Dengan kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat membuat tugas

dan tanggung jawab guru semakin berat. Mengemban tugas memang

berat, tapi lebih berat lagi mengemban tanggung jawab. Sebab

tanggung jawab guru tidak hanya sebatas dinding sekolah, tetapi di

luar sekolah. Tanggung jawab guru yaitu mencerdaskan kehidupan

anak didik. Sedangkan tugasnya yaitu mendidik, mangajar, melatih

serta meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan

teknologi kepada anak didik.

Guru harus dapat menempatkan diri orang tua kedua dengan

mengemban tugas yang dipercayakan orang tua kandung/wali anak

didik dalam jangka waktu tertentu.

2. Kedudukan Anak Didik

Anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari

orang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.

Ia dijadikan sebagai pokok persoalan dalam semua gerak kegiatan

pendidikan dan pengajaran. Sebagai pokok persoalan, anak didik


12

memiliki kedudukan yang menempati posisi yang menentukan dalam

sebuah interaksi. Guru tidak mempunyai arti apa-apa tanpa kehadiran

anak didik sebagai objek pembinaan.

4 Prinsip Pengaktifan Siswa Dalam Belajar

Conny Semiawan (Pendekatan Ketrampilan Proses 1990 : 10

13) mengemukakan bahwa ada 8 prinsip sebagai upaya untuk

mengaktifkan siswa dalam pelajaran yaitu :

1. Prinsip motivasi

2. Prinsip latar atau konteks

3. Prinsip keterarahan kepada titik pusat atau focus tertentu

4. Prinsip hubungan sosial atau sosialisasi

5. Prinsip belajar sambil bekerja

6. Prinsip perbedaan perorangan atau individualisasi

7. Prinsip menemukan

8. Prinsip pemecahan masalah

5 Pengertian Matematika

Definisi Matematika dikemukakan oleh beberapa tokoh sebagai

berikut :
13

1. Pengertian Matematika menurut Johnson dan Rising dalam

pengajaran matematika bagi anak berkesulitan belajar (1995 : 15)

mengatakan sebagai berikut :

1. Matematika adalah pengetahuan terstruktur dimana sifat

dan teori dibuat secara deduktif berdasarkan aksioma, sifat atau

teori yang telah dibuktikan kebenarannya.

2. Matematika ialah bahasa symbol tentang berbagai gagasan

dengan menggunakan istilah-istilah yang didefinisikan secara

cermat, jelas dan akurat, dan

3. Matematika adalah seni dimana keindahannya terdapat

dalam keterurutan dan keharmonisan.

2. Beth dan Pieget (1956) mengatakan bahwa yang dimaksudkan

matematika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai

struktur abstrak dan hubungan antar struktur tersebut sehingga

terorganisasi dengan baik.

3. Klina (1972) matematika adalah pengetahuan yang tidak berdiri

sendiri tetapi dapat membantu manusia untuk memahami dan

memecahkan masalah sosial, ekonomi dan alam.

4. Rays (1992) matematika adalah studi tentang pola dan

hubungan, cara berpikir dengan strategi organisasi, analisis, dan


14

sintesis, seni, bahasa dan alat untuk memecahkan masalah-masalah

abstrak dan praktis.

5. Barton (1990) mendefinisikan matematika dalam tiga tingkatan

definisi yaitu matematika praktek, matematika teknik, dan matematika

menurut pandangan dunia.

6 Karakteistik Pelajaran Matematika

Ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar matematika

menurut lerner (Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar, (1995 : 224)

yaitu :

1. Adanya gangguan hubungan keruangan

2. Abnormalitas Persepsi Visual

3. Asosiasi Visual-Motor

4. Perseverasi

5. Kesulitan mengenal dan memahami simbol

6. Gangguan penghayatan tubuh

7. Kesulitan dalam bahasa dan membaca, serta

8. Sekor Performance IQ jauh lebih rendah dari pada sekor

verbal IQ

7 Prinsip Pelajaran Matematika


15

Prinsip pengajaran matematika (Pendidikan bagi anak berkualitas

belajar, 1995 :237) adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan anak untuk belajar matematika

2. Maju dan konkrit ke abstrak

3. Menyediakan kesempatan untuk berlatih dan mengulang

4. Generalisasi ke situasi baru

5. Menyadari kekuatan dan kelemahan siswa

6. Membangun fondasi yang kokoh tentang konsep dan

keterampilan matematika

7. Menyajikan program matematika yang seimbang

8. Penggunaan kalkulator

8 Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar Matematika

Banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang

studi yang paling sulit. Meskipun demikian, semua orang harus

mempelajari karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah

kehidupan sehari-hari. Seperti halnya bahasa, membaca dan menulis.

Kesulitan belajar matematika harus diatasi sedini mungkin. Kalau tidak,

siswa akan menghadapi banyak masalah karena hampir semua bidang

studi memerlukan matematika yang sesuai.


16

Bidang studi matematika yang diajarkan di SD mencakup tiga

cabang, yaitu aritmatika, aljabar, dan geometri. Menurut Dali S. Naga

(pendidikan bagi anak berkesulitan belajar, 1995 : 218), aritmatika atau

berhitung adalah cabang matematika yang berkenaan dengan sifat

hubungan-hubungan bilangan-bilangan nyata dengan perhitungan mereka

terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian dan

pembagian. Secara singkat aritmatika atau berhitung adalah pengetahuan

tentang bilangan. Dalam perkembangan aritmatika selanjutnya,

penggunaan bilangan sering diganti dengan abjad. Penggunaan abjad

dalam aritmatika inilah yang disebut aljabar. Berbeda dari aritmatika dan

aljabar, geometri adalah cabang matematika yang berkenaan dengan titik

dan garis. Titik adalah pernyataan tentang posisi yang tidak memiliki

panjang dan lebar sedangkan garis hanya dapat diukur panjangnya.

Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika.

Cornelius (1982 : 38) mengemukakan lima alasan perlunya belajar

matematika karena matematika merupakan (1) Sarana berpikir yang jelas

dan logis, (2) Sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan

sehari-hari, (3) Sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi

pengalaman, (4) Sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5)

Sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.


17

Dalam dunia pendidikan matematika, di Indonesia dikenal adanya

matematika modern. Matematika modern lebih menekankan pada

pemahaman struktur dasar system bilangan daripada mempelajari

keterampilan dan fakta-fakta hafalan. Pendidikan matematika lebih

menekankan pada mengapa dan bagaimana matematika melalui

penemuan dan eksplorasi. Pengajaran seperti itu telah mengabaikan

beberapa aspek dari psikologi belajar dan kurang menguntungkan bagi

anak yang berkesulitan belajar. Maka matematika modern diganti menjadi

matematika atau berhitung.

Dewan nasional untuk pengajaran matematika di Amerika Serikat

seperti dikutip oleh Lerner (1980 : 436) mengusulkan agar kurikulum

mencakup 10 keterampilan dasar sebagai berikut :

1) Pemecahan masalah, 2) Penerapan matematika dalam situasi

kehidupan sehari-hari, 3) Ketajaman perhatian terhadap kelayakan hasil,

4) Perkiraan, 5) Keterampilan perhitungan yang sesuai, 6) Geometri, 7)

Pengukuhan, 8) Membaca, menginterpretasikan, membuat tabel, chart ,

dan grafik, 9) Penggunaan matematika untuk meramaikan, dan 10) Melek

komputer (computer literacy).

9 Hal-hal Yang Memacu Siswa Pasif Dalam Pelajaran Matematika


18

Ada beberapa hal yang menyebabkan siswa pasif dalam belajar

matematika diantarannya :

1. Menjelaskan materi secara langsung tanpa memberikan

pemecahan masalah secara individual maupun kelompok.

2. Pembelajaran menggiring siswa untuk menghafalkan fakta,

rumus atau aturan.

3. Siswa takut pada pelajaran matematika karena khawatir

dimarahi guru jika menjawab salah.

4. Guru jarang menggunakan alat peraga, bahkan terkesan

pelajaran matematika adalah bersifat abstrak.

10 Pendekatan RANI

1. Pengertian

Yaitu suatu pendekatan yang dilakukan guru yang didasarkan pada

sikap ramah, terbuka, dan komunikatif dalam pembelajaran

matematika di kelas IV sekolah dasar. Dengan pendekatan ini guru

mendekatkan diri dengan siswa, yaitu guru berusaha memahami sifat-

sifat siswa, tidak mengganggu perasaan siswa. Melalui pemahaman

itu guru menumbuhkan keberanian siswa untuk lebih terbuka, percaya

diri, mau mengutamakan idenya dan mengembangkan secara

perlahan-lahan kemampuannya menggunakan nalar.


19

2. Kekurangan pendekatan RANI

a. Memerlukan waktu yang lebih banyak untuk persiapan.

b. Waktu untuk menyelesaikan materi kurang.

c. Siswa cepat bosan mendengar penjelasan.

d. Guru akan kewalahan menertibkan siswa yang berani dan

spontan.

3. Kelebihan

Metode RANI sangat efektif untuk pelajaran matematika dalam

membangkitkan keaktifan siswa karena menghilangkan rasa takut

siswa terhadap pelajaran matematika, khususnya rasa takut siswa

untuk bertanya.

11 Hipotesis Tindakan

Dari uraian dan teori-teori yang dihasilkan maka hipotesis

penelitian adalah bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan

pendekatan RANI akan dapat :

1. Mengurangi rasa takut siswa kelas IV SDN __________

Kecamatan ________ Kabupaten _________ Tahun Pelajaran

____/____ .

2. Meningkatkan perhatian dan membangkitkan kemauan siswa

kelas IV SDN __________ Kecamatan ________ Kabupaten


20

_________ Tahun Pelajaran ____/____ untuk aktif dalam proses

pembelajaran matematika.

3. Meningkatkan efektivitas pembelajaran itu sendiri.

12 Definisi Operasional Variabel

Untuk lebih memperjelas tentang isi proposal ini, maka peneliti

perlu mendefinisikan beberapa hal seperti :

1. Siswa adalah siapa saja yang terdaftar sebagai objek didik

disuatu lembaga pendidikan.

2. Siswa aktif yaitu siswa yang belajar mandiri dan bekerja

sendiri, mencari jalan untuk memecahkan masalah sendiri, menjawab

pertanyaan, belajar bertanya, mengambil keterangan dari buku,

mendiskusikan suatu hal dengan kawannya, melakukan satu

percobaan sendiri dan merasa bertanggung jawab atas hasil

pekerjaannya.

3. Matematika adalah studi tentang pola dan hubungan, cara

berpikir dengan strategi organisasi, analisis dan sintesis, seni, bahasa

dan alat untuk memecahkan masalah-masalah abstrak dan praktis.

4. Pendekatan RANI adalah pendekatan yang didasarkan pada

sikap ramah, terbuka, dan komunikatif dalam pembelajaran

matematika.
21

Menerjemahkan

Benda sesungguhnya

Perbuatan/permainan
Enaktif

Benda buatan

Dunia Bahasa
Nyata Ikonik Gambar Matematika

Diagram/grafik

Lisan

Simbol (bahasa)
Tertulis

Menginterpretasikan

Sumber : Perluasan dari Ida Tiarza, at. All (1982 : 29)


22

BAB III

METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Subyek Penelitian Tindakan

Yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas IV SDN

__________ Kecamatan ________ Kabupaten _________ Tahun

Pelajaran ____/____ dalam pelajaran matematika.

