Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN AKHIR

Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek

1.1. Latar Belakang


Logistik menjadi prioritas tinggi di Indonesia karena Indonesia merupakan negara kepulauan
terbesar di dunia dengan jumlah penduduk 240 juta orang sekitar 60% tinggal di Pulau Jawa
dan 40% terpencar di 13.000 pulau berpenghuni.. Angkutan barang merupakan hal utama
dalam pelaksanan sistem logistik nasional dimana transportasi berperan dalam proses
distribusi angkutan barang. Secara nasional untuk angkutan berbasis jalan, angkutan
barang memiliki share sekitar 91.25% sedangkan untik angkutan berbasis kereta api,
angkutan barang memiliki share sekitar 0.63%. Hal ini berarti pergerakan angkutan barang
didominasi oleh angkutan jalan termasuk di wilayah Jabodetabek.

Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa permasalahan dalam angkutan barang dimana


salah satunya adalah adanya muatan yang berlebih (overload) yang menyebabkan
kerusakan jalan. Muatan yang berlebih menimbulkan kecepatan rencana dalam operasi
berkurang sehingga menyebabkan adanya antrian pergerakan kendaraan. Selain itu potensi
kerusakan kendaraan yang besar atas adanya overload menimbulkan kecelakaan lalu lintas.
Selain itu Beberapa hal yang menjadi perhatian angkutan barang melalui transportasi jalan
antara lain kecelakaan lalu lintas dan kerusakan jalan meningkat antara lain dikarenakan :
muatan truk berlebih, 70 % dari angkutan barang di jalan menggunakan truk yang sebagian
besar sudah tua dan kurang terpelihara, masih adanya kendala bagi truk pada lamanya
waktu parkir karena proses kepabeanan yang kurang efisien dalam proses pelayanan
logistik perdagangan, dan transportasi logistik belum berbasis teknologi informasi yang
meningkatkan biaya logistik di samping masih adanya pungutan liar.

I-1
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek

Penataan jaringan angkutan barang perlu dilakukan untuk memisahkan jaringan angkutan
penumpang dan angkutan barang. Hal ini dilakukan dalam rangka mendukung target
kecepatan operasional angkutan umum di jaringan pelayanan angkutan penumpang yaitu
minimal 30 km/jam. Pola mixed-operation akan menimbulkan delay dengan adanya
perbedaan tingkat kecepatan kendaraan, dimana angkutan barang cenderung lambat.
Untuk target jangka panjang, shifting angkutan barang menggunakan moda kereta api
diharapkan menjadi solusi untuk mengurangi kerusakan jalan akibat overload.

Untuk itu diperlukan penyusunan dokumen perencanaan teksnis penataan jaringan dan
simpul angkutan barang di Jabodetabek.

1.2. Maksud Tujuan dan Sasaran


1.2.1 Maksud
Kegiatan ini bermaksud untuk menemukenali konsep penataan jaringan pelayanan dan
simpul angkutan barang di wilayah Jabodetabek serta diharapkan adanya rekomendasi
teknis sistem pengawasan oleh pemerintah dalam pelaksanaannya.

1.2.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyusun dokumen perencanaan teksnis penataan
jaringan dan simpul angkutan barang umum di Jabodetabek.

1.2.3 Sasaran
Adapun sasaran dari kegiatan ini adalah :
Teridentifikasinya kebutuhan pengguna transportasi terhadap fasilitas angkutan
barang umum , sebaran angkutan barang umum di Jabodetabek, meliputi sentra
produksi, sentra penumpukan, dan pola distribusi serta SPM penyediaan layanan
angkutan barang umum
Tersusunnya konsep jaringan dan simpul angkutan barang umum di Jabodetabek;
Terumuskannya mekanisme integrasi antar moda (studi kasus di Cikarang Dry-port
dan Pelabuhan Tanjung Priok);
Tersusunnya konsep pengawasan dan pengendalian lalu lintas angkutan barang
umum di Jabodetabek;

I-2
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek

Tersusunnya perencanaan jangka pendek dan menengah untuk penataan angkutan


barang umum di Jabodetabek
1.3. Ruang Lingkup
1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah
Yang menjadi ruang lingkup wilayah pekerjaan ini adalah JABODETABEK (Jakarta-Bogor-
Tangerang-Bekasi) yang secara administrasi terdiri dari empat belas (14) kabupaten/kota
yaitu :

1. Jakarta Pusat 8. Kabupaten Bogor


2. Jakarta Barat 9. Kota Depok
3. Jakarta Selatan 10. Kabupaten Tangerang
4. Jakarta Timur 11. Kota Tangerang
5. Jakarta Utara 12. Kota Tangerang Selatan
6. Kepulauan Seribu 13. Kota Bekasi
7. Kota Bogor 14. Kabupaten Bekasi

1.3.2 Ruang Lingkup Substansi


Adapun yang menjadi ruang lingkup substansi dalam kegiatan ini adalah angkutan barang
yang dimaksud hanya angkutan barang umum saja yang mencakup hal-hal berikut ini :
a. Melaksanakan literature review mengenai penyelenggaraan angkutan barang
umum di Jabodetabek;
b. Melaksanaan survei, yang meliputi:
1) Data primer, meliputi: traffic counting angkutan barang umum di Jalan
Nasional dan Jalan Tol di wilayah Jabodetabek.
2) Data sekunder, meliputi: koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka
identifikasi dan inventarisasi perencanaan teknis penataan angkutan
barang (Kementerian PUPR, Dinas Perhubungan, Dinas Bina Marga,
perusahaan ekspedisi, serta PT. Kereta Api Indonesia (Persero)).
c. Menginventarisasi rencana strategis Pemerintah Pusat, pemerintah daerah
maupun operator transportasi untuk peningkatan layanan angkutan barang
umum, termasuk evaluasi atas sistem logistik nasional;
d. Melakukan identifikasi kebutuhan pengguna transportasi terhadap fasilitas
angkutan barang umum;

I-3
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek

e. Mengidentifikasi sebaran angkutan barang umum di Jabodetabek, meliputi


sentra produksi, sentra penumpukan, dan pola distribusi.
f. Melakukan analisis kapasitas jalan terhadap kebutuhan angkutan barang umum
jangka pendek dan menengah;
g. Melakukan analisis terhadap skema kelembagaan dan pembiayaan perusahaan
ekspedisi;
h. Merumuskan konsep jaringan dan simpul angkutan barang umum di
Jabodetabek;
i. Merumuskan mekanisme integrasi antar moda (studi kasus di Cikarang Dry-port
dan Pelabuhan Tanjung Priok);
j. Mengidentifikasi SPM penyediaan layanan angkutan barang umum;
k. Merumuskan konsep pengawasan dan pengendalian lalu lintas angkutan barang
umum di Jabodetabek;
l. Merumuskan perencanaan jangka pendek dan menengah untuk penataan
angkutan barang umum di Jabodetabek; dan
m. Melaksanakan workshop/ FGD perencanaan teknis.

