I-1
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek
Penataan jaringan angkutan barang perlu dilakukan untuk memisahkan jaringan angkutan
penumpang dan angkutan barang. Hal ini dilakukan dalam rangka mendukung target
kecepatan operasional angkutan umum di jaringan pelayanan angkutan penumpang yaitu
minimal 30 km/jam. Pola mixed-operation akan menimbulkan delay dengan adanya
perbedaan tingkat kecepatan kendaraan, dimana angkutan barang cenderung lambat.
Untuk target jangka panjang, shifting angkutan barang menggunakan moda kereta api
diharapkan menjadi solusi untuk mengurangi kerusakan jalan akibat overload.
Untuk itu diperlukan penyusunan dokumen perencanaan teksnis penataan jaringan dan
simpul angkutan barang di Jabodetabek.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyusun dokumen perencanaan teksnis penataan
jaringan dan simpul angkutan barang umum di Jabodetabek.
1.2.3 Sasaran
Adapun sasaran dari kegiatan ini adalah :
Teridentifikasinya kebutuhan pengguna transportasi terhadap fasilitas angkutan
barang umum , sebaran angkutan barang umum di Jabodetabek, meliputi sentra
produksi, sentra penumpukan, dan pola distribusi serta SPM penyediaan layanan
angkutan barang umum
Tersusunnya konsep jaringan dan simpul angkutan barang umum di Jabodetabek;
Terumuskannya mekanisme integrasi antar moda (studi kasus di Cikarang Dry-port
dan Pelabuhan Tanjung Priok);
Tersusunnya konsep pengawasan dan pengendalian lalu lintas angkutan barang
umum di Jabodetabek;
I-2
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek
I-3
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek
I-4
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek
1.5. Keluaran
Keluaran dari kegiatan ini adalah dokumen perencanaan teknis Perencanaan Teknis
I-5
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek
Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang umum di Jabodetabek yang memuat :
1. Laporan Pendahuluan
Memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Uraian secara umum mengenai latar belakang, maksud, dan tujuan, lokasi,
waktu pelaksanaan termasuk gambaran lingkup pekerjaan;
b. Struktur organisasi tim pelaksana serta metode kerja penyelesaian pekerjaan;
c. Inventarisasi peraturan perundang-undangan terkait;
d. Penyiapan material survei;
e. Identifikasi dan analisis kendala yang mungkin terjadi dan rekomendasi
penyelesaian.
2. Laporan Antara
Memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Identifikasi literature review penyelenggaraan angkutan barang;
b. Laporan survei, meliputi survei primer dan koordinasi teknis dan wawancara
dengan pihak terkait penanganan angkutan barang;
c. Evaluasi atas pelaksanaan sistem logistik nasional dan perencanaan daerah di
Jabodetabek terhadap penataan angkutan barang;
d. Evaluasi atas SPM angkutan barang;
e. Evaluasi atas besaran biaya angkut;
f. Referensi penataan angkutan barang di negara lain;
g. Perumusan sebaran angkutan barang (produksi, penumpukan dan distribusi
termasuk pola operasi);
h. Evaluasi atas kapasitas jalan dengan potensi kebutuhan angkutan barang.
3. Laporan konsep akhir
Memuat kajian komprehensif tentang perencanaan teknis penataan angkutan barang
di Jabodetabek yang meliputi:
a. Kerangka hukum/ peraturan perundang-undangan (RPM penataan angkutan
barang umum );
b. Perumusan jaringan pelayanan angkutan barang umum dan pola operasi;
c. Perumusan simpul angkutan barang umum dengan konsep SPM
penyelenggaraan;
d. Kajian komprehensif terhadap:
I-6
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek
1.6. Metodologi
I-7
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek
I-8
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek
I-9
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek
(framework) pelaksanaan analisis yang akan dilakukan seperti yang disampaikan pada
Gambar 1.7.