B. Setting Penelitian Tindakan

Penelitian dilakukan di SDN __________ Kecamatan

________ Kabupaten _____ dengan keadaan di lokasi sebagai berikut.

Letak SD tersebut jauh dari jalan raya dengan alamnya yang masih asri

yaitu disebuah desa sehingga keadaan sangat tenang.

SD Negeri ________ memiliki 1 kepala sekolah yang

merangkap menjadi guru kelas, empat guru kelas, satu guru agama, dan

satu penjaga sekolah. Dan saat dilakukan penelitian belum mempunyai

guru olah raga.

Keadaan kelas yang diteliti yaitu pada kelas IV. Rasa saat

pelajaran berlangsung, suasana tenang hanya sesekali murid yang

menjawab pertanyaan guru. Kebanyakan siswa hanya diam dan menurut


23

apa yang diperintahkan guru tanpa ada yang menyangkal atau bertanya.

Dalam pelajaran matematika, guru hanya memberikan ceramah dan

contoh soal, setelah itu siswa disuruh mengerjakan soal.

C. Cara Penelitian Tindakan

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti memilih cara

penelitian dengan modal spriral yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc

Taggart (1988), seperti yang dikutip oleh Kasihani Kasbolah (2001),

bahwa dalam penelitian tindakan kelas, menempuh langkah-langkah

perencanaan (plan), pelaksanaan (action), evaluasi

(observation/monitoring) dan perenungan (refleksion). Begitu seterusnya

hingga tujuan penelitian tercapai.

Rencana penelitian adalah sebagai berikut :

Keadaan kelas, pada pelajaran matematika sebelum penelitian dilakukan

dapat digambarkan yaitu : Kelas didominasi olah anak-anak yang aktif,

keadaan seperti itu dibiarkan oleh guru sehingga siswa yang aktif semakin

menjadi siswa yang pendiam.

Hal yang akan dilakukan oleh peneliti :

Plan/perencanaan : Akan dilakukan metode RANI dalam pelajaran

matematika dengan tujuan untuk mengaktifkan


24

siswa yang pasif. Sebelum penelitian

dilakukan, siswa disuruh mengisi angket.

Action/pelaksanaan : Pelaksanaan metode RANI dalam

mengaktifkan siswa. Tindakan yang

dilaksanakan pada tahap pertama meliputi :

1. Mengajak siswa maju ke depan

untuk mengerjakan soal-soal sederhana

setelah diberi waktu untuk mengerjakan di

bangku.

2. Membantu siswa mengutarakan

idenya.

3. Memberikan selingan berupa cerita-

cerita atau nasehat-nasehat yang dapat

membangkitkan motivasi, semangat, dan

kemampuan siswa belajar.

4. Menggunakan alat-alat peraga

sederhana untuk mempresentasikan

konsep dan proses, misalnya lidi, potongan

sedotan, batu kecil-kecil, buah dan lain

sebagainya.
25

5. Memuji siswa yang mau

mengerjakan soal di depan kelas.

Observasi (evaluasi) : Peneliti mengamati apakah terjadi peningkatan

pada siswa pasif dengan melihat tabel yang

telah dibuat dengan memberi rumus untuk

mengetahui prekuensi kemajuan. Peneliti

harus bekerjasama dengan guru untuk

mengetahui siswa yang pasif dan yang aktif.

Reflection (perenungan) : Setelah melihat hasil observasi peneliti

menganalisa siswa yang masih tetap pasif dan

sudah aktif. Jika belum tercapai target, maka

akan dilanjutkan ke siklus berikutnya.

D. Instrumen Penelitian Tindakan

Peneliti akan menggunakan beberapa media dalam penelitiannya

antara lain alat tulis (kertas dan pen) daftar nama siswa dan tabel

keaktifan siswa. Untuk mengetahui data tentang siswa yang pasif dan

yang aktif maka peneliti membuat tabel tentang keaktifan siswa di dalam

kelas. Melalui bantuan guru dan pengamatan.

E. Analisis Data
26

Karena peneliti menggunakan tabel dan memperhatikan angka

dalam mencari data, maka hasil yang diperoleh berupa data kuantitatif.

Berikut ini adalah data sebelum dilakukan penelitian

No Hal yang diamati Jumlah siswa Presentase


1 Siswa mengerjakan soal di depan kelas 2 6%

2 Siswa mengungkapkan ide 0 0%

3 Siswa maju ke depan tanpa ditunjuk 1 3%

4 Siswa bertanya 5 16%

Berdasarkan angket juga diketahui ada 5 siswa (16%) yang

mengatakan bahwa pembelajaran biasa-biasa saja, 15 siswa (50%)

mengatakan bahwa pelajaran matematika menakutkan dan 8 siswa (33%)

mengatakan menjenuhkan sedangkan 5 siswa (16%) tidak tahu dan 2

siswa (6%) mengatakan menarik. Setelah dilakukan tindakan diharapkan

ada perubahan besar pada diri siswa yaitu sifat percaya diri dan tidak

takut pada pelajaran matematika.