1.4. Dasar Hukum


Landasan hukum dalam kegiatan Penyusunan Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan
Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek, meliputi beberapa peraturan perundang-
undangan yang berlaku, yaitu meliputi:

a. Undang undang No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian;


b. Undang undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
c. Undang undang No. 38 Tahun 2014 tentang Jalan
d. Peraturan Pemerintah No.56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan
Perkeretaapian;
e. Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Kereta Api;
f. Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2013 Tentang Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan;
g. Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2011 tentang Angkutan Multimoda;
h. Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan;

I-4
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek

i. Peraturan Presiden No.54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan


Jabodetabekpunjur;
j. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian
Negara;
k. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan
Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi
Eselon I Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 14 Tahun 2014;
l. Peraturan Presiden Nomor 103 Tahun 2015 tentang Badan Pengelola
Transportasi Jabodetabek;
m. Peraturan Menteri Perhubungan No.9 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan
Minimum untuk Angkutan Orang dengan Kereta Api;
n. Peraturan Menteri Perhubungan No.10 Tahun 2012 tentang Standar Pelayanan
Minimal Angkutan Massal Berbasis Jalan;
o. Peraturan Menteri Perhubungan No.54 Tahun 2013 tentang Rencana Umum
Jaringan Angkutan Massal pada Kawasan Perkotaan Jabodetabek;
p. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 3 Tahun 2016 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek.
q. Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Perhubungan Daerah Provinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota
r. Peraturan Menteri Perhubungan No. 26 Tahun 2015 tentang Standar
Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
s. Peraturan Menteri Perhubungan No. 96 Tahun 2015 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kegiatan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas
t. Peraturan Menteri Perhubungan No. 134 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Penimbangan Kendaraan Bermotor Di Jalan
u. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 62 Tahun 2011 Tentang
Pengaturan Waktu Operasi Kendaraan Angkutan Barang di Jalan Tol Dalam
Kota Di DKI Jakarta

1.5. Keluaran
Keluaran dari kegiatan ini adalah dokumen perencanaan teknis Perencanaan Teknis

I-5
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek

Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang umum di Jabodetabek yang memuat :

1. Laporan Pendahuluan
Memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Uraian secara umum mengenai latar belakang, maksud, dan tujuan, lokasi,
waktu pelaksanaan termasuk gambaran lingkup pekerjaan;
b. Struktur organisasi tim pelaksana serta metode kerja penyelesaian pekerjaan;
c. Inventarisasi peraturan perundang-undangan terkait;
d. Penyiapan material survei;
e. Identifikasi dan analisis kendala yang mungkin terjadi dan rekomendasi
penyelesaian.
2. Laporan Antara
Memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Identifikasi literature review penyelenggaraan angkutan barang;
b. Laporan survei, meliputi survei primer dan koordinasi teknis dan wawancara
dengan pihak terkait penanganan angkutan barang;
c. Evaluasi atas pelaksanaan sistem logistik nasional dan perencanaan daerah di
Jabodetabek terhadap penataan angkutan barang;
d. Evaluasi atas SPM angkutan barang;
e. Evaluasi atas besaran biaya angkut;
f. Referensi penataan angkutan barang di negara lain;
g. Perumusan sebaran angkutan barang (produksi, penumpukan dan distribusi
termasuk pola operasi);
h. Evaluasi atas kapasitas jalan dengan potensi kebutuhan angkutan barang.
3. Laporan konsep akhir
Memuat kajian komprehensif tentang perencanaan teknis penataan angkutan barang
di Jabodetabek yang meliputi:
a. Kerangka hukum/ peraturan perundang-undangan (RPM penataan angkutan
barang umum );
b. Perumusan jaringan pelayanan angkutan barang umum dan pola operasi;
c. Perumusan simpul angkutan barang umum dengan konsep SPM
penyelenggaraan;
d. Kajian komprehensif terhadap:

I-6
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek

1) analisis kapasitas jalan terhadap pertumbuhan angkutan barang umum;


2) rekomendasi penataan ruang dalam rangka pengaturan jaringan dan
simpul angkutan barang umum;
3) mekanisme integrasi antar moda untuk penyelenggaraan angkutan barang
umum di Jabodetabek;
4) perumusan struktur biaya angkut untuk angkutan barang umum;
5) konsep pengawasan dan pengendalian lalu lintas angkutan barang umum
di Jabodetabek;
6) perencanaan jangka pendek dan menengah untuk penataan angkutan
barang umum di Jabodetabek;
7) evaluasi atas skema kelembagaan dan pembiayaan operator penyedia
angkutan barang umum;
e. Studi kasus penyelenggaraan integrasi antar moda (Cikarang Dry-port dan
Pelabuhan Tanjung Priok)
f. Rekomendasi strategi dan tahapan pelaksanaan.
4. Laporan Akhir
Laporan Akhir memuat perbaikan/koreksi atas konsep akhir sesuai dengan hasil
pembahasan dengan Pemberi Tugas termasuk buku buku lampiran terkait pekerjaan
ini. Secara keseluruhan buku buku dan output yang harus disampaikan, antara lain:

a. Buku 1: Laporan Akhir termasuk studi kasus;


b. Buku 2: ringkasan eksekutif;
c. Konsep RPM.