I-10
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek
SURVEI
PENDAHULUAN
CONTENT ANALYSIS
Teori manajemen
angkutan barang (konsep
jaringan dan pengaturan)
Kebijakan penyelengga-
raan angkutan barang
(tujuan, indikator, kriteria)
Data land use Identifikasi lokasi pusat Volume lalu lintas Asal-tujuan pergerakan
Data ruang lalu lintas produksi, distribusi, dan terklasifikasi (fokus Jenis muatan barang &
Data sosial ekonomi penjualan barang kendaraan barang) tonasenya
Inventarisasi kebijakan Estimasi skala produksi, Peak period lalu Sifat transportasi barang
Model pembebanan lalu distribusi, dan penjualan lintas kendaraan (primer/sekunder)
lintas eksisting (update) barang barang Data operasional (jarak,
waktu, biaya)
MODEL ME2
I-11
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek
POLICY ARRANGEMENT
REKOMENDASI KEBIJAKAN
I-12
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek
I-13
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek
Kelompok
No. Jenis Data Sumber Potensial
Data
4.c Data kinerja jaringan dan simpul
angkutan barang
5. Data lalu lintas 5.a Data lalulintas kendaraan barang - Survei TC, RSI,
dan pergerakan 5.b Data asal-tujuan barang wawancara OD, survey
angkutan 5.c Data biaya, waktu, dan jarak perjalanan lapangan
barang barang - Data OD Nasional
- Data hasil studi
terdahulu
6. Data perspektif 6.a Perspektif regulator - Survei wawancara
stakeholder 6.b Perspektif operator instansi
6.c Perspektif user - Survei wawancara
lapangan
I-14
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek
daerah berikut dengan dokumen Tatrawil/ Tatralok yang telah disusun serta
kebijakan manajemen transportasi barang;
Instansi BPS dan instansi terkait lainnya untuk mengumpulkan data-data statistik
serta data terkait yang diperlukan.
Survey traffic count (TC) pada beberapa ruas jalan utama di Jabodetabek (cordon
line dan screening line) untuk mengetahui magnitude pergerakan angkutan
barang;
Survey RSI (road side interview) pada lokasi yang sama dengan pelaksanaan TC
untuk mendapatkan gambaran pola asal tujuan pergerakan barang baik internal
maupun eksternal Jabodetabek;
I-15
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek
Metodologi kalibrasi matriks perjalanan dengan model ME2 pada dasarnya dilakukan untuk
menemukan suatu set isi sel matriks yang distribusi perjalanan sesuai dengan asumsi
pembebanan yang digunakan, paling mirip dengan kondisi arus lalu lintas di lapangan.
Secara umum metodologi pemodelannya disajikan pada Gambar 1.8.
Dalam Gambar 1.8 tersebut diperlukan adanya data MAT Dasar sebagai pegangan awal
pola distribusi barang. Dalam hal ini data dasar ini akan diperoleh dari hasil survei
wawancara RSI dan wawancara OD di lokasi pusat distribusi/ produksi, sehingga pola MAT
yang diperoleh dari ME2 akan juga mempertimbangkan pola distribusi dari hasil wawancara.
Prosedur estimasi matriks dilakukan secara iterasi dengan langkah-langkah sebagai berikut
(lihat Gambar 1.9):
1. Matrik prior dibebankan pada jaringan dengan teknik yang tepat
I-16
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek
2. Pertama-tama traffic counts arus pada ruas dibandingkan dengan gambaran traffic
counts dan faktor update dihitung,
3. Faktor update diaplikasikan pada tiap sel yang relevan dalam matriks prior. Sel-sel akan
relevan hanya jika perjalanan antar zona asal-tujuan menggunakan ruas-ruas yang
disurvai.
4. Matriks yang dimodifikasi kemudian dibebankan pada jaringan dan faktor update
berdasarkan pada kedua traffic yang dihitung.
(ijra) - <
kriteria konvergensi ?
Selesai
1.6.3.3 Model Trip Generation Untuk Prediksi Produksi Pergerakan Barang di Masa
Datang
Tujuan model bangkitan perjalanan (trip generation) pada suatu studi kajian transportasi
ialah untuk memperkirakan jumlah perjalanan yang dibangkitkan oleh zona-zona perjalanan
I-17
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek
yang ada di daerah studi. Dalam terminologi pemodelan transportasi, bangkitan perjalanan
atau trip generation adalah total jumlah perjalanan yang berasal (Oi) dan/atau bertujuan (Dj)
ke setiap zona yang ada di daerah studi.