Berikut data yang diharapkan setelah dilakukan tindakan pertama

No Hal yang diamati Jumlah siswa Presentase


27

1 Siswa mengerjakan soal di depan kelas 6 20%

2 Siswa mengungkapkan ide 4 13%

3 Siswa maju ke depan tanpa ditunjuk 11 36%

4 Siswa bertanya 9 30%

Selain itu hasil data setelah penyebab angket dua dilakukan peneliti

mengharapkan perubahan.
28

Perubahan yang diharapkan

No Hal yang diamati Jumlah siswa Presentase


1 Siswa mengerjakan soal di depan kelas 3 10%

2 Siswa mengungkapkan ide 10 33%

3 Siswa maju ke depan tanpa ditunjuk 5 16%

4 Siswa bertanya 3 6%

Jika dalam kenyataan dapat dihasilkan data seperti diatas berarti

pembelajaran matematika dengan pendekatan RANI telah berhasil karena

memenuhi target.
29

BAB IV

HASIL PENELITIAN TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Tindakan

1. Siklus I

Setelah membagi siswa kelas IV dalam kelompok, guru lalu membuka

pelajaran dengan menampilkan tema besar permasalahan. Dilanjutkan

dengan memberi penjelasan tentang hal-hal yang harus dipersiapkan untuk

melakukan penyelidikan. Setelah siswa memperoleh kejelasan tentang apa

yang akan dilakukannya, guru mempersiapkan siswa untuk bekerja secara

mandiri dengan kelompoknya dalam melakukan kegiatan penyelidikan.

Bersamaan dengan itu guru membimbing siswa melalui tahap-tahap

penyelidikan secara runtut sampai dengan menemukan solusi permasalahan

yang dipilih oleh masing-masing kelompok. Kemudian tiap-tiap kelompok

membuat hasil karya kelompok yang dipresentasikan di depan kelas atau

melakukan diskusi kelas.

Pada siklus I, siswa mempelajari tentang .

Setelah semua kegiatan selesai dilakukan, selanjutnya berdasarkan

pengamatan guru terhadap siswa maka diperoleh data sebagai berikut:


30

a. Kemampuan pemecahan masalah pada siswa

Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada siklus I dapat

dilihat pada hasil observasi selama proses pembelajaran berlangsung dan

dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah. Persoalan yang dikaji pada

siklus I adalah Bagaimana cara kreativitas siswa dalam mengerjakan soal di

depan kelas. Hasilnya disajikan pada Tabel 1,

Tabel 1. Kemampuan Pemecahan Masalah pada Siswa pada Siklus I

SKOR
No. Aspek Penilaian 1 2 3 4
F % F % F % F %
Siswa mengerjakan soal

di depan kelas

1 3 4.72 18 41.42 19 40.91 3 6.82


Siswa mengungkapkan

ide

2 - - 20 43.41 22 50.00 2 4.55


Mengungkapkan ide

Siswa maju ke depan

tanpa ditunjuk

3 15 35.01 19 45.11 12 22.73 - -


4 Siswa bertanya 3 7.22 26 50.0 15 31.82 1 2.27

Keterangan:

1.Tidak muncul 3. Baik


2.Kurang baik 4. Sangat baik
31

Tabel 1. menunjukkan bahwa masih ada kategori yang tidak muncul

dengan persentase yang cukup besar yaitu pada kemampuan membuat

desain penelitian. Untuk kemampuan Menentukan alternatif dan kemampuan

membuat kesimpulan, sudah berada dalam kategori baik. Sedangkan untuk

kemampuan yang lain yaitu Mengidentifikasi persoalan, mengumpulkan data

dan menemukan solusi masih dalam kategori kurang baik. Kemampuan

membuat desain penelitian masih kurang baik karena sebelumnya siswa

tidak terbiasa untuk merancang kegiatan penelitian sendiri. Kalaupun

melakukan aktivitas penyelidikan, tahap-tahapnya sudah dirancang oleh

guru. Sehingga ketika mereka diharuskan untuk membuat rancangan

penelitian sendiri, siswa masih merasa kesulitan.

Persoalan-persoalan yang diidentifikasi oleh siswa dalam siklus I ini

antara lain : Cara mengemukakan pendapat dalam mengerjakan soal

matematika di depan kelas.

Alternatif-alternatif yang dikemukakan oleh siswa antara lain

mendengarkan pendapat dari sesama siswa di depan kelas.

Kesimpulan yang dibuat oleh siswa antara lain terjadi dialog yang

sopan dan saling memberi masukan atas perbincangan tersebut.

Data kemampuan pemecahan masalah pada siswa dari hasil tes tertulis

disajikan pada Tabel 2,


32
33

Tabel 2. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah pada Siswa pada Siklus

Bisa Tdk Bisa


No. Aspek Penilaian
F % F %
Siswa mengerjakan soal di

depan kelas

1 43 95.73 1 2.27
Siswa mengungkapkan ide

2 44 90.00 0 0.00
Mengungkapkan ide

Siswa maju ke depan tanpa

ditunjuk

3 30 61.18 14 31.82
4 Siswa bertanya 29 68.91 16 36.36

Bila dibandingkan dengan kemampuan awal pemecahan masalah,

pada siklus I terjadi peningkatan persentase pada aspek-aspek kemampuan

pemecahan masalah. Dari Tabel 2. di atas dapat dilihat bahwa ada beberapa

aspek kemampuan berada dalam kategori sangat baik, di mana sebagian

besar siswa (>75%) sudah bisa menjawab soal dengan baik yaitu

menemukan permasalahan dan menemukan alternatif-alternatif

penyelesaian, sedangkan aspek-aspek yang lain yaitu membuat rancangan

penyelidikan, menemukan data yang relevan, menemukan solusi dan


34

membuat kesimpulan berada pada kategori baik (50 sampai 75%). Jika

dibandingkan, ada sedikit perbedaan antara kemampuan pemecahan

masalah dilihat dari hasil observasi dan hasil tes tertulis. Hasil tes tertulis

menunjukkan bahwa hampir semua soal bisa dijawab oleh sebagian besar

siswa, kecuali soal yang mengindikasikan kemampuan membuat desain.