1.6. Metodologi

1.6.1 Uraian Kegiatan dan Metoda Pelaksanaannya


Adapun metoda penyelesaian yang diusulkan untuk setiap lingkup pekerjaan disampaikan
pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Ruang Lingkup Kegiatan dan Metoda Penyelesaiannya

I-7
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek

N Ruang Metoda Penyelesaian


o Lingkup Input Proses Output
1 Kajian Peraturan Content Teori manajemen angkutan
literatur perundangan analysis barang (konsep jaringan dan
terkait pengaturan)
Studi Kebijakan penyelenggaraan
terdahulu angkutan barang (tujuan,
indikator, kriteria)
Text book
2 Pelaksanaa Output No 1 Survei Data land use
n survei (dalam bentuk instansional
sekunder daftar
kebutuhan
data)
Sumber daya Data ruang lalu lintas
survei
Inventarisasi kebijakan angkutan
barang
Data sosial ekonomi
Model pembebanan lalu lintas
eksisting (update)
3 Pelaksanaa Output No 1 Survei Identifikasi lokasi pusat produksi,
n survei dan 2 (dalam inventarisasi distribusi, dan penjualan barang
primer bentuk formulir
data primer)
Sumber daya Estimasi skala produksi,
survei distribusi, dan penjualan barang
Survey TC Volume lalu lintas terklasifikasi
(fokus jenis-jenis kendaraan
barang)
Peak period lalu lintas
kendaraan barang
Survei RSI Asal-tujuan pergerakan barang
dan Jenis muatan barang dan
wawancara tonasenya
OD Sifat transportasi barang
(primer/sekunder)
Data operasional (jarak, waktu,
biaya)
4 Kalibrasi Output No 2 Model ME2 Asal-tujuan pergerakan barang
data OD dan 3 (Matrix Jabodetabek Tahun 2012
berdasarkan Estimation Tingkat produksi (Bangkitan dan
data Lalu From Traffic Tarikan) pergerakan barang tiap
Lintas Count) zona)

I-8
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek

N Ruang Metoda Penyelesaian


o Lingkup Input Proses Output
5 Estimasi Output 2, 3, Trip Kalibrasi model
MAT dan dan 4 generation bangkitan/tarikan perjalanan
desire-line model barang setiap zona
pergerakan Prediksi bangkitan/tarikan
barang perjalanan barang setiap zona
(eksisting (per 5 tahun s.d 20 tahun ke
dan prediksi) depan)
Trip Kalibrasi model distribusi
distribution perjalanan barang
model Prediksi MAT perjalanan barang
yad
Desire line perjalanan barang
yad
6 Simulasi Output No 5 Trip Perkiraan beban lalu lintas
pembebana assignment angkutan barang pada jaringan
n OD (menggunak jalan
angkutan an software Perkiraan dampak kinerja
barang SATURN) skenario terhadap jaringan jalan
untuk (waktu, jarak, dan biaya
beberapa perjalanan
skenario (untuk beberapa skenario)
(eksisiting
dan prediksi)
7 Pemilihan Output No 6 Analisis Penilaian kinerja setiap alternatif
skenario multi kriteria skenario (secara komprehensif
optimal (AMK) terhadap semua kriteria)
Pemilihan skenario terbaik
8 Perumusan Output No 7 Policy Penetuan arah kebijakan
rekomendas arrangement pengaturan lalu lintas angkutan
i kebijakan barang
pengaturan Alternatif strategi dalam
angkutan penentuan arah kebijakan yang
barang ditetapkan
Rencana aksi (kegiatan dan
tahapan) implementasi
pengaturan angkutan barang di
Jabodetabek

1.6.2 Tahapan Analisis (Framework-of-Analysis)


Berdasarkan hasil pemetaan terhadap lingkup pekerjaan serta metoda penyelesaian yang
diusulkan pada Tabel 1.1 di atas, maka dapat disusun suatu bagan alir kerangka kerja

I-9
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek

(framework) pelaksanaan analisis yang akan dilakukan seperti yang disampaikan pada
Gambar 1.7.

I-10
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek

SURVEI
PENDAHULUAN

PERATURAN PUSTAKA TERKAIT STUDI/DATA


PERUNDANGAN TERKAIT TERDAHULU

UU 22/2009 LLAJ Teori sistem logistik Model transportasi dan


PP 41/1993 Angkutan Teori jaringan angkutan jaringan angkutan
Jalan barang barang eksisting
PP 8/2011 Angkutan Teori lokasi Data pola pergerakan
Multimoda Teori kinerja sistem angkutan barang
KM 69/1993 Angkutan angkutan barang eksisting
Barang (jo KM 30/2002) Teori kebijakan
manajemen angkutan

CONTENT ANALYSIS

HASIL STUDI LITERATUR

Teori manajemen
angkutan barang (konsep
jaringan dan pengaturan)
Kebijakan penyelengga-
raan angkutan barang
(tujuan, indikator, kriteria)

PENYUSUNAN DAFTAR KEBUTUHAN


DATA DAN FORMULIR SURVEY

SURVEI INSTANSIONAL SURVEI INVENTARISASI SURVEI TC SURVEI RSI&WAWANCARA

DATA-DATA SEKUNDER DATA IDENTIFIKASI LOKASI DATA LALULINTAS DATA ASAL-TUJUAN

Data land use Identifikasi lokasi pusat Volume lalu lintas Asal-tujuan pergerakan
Data ruang lalu lintas produksi, distribusi, dan terklasifikasi (fokus Jenis muatan barang &
Data sosial ekonomi penjualan barang kendaraan barang) tonasenya
Inventarisasi kebijakan Estimasi skala produksi, Peak period lalu Sifat transportasi barang
Model pembebanan lalu distribusi, dan penjualan lintas kendaraan (primer/sekunder)
lintas eksisting (update) barang barang Data operasional (jarak,
waktu, biaya)

MODEL ME2

KALIBRASI OD DARI DATA LALIN

Asal-tujuan pergerakan barang


Jabodetabek Tahun 2012
Tingkat produksi (Bangkitan
dan Tarikan) pergerakan
barang tiap zona)

TRIP GENERATION MODEL

I-11
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek

TRIP DISTRIBUTION MODEL

PREDIKSI PRODUKSI PERGERAKAN

Kalibrasi model bangkitan/tarikan


perjalanan barang setiap zona
Prediksi bangkitan/tarikan
perjalanan barang setiap zona
(per 5 tahun s.d 20 th yad)

PREDIKSI MAT DAN DESIRELINE

Kalibrasi model distribusi


perjalanan barang
Prediksi MAT perjalanan barang
(yad)
Desire line perjalanan barang
(yad)