Model bangkitan perjalanan barang yang digunakan dalam kegiatan ini adalah model regresi
multi linier dengan rumusan pokok sebagai berikut:
dalam kasus ini, Yei mewakili jumlah perjalanan barang (yang lebih tepat dipandang sebagai
hasil pemodelan) yang terbangkit atau tertarik dari dan ke zona i sebagai variabel terikat
pada model yang bersangkutan. Sedangkan xni adalah besarnya variabel bebas ke-n yang
diamati dari zona i, misalnya: tingkat kepadatan zona industri, jumlah penduduk atau kondisi
ekonimi dan lain sebagainya. Selanjutnya a adalah konstanta yang akan diperoleh dari
perhitungan dan bni adalah koefisien yang menyatakan efek perubahan setiap satuan
variabel xni terhadap jumlah perjalanan. Dalam ilmu statistik koefisien bni biasa disebut
dengan koefisien regresi parsial. Sedangkan ui menyatakan besarnya residu yang akan
diperoleh dari estimasi.
Secara umum metodologi pemodelan menggunakan regresi multi linear dalam kegiatan ini
disajikan melalui Gambar 1.10, dan prosedurnya adalah sebagai berikut:
a) Asumsikan data trip ends angkutan barang sebagai variabel terikat (Y) dan data-data
sosio-ekonomi/tata ruang setiap zona sebagai alternatif variabel bebas (X);
b) Lakukan analisis korelasi antar variabel bebas (rXnXm) dan antara variabel bebas
dengan variabel terikat (rXnYn) dan susun tabel korelasinya;
I-18
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek
c) Jika antara variabel bebas dengan variabel terikat diperoleh nilai r yang besar
(mendekati 1 atau 1) maka variabel bebas tersebut layak dijadikan nominator variabel
bebas, jika nilainya kecil variabel tersebut dapat diabaikan;
d) Namun meskipun antara variabel bebas dengan variabel terikat diperoleh nilai r yang
besar, namun nilainya tidak logis, katakanlah jika jumlah penduduk dan PDRB memiliki
r negatif terhadap jumlah perjalanan barang di mana logikanya positif, maka variabel
tersebut sebaiknya tidak digunakan sebagai nominator variabel bebas;
e) Jika terdapat 2 variabel bebas yang memiliki r besar maka sebaiknya kedua variabel
bebas tersebut tidak dimasukkan dalam satu alternatif persamaan;
f) Selanjutnya dipilih beberapa alternatif persamaan yang akan digunakan (sebaiknya
diambil alternatif persamaan linear, namun jika tidak memungkinkan maka baru diambil
alternatif persamaan lainnya);
g) Alternatif persamaan yang dikembangkan untuk diperiksa kualitasnya dapat terdiri dari
satu nominator variabel bebas atau dengan mengkombinasikan beberapa nominator
variabel bebas dalam satu persamaan (multi variable);
h) Periksa kualitas alternatif persamaan regresi adalah dengan mengukur besarnya
koefisien determinasi (R2) dari persamaan;
I-19
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek
i) Alternatif persamaan regresi yang terpilih adalah yang memiliki nilai R2 yang paling
besar, namun demikian masih ada beberapa kriteria yang lain, yakni:
Usahakan nilai konstanta atau intercept (a) dari persamaan regresi adalah yang
mendekati nol, sehingga secara umum besarnya bangkitan akan lebih ditentukan
oleh variabel bebasnya.
Pilihlah alternatif yang sebanyak mungkin melibatkan variabel bebas, sehingga
model bangkitan perjalanan akan lebih sensitif terhadap perubahan berbagai
variabel sosio-ekonomi.
Jika alternatif persamaan memiliki R2 yang besar namun nilai parameter (bn) untuk
salah satu atau beberapa variabel yang tidak sesuai dengan logika sebaiknya
dipilih alternatif persamaan yang lain.
1.6.3.4 Model Trip Distribution Untuk Prediksi MAT dan Desire Line Angkutan
Barang di Masa Datang
Untuk menyebarkan bangkitan tarikan perjalanan barang di masa datang hasil prediksi
model bangkitan perjalanan pada subbab 3.3.3.3, maka diperlukan model distribusi
perjalanan, atau yang disebut trip distribution. Model distribusi perjalanan yang paling sering
digunakan dalam berbagai kajian adalah model gravity.