Sedangkan hasil observasi menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum

mampu melakukan proses pemecahan masalah dengan baik. Perbedaan ini

dikarenakan, kemampuan pemecahan masalah berdasarkan hasil observasi

diamati pada saat kegiatan berlangsung sedangkan tes dilakukan sesudah

pembelajaran,sehingga siswa sudah mempunyai gambaran yang cukup jelas

tentang soal-soal yang ditanyakan tersebut. Dan dalam hal ini, hasil

observasi dianggap lebih akurat karena diamati pada saat siswa melakukan

aktivitas yang menunjukkan kemampuan tersebut. Sedangkan hasil tes

tertulis digunakan untuk mendukung hasil observasi untuk mengetahui sejauh

mana siswa mengingat apa yang telah dilakukannya dan

mempergunakannnya untuk menjawab soal yang menunjukkan aspek

kemampuan pemecahan masalah.

b. Aktivitas siswa dalam diskusi kelas

Tabel 3. Persentase Tingkat Aktivitas Siswa dalam Diskusi Kelas

No. Aspek Penilaian SKOR


35

1 2 3
F % F % F %
Menyampaikan
1 pendapat 4 8.09 14 27.55 2 4.55
2 Menanggapi pendapat 2 3.27 11 21.73 - -
Mempertahankan
3 pendapat 6 12.36 7 12.36 - -

Keterangan:

1. Kurang baik
2. Baik
3. Sangat baik

Aktivitas siswa dalam diskusi kelas ini didapatkan dari hasil observasi

selama diskusi kelas berlangsung. Dari data di atas dapat dilihat bahwa pada

siklus I, aktivitas siswa dalam diskusi kelas masih rendah baik dari segi

kualitas maupun kuantitas. Terlihat dari masih sedikitnya jumlah siswa yang

berpartisipasi dalam kegiatan diskusi kelas. Hal ini dikarenakan siswa maih

enggan untuk ikut terlibat baik itu menyatakan pendapat, menanggapi

pendapat maupun mempertahankan pendapat karena takut salah. Hal ini

masih membuka peluang untuk ditingkatkan pada siklus II.

1. Keterlaksanaan model pembelajaran Rani

Tabel 4. Persentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran Rani Siklus I

Skor Rata-
No. % Skor
Tahap-tahap Rani rata
1 Siswa mengerjakan soal di depan kelas 3.13 78.13
36

Siswa mengungkapkan ide

2 2.75 68.75
Mengungkapkan ide

Siswa maju ke depan tanpa ditunjuk

3 2.75 68.75
4 Siswa bertanya 2.25 56.25

Tabel 4. menyatakan bahwa secara umum keterlaksanaan proses

pembelajaran berbasis persoalan sudah baik. Berdasarkan diskusi antara

guru mata pelajaran matematika dan observasi didapatkan kesimpulan

bahwa dalam pemecahan masalah oleh siswa dan kerjasama siswa dalam

kelompok masih belum optimal. Masih banyak siswa yang cenderung

mengandalkan teman satu kelompok. Hal ini terlihat dari tahapan IV yang

hanya mencapai 56,25%. Demikian juga pada tahapan pengungkapan

kembali cara penyelesaian masalah, belum semua siswa dapat terlibat.

Selain karena enggan, juga karena siswa belum mengerti benar apa yang

harus dilakukan pada tahap ini.

d. Refleksi

Setelah dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran matematika

pada siklus I, maka pada siklus II ada hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu:
37

1. Guru perlu memberikan motivasi kepada siswa untuk terlibat

dalam proses pemecahan masalah, karena hal ini mempengaruhi

proses pemecahan masalah oleh siswa.

2. Guru perlu memberikan contoh yang dekat dengan kehidupan

sehari-hari agar siswa lebih mudah masuk dalam permasalahan yang

disajikan.

3. Dalam pengungkapan kembali, perlu adanya penjelasan lagi

tentang apa yang baru saja dilakukan siswa, agar siswa menjadi lebih

jelas.

4. Guru perlu menginformasikan bahwa segala aktivitas serta

partisipasi siswa masuk dalam kriteria penilaian.

2. Siklus II

Pada siklus II, siswa belajar tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku siswa. Persoalan yang dikaji adalah perbedaan pendapat atas

jawaban soal yang berbeda.

Tindakan pada siklus II dilakukan berdasarkan dari kegiatan tindakan

pada siklus I yang telah direfleksi dan dilakukan perbaikan. Rekomendasi dari

siklus I adalah:
38

1. Guru perlu memberikan motivasi kepada siswa untuk terlibat

dalam proses pemecahan masalah, karena hal ini mempengaruhi

proses pemecahan masalah oleh siswa.

2. Guru perlu memberikan contoh yang dekat dengan kehidupan

sehari-hari agar siswa lebih mudah masuk dalam permasalahan yang

disajikan.

3. Dalam pengungkapan kembali, perlu adanya penjelasan lagi

tentang apa yang baru saja dilakukan siswa, agar siswa menjadi lebih

jelas.

4. Guru perlu menginformasikan bahwa segala aktivitas serta

partisipasi siswa masuk dalam kriteria penilaian.