TRIP ASSIGNMENT MODEL


(SATURN)

SIMULASI PEMBEBANAN (SKENARIO)

Perkiraan beban lalu lintas angkutan


barang pada jaringan jalan
Perkiraan dampak kinerja skenario
terhadap jaringan jalan (waktu,
jarak, dan biaya perjalanan
(untuk beberapa skenario)

ANALISIS MULTI KRITERIA


(AMK)

PEMILIHAN SKENARIO OPTIMAL

Penilaian kinerja setiap alternatif


skenario (secara komprehensif
terhadap semua kriteria)
Pemilihan skenario terbaik

POLICY ARRANGEMENT

REKOMENDASI KEBIJAKAN

Penetuan arah kebijakan pengaturan


lalu lintas angkutan barang
Alternatif strategi dalam penentuan
arah kebijakan yang ditetapkan
Rencana aksi (kegiatan dan tahapan)
implementasi pengaturan angkutan
barang di Jabodetabek

Gambar 1.1 Tahapan Pelaksanaan Analisis (framework of analysis)

I-12
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek

1.6.3 Penjelasan Teknis Setiap Metoda Yang Digunakan

1.6.3.1 Metoda Survei Pengumpulan Data


Untuk menyelesaikan seluruh lingkup pekerjaan pada studi ini sesuai dengan framework of
analysis yang telah disusun pada Gambar 1.7 dibutuhkan data-data penunjang. Data-data
ini dikumpulkan dengan berbagai metoda pengumpulan data. Namun untuk lebih
mengefektifkan waktu dan biaya perlu diidentifikasi terlebih dahulu kebutuhan data dan
disesuaikan dengan analisis yang akan dilakukan. Dari listing kebutuhan data dapat
diidentifikasi metoda pengumpulan data yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
data tersebut.

A. Data yang dibutuhkan


Jenis data dan sumber potensial untuk setiap data yang dibutuhkan untuk kegiatan ini
disampaikan pada Tabel 1.2. Data yang dibutuhkan dikelompokkan sesuai dengan
karakteristiknya seperti data dokumen perencanaan, peraturan terkait, data dan informasi
lapangan, literatur/studi terdahulu.

Tabel 1.2 Jenis Data yang Dibutuhkan dan Potensi Sumbernya


Kelompok
No. Jenis Data Sumber Potensial
Data
1. Peraturan 1.a UU 22/2009 LLAJ - Kementerian
terkait 1.b PP 41/1993 Angkutan Jalan Perhubungan
1.c KM 69/2003 Penyelenggaraan Angkutan - Ditjen Perhubungan
Barang di Jalan Darat
1.d SK.727/AJ.307/DRJD/2004 Petunjuk
Teknis Penyelenggaraan Angkutan
Barang Umum di Jalan
1.e Peraturan terkait lainnya
2. Dokumen 2.a RTRW N/P/Kab-Kota - Kementerian
perencanaan 2.b Tatranas/Tatrawil/Tatralok Perhubungan
2.c Cetak Biru dan Renstra - Dinas Perhubungan
2.d Dokumen terkait Lainnya Provinsi, Kab/Kota
- Bappeda Provinsi,
Kab/Kota
3. Data 3.a Sosial ekonomi - BPS
karakteristik 3.b Fisik wilayah (topografi, geologi, dll) - Bakosurtanal, Bappeda
wilayah 3.c Transportasi (demand, supply, - Dinas Perhubungan
Jabodetabek operation)
4. Data jaringan 4.a Data jaringan jalan dan jalan rel - Survei lapangan
transportasi 4.b Data simpul terminal, stasiun, pelabuhan, - Dinas Perhubungan
dan bandara terkait angkutan barang - Operator

I-13
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek

Kelompok
No. Jenis Data Sumber Potensial
Data
4.c Data kinerja jaringan dan simpul
angkutan barang
5. Data lalu lintas 5.a Data lalulintas kendaraan barang - Survei TC, RSI,
dan pergerakan 5.b Data asal-tujuan barang wawancara OD, survey
angkutan 5.c Data biaya, waktu, dan jarak perjalanan lapangan
barang barang - Data OD Nasional
- Data hasil studi
terdahulu
6. Data perspektif 6.a Perspektif regulator - Survei wawancara
stakeholder 6.b Perspektif operator instansi
6.c Perspektif user - Survei wawancara
lapangan

B. Metoda survey yang digunakan


Untuk mempermudah proses mendapatkan data yang dibutuhkan di atas, maka perlu
disusun suatu metoda pengumpulan data yang komprehensif dan terstruktur sehingga dapat
memanfaatkan waktu yang disediakan sesuai arahan dalam KAK. Untuk itu dalam kegiatan
ini digunakan sejumlah metoda survey sebagai berikut:

a. Survey instansional dilakukan untuk mengumpulkan literatur serta data sekunder di


instansi terkait baik di pusat maupun di daerah. Data-data sekunder ini meliputi:

Instansi Kementerian Perhubungan untuk memperoleh data mengenai UU, PP,


Renstra Dephub 2010-2014, data statistik perhubungan, data terkait dengan
penyelenggaraan angkutan barang;

Instansi Kementerian PU untuk memperoleh data mengenai peraturan


perundangan terkait dengan jalan dan tata ruang kondisi, kinerja, dan rencana
pengembangan jaringan jalan, serta RTRW Nasional;

Instansi Bappeda Provinsi/Kab-Kota untuk memperoleh data mengenai RTRW


Provinsi/Kab-Kota serta rencana pembangunan daerah yang terkait (RPJP dan
RPJM Daerah) dan kebijakan terkini mengenai arah pengembangan wilayah dan
pengembangan transportasi wilayah;

Instansi Dinas Perhubungan Provinsi/ Kab-Kota untuk memperoleh data


mengenai kondisi, kinerja, dan rencana pengembangan jaringan transportasi di

I-14
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek

daerah berikut dengan dokumen Tatrawil/ Tatralok yang telah disusun serta
kebijakan manajemen transportasi barang;

Instansi BPS dan instansi terkait lainnya untuk mengumpulkan data-data statistik
serta data terkait yang diperlukan.

b. Survey primer lapangan yang meliputi:

Survey inventarisasi pusat-pusat produksi, distribusi, dan konsumsi barang berikut


dengan skalanya;