Model Gravity adalah nama yang diberikan pada bentuk model trip distribusi matematika
sintetik yang sering digunakan dalam studi-studi transportasi. Secara sederhana model ini
menyatakan bahwa potensi pergerakan ke suatu zona adalah sebanding dengan ukuran
zona tersebut dan berbanding terbalik dengan jarak antara kedua zona tersebut.
Dimana tij adalah jumlah perjalanan dari zona i ke zona j, aI adalah faktor yang berhubungan
dengan perjalanan dari zona i, bj adalah faktor yang berhubungan dengan perjalanan ke
zona j, Cij adalah biaya/ongkos perjalanan dari zona i ke zona j dan F(Cij) = Cij-n exp (-.cij),
dan adalah besaran resistance pergerakan pada jaringan jalan antara zona i dan j. Dalam
hal ini, nilai harus dikalibrasi dengan metoda seperti yang disampaikan pada Gambar 1.11.
I-20
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek
Definisikan Cij
Cari nilai C*
Hitung nilai
Apakah sudah ya
memenuhi syarat Selesai
konvergensi ?
tidak
Jika hasil kalibrasi menggunakan model gravity tidak menghasilkan nilai yang berkualifikasi
baik, maka sebaiknya diaplikasikan dengan nilai parameter penyebar perjalanan sama dengan
nol, maka model ini akan mirip dengan model Furness. Model Furness merupakan basis
termudah dalam meramalkan matriks perjalanan di mana perilaku matriks di masa datang
akan mirip dengan yang ada pada saat ini. Dengan demikan model Furness, cocok untuk
wilayah studi yang sudah stabil tanpa perubahan yang berarti dalam basis data sistem zona
dan sistem jaringan jalannya. Proses kalibrasi matriks dengan Model Furness disajikan pada
Gambar 1.12.
I-21
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek
ya
Selesai
Pemodelan distribusi perjalanan dilakukan dengan model ME2 (Matrix Estimation from
Traffic Count) dan model pembebanan dilakukan dengan model equilibrium jaringan pada
software SATURN. Software SATURN merupakan program simulasi jaringan yang dapat
digunakan untuk melakukan estimasi OD matriks (atau sering disebut sebagai MAT =
Matriks Asal Tujuan) dan arus lalu lintas.
Bagan alir estimasi matriks dalam SATURN disampaikan pada Gambar 1.13. Data survey
asal tujuan dan MAT yang sebelumnya pernah dibentuk untuk wilayah studi akan menjadi
pola dasar atau prior matriks yang akan menjadi panutan pola perjalanan dari update matriks
I-22
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek
dalam ME2 menggunakan data hasil survey arus lalu lintas Tahun 2017. Dengan metodologi
ini akan diperoleh MAT wilayah studi pada Tahun 2017.
MAT perjalanan I
Data Jaringan
N
P
U
T
Pemilihan Rute
O
Arus, kecepatan, waktu
U
T
P
U
Analisis T
Dalam hal ini indikator kinerja jaringan jalan di wilayah studi diwakili oleh beberapa
parameter yang diperbandingkan antara beberapa skenario. Adapun indikator lalu lintas
yang digunakan adalah:
Waktu perjalanan sistem: yang menunjukkan total konsumsi waktu perjalanan yang
digunakan oleh seluruh pengguna jalan di wilayah studi dari setiap asal tujuan.
Jarak atau panjang perjalanan sistem: yang menunjukkan total jarak atau panjang
perjalanan yang ditempuh oleh seluruh pengguna jalan di wilayah studi dari setiap asal
tujuan.
I-23
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek
Kecepatan Rata-rata: yang menunjukkan rata-rata kecepatan dari seluruh ruas jalan
yang ada di wilayah studi.
1.6.3.6 Metoda Analisis Multi Kriteria (AMK) Untuk Pemilihan Skenario Paling
Optimal
Pada dasarnya, dari model pembebanan jaringan menggunakan software SATURN yang
disampaikan sebelumnya telah dapat diperoleh gambaran mengenai perkiraan kinerja
setiap alternatif skenario kebijakan penyelenggaraan/ pengendalian/ manajemen angkutan
barang, namun kinerja yang dapat ditampilkan hanya berkaitan dengan kinerja transportasi
(waktu, jarak, dan biaya). Padahal untuk memutuskan suatu skenario kebijakan tersebut
paling optimal atau tidak harus dipertimbangkan sejumlah kriteria secara komprehensif, baik
dari segi biaya, dampak lingkungan, dampak sosial, hambatan dan kesiapan kelembagaan,
SDM dan regulasi, dsb.