Setelah dilakukan pengumpulan data menggunakan instrumen

monitoring terhadap pembelajaran pada siklus II diperoleh hasil sebagai

berikut:

a. Kemampuan pemecahan masalah pada siswa pada siklus II

Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada siklus II dapat

dilihat pada hasil observasi selama proses pembelajaran berlangsung dan

dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah. Persoalan yang dikaji pada

siklus II adalah faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku siswa


39

Tabel 5. Kemampuan Pemecahan Masalah pada Siswa pada Siklus II

SKOR
No. Aspek Penilaian 1 2 3 4
F % F % F % F %
Siswa mengerjakan soal

di depan kelas

1 - - 6 14.64 27 63.36 11 25.00


Siswa mengungkapkan

ide

2 - - 1 3.27 31 71.45 12 27.27


Mengungkapkan ide

Siswa maju ke depan

tanpa ditunjuk

3 - - 6 15.64 29 63.91 9 20.45


4 Siswa bertanya - - 6 17.64 24 51.55 14 31.82
40

Kategori:

1. Tidak muncul 3. Baik


2. Kurang baik 4. Sangat baik

Dari Tabel 5. di atas dapat dilihat bahwa pada siklus II aspek dengan

kategori tidak muncul sudah tidak ada. Bahkan pada kategori baik dan sangat

baik terjadi peningkatan persentase untuk semua aspek. Yang artinya pada

siklus II ini siswa sudah menunjukkan kategori baik pada semua aspek

kemampuan. Data kemampuan pemecahan masalah pada siswa dari hasil

tes disajikan pada Tabel 6.


41

Tabel 6. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah pada Siswa pada

Siklus II

Bisa Tdk Bisa


No. Aspek Penilaian
F % F %
Siswa mengerjakan soal di

depan kelas

1 39 100.00 0 0.00
Siswa mengungkapkan ide

2 34 83.73 1 2.27
Mengungkapkan ide

Siswa maju ke depan tanpa

ditunjuk

3 31 78.27 10 22.73
4 Siswa bertanya 33 81.45 2 4.55

Dari Tabel 6. di atas dapat dilihat bahwa semua aspek sudah berada

dalam kriteria baik, dalam arti bahwa sebagian besar siswa (>75%) sudah

dapat menjawab pertanyaan yang mengindikasikan kemampuan pada aspek-

aspek tersebut. Hampir semua aspek menunjukkan peningkatan persentase,

kecuali pada aspek kedua yang mengalami penurunan dari 100% menjadi

97,73%. Jika dibandingkan dengan hasil observasi, sudah ada kesinkronan

antara kemampuan pemecahan masalah yang dilihat dari hasil tes tertulis

dan dari hasil observasi. Hal ini berarti bahwa siswa selain dapat melakukan
42

aktivitas kemampuan pemecahan masalah dalam kategori baik, juga dapat

menjawab pertanyaan yang mengindikasikan aspek-aspek kemampuan

pemecahan masalah tersebut.

b. Tingkat aktivitas siswa dalam diskusi kelas

Tabel 7. Persentase Tingkat Aktivitas Siswa dalam Diskusi Kelas

SKOR
No. Aspek Penilaian 1 2 3
F % F % F %
1 Menyampaikan pendapat - - 22 50.00 8 18.18
2 Menanggapi pendapat - - 10 22.73 6 13.64
Mempertahankan
3 pendapat 7 15.91 14 31.82 5 11.36

Keterangan:

1. Kurang baik
2. Baik
3. Sangat baik

Aktivitas siswa dalam diskusi kelas ini didapatkan dari hasil observasi

selama diskusi kelas berlangsung. Dari data di atas dapat dilihat adanya

peningkatan persentase siswa yang terlibat dalam diskusi kelas dan rata-rata

telah berkriteria baik, meskipun masih ada yang berkriteria kurang baik yakni

sebesar 15,9% (7 orang) pada aspek mempertahankan pendapat.

c. Keterlaksanaan model pembelajaran Rani

Tabel 8. Persentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran Rani Siklus II


43

Skor Rata-
No. Tahap-tahap Rani % Skor
rata
Siswa mengerjakan soal di depan kelas

1 3.50 87.50
Siswa mengungkapkan ide

2 3.00 75.00
Mengungkapkan ide

Siswa maju ke depan tanpa ditunjuk

3 3.25 81.25
4 Siswa bertanya 3.25 81.25

Pada siklus II, keterlaksanaan proses pembelajaran Matematika

menggunakan model pembelajaran Rani berkisar antara 75 sampai 87,5%.

Peningkatan terjadi pada semua tahapan pembelajaran Rani jika

dibandingkan dengan siklus I. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan yang

cukup berarti pada keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah dan

kerjasama dalam kelompok. Demikian juga dengan keterlibatan siswa dalam

pengungkapan kembali pemecahan masalah.

d. Tanggapan siswa terhadap pelaksanaan model Rani

Pada akhir siklus II, diberikan angket kepada siswa untuk mengetahui

tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika dengan

menggunakan model Rani . Penilaian siswa berkisar antara sangat positif

sampai sangat negatif.


44
45

Tabel 9. Tanggapan Siswa Terhadap Pelaksanaan

Model Pembelajaran Rani

SKOR
No. Pernyataan 1 2 3 4
F % F % F % F %
1Menarik 8 18.18 4 9.09 14 31.82 18 40.91
2Menyenangkan 6 13.64 9 20.45 15 34.09 14 31.82
3Mengesankan 5 11.36 9 20.45 12 27.27 18 40.91
4Memandirikan 4 9.09 4 9.09 16 36.36 20 45.45
5Meringankan 10 22.73 16 36.36 8 18.18 10 22.73
6Menantang 2 4.55 8 18.18 12 27.27 22 50.00
7Bermanfaat 3 6.82 2 4.55 25 56.82 14 31.82

Keterangan
Kategori 1 = Siswa memberikan penilaian yang sangat
negatif
Kategori 2 = Siswa memberikan penilaian yang negatif
Kategori 3 = Siswa memberikan penilaian yang positif
Kategori 4 = Siswa memberikan penilaian yang sangat positif

B. Pembahasan Atas Hasil Tindakan Kelas

1. Kemampuan pemecahan masalah pada siswa

Kemampuan pemecahan masalah dapat dievaluasi melalui observasi

dan tes tertulis. Dari observasi terhadap kegiatan yang siswa lakukan

diperoleh informasi tentang apa yang dapat dilakukan oleh siswa

(performance). Selain itu juga dapat menggunakan tes tertulis yang

menggambarkan kemampuan tersebut. Baik hasil observasi maupun hasil tes


46

kemampuan pemecahan masalah dapat saling melengkapi untuk

menunjukkan kemampuan pemecahan masalah pada siswa.

a. Kemampuan pemecahan masalah yang dilihat dari hasil observasi

Kemampuan pemecahan masalah pada siswa yang dilihat dari hasil

observasi selama proses pembelajaran menggunakan model Rani

menunjukkan bahwa model ini mampu mengembangkan kemampuan

pemecahan masalah pada siswa, karena selama proses pembelajaran

menggunakan model Rani memungkinkan siswa dituntut untuk dapat

menemukan solusi dari permasalahan yang dekat dengan kehidupan sehari-

hari. Untuk dapat menemukan solusi permasalahan tersebut, siswa harus

melakukan tahapan-tahapan pemecahan masalah. Tahapan-tahapan tersebut

adalah: mengidentifikasi permasalahan, menemukan alternatif-alternatif

penyelesaian, merancang desain penyelidikan, mencari data yang relevan,

menemukan solusi terbaik dan membuat kesimpulan.

Peningkatan kemampuan pemecahan masalah terlihat antara siklus I

dan siklus II. Kategori tidak muncul dalam melakukan proses pemecahan

masalah untuk beberapa indikator masih ada yaitu mengidentifikasi

permasalahan, membuat desain penyelidikan, mencari data yang relevan dan

menemukan solusi.
47

Pada siklus II tidak ada lagi aspek yang memiliki kategori tidak muncul

yang berarti pada siklus II semua siswa telah melakukan proses pemecahan

masalah dalam kategori kurang baik, baik dan sangat baik. Kemampuan

menemukan alternatif-alternatif penyelesaian dan membuat kesimpulan

antara siklus I dan siklus II ditunjukkan dengan kategori baik, tetapi pada

siklus II terjadi peningkatan persentase yang berarti pada siklus II ada

peningkatan jumlah siswa yang dapat melakukan kemampuan tersebut

dengan baik.

Hal ini menunjukkan adanya keberhasilan guru dalam melakukan

salah satu proses yaitu Scaffolding. Scaffolding adalah proses dimana

seseorang yang lebih banyak pengetahuannya, dalam hal ini guru,

membantu seseorang yang lebih sedikit pengetahuannya untuk menuntaskan

suatu masalah melampaui tingkat pengetahuannya saat ini (Ibrahim dan Nur,

2000).

Untuk aspek mengidentifikasi permasalahan, membuat desain

penyelidikan, menemukan data-data yang relevan dan menemukan solusi

yang pada siklus I ditunjukkan oleh kategori kurang baik meningkat menjadi

kategori baik pada siklus II. Secara umum terjadi peningkatan persentase

siswa yang dapat melakukan kemampuan pemecahan masalah untuk

kategori sangat baik. Dengan demikian model pembelajaran Rani dapat

mengembangkan kemampuan pemecahan masalah pada siswa.


48

b. Kemampuan pemecahan masalah yang dilihat dari hasil tes tertulis

Kemampuan pemecahan masalah yang dilihat dari hasil tes tertulis

dapat diketahui dari aspek pemecahan masalah yang menggambarkan

kemampuan mengidentifikasi permasalahan, menemukan alternatif-alternatif

penyelesaian, membuat desain penyelidikan, mencari data yang relevan,

menemukan solusi terbaik dan membuat kesimpulan.

Jika dibandingkan dengan data awal kemampuan pemecahan

masalah, pada siklus I terjadi peningkatan persentase pada beberapa aspek

kemampuan pemecahan masalah yaitu aspek membuat desain penelitian,

menemukan solusi dan membuat kesimpulan. Antara siklus I dan siklus II,

kemampuan mengidentifikasi permasalahan dan menemukan alternatif-

alternatif penyelesaian sangat baik berarti pada siklus I dan siklus II sebagian

besar (>75%) siswa mampu menjawab dengan benar soal yang

menggambarkan kemampuan tersebut. Untuk aspek membuat desain

penyelidikan, mencari data yang relevan, menemukan solusi terbaik dan

membuat kesimpulan pada siklus I ditunjukkan oleh kategori baik dimana 50

sampai 75% siswa dapat menjawab soal tersebut dengan benar dan

meningkat menjadi sangat baik pada siklus II dimana sebagian besar siswa

(>75%) dapat menjawab soal tersebut dengan benar.


49

Selain itu juga terjadi penurunan dan peningkatan persentase antara

siklus I dan siklus II. Penurunan persentase terjadi pada aspek menemukan

alternatif-alternatif penyelesaian dari 100% menjadi 97,73%, meskipun masih

tetap berada pada kategori sangat baik. Untuk kemampuan yang lain terjadi

peningkatan antara siklus I dan siklus II. Hal ini berkaitan dengan aktivitas

siswa selama pembelajaran.

2. Tingkat aktivitas siswa dalam diskusi kelas

Tingkat aktivitas siswa dalam diskusi kelas meliputi aspek

menyampakan pendapat, menanggapi pendapat dan mempertahankan

pendapat. Secara umum antara siklus I dan siklus II terjadi peningkatan

persentase siswa yang aktif dalam diskusi kelas, pada semua aspek (Tabel 3.

dan Tabel 7.). Pada siklus I tingkat aktiviats siswa dalam menyampaikan

pendapat sudah baik dalam arti pendapat rasional tetapi kurang benar.

Dalam menanggapi pendapat (menyetujui atau menyanggah) masih dengan

alasan yang kurang tepat. Demikian pula dalam mempertahankan pendapat

juga masih dengan argumen yang kurang tepat.

Dengan menginformasikan bahwa aktivitas siswa dalam diskusi kelas

masuk dalam penilaian, membuat persentase siswa yang ikut terlibat dalam

diskusi kelas menjadi meningkat pada siklus II. Secara kualitas juga terjadi

peningkatan siswa yang melakukan aktivitas diskusi kelas dengan kategori


50

sangat baik. Hal ini sesuai dengan salah satu poin penting , yaitu

menfasilitasi pengembangan kemampuan kelompok (Anonim, 2003) dan

sesuai dengan yang disampaikan oleh Robbs dan Merideth (Greening, 2003)

bahwa salah satu keuntungannya adalah peningkatan hubungan antar

siswa.
51

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi dan hasil tes kemampuan pemecahan

masalah dapat disimpulkan bahwa:

1. Model pembelajaran Rani dapat meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah yang meliputi kemampuan mengindentifikasi persoalan,

menentukan alternatif, membuat desain, mengumpulkan data,

menemukan solusi dan membuat kesimpulan atas soal matematika di

depan kelas secara bersama pada siswa Kelas IV SDN __________

Kecamatan ________ Kabupaten _________ Tahun Pelajaran

____/____ .

2. Metode Rani meningkatkan aktivitas siswa dalam diskusi kelas pada

aspek menyampaikan pendapat, menanggapi pendapat dan

mempertahankan pendapat.

3. Siswa secara umum menunjukkan respon positif terhadap pelaksanaan

model Rani . Hal ini ditunjukkan dengan tingginya persentase siswa yang

memberikan penilaian positif dan sangat positif terhadap pembelajaran

menggunanakan model Rani


52

B. Saran

Agar model pembelajaran Rani dapat diterapkan dengan baik dan

berhasil maka guru harus dapat menyajikan persoalan yang otentik dan

berkait dengan kehidupan nyata, sehingga siswa bisa merasa tertarik untuk

terlibat dalam proses pembelajaran dan pemecahan masalah tersebut. Rani

dapat diterapkan pada pokok bahasan lain selama pokok bahasan tersebut

memiliki persoalan yang otentik untuk dikaji.


53

DAFTAR PUSTAKA

Basuki Wibawa. (2001). Media Pengajaran. Bandung : CV. Maulana.

Bobby Deporter dan Mike Hernaeki. (2003). Quantum Learning : Nuansa.

Conny Seiawan. (2001). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta :


Gramedia.

Nasibuan. ( 2003). Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja


Rasdakarya.

Heinz Krek. (1999). Saya Guru yang Baik ?. Jakarta : KANISIUS.

Kartika Budi. (1999). Jurna l Penelitian Pendidikan Dasar :


Universitas Sanatadarma Yogyakarta.

Kasihani Kaskolah. (2001). Penelitian Tindakan Kelas : Universitas Negeri


Malang.

Mulyami Sumantri & Johar Permona. (2001). Strategi Belajar Mengajar.


Bandung : Maulana.

Mulyono Abdulrahman. (1999). Pendidikan Bagi anak Kesulitan Belajar :


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Suharsimi Arikunto. ( 2000). Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta : PT


Raja Grafindo Persada.

Sujati. (2003). Laporan Pendidikan.

Syaiful Babri Djamarah. (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi
Edukatif. Jakarta : PT Aneka Cipta.

Tombokan Runtukahu. ( 2002). Pengajaran Matematika bagi Anak


Berkesulitan Belajar : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Uragg. (1996). Pengelolaan Kelas (saduran Anwar Jasih). Jakarta :


Grasindo.
54
55

Lampiran I

Prosentase Tanggapan Siswa Terhadap Pelaksanaan

Model Pembelajaran Rani

SKOR
No. Pernyataan 1 2 3 4
F % F % F % F %
1 Menarik 8 18.18 4 9.09 14 31.82 18 40.91
2 Menyenangkan 6 13.64 9 20.45 15 34.09 14 31.82
3 Mengesankan 5 11.36 9 20.45 12 27.27 18 40.91
4 Memandirikan 4 9.09 4 9.09 16 36.36 20 45.45
5 Meringankan 10 22.73 16 36.36 8 18.18 10 22.73
6 Menantang 2 4.55 8 18.18 12 27.27 22 50.00
7 Bermanfaat 3 6.82 2 4.55 25 56.82 14 31.82

Lampiran II

Tabel : Form Hasil Prosentase Aktivitas Siswa Selama Diskusi

No. Aspek Penilaian SKOR


56

1 2 3
F % F % F %
1 Menyampaikan pendapat
2 Menanggapi pendapat
Mempertahankan

3 pendapat

Lampiran III

Buatlah : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Matematika Pokok Bahasan Operasi Hitung Perkalian Dalam Soal Cerita
Kelas IV Semester I Tapel ___/____
57

Lampiran IV

Buatlah Daftar Absensi Siswa kelas IV Tapel ___/____


Selama Kegiatan PTK Berlangsung
58

Lampiran V

FOTO FOTO DOKUMENTASI KEGIATAN PTK BERLANGSUNG


PADA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN R.A.N.I
59
60
61

Anda mungkin juga menyukai