Survey traffic count (TC) pada beberapa ruas jalan utama di Jabodetabek (cordon
line dan screening line) untuk mengetahui magnitude pergerakan angkutan
barang;

Survey RSI (road side interview) pada lokasi yang sama dengan pelaksanaan TC
untuk mendapatkan gambaran pola asal tujuan pergerakan barang baik internal
maupun eksternal Jabodetabek;

Survei wawancara asal-tujuan angkutan barang di lokasi-lokasi produksi atau


simpul-simpul distribusi untuk mengetahui pola pergerakan barang secara umum;

Pengambilan gambar sebagai dokumentasi kegiatan.

c. Survey wawancara/kuisioner stakeholders (regulator, operator, dan user) yang


meliputi:

Perspektif mengenai kondisi dan kinerja penyelenggaraan angkutan barang di


Jabodetabek;

Masukan mengenai arahan kebijakan pola dan keterpaduan jaringan transportasi


untuk perangkutan barang, termasuk skema manajemen yang diusulkan;

Masukan dan pembobotan mengenai kriteria skenario pengendalian/ manajemen


angkutan barang yang digunakan untuk memilih dan memprioritaskan skenario
yang akan dikembangkan.

I-15
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek

1.6.3.2 Metoda Kalibrasi Data Od Barang Berdasarkan Volume Lalu Lintas


Menggunakan Model Me2 (Matrix Estimation From Maximum Entropy)
Kemungkinan besar data OD khusus angkutan barang di Jabodetabek sampai dengan saat
ini belum tersedia, sehingga perlu dilakukan proses estimasi matriks yang efisien (berbiaya
murah) tetapi dengan kualitas estimasi yang baik. Salah satu pendekatan pemodelan yang
sudah widely proven untuk mengestimasi OD/MAT adalah dengan model ME2 di mana pola
pergerakan antar zona diestimasi dari distribusi lalu lintas yang ada di dalam jaringan jalan,
sehingga MAT hasil estimasi ME2 akan menghasilkan lalu lintas yang mirip dengan kondisi
aktual jika dibebankan ke dalam jaringan jalan.

Metodologi kalibrasi matriks perjalanan dengan model ME2 pada dasarnya dilakukan untuk
menemukan suatu set isi sel matriks yang distribusi perjalanan sesuai dengan asumsi
pembebanan yang digunakan, paling mirip dengan kondisi arus lalu lintas di lapangan.
Secara umum metodologi pemodelannya disajikan pada Gambar 1.8.

Dalam Gambar 1.8 tersebut diperlukan adanya data MAT Dasar sebagai pegangan awal
pola distribusi barang. Dalam hal ini data dasar ini akan diperoleh dari hasil survei
wawancara RSI dan wawancara OD di lokasi pusat distribusi/ produksi, sehingga pola MAT
yang diperoleh dari ME2 akan juga mempertimbangkan pola distribusi dari hasil wawancara.

Data MAT dasar/Prior Matrix


(opsional untuk up-date MAT)
Data Survai Pencacahan
Lalu Lintas
MAT
Model Estimasi Matriks
hasil kalibrasi
Maksimum Entropi (ME2)
model ME2
Data Jaringan Jalan

Gambar 1.2 Estimasi MAT Angkutan Barang dengan Model ME2

Prosedur estimasi matriks dilakukan secara iterasi dengan langkah-langkah sebagai berikut
(lihat Gambar 1.9):
1. Matrik prior dibebankan pada jaringan dengan teknik yang tepat

I-16
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek

2. Pertama-tama traffic counts arus pada ruas dibandingkan dengan gambaran traffic
counts dan faktor update dihitung,
3. Faktor update diaplikasikan pada tiap sel yang relevan dalam matriks prior. Sel-sel akan
relevan hanya jika perjalanan antar zona asal-tujuan menggunakan ruas-ruas yang
disurvai.
4. Matriks yang dimodifikasi kemudian dibebankan pada jaringan dan faktor update
berdasarkan pada kedua traffic yang dihitung.

MATdasar Bebankan MAT dasar secara Data arus lalu lintas


(prior matrix) equilibrium aktual

simpan data arus lalu lintas hasil


pembebanan (ijra)

Perbarui MAT (Tij)n

Bebankan MAT (Tij)n secara


equilibrium

(ijra) - <
kriteria konvergensi ?

Selesai

Gambar 1.3 Proses Kalibrasi MAT dengan Metoda ME2

1.6.3.3 Model Trip Generation Untuk Prediksi Produksi Pergerakan Barang di Masa
Datang

Tujuan model bangkitan perjalanan (trip generation) pada suatu studi kajian transportasi
ialah untuk memperkirakan jumlah perjalanan yang dibangkitkan oleh zona-zona perjalanan

I-17
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek

yang ada di daerah studi. Dalam terminologi pemodelan transportasi, bangkitan perjalanan
atau trip generation adalah total jumlah perjalanan yang berasal (Oi) dan/atau bertujuan (Dj)
ke setiap zona yang ada di daerah studi.

Untuk mengestimasi atau memprediksi bangkitan perjalanan di masa datang diperlukan


model bangkitan perjalanan yang mengaitkan antara jumlah bangkitan/tarikan dengan faktor
sosial ekonomi atau faktor penentu pertumbuhan perjalanan di setiap zona (misalnya:
jumlah penduduk, PDRB, penggunaan lahan, dlsb).

Model bangkitan perjalanan barang yang digunakan dalam kegiatan ini adalah model regresi
multi linier dengan rumusan pokok sebagai berikut:

Yei = a + b1ix1i + b2ix2i + b3ix3i+ ..... + bnixni + ui

dalam kasus ini, Yei mewakili jumlah perjalanan barang (yang lebih tepat dipandang sebagai
hasil pemodelan) yang terbangkit atau tertarik dari dan ke zona i sebagai variabel terikat
pada model yang bersangkutan. Sedangkan xni adalah besarnya variabel bebas ke-n yang
diamati dari zona i, misalnya: tingkat kepadatan zona industri, jumlah penduduk atau kondisi
ekonimi dan lain sebagainya. Selanjutnya a adalah konstanta yang akan diperoleh dari
perhitungan dan bni adalah koefisien yang menyatakan efek perubahan setiap satuan
variabel xni terhadap jumlah perjalanan. Dalam ilmu statistik koefisien bni biasa disebut
dengan koefisien regresi parsial. Sedangkan ui menyatakan besarnya residu yang akan
diperoleh dari estimasi.

Secara umum metodologi pemodelan menggunakan regresi multi linear dalam kegiatan ini
disajikan melalui Gambar 1.10, dan prosedurnya adalah sebagai berikut:
a) Asumsikan data trip ends angkutan barang sebagai variabel terikat (Y) dan data-data
sosio-ekonomi/tata ruang setiap zona sebagai alternatif variabel bebas (X);
b) Lakukan analisis korelasi antar variabel bebas (rXnXm) dan antara variabel bebas
dengan variabel terikat (rXnYn) dan susun tabel korelasinya;

I-18
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek

c) Jika antara variabel bebas dengan variabel terikat diperoleh nilai r yang besar
(mendekati 1 atau 1) maka variabel bebas tersebut layak dijadikan nominator variabel
bebas, jika nilainya kecil variabel tersebut dapat diabaikan;
d) Namun meskipun antara variabel bebas dengan variabel terikat diperoleh nilai r yang
besar, namun nilainya tidak logis, katakanlah jika jumlah penduduk dan PDRB memiliki
r negatif terhadap jumlah perjalanan barang di mana logikanya positif, maka variabel
tersebut sebaiknya tidak digunakan sebagai nominator variabel bebas;

Data trip ends


Variabel terikat (Y)
zona

Data sosio-ekonomi / Kandidat variabel Seleksi variabel bebas


tata ruang zona bebas (X1, X2, X3) (tes korelasi dan logika)

Seleksi alternatif persamaan Kombinasi variabel bebas


regresi yang mungkin

Pengujian kualitas persamaan (tes Alternatif persamaan


R2) yang terpilih

Gambar 1.4 Prosedur Penyusunan Model Bangkitan Perjalanan Barang dengan


Analisis Regresi Multi Linear

e) Jika terdapat 2 variabel bebas yang memiliki r besar maka sebaiknya kedua variabel
bebas tersebut tidak dimasukkan dalam satu alternatif persamaan;
f) Selanjutnya dipilih beberapa alternatif persamaan yang akan digunakan (sebaiknya
diambil alternatif persamaan linear, namun jika tidak memungkinkan maka baru diambil
alternatif persamaan lainnya);
g) Alternatif persamaan yang dikembangkan untuk diperiksa kualitasnya dapat terdiri dari
satu nominator variabel bebas atau dengan mengkombinasikan beberapa nominator
variabel bebas dalam satu persamaan (multi variable);
h) Periksa kualitas alternatif persamaan regresi adalah dengan mengukur besarnya
koefisien determinasi (R2) dari persamaan;

I-19
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek

i) Alternatif persamaan regresi yang terpilih adalah yang memiliki nilai R2 yang paling
besar, namun demikian masih ada beberapa kriteria yang lain, yakni:
Usahakan nilai konstanta atau intercept (a) dari persamaan regresi adalah yang
mendekati nol, sehingga secara umum besarnya bangkitan akan lebih ditentukan
oleh variabel bebasnya.
Pilihlah alternatif yang sebanyak mungkin melibatkan variabel bebas, sehingga
model bangkitan perjalanan akan lebih sensitif terhadap perubahan berbagai
variabel sosio-ekonomi.
Jika alternatif persamaan memiliki R2 yang besar namun nilai parameter (bn) untuk
salah satu atau beberapa variabel yang tidak sesuai dengan logika sebaiknya
dipilih alternatif persamaan yang lain.

1.6.3.4 Model Trip Distribution Untuk Prediksi MAT dan Desire Line Angkutan
Barang di Masa Datang

Untuk menyebarkan bangkitan tarikan perjalanan barang di masa datang hasil prediksi
model bangkitan perjalanan pada subbab 3.3.3.3, maka diperlukan model distribusi
perjalanan, atau yang disebut trip distribution. Model distribusi perjalanan yang paling sering
digunakan dalam berbagai kajian adalah model gravity.

Model Gravity adalah nama yang diberikan pada bentuk model trip distribusi matematika
sintetik yang sering digunakan dalam studi-studi transportasi. Secara sederhana model ini
menyatakan bahwa potensi pergerakan ke suatu zona adalah sebanding dengan ukuran
zona tersebut dan berbanding terbalik dengan jarak antara kedua zona tersebut.

Bentuk persamaan model trip distribusi gravity adalah :


tij = aI . bj . f(Cij)

Dimana tij adalah jumlah perjalanan dari zona i ke zona j, aI adalah faktor yang berhubungan
dengan perjalanan dari zona i, bj adalah faktor yang berhubungan dengan perjalanan ke
zona j, Cij adalah biaya/ongkos perjalanan dari zona i ke zona j dan F(Cij) = Cij-n exp (-.cij),
dan adalah besaran resistance pergerakan pada jaringan jalan antara zona i dan j. Dalam
hal ini, nilai harus dikalibrasi dengan metoda seperti yang disampaikan pada Gambar 1.11.

I-20
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek

Definisikan Cij

Cari nilai C*

Mulai iterasi dengan asumsi =


1/C*

Estimasi MAT dengan nilai dari iterasi


sebelumnya

Cari nilai Cij dan C*

Hitung nilai

Apakah sudah ya
memenuhi syarat Selesai
konvergensi ?

tidak

Hitung nilai yang lebih baik

Gambar 1.5Bagan Alir Kalibrasi Nilai pada Model Gravity

Jika hasil kalibrasi menggunakan model gravity tidak menghasilkan nilai yang berkualifikasi
baik, maka sebaiknya diaplikasikan dengan nilai parameter penyebar perjalanan sama dengan
nol, maka model ini akan mirip dengan model Furness. Model Furness merupakan basis
termudah dalam meramalkan matriks perjalanan di mana perilaku matriks di masa datang
akan mirip dengan yang ada pada saat ini. Dengan demikan model Furness, cocok untuk
wilayah studi yang sudah stabil tanpa perubahan yang berarti dalam basis data sistem zona
dan sistem jaringan jalannya. Proses kalibrasi matriks dengan Model Furness disajikan pada
Gambar 1.12.

I-21
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek

Total bangkitan Prediksi bangkitan perjalanan di


MAT saat ini perjalanan saat ini tahun ke-n
(Oi (0)dan dd (0)) (Oi (n) dan Dd (n))

Jumlah perjalanan antar zona


saat ini (Tid (0)) Tingkat pertumbuhan
perjalanan (Ei dan Ed)

Iterasi (1): Tid (1) = Tid (0) x Ei

Iterasi (2): Tid (2) = Tid (1) x Ei

Jumlahkan Tid (2) untuk setiap asal dan


tujuan sehingga diperoleh
Oi (2) dan Dd (2)

Oi (2) = Oi (n) tidak


Dd (2) = Dd (n) Anggap Tid (2) = Tid (0)
?

ya

Selesai

Gambar 1.6 Metodologi Perhitungan MAT dengan Teknik Furness

1.6.3.5 Model Pembebanan Angkutan Barang Menggunakan SATURN

Pemodelan distribusi perjalanan dilakukan dengan model ME2 (Matrix Estimation from
Traffic Count) dan model pembebanan dilakukan dengan model equilibrium jaringan pada
software SATURN. Software SATURN merupakan program simulasi jaringan yang dapat
digunakan untuk melakukan estimasi OD matriks (atau sering disebut sebagai MAT =
Matriks Asal Tujuan) dan arus lalu lintas.

Bagan alir estimasi matriks dalam SATURN disampaikan pada Gambar 1.13. Data survey
asal tujuan dan MAT yang sebelumnya pernah dibentuk untuk wilayah studi akan menjadi
pola dasar atau prior matriks yang akan menjadi panutan pola perjalanan dari update matriks

I-22
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek

dalam ME2 menggunakan data hasil survey arus lalu lintas Tahun 2017. Dengan metodologi
ini akan diperoleh MAT wilayah studi pada Tahun 2017.

Data MAT dasar/ Prior Matrix


(opsional untuk up-date MAT)
Data Survei Pencacahan
Lalu lintas

Model Estimasi Matriks Maksimum


Entropi (ME2) MAT hasil model

Data Jaringan Jalan

Gambar 1.7 Metodologi Penghitungan MAT dengan ME2 dalam SATURN

MAT perjalanan I
Data Jaringan
N
P
U
T
Pemilihan Rute

O
Arus, kecepatan, waktu
U
T
P
U
Analisis T

Gambar 1.8 Struktur Umum Model Pemilihan Rute pada SATURN

Dalam hal ini indikator kinerja jaringan jalan di wilayah studi diwakili oleh beberapa
parameter yang diperbandingkan antara beberapa skenario. Adapun indikator lalu lintas
yang digunakan adalah:
Waktu perjalanan sistem: yang menunjukkan total konsumsi waktu perjalanan yang
digunakan oleh seluruh pengguna jalan di wilayah studi dari setiap asal tujuan.
Jarak atau panjang perjalanan sistem: yang menunjukkan total jarak atau panjang
perjalanan yang ditempuh oleh seluruh pengguna jalan di wilayah studi dari setiap asal
tujuan.

I-23
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek

Kecepatan Rata-rata: yang menunjukkan rata-rata kecepatan dari seluruh ruas jalan
yang ada di wilayah studi.

1.6.3.6 Metoda Analisis Multi Kriteria (AMK) Untuk Pemilihan Skenario Paling
Optimal
Pada dasarnya, dari model pembebanan jaringan menggunakan software SATURN yang
disampaikan sebelumnya telah dapat diperoleh gambaran mengenai perkiraan kinerja
setiap alternatif skenario kebijakan penyelenggaraan/ pengendalian/ manajemen angkutan
barang, namun kinerja yang dapat ditampilkan hanya berkaitan dengan kinerja transportasi
(waktu, jarak, dan biaya). Padahal untuk memutuskan suatu skenario kebijakan tersebut
paling optimal atau tidak harus dipertimbangkan sejumlah kriteria secara komprehensif, baik
dari segi biaya, dampak lingkungan, dampak sosial, hambatan dan kesiapan kelembagaan,
SDM dan regulasi, dsb.

Dalam kegiatan ini proses pengambilan keputusan dalam memilih sejumlah skenario
kebijakan manajemen lalu lintas angkutan barang dengan mempertimbangkan berbagai
kriteria dilakukan dengan pendekatan Analisis Multi Kriteria (AMK). AMK merupakan
merupakan pendekatan analisis dalam pengambilan keputusan sebagai jawaban atas
kompleksnya masalah yang dihadapi oleh pengambil keputusan (decision maker) dalam
menyusun kebijakan, di mana banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dan kepentingan
pihak-pihak yang juga harus diakomodasi.

Dengan AMK dapat ditentukan preferensi diantara alternatif strategi, kebijakan, program
yang ada, dan tentu saja dengan memperhatikan sejumlah kriteria sebagai representasi
tujuan yang merupakan elaborasi dari perspektif yang beragam (multi-objectives). Oleh
karena itu untuk setiap tujuan tersebut harus dikembangkan indikator atau kriteria yang
terukur untuk menggambarkan bagaimana tujuan tersebut mampu dicapai (Dodgson et al,
2001)1.

1 Dodgson, J., Spackman, M., Pearman, A., Phipips, L. (2001) Multi Criteria Analysis: A Manual, Department
for Transport, Local Government and The Regions, UK.

I-24
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek

Terdapat sejumlah alternatif metoda yang dapat digunakan dalam pendekatan AMK ini,
diantaranya: Direct Analysis of The Performance Matrix, Multi-Attribute Utility (Neumann and
Morgenstern (1947)2 dan Savage (1954)3), Linear Additive Model (Edwards, 19714),
Analytical Hierarchi Process (AHP) (Saaty, 19805), dsb.

Dodgson et al (2001)1 menyatakan bahwa pertimbangan awal yang penting dalam memilih
suatu teknik AMK adalah jumlah alternatif yang akan diperiksa. Dalam hal ini yang
membedakan antar beberapa prosedur AMK pada prinsipnya lebih ditentukan bagaimana
memproses informasi dasar dalam menyusun matriks kinerja. Dalam studi ini dipilih
pendekatan analisis yang cukup sederhana namun tetap mampu mengelaborasi sifat
kemultian dalam pengambilan keputusan, yakni pendekatan Linear Additive Model (LAM).
Pendekatan LAM merupakan bentuk dasar dari sebagian besar pengembangan pendekatan
AMK modern.

Diantara beragam pendekatan AMK terdapat beberapa tampilan utama (key features) yang
secara generik sama, yakni (1) pembentukan matriks kinerja (performance matrix), dan (2)
proses skoring dan pembobotan (scoring and weighting).

A. Matriks Kinerja (Performance Matrix)


Tampilan generik dari pendekatan AMK adalah dibentuknya suatu matriks kinerja atau tabel
konsekuensi, di mana setiap barisnya berisi alternatif kebijakan dan tiap kolomnya
menyatakan kinerja dari alternatif terhadap tiap kriteria. Tabel 1.3 memberikan gambaran
mengenai matriks kinerja ini. Terlihat bahwa penilaian dilakukan dengan beragam cara:
sistem kardinal (kriteria 1 dan 5), sistem biner (kriteria 2 dan 3), atau kualitatif (kriteria 4).

2 Neumann, J.V. dan Morgenstern, O (1947) Theory of Games and Economic Behaviour, Second Edition,
Princeton University Press, USA.
3 Savage, L. J. (1954) The Foundation of Statistics, Wiley, New York, USA.
4 Edwards, W. (1971) Social Utilities, Engineering Economist, Summer Symposium Series 6, pp. 119-29.
5 Saaty, T. L. (1980) The Analytical Hierarchy Process, John Wiley, New York, USA.

I-25
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek

Tabel 1.3 Ilustrasi Matriks Kinerja


Alternatif Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria 4 Kriteria 5
Alt. A Rp. A 2 kali
Alt. B Rp. B 2 kali
Alt. C Rp. C 5 kali
Alt. D Rp. D 4 kali
Alt. E Rp. E 3 kali
Keterangan: Setiap kriteria dapat dinilai secara berbeda. Kriteria 1 dinilai dalam satuan
rupiah (Rp), Kriteria 2 dan Kriteria 3 dinilai dari keberadaan relevansi alternatif terhadap
kriteria, Kriteria 4 dinilai dalam 5 skala nilai dengan bulatan solid sebagai nilai tertinggi,
dan Kriteria 5 dinilai dengan frekuensi.

Dalam AMK standar, Tabel 1.3 bisa jadi merupakan hasil akhir, dimana preferensi dan
keputusan akan sangat tergantung dari kapabilitas decision making. Cara ini cukup efisien
dalam alokasi waktu, namun memiliki kecenderungan digunakannya asumsi yang tak
terjustifikasi.

B. Skoring dan Pembobotan (Scoring and Weighting)


Untuk mengatasi permasalahan justifikasi keputusan, umumnya dalam pendekatan AMK
mengaplikasikan analisis numerik terhadap matriks kinerja dalam dua tahap:
1. Skoring: Pemberian skor numerik dari perkiraan konsekuensi setiap alternatif yang
menggambarkan tingkat preferensinya terhadap setiap kriteria. (skala skor umumnya
antara 0 - 100),
2. Pembobotan: Pemberian bobot numerik terhadap setiap kriteria yang menyatakan
penilaian relatif dari kepentingannya dalam pengambilan keputusan,

Pada pendekatan Linear Additive Model (LAM) proses skoring dan pembobotan ini dilakukan
sebagai berikut:
Si = i=1 n wisij = w1si1 + w2si2 + .. +w2sin
Di mana Si adalah total preferensi untuk alternatif i, Wj adalah bobot dari kriteria j, dan Sij
adalah skor alternatif i terhadap kriteria j.

I-26
LAPORAN DRAFT AKHIR
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek

1.7. Sistematika Pembahasan


BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, maksud, tujuan, sasaran dan, ruang lingkup
pekerjaan, dasar hukum, keluaran dan sistematika penulisan laporan.
BAB 2 TINJAUAN LITERATUR TERKAIT JARINGAN DAN SIMPUL ANGKUTAN
BARANG
Bab ini berisi tentang tinjauan perundang-undangan yang terkait dengan jaringan
dan simpul angkutan barang di JABODETABEK serta tinjauan teori terkait konsep
dan kriteria pengembangan jaringan dan simpul angkutan barang.
BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN
Bab ini berisi mengenai kondisi eksisting wilayah perencanaan berupa profil
daerah yang mencakup kondisi fisik alam dan potensi yang dimiliki. Kondisi fisik
alam meliputi letak dan posisi JABODETABEK, sedangkan gambaran potensi
meliputi kondisi kependudukan, potensi ekonomi, penggunaan lahan, kondisi
transportasi, pola pergerakan orang dan barang serta jaringan prasarana dan
sarana orang dan barang di JABODETABEK .
BAB 4 GAMBARAN TRANSPORTASI JABODETABEK
Bab ini mengulas tentang gambaran transportasi Jabodetabek yang terdiri dari
gambaran sarana dan prasarana jalan,jalan tol, dan kereta api. Gambaran
pelayanan transportasi dan rencana pengembangan transportasi Jabodetabek
BAB 5 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS
Bab ini berisi tentang karakteristik industry yaitu klasifikasi industry di
Jabodetabek, sebaran industry di jabodetabek dan karakteristik bangkitan dan
tarikan pergerakan
BAB 6 PEMODELAN
Bab ini berisi tentang pemodelan transportasi
BAB 7 STRATEGI DAN SKENARIO ANGKUTAN BARANG
Bab ini berisikan strategi pelayanan angkutan barang Jabodetabek dan scenario
penanganan angkutan barang Jabodetabek
BAB 8 RENCANA PENATAAN DAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN BARANG
Bab ini berisikan mengenai Rencana Penataan Jaringan Lintas dan Simpul
Angkutan Barang, Pengawasan dan Pengendalian Lalu Lintas Angkutan Barang
dan Mekanisme Integrasi Antar Moda Untuk Penyelenggaraan Angkutan Barang
BAB 6 INDIKASI PROGRAM

I-27
LAPORAN ANTARA
Perencanaan Teknis Penataan Jaringan dan Simpul Angkutan Barang di Jabodetabek

Bab ini berisi tentang program kegiatan angkutan barang di jabodetabek dalam
jangka waktu pendek dan menengah.

I-28

Anda mungkin juga menyukai