Dalam kegiatan ini proses pengambilan keputusan dalam memilih sejumlah skenario
kebijakan manajemen lalu lintas angkutan barang dengan mempertimbangkan berbagai
kriteria dilakukan dengan pendekatan Analisis Multi Kriteria (AMK). AMK merupakan
merupakan pendekatan analisis dalam pengambilan keputusan sebagai jawaban atas
kompleksnya masalah yang dihadapi oleh pengambil keputusan (decision maker) dalam
menyusun kebijakan, di mana banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dan kepentingan
pihak-pihak yang juga harus diakomodasi.
Dengan AMK dapat ditentukan preferensi diantara alternatif strategi, kebijakan, program
yang ada, dan tentu saja dengan memperhatikan sejumlah kriteria sebagai representasi
tujuan yang merupakan elaborasi dari perspektif yang beragam (multi-objectives). Oleh
karena itu untuk setiap tujuan tersebut harus dikembangkan indikator atau kriteria yang
terukur untuk menggambarkan bagaimana tujuan tersebut mampu dicapai (Dodgson et al,
2001)1.
1 Dodgson, J., Spackman, M., Pearman, A., Phipips, L. (2001) Multi Criteria Analysis: A Manual, Department
for Transport, Local Government and The Regions, UK.
I-24
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek
Terdapat sejumlah alternatif metoda yang dapat digunakan dalam pendekatan AMK ini,
diantaranya: Direct Analysis of The Performance Matrix, Multi-Attribute Utility (Neumann and
Morgenstern (1947)2 dan Savage (1954)3), Linear Additive Model (Edwards, 19714),
Analytical Hierarchi Process (AHP) (Saaty, 19805), dsb.
Dodgson et al (2001)1 menyatakan bahwa pertimbangan awal yang penting dalam memilih
suatu teknik AMK adalah jumlah alternatif yang akan diperiksa. Dalam hal ini yang
membedakan antar beberapa prosedur AMK pada prinsipnya lebih ditentukan bagaimana
memproses informasi dasar dalam menyusun matriks kinerja. Dalam studi ini dipilih
pendekatan analisis yang cukup sederhana namun tetap mampu mengelaborasi sifat
kemultian dalam pengambilan keputusan, yakni pendekatan Linear Additive Model (LAM).
Pendekatan LAM merupakan bentuk dasar dari sebagian besar pengembangan pendekatan
AMK modern.
Diantara beragam pendekatan AMK terdapat beberapa tampilan utama (key features) yang
secara generik sama, yakni (1) pembentukan matriks kinerja (performance matrix), dan (2)
proses skoring dan pembobotan (scoring and weighting).
2 Neumann, J.V. dan Morgenstern, O (1947) Theory of Games and Economic Behaviour, Second Edition,
Princeton University Press, USA.
3 Savage, L. J. (1954) The Foundation of Statistics, Wiley, New York, USA.
4 Edwards, W. (1971) Social Utilities, Engineering Economist, Summer Symposium Series 6, pp. 119-29.
5 Saaty, T. L. (1980) The Analytical Hierarchy Process, John Wiley, New York, USA.
I-25
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek
Dalam AMK standar, Tabel 1.3 bisa jadi merupakan hasil akhir, dimana preferensi dan
keputusan akan sangat tergantung dari kapabilitas decision making. Cara ini cukup efisien
dalam alokasi waktu, namun memiliki kecenderungan digunakannya asumsi yang tak
terjustifikasi.
Pada pendekatan Linear Additive Model (LAM) proses skoring dan pembobotan ini dilakukan
sebagai berikut:
Si = i=1 n wisij = w1si1 + w2si2 + .. +w2sin
Di mana Si adalah total preferensi untuk alternatif i, Wj adalah bobot dari kriteria j, dan Sij
adalah skor alternatif i terhadap kriteria j.
I-26
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek
I-27
LAPORAN ANTARA
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek
Bab ini berisi tentang program kegiatan angkutan barang di jabodetabek dalam
jangka waktu pendek dan menengah.
I